Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN “KARTU ITB KENYANG”

GUNA MENGATASI MASALAH MEMBLUDAKNYA


ANTREAN DI KANTIN ITB

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh
Muhammad Iqbal Novanta 16617047
Gifty Safrilla Kurnia Pangestu 16617162
Muhammad Markhan Meizika 16617242

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2018
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan nikmat-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Pengadaan Kartu ITB Kenyang guna Mengatasi Membludaknya Antrian di

Seluruh Kantin ITB” dapat selesai tepat waktu. Penyusunan karya tulis ilmiah ini

dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Tata Tulis Karya Ilmiah”

dengan sebaik mungkin.

Kami memilih tema ini karena hendak mengevaluasi pelayanan kantin-

kantin yang ada di ITB mengingat pelayanan yang baik akan meningkatkan

kepuasan pelanggan, dalam hal ini civitas akademika ITB. Hal tersebut juga dapat

berdampak pada kenyamanan mahasiswa dalam berkegiatan di kampus.

Penyusunan karya tulis karya ilmiah ini tidak akan berjalan dengan baik

tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari semua pihak yang terlibat. Ucapan

terima kasih khususnya kami berikan untuk pembimbing kami Dr. Tri

Sulistyaningtyas S.S, M.Hum. dan juga seluruh mahasiswa ITB yang telah

membantu dalam mengidentifikasi permasalahan yang sesuai dengan tema kami.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat kami terima untuk

kebermanfaatan karya tulis ilmiah ini di kesempatan yang akan datang.

Bandung, April 2018

Penulis

i
ABSTRAK

Antrean adalah suatu kondisi di mana sekelompok orang, atau komponen


mesin yang memerlukan layanan harus menunggu dalam urutan tertentu sebelum
akhirnya memperoleh layanan. Masalah menunggu adalah bagian dari berbagai
aspek kehidupan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari, yang
memerlukan berbagai pelayanan. Jika kebutuhan pelayanan lebih besar dari pada
kapasitas yang tersedia untuk melayani maka mengakibatkan terjadinya suatu
antrean. Kantin ITB merupakan salah satu bukti nyata bahwa masalah antrean
terjadi di sekitar kita. Terbatasnya jumlah kantin yang ada dan banyaknya jumlah
mahasiswa yang ada di ITB menjadi masalah utama masalah antrean ini sulit
ditemukan jalan keluarnya. Permasalahan yang terjadi di kantin ITB adalah
adanya peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahun nya yang dapat menimbulkan
antrean. Peningkatan ini juga berdampak pada keluarnya konsumen dari antrean
yang juga terus meningkat disetiap tahun nya. Hal ini membuat waktu pelayanan
kasir semakin tinggi sehingga waktu menganggur kasir semakin rendah. Tujuan
penelitian ini untuk menentukan sistem dan pelayanan yang optimal untuk
diterapkan di kantin ITB, dalam hal ini penulis mengusulkan diterapkannya Kartu
ITB Kenyang untuk mengatasi membludaknya antrean di kantin ITB. Penelitian
deskriptif ini berasal dari data primer sekunder yang dikumpulkan melalui metode
observasi, dan studi pustaka. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa ITB yang melakukan transaksi di teller dengan menggunakan kartu
antrian yang populasi nya tidak terbatas. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mahasiswa yang melakukan transaksi di berbagai kantin di ITB untuk
didapatkan sampel acak.

Kata Kunci: Antrean, Layanan, Penelitian Deskriptif, Observasi, Populasi

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR HALAMAN JUDUL


PRAKATA.......................................................................................................... I
ABSTRAK........................................................................................................... Ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK............................................................................................. v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Kajian............................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................. 6
BAB II DASAR TEORI...................................................................................... 7
2.1 Sistem E-Money...................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian E-Money................................................................... 7
2.1.2 Perbedaan E-Money dengan Sistem Pembayaran Elektronik
lainnya................................................................................................. 9
2.1.3 Kebijakan Bank Indonesia Mengenai E-Money........................ 11
2.1.4 Dampak E-Money Terhadap Pedagang atau Pengusaha
(Merchant)........................................................................................... 15
2.1.5 Dampak E-Money Terhadap Customer..................................... 17
2.1.6 Manfaat E-Money...................................................................... 18
2.2 Pelayanan Prima...................................................................................... 20
2.2.1 Dasar-Dasar Pelayanan Prima................................................... 20
2.2.2 Pengembangan Pelayanan Prima................................................ 25

iii
BAB III PENERAPAN KARTU ITB KENYANG........................................... 27
3.1 Pengolahan Data Berdasarkan Hasil Kuesioner..................................... 27
3.1.1 Kantin yang Paling Sering Dikunjungi di ITB............................... 27
3.1.2 Durasi Antrian di Kantin ITB........................................................ 28
3.1.3 Kemudahan Transaksi di Kantin ITB............................................ 29
3.1.4 Sistem yang Efektif untuk Diterapkan di Kantin ITB.................... 30
3.1.5 Pelayanan yang Efektif untuk Diterapkan di Kantin ITB.............. 31
3.1.6 Kesetujuan untuk Diterapkannya Kartu ITB Kenyang.................. 32
3.2 Analisis Data........................................................................................... 33
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 37
4.1 Simpulan................................................................................................. 37
4.2 Saran........................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... vii
LAMPIRAN........................................................................................................ ix
Lampiran 1: Riwayat Hidup Penulis............................................................. ix
Lampiran 2: Lembar Kuesioner ................................................................... xv
Lampiran 3: Lembar Koreksi

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.5: Diagram alir pekerjan penelitian........................................................ 6


Grafik 2.1.3: Data Transaksi Penggunaan e-money pada tahun 2014................. 13
Grafik 3.1.1: Persentase kantin yang paling sering dikunjungi........................... 27
Grafik 3.1.2: Persentase durasi antrian di kantin ITB.......................................... 28
Grafik 3.1.3: Persentase kemudahan transaksi di kantin ITB.............................. 29
Grafik 3.1.4: Persentase sistem yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB.... 30
Grafik 3.1.5: Persentase pelayanan yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB 31
Grafik 3.1.6: Persentase kesutujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang untuk
mengatasi membludaknya antrian di kantin ITB................................................... 32

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1: Kantin yang paling sering dikunjungi............................................... 27


Tabel 3.1.2: Durasi antrian di kantin ITB............................................................. 28
Tabel 3.1.3: Kemudahan transaksi di kantin ITB................................................. 29
Tabel 3.1.4: Sistem yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB....................... 30
Tabel 3.1.5: Pelayanan yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB................. 31
Tabel 3.1.6: Kesutujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang untuk mengatasi
membludaknya antrian di kantin ITB................................................................... 32

vi
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan nikmat-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul

“Pengadaan Kartu ITB Kenyang guna Mengatasi Membludaknya Antrian di

Seluruh Kantin ITB” dapat selesai tepat waktu. Penyusunan karya tulis ilmiah ini

dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Tata Tulis Karya Ilmiah”

dengan sebaik mungkin.

Kami memilih tema ini karena hendak mengevaluasi pelayanan kantin-

kantin yang ada di ITB mengingat pelayanan yang baik akan meningkatkan

kepuasan pelanggan, dalam hal ini civitas akademika ITB. Hal tersebut juga dapat

berdampak pada kenyamanan mahasiswa dalam berkegiatan di kampus.

Penyusunan karya tulis karya ilmiah ini tidak akan berjalan dengan baik

tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari semua pihak yang terlibat. Ucapan

terima kasih khususnya kami berikan untuk pembimbing kami Dr. Tri

Sulistyaningtyas S.S, M.Hum. dan juga seluruh mahasiswa ITB yang telah

membantu dalam mengidentifikasi permasalahan yang sesuai dengan tema kami.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat kami terima untuk

kebermanfaatan karya tulis ilmiah ini di kesempatan yang akan datang.

Bandung, April 2018

Penulis

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak pernah terlepas dari peran serta orang

lain dalam kehidupan. Pada kondisi tertentu manusia pasti membutuhkan jasa

orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan untuk mendapatkannya

terkadang mengharuskan untuk menunggu terlebih dulu. Hal tersebut sangatlah

mungkin terjadi, karena banyak orang yang membutuhkan jasa yang sama dalam

waktu yang bersamaan. Kondisi tersebut sering terlihat dalam kehidupan sehari-

sehari, seperti orang menunggu untuk mendapatkan tiket kereta api, menunggu

pesanan di rumah makan, mengantre di kasir sebuah swalayan, dan mobil yang

menunggu giliran untuk dicuci. Kenyataannya menunggu adalah bagian dari

kehidupan sehari-hari setiap manusia, dan yang dapat diharapkan adalah dapat

mengurangi ketidaknyamanan dari menunggu tersebut. Sesuatu yang diharapkan

kini adalah ketika dapat memperoleh jasa tanpa harus menunggu terlalu lama.

Individu – individu yang menunggu (komponen, produk, kertas kerja, orang)

bertujuan untuk mendapatkan suatu layanan ataupun jasa. Pada proses menunggu

untuk mendapatkan layanan tersebut menimbulkan suatu garis tunggu, dan pada

garis tunggu tersebut dapat diprediksi karakteristiknya. Dengan demikian dapat

dijadikan dasar pengambilan keputusan agar tercapai kondisi yang lebih baik,

misalnya agar tidak terjadi antrean yang berkepanjangan.

1
2

Teori Antrean merupakan studi matematika dari suatu kejadian garis tunggu,

yakni suatu garis dari pelanggan yang memerlukan layanan dari sistem pelayanan

yang ada. Hal ini sering kita jumpai dalam kegiatan sehari-hari. Proses antrean

merupakan suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada

suatu fasilitas pelayanan, menunggu mendapatkan pelayanan sampai akhirnya

mendapat pelayanan dan keluar dari fasilitas pelayanan tersebut. Untuk

mempertahankan pelanggan, sebuah organisasi selalu berusaha untuk memberikan

pelayanan yang terbaik. Pelayanan yang terbaik tersebut diantaranya adalah

memberikan pelayanan yang cepat sehingga pelanggan tidak dibiarkan menunggu

(mengantre) terlalu lama. Namun demikian, dampak pemberian layanan yang

cepat ini akan menimbulkan biaya bagi organisasi, karena harus menambah

fasilitas layanan. Oleh karena itu, teori antrean merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan informasi guna meningkatkan kualitas pelayanan bagi pelanggan

serta memberikan keuntungan maksimal kepada perusahaan.

Pelaku utama dalam antrean adalah pelanggan (customer) dan pelayan

(server). Adapun vacation dalam sistem antrean merupakan suatu keadaan tidak

terjadinya suatu pelayanan untuk beberapa waktu tertentu. Pelayanan tidak dapat

dilakukan karena beberapa hal, misalnya kerusakan mesin, persiapan server untuk

melayani pelanggan dengan nomor antrean berikutnya, server yang harus

melaksanakan tugas sekundernya, ataupun server yang harus beristirahat sejenak.

Jika dalam suatu sistem antrean terdapat satu atau lebih server yang tidak dapat

melayani pelanggan pada rentang waktu tertentu saat jam operasional, server

dikatakan sedang melakukan vacation.


3

Terdapat sistem antrean dengan berbagai jenis vacation seperti single vacation

dan multiple vacation. Sistem antrean dengan single vacation merupakan sistem

antrean dengan satu vacation, sedangkan multiple vacation merupakan sistem

antrean dengan banyak vacation. Vacation tersebut dapat dilakukan serentak oleh

seluruh server dan dapat juga dilakukan tak serentak oleh seluruh server.

Menurut Sinalungga (2008:238), teori antrean (Queueing Theory)

merupakan studi probabilistik kejadian garis tunggu (waiting lines), yakni suatu

garis tunggu dari customer yang memerlukan layanan dari sistem yang ada.

Antrean terjadi karena adanya keterbatasan sumber pelayanan, yang umumnya

berkaitan dengan terbatasnya server karena alasan ekonomi. Jika

jumlah server yang disediakan terbatas, memungkinkan terjadi antrean yang

terlalu lama, sehingga orang dapat memutuskan untuk meninggalkan antrean

tersebut. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi pihak perusahaan, karena

kehilangan customer. Agar tidak kehilangan customer, pihak perusahaan harus

menyediakan server yang mencukupi, tetapi di lain pihak perusahaan harus

mengeluarkan biaya yang lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini akan dibahas

beberapa masalah yang saling berkaitan, adapun masalah yang akan dibahas

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sistem antrean dan pembayaran yang perlu diterapkan pada

Kantin ITB untuk meminimalkan terjadinya masalah antrean?

2. Bagaimana pelayanan yang prima untuk mendukung diterapkanya

sistem antrean dan pembayaran yang optimal pada Kantin ITB?


4

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis menurunkan tujuan dari

penelitian ini, adapun penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Menganalisis dan menentukan sistem antrean dan pembayaran yang

perlu diterapkan untuk mengurangi masalah antrean yang terjadi di

Kantin ITB

2. Menentukan pelayanan yang perlu diterapkan untuk mendukung sistem

antrean dan pembayaran yang baru pada Kantin ITB.

1.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber litelatur.

Sumber litelatur penulis dapatkan dari buku-buku yang ada di perpustakaan pusat

Institut teknologi Bandung (ITB) dan jurnal-jurnal ilmiah yang penuis dapatkan

dari e-journal maupun internet. Selain itu, penulis mendapatkan sumber data dari

jurnal-jurnal dan buku-buku, penulis juga mendapatkan sumber data dari website-

website di internet seperti www.google.schooler.co.id

1.5 Metode dan Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengkajian teoretis dan

deskriptif. Metode pengkajian teoretis adalah metode penelitian dengan cara

melakukan pengkajian terhadap berbagai teori yang penulis dapatkan dari

berbagai litelatur, sedangkan metode pengkajian deskriptif adalah metode yang

digunakan untuk menginterpretasikan suatu fenomena, misalnya kondisi atau

hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan menggunakan prosedur


5

ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual. Dengan demikian, penulis

beranggapan bahwa metode penelitian teoretis dan deskriptif sesuai dengan

penelitian yang dilaksanakan oleh penulis.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara

acak kepada mahasiswa-mahasiswa ITB. Alasan pemilihan ini adalah karena

dengan kuesioner secara acak, diharapkan data-data yang diperoleh tidak terpusat

pada suatu kalangan mahasiswa saja. Dengan kuesioner acak, diharapkan juga

data-data yang dibutuhkan didapatkan dalam waktu yang efisien.

Dalam melakukan pencarian sistem antrean dan pembayaran yang perlu

diterapkan pada Kantin ITB dan pelayanan untuk mendukung sistem antrean dan

pembayaran yang baru pada Kantin ITB, perlu dilakukan penelitian dan

pengkajian untuk mendapatkan informasi bagaimana sistem tersebut dapat

diciptakan. Berikut diagram alir pekerjaan yang penulis buat untuk mempermudah

melakukan pencarian.

\
6

Pencarian Pengkajian Uji Coba


Litelatur Metode Litelatur

Grafik 1.5: Diagram alir pekerjan penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistem penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab1 Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

ruang lingkup kajian, tujuan penelitian, dan teknik pengumpulan data.

Bab 2 Landasan Teori berisi teori-teori pendukung yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, dan digunakan sebagai dasar pemikiran

penulis dalam memecahkan permasalahan.

Bab 3 Pembahasan yang menjelaskan pengolahan data dari sistem

antrean yang didapat dari ruang lingkup kajian yang diteliti, langkah-

langkah untuk menentukan sistem antrean dan pembayaran yang tepat

diaplikasikan pada Kantin ITB dan pelayanannya serta analisis dari hasil

pengolahan data tersebut.

Bab 4 Penutup yang berisi tentang penutup, simpulan, dan saran dari

penulis mengenai hal yang dibahas pada penelitian ini.


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem E-Money

2.1.1 Pengertian E-Money

Electronic money (e-money) menurut Peraturan Bank Indonesia No.

11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik adalah suatu alat pembayaran yang

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang

kepada penerbit.

2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media

seperti serveratau chip.

3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut.

4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit

bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai perbankan.

Menurut Hidayati (2006: 4) pengertian e-money mengacu pada definisi yang

dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu

publikasinya pada bulan Oktober 1996 mendefinisikan uang elektronik sebagai

“stored value or prepaid products in which a record of the funds or value

available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s

7
8

possession” (produk stored-value atau prepaid sejumlah uang disimpan dalam

suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa nilai uang dalam e-money akan berkurang pada

saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran. Di samping itu e-

money yang dimaksudkan di sini berbeda dengan “single-purpose prepaid

card” lainnya seperti kartu telepon, sebab e-money yang dimaksudkan di sini

dapat digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran (multipurposed).

Menurut Waspada (2012: 1) electronic money (e-money) adalah alat

pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu

oleh pemegang kepada penerbit, nilai uang disimpan secara elektronik dalam

suatu media atau server yang digunakan sebagai alat pembayaran kepada

pedagang. E-money memberikan kelebihan dibanding dengan alat transaksi

lainnya. Khususnya untuk ritel, transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan murah,

sehingga di masa depan e-money memiliki potensi untuk menggeser peran uang

tunai untuk transaksi-transaksi tersebut.

Menurut Adiyanti (2015: 2) uang elektronik adalah uang yang digunakan

dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini

melibatkan penggunaan jaringan komputer. Uang elektronik memiliki nilai

tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid) dimana sejumlah nilai uang

disimpan dalam suati media elektronis yang dimiliki seseorang. Nilai uang dala e-

money akan berkurang pada saat konsumen menggunakan untuk pembayaran.


9

Menurut Kim, Lee, dan Shin (2013: 2) electronic money is used with the

concept of “performing money functions with electronic equipment.” [2]. Further,

it is “value information that is described with a digital signal that a bank sends to

guarantee face value.” [3]. It is defined as “money that is provided to the issuer

in advance; a certain monetary value is saved in an IC chip or a computer

communication network built in a plastic card to be used in the information

communication network.” [4]. Electronic money is used in various forms.

Menurut Rivai (2001: 1367) uang elektronik adalah alat bayar elektronik

yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada

penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan

pendebitan rekening di Bank, dan nilai uang tersebut dimasukan menjadi nilai

uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang

digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi

secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut.

2.1.2 Perbedaan E-Money dengan Sistem Pembayaran Elektronik

lainnya

E-money yang dimaksudkan di sini juga berbeda dengan alat pembayaran

elektronis berbasis kartu lainnya, seperti kartu kredit dan kartu debet. Kartu kredit

dan kartu debet bukan merupakan “prepaid products” melainkan “access

products”. Secara umum perbedaan karakteristik antara “prepaid product” dan

“access product” (Afrizal:2014) adalah:


10

1. Prepaid Product (E- Money)

1. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering

disebut dengan stored value.

2. Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam

penguasaan konsumen.

3. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic

value dari kartu e-money milik konsumen kepada

terminal merchant dapat dilakukan secara off-line. Dalam hal

ini verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point of

sale), tanpa harus on-line ke computer issuer.

2. Access Product (Kartu Debet dan Kartu Kredit)

1. Tidak ada pencatatan dana pada instrumen kartu.

2. Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank, sepanjang

belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan

pembayaran.

3. Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan untuk

melakukan akses secara on-line ke komputer issuer untuk

mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban

rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan (kartu debet)

maupun rekening pinjaman (kartu kredit). Setelah di-otorisasi

oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung

didebet. Dengan demikian pembayaran dengan menggunakan

kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan adanya

komunikasi on-line ke komputer issuer.


11

2.1.3 Kebijakan Bank Indonesia Mengenai E-Money

Dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dalam

ketentuan Pasal 1 Ayat 3, “Uang Elektronik (Electronic Money)

adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang

disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit”. Nilai uang

disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip yang

digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan

merupakan penerbit uang elektronik tersebut. Nilai uang elektronik

yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan

merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai perbankan.

Tujuan awal penggunaan e-money untuk kepraktisan, hanya

sekali tekan transaksi berhasil dilakukan. Selain itu, tidak perlu

membawa uang tunai jika ingin membeli sesuatu. Namun, pada

dasarnya e-money tidak bertujuan untuk mengganti fungsi uang tunai

secara total. Pemegang kartu e-money sebaiknya memilih kartu e-

money sesuai kebutuhan. Hal ini, karena ada banyak kartu e- money

yang beredar di pasaran dan menawarkan fasilitas pembayaran yang

tidak sama. Selain itu, tidak semua pedagang yang dapat menerima

transaksi pembayaran melalui e-money. Dengan kata lain, belum ada

kartu e-money yang bisa memenuhi semua kebutuhan.


12

Dengan adanya kebijakan e-money yang dilakukan Bank

Indonesia, tentu akan ada dampak bagi sektor perekonomian

khususnya yang akan muncul dikemudian hari. Menjadi menarik untuk

dilihat dampak apa saja yang akan terjadi nanti apabila Indonesia

menerapkan kebijakan e-money seutuhnya.

Dengan adanya alat pembayaran non tunai seperti e-money ini

yang merupakan bagian dari kebijakan baru dalam sistem pembayaran

oleh Bank Indonesia akan mampu mengoptimalkan daya beli

masyarakat yang sekaligus berdampak pada meningkatnya

perekonomian negara. Karena e-money sendiri memberi kemudahan

dan keamanan bagi masyarakat yang dalam hal ini sebagai pengguna e-

money tersebut, kemudahan dan keamanan yang diberikan salah satunya

adalah masyarakat tidak perlu membawa uang tunai secara langsung

dalam jumlah yang banyak untuk bertransaksi, hal ini menjadikan

masyarakat akan nyaman dan aman.


13

400 361,063
331,492

350 297,16 305,574


270,601 274,586 274,63 281,383
300

231,8 239,473
250

200

150

100

50

0
14,042,034
14,081,329

13,479,270

15,154,984

15,611,532

17,045,282

20,554,999

20,810,457

22,593,077

26,154,07
Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

2014

Grafik 2.1.3 : Data Transaksi Penggunaan e-money pada tahun

2014

Sumber : Bank Indonesia dan diolah penulis


14

Meskipun relatif masih dalam tahap perkembangan awal, e-

money mempunyai potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk

pembayaran-pembayaran yang bersifat retail sebab transaksi retail

tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan murah baik bagi

konsumen maupun pedagang (merchant). Pengembangan e-money

di berbagai negara telah melahirkan berbagai issue implikasi

pengembangan e-money terhadap kebijakan Bank Sentral khususnya

yang berkaitan dengan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan

efektifitas kebijakan moneter (Anita: 2013).

Berbeda dengan kartu kredit atau kartu debit, kartu e-money

tidak memerlukan konfirmasi data atau otorisasi Personal

Identification Number (PIN) ketika akan digunakan sebagai alat

pembayaran dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di

bank. Hal ini karena e-money merupakan produk stored value yang

sejumlah nilai monetary value telah terekam dalam alat pembayaran

yang digunakan. Hal tersebut memungkinkan kartu dapat

dipindahtangankan dan bisa dipakai siapapun selama saldo masih

mencukupi. Hal ini dapat membahayakan karena jika kartu e-money

hilang, maka saldo yang tersisa dapat digunakan oleh orang lain. Pada

kenyataannya, e-money dengan nilai yang dapat di top up atau diisi

ulang ini tidak termasuk dalam inventori bank sebagai salah satu

lembaga yang mengeluarkan produk ini. Artinya jika pencurian atau

penggunaan kartu e-money yang bukan pemegang kartu tidak dapat

dilacak keberadaannya dan kartu tersebut tidak dapat diblokir


15

Contoh Produk e-money yang sudah ada yang telah

dikeluarkan oleh penerbit yang disahkan oleh Bank Indonesia

diantaranya adalah Kartu Flazz dari BCA, kartu e-money dari Bank

Mandiri, Kartu e-money Bank Mega, Kartu Brizzi dari BRI, selain itu

ada juga e-money yang berwujud dalam suatu aplikasi seperti t-cash

dari telkomsel, XL Tunai dari XL Axiata, dan Dompetku dari Indosat.

Hal yang patut dicermati bersama dari kebijakan Bank

Indonesia mengenai e-money adalah apakah kebijakan tersebut dalam

penerapannya benar-benar dapat efektif dan efisien yaitu dapat

memberikan kemudahan bagi konsumen agar daya belinya optimal

dan aman. Kebijakan ini juga dapat dilihat sebagai suatu starategi dari

pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi dan

mengatur jumlah uang yang beredar serta menyiasati kebijakan

redenominasi yang kurang mendapat respon baik dari masyarakat.

2.1.4 Dampak E-money Terhadap Pedagang atau Pengusaha

(Merchant)

Pengusaha atau merchant dalam sistem e-money ini adalah

pengusaha atau pedagang yang menyediakan penggunakan fasilitas

jasa pembayaran dengan e-money dalam transaksi pembayarannya.

Pengusaha dalam hal ini berupaya menyiapkan hal ini untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi usahanya. Dari sisi pengusaha,

peningkatan konsumsi yang diikuti dengan efisiensi biaya transaksi

akan meningkatkan profit bagi pengusaha yang kemudian berpotensi


16

untuk mendorong aktivitas usaha dan eskpansi usaha. Semakin efisien

biaya transaksi yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non

tunai semakin besar potensi peningkatan output. Hal ini pada

gilirannya mendorong peningkatan produksi di sektor riil yang dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Secara teknis operasional, dengan menggunakan layanan e-

money maka pengusaha dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi

dalam tiap transaksi dan dapat menghemat waktu yang diperlukan

dalam sekali transaksi. Keuntungan yang didapatkan pengusaha dari

tiap transaksi adalah keamanan dari uang yang ada dalam transaksi

karena dana tersebut langsung dapat masuk ke rekening pengusaha

tersebut. (Hidayati :2006).

Pengusaha mengharapkan dengan hadirnya e-money, efektifitas

dan efisiensi usaha dapat terjadi. Efektifitas yang diharapkan adalah

waktu untuk transaksi pembayaran dapat lebih cepat atau singkat

karena dengan penggunaan kartu e-money pengusaha tidak perlu

menyediakan uang kembalian dan tak perlu menghitung uang lagi.

Para pengusaha tersebut dalam usahanya tidak perlu menyediakan

uang tunai untuk melayani pembayaran dalam jumlah kecil atau mikro

(Adiyanti:2015).

Sementara efisiensi yang terjadi dari penggunaan e-money bagi

pengusaha adalah keamanan dalam tiap transaksi, dimana pengusaha

tidak perlu khawatir akan adanya uang palsu dan saat transaksi selesai
17

maka uang dari pembayaran akan masuk rekening pengusaha yang

terhubung dengan transaksi.

2.1.5 Dampak E-money Terhadap Pengguna Kartu E-money (

Customer )

Pengguna atau konsumen pengguna e-money dalam hal ini

adalah orang yang menggunakan e-money dalam transaksi

pembayarannya. Kemudahan yang diberikan oleh e-money membuat

para pengguna tidak perlu menyiapkan atau membawa dana tunai

kemanapun saat pergi dan terhindar dari adanya uang palsu yang

mungkin didapat jika melalukan transaksi secara tunai.

Penggunaan pembayaran non tunai dengan e-money selain

meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penurunan biaya

transaksi dan penghematan waktu juga meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui pendapatan bunga yang diperoleh dari dana kas

yang seharusnya dibawa dalam setiap kali bertransaksi namun

ditempatkan di bank dalam bentuk tabungan. Dari sisi bank atau

lembaga penerbit alat pembayaran non tunai, peningkatan penggunaan

pembayaran non tunai merupakan sumber pendapatan berbasis biaya

(fee base income) karena nasabah pengguna pembayaran non tunai

akan dikenakan biaya administrasi setiap bulannya. Selain itu,

pendapatan yang didapat dari biaya juga diperoleh dari biaya yang

dikenakan untuk jenis transaksi tertentu misalnya untuk transfer atau

pembayaran tagihan (Hidayati :2006).


18

Adanya tambahan pendapatan yang diperoleh konsumen dari

penggunaan e-money akan mendorong konsumsi dan permintaan

masyarakat terhadap barang dan jasa yang pada gilirannya berpotensi

mendorong aktivitas sektor riil. Di era sekarang ini orang enggan

membawa uang dalam jumlah yang besar di dalam sakunya karena

selain dipandang tidak aman juga dinilai tidak praktis. Besar kecilnya

uang yang dibawa oleh masyarakat dalam melakukan transaksi

pembayaran dapat menjadi pertimbangan sebagai kendala

keefisiensian dalam pembayaran.

Kehadiran alat pembayaran non tunai seperti e-money yang

berbentuk kartu menghilangkan kendala tersebut dan berpotensi untuk

mendorong kenaikan tingkat konsumsi.

2.1.6 Manfaat E-Money

Tim Inisiatif Bank Indonesia (2006:1) mengungkapkan

dalam perekonomian modern lalu lintas pertukaran barang dan jasa sudah

sedemikian cepatnya sehingga memerlukan dukungan tersedianya sistim

pembayaran yang handal yang memungkinkan dilakukannya pembayaran

secara lebih cepat, efisien, dan aman. Penggunaan uang cash sebagai alat

pembayaran dirasakan mulai menimbulkan masalah, terutama tingginya

biaya cash handling dan rendahnya velocity of money.

Sistim pembayaran mikro mengalami perkembangan cukup pesat

diberbagai Negara dewasa ini, seiring dengan perkembangan teknologi

dan kebutuhan mesyarakat untuk menggunakan alat pembayaran yang


19

mudah, aman, dan efisien. Instrumen pembayaran mikro adalah

instrumen pembayaran yang di desain untuk menangani kebutuhan

transaksi dengan nilai yang kecil namun dengan volume yang tinggi serta

membutuhkan waktu pemrosesan transaksi yang relatif lebih cepat.

Kebutuhan instrumen pembayaran mikro timbul karena apabila

pembayaran dilakukan menggunakan instrumen pembayaran lain yang

ada saat ini, misalnya uang tunai, kartu debit, kartu kredit, dan

sebagainya menjadi relatif tidak praktis dan efisien.

Uang elektronik muncul sebagai jawaban atas kebutuhan terhadap

instrumen pembayaran mikro yang diharapkan mampu melakukan proses

pembayaran secara cepat dengan biaya yang relatif murah karena pada

umumnya nilai uang yang disimpan instrumen ini ditempatkan pada

suatu tempat tertentu yang mampu diakses cepat secara off line, aman,

dan murah.

Menurut Warjiyo (2006) dalam Waspada (2012: 2) alat pembayaran non

tunai memberikan manfaat kepada perekonomian, antara lain:

1. Tingkat kepuasan konsumen yang semakin bertambah dengan

berkurangnya biaya transaksi.

2. Adanya sumber pendapatan bagi penyedia jasa pembayaran non tunai.

3. Peningkatan kecepatan transaksi.

4. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan.


20

Menurut Hidayati (2006:5) beberapa manfaat atau kelebihan dari

penggunaan e-money dibandingkan dengan uang tunai maupun alat

pembayaran non-tunai lainnya, antara lain:

1. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai,

khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil (micro payment),

disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk

suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu,

kesalahan dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi apabila

menggunakan e-money.

2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi

dengan e-money dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan

transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus

memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu,

dengan transaksi off-line, maka biaya komunikasi dapat dikurangi.

3. Electronic Value dapat diisi ulang kedalam kartu e-money melalui

berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.

2.2 Pelayanan prima

2.2.1 Dasar-Dasar Pelayanan Prima

Pelayanan prima terdiri dari beberapa aspek pokok, yaitu sikap yang

membuat pelanggan atau pengguna merasa diperhatikan semaksimal

mungkin, memberikn pelayanan sebaik mungkin, serta membuat pelanggan

merasa puas berdasarkan suatu standar pelayanan yang ada.


21

Menurut Sutopo, pelayanan prima secara istilah adalah pelayanan yang

sangat baik atau pelayanan terbaik. Disebut terbaik karena sesuai dengan

standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi yang meberikan

pelayanan. Pelayanan disebut sangat baik atau terbaik atau akan menjadi

prima, manakala mampu memuaskan pihak yang dilayani. Jadi pelayanan

prima dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan/pengguna (Sutopo,

2003 : 10).

Pelayanan prima merupakan sikap yang dilakukan kepada pelanggan

dengan layanan maksimal agar pelanggan merasa terfasilitasi dalam

memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Berikut adalah ungkapan definisi

pelayanan prima (Barata 2003; 27):

1. Layanan prima adalah membuat pengguna merasa penting

2. Layanan prima adalah melayani pengguna dengan ramah, tepat

dan cepat

3.Layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan

kepuasan pengguna

4. Layanan prima adalah menempatkan pengguna sebagai mitra

5. Layanan prima adalah pelayanan optimal yang menghasilkan

kepuasan pengguna

6. Layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan/pengguna

untuk memberikan rasa puas


22

7. Layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan

pengguna Inti dalam definisi pelayanan prima tersebut terdiri dari

dua hal pokok yaitu :

1. Memberikan pendekatan sikap dengan korelasi terhadap

kepedulian kepada pelanggan

2. Memberikan pelayanan secara maksimal

Pada awalnya konsep pelayanan prima timbul dari kreativitas para

pelaku bisnis, yang kemudian diikuti oleh organisasi- organisasi nirlaba dan

instansi pemerintah yang berkembang dalam usaha profit dan non profit.

Pelayanan prima sendiri menurut Barata (2003) didasarkan pada :

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak

diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi

kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi

yang efektif, mengembangkan motivasi, dan menggunakan public relation

sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam dan ke luar

organisasi.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika

menghadapi pengguna. Sikap sebagai kumpulan perasaan, keyakinan dan

kecenderungan perilaku yang secara relatif berlangsung lama yang ditujukan

kepada orang, ide, obyek dan kelompok orang tertentu (Eagly dan

Himmerfalb, dalam Barata 2003). Ditarik kesimpulan bahwa sikap meliputi


23

tiga aspek, yaitu keyakinan (aspek kognitif), perasaan (aspek afektif), dan

kecenderungan perilaku (aspek konitif).

3. Penampilan (Appearance)

Penampilan adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik

saja ataupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan

kredibilitas dari pihak lain. Penampilan adalah perpaduan antara penampilan

fisik dan gaya penampilan seseorang yang akan mewarnai seseorang bersikap.

4. Perhatian (Attention)

Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan/pengguna baik

yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pengguna

maupun pemahaman atas saran dan kritikannya. Memberikan perhatian

khusus secara penuh kepada pengguna maka hubungan kita dengan

pengguna akan menjadi semakin baik.

5. Tindakan (Action)

Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam

memberikan layanan kepada pengguna. Tidakan adalah perbuatan atau

sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk

menghasilkan sesuatu. Bila dimaksudkan dengan tindakan pelayanan adalah

upaya-upaya atau perbuatan nyata yang ditujukan untuk memberikan

pelayanan yang wajar atau pelayanan yang baik (genuine service), yang

tentunya akan dapat dicapai bila di dalam diri pemberi layanan terdapat sense

of service attitude dengan mengedepankan perhatian yang ditunjang oleh

kemampuan melayani (service ability) dan tampilan layanan (service


24

appearance) yang baik.

6. Tanggung jawab (Accountability)

Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada

pengguna sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau

meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pengguna.

Standar sistem pelayanan harus jelas, disamping itu juga harus dapat

diukur dengan parameter-parameter yang digunakan sebagai acuan untuk

menilai komitmen dari penyedia layanan dalam memberikan pelayanan

prima.

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam proses

pelayanan prima, yaitu penyedia layanan, penerima layanan, dan

jenis/bentuk layanan.

1. Penyedia layanan

Penyedia layanan merupakan orang atau lembaga yang

menyediakan layanan kepada penggunanya, yang berbentuk barang atau

jasa. Penyedia layanan dibedakan menjadi kegiatan komersil dan non-

komersil. Kegiatan komersil merupakan kegiatan yang berorientasi untuk

mencari keuntungan, sedangkan kegiatan non-komersil merupakan

kegiatan yang tidak mengutamakan keuntungan.

2. Penerima atau pengguna layanan

Penerima atau pengguna layanan dikenal secara umum sebagai

konsumen. Pengguna layanan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu


25

pengguna internal dan pengguna eksternal. Pengguna iternal adalah pihak-

pihak yang terlibat di dalam proses menyediakan jasa. Sedangkan

pengguna eksternal adalah semua pihak yang berada di luar proses

penyediaan jasa.

3. Jenis layanan

Jenis layanan yang diberikan berupa barang atau jasa.

4. Kepuasan pengguna

Kepuasan pengguna merupakan salah satu

komponen penting dalam pelayanan prima.

2.2.2 Pengembangan Pelayanan Prima

Dalam teori kepuasan marginal dijelaskan bahwa pelanggan akan

meneruskan untuk membeli produk kepada penyedia layanan yang sama apabila

kepuasan yang ia dapat saat menggunakan layanannya selalu maksimal. Saat

konsumen merasa puas dalam megkonsummsi suatu produk, konsumen relatif

akan lebih loyal pada produk tersebut. Sebagai pembanding, seperti yang

dikemukakan oleh Fornell dalam penelitiannya tentang kepuasan konsumen maka

dapat disimpulkan bahwa “cumulative customer satisfaction is an overall,

evaluation, based on the total services, facilty and consumtion experience with a

good aftersales service”.

Dukungan fasilitas sangat memengaruhi dalam proses pencapaian

pelayanan prima. Perbedaan fasilitas yang diberikan tentu akan memberikan efek

yang berbeda pada tingkat kepuasan pelanggan. Fasilitas merupakan segala


26

sesuatu yang mendukung proses pelayanan, baik yang meliputi produk dan

sumber daya manusia. Fasilitas adalah komponen penting dalam pelayanan karena

tercakup dalam tiga dimensi persepsi kualitas pelayanan.


BAB III

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Data

3.1.1 Kantin yang paling sering dikunjungi di ITB oleh mahasiswa ITB

Kantin Jumlah Responden


Nasi Jepang/ Nasi Korea 29
Eastco 21
Kantin Bengkok 13
Kantin Saraga 22
Kantin Barat Laut 7
Kantin Burjo 2
TOTAL RESPONDEN 94

Tabel 3.1.1 - Kantin yang paling sering dikunjungi di ITB oleh mahasiswa ITB

Kantin yang paling sering


dikunjungi
2%

8% Nasi Jepang/Nasi Korea

31% Kantin Saraga


14%
Eastco
Kantin Bengkok
22% Kantin Barat Laut
23%
Kantin Borju

Grafik 3.1.1 – Persentase kantin yang paling sering dikunjungi

27
28

3.1.2 Durasi antrian di kantin ITB


Durasi Antrian Jumlah Responden
Sangat Baik 4
Baik 17
Normal 19
Buruk 26
Sangat Buruk 27
TOTAL RESPONDEN 93

Tabel 3.1.2 – Durasi antrian di kantin ITB

Durasi Antrian

4%
Sangat Buruk
18% 29%
Buruk
Normal

21% Baik
Sangat Baik
28%

Grafik 3.1.2 – Persentase durasi antrian di kantin ITB


29

3.1.3 Kemudahan transaksi di kantin ITB


Kemudahan Transaksi Jumlah Responden
Sangat Mudah 1
Mudah 7
Normal 23
Sulit 28
Sangat Sulit 33
TOTAL RESPONDEN 92

Tabel 3.1.3 – Kemudahan transaksi di kantin ITB

Kemudahan Transaksi
1%

8%
Sangat Sulit
36% Sulit
25%
Normal
Mudah
Sangat Mudah
30%

Grafik 3.1.3 – Persentase kemudahan transaksi di kantin ITB


30

3.1.4 Sistem yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB


Sistem yang efektif untuk diterapkan Jumlah Responden
Bayar lalu makan 45
Ambil nota, bayar lalu makan 22
Makan lalu bayar 15
Lainnya 11
TOTAL RESPONDEN 93

Tabel 3.1.4 – Sistem yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB

Hal yang membuat antrian


membludak
Menunggu kembalian

13%
28% Harus mengambil
uang dari dompet
16%
Sistem antrian tidak
teratur
20% 23% Transaksi lambat

Lainnya

Grafik 3.1.4 – Persentase sistem yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB
31

3.1.5 Pelayanan yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB


Pelayanan yang efektif untuk diterapkan Jumlah Responden
Manual 43
Menggunakan mesin transaksi 49
Lainnya 1
TOTAL RESPONDEN 93

Tabel 3.1.5 – Pelayanan yang efektif untuk diterapkan di kantin ITB

Pelayanan yang efektif untuk


diterapkan
1%
Menggunakan
Mesin Transaksi

46% Manual
53%
Lainnya

Grafik 3.1.5 – Persentase pelayanan yang efektif untuk diterapkan di kantin


ITB
32

3.1.6 Kesutujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang untuk mengatasi


membludaknya antrian di kantin ITB
Kesetujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang Jumlah Responden
Setuju 79
Tidak Setuju 14
TOTAL RESPONDEN 93

Tabel 3.1.6 - Kesutujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang untuk


mengatasi membludaknya antrian di kantin ITB

Kesetujuan untuk diterapkan


Kartu ITB Kenyang
Tidak Setuju
15%

Setuju
85%

Grafik 3.1.6 – Persentase kesutujuan untuk diadakan Kartu ITB Kenyang


untuk mengatasi membludaknya antrian di kantin ITB
33

3.2 Analisis Data

Untuk menganalisis diterapkannya Kartu ITB Kenyang di Kantin ITB,

penulis melakukan survey dengan menggunakan kuesioner kepada mahasiswa

ITB. Berdasarkan hasil survey yang telah penulis dapatkan, kantin yang paling

sering dikunjungi di wilayah kampus ITB adalah Kantin Nasi Jepang/Kantin Nasi

Korea dengan jumlah responden sebanyak 29 orang dari jumlah total responden

yang mengisi adalah 94 orang.

Lalu penulis melakukan survey mengenai durasi antrian yang terjadi di

Kampus ITB, diketahui bahwa rata-rata mahasiswa ITB merasa durasi antrian

yang terjadi di kantin ITB sangat buruk dengan jumlah responden 27 orang dari

jumlah total responden yang mengisi adalah 93 orang. Hal ini menunjukkan

bahwa mahasiswa ITB merasa tidak nyaman dengan durasi antrian yang terjadi di

kantin ITB.

Untuk mengetahui proses transaksi di kantin ITB, penulis melakukan

survey mengenai kemudahan transaksi di kantin ITB, dan hasilnya pun

menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa ITB merasa sangat sulit dalam proses

transaksi di kantin ITB, hal ini cukup membuktikan bahwa transaksi yang terjadi

di kantin ITB belum optimal dalam memberikan pelayanan kepada konsumen di

kantin ITB.

Untuk mengetahui persepsi mahasiswa ITB mengenai sistem transaksi

yang efektif diterapkan di kantin ITB untuk pertimbangan dalam penerapan Kartu

ITB Kenyang, penulis melakukan survey mengenai sistem transaksi yang efektif

diterapkan di kantin ITB, dan didapatkan bahwa 45 orang dari 93 orang


34

mahasiswa ITB menganggap bahwa sistem bayar lalu makan yang efektif

diterapkan di Kantin ITB.

Untuk mengetahui efektivitas penerapan Kartu ITB Kenyang yang

dicanangkan oleh penulis, maka penulis melakukan survey mengenai pelayanan

yang dapat diterapkan di kantin ITB untuk bertransaksi, hasilnya menunjukkan

bahwa 49 orang dari 93 mahasiswa ITB menganggap bahwa transaksi antara

konsumen dengan kasir akan berjalan optimal apabila transaksi dilakukan dengan

mesin kasir atau mesin pembantu transaksi yang lain, dibandingkan dengan

bertransaksi secara manual .

Terakhir, penulis melakukan survey mengenai tanggapan mahasiswa ITB

apabila diadakan Kartu ITB Kenyang untuk mengatasi masalah membludaknya

antrian di kantin ITB, didapatkan bahwa 79 orang setuju dengan sistem yang

penulis ajukan. Sedangkan 14 orang yang lain tidak setuju apabila diterapkan

Kartu ITB Kenyang di kantin ITB. Alasan kesetujuan ini adalah sistem dan

pelayanan kantin ITB yang dianggap belum maksimal oleh mayoritas mahasiswa

ITB sehingga berpotensi menyebabkan membludaknya antrian di kantin ITB

sehingga diperlukan sistem dan pelayanan baru yang dapat mengatasi

permasalahan di kantin ITB. Maka dari itu, penulis menganggap bahwa penerapan

Kartu ITB Kenyang di kantin ITB merupakan solusi yang dapat mengatasi

masalah antrian yang terjadi di kantin ITB.

3.2.1 Sistem dan Pelayanan Kartu ITB Kenyang

Kartu ITB Kenyang merupakan solusi yang dapat mengatasi masalah

antrian di kantin ITB, sehingga mahasiswa ITB sebagai konsumen di kantin


35

tersebut akan merasa nyaman saat berkunjung ke kantin dan saat berkegiatan di

wilayah kampus ITB. Kartu ini menerapkan sistem E-Money, sehingga

mahasiswa ITB sebagai konsumen apabila berkunjung ke kantin tidak perlu

mengeluarkan uang mereka, cukup menggunakan kartu ini konsumen di kantin

ITB akan dapat melakukan transaksi dengan cepat dan efektif.

Kartu ITB Kenyang ini dibuat dengan melakukan kerja sama dengan bank.

Bank bertindak sebagai pihak yang memfasilitasi pengalihan saldo dari rekening

pemilik ke Kartu ITB Kenyang. Berikut desain modal kartu yang telah penulis

rencanakan :

Pengisian saldo dari Kartu ITB Kenyang pun ini dapat dilakukan di bank

yang terintegrasi dengan pengadaan Kartu ITB Kenyang ini. Mahasiswa ITB

dapat mengisi saldo dari kartu mereka di ATM yang terdapat di wilayah kampus

ITB maupun melalui SMS banking sehingga pengisian saldo nya pun dapat

dengan mudah dilakukan. Selain itu, pengisian saldo dapat dilakukan di kantin
36

secara langsung dengan pembayaran tunai sehingga pengisian saldo dapat

menjangkau seluruh kalangan.

Kartu ITB Kenyang ini digunakan dengan sistem E-Money, di setiap

kantin ITB akan terpasang suatu Top Up Machine yang digunakan untuk

melakukan transaksi. Kartu ITB Kenyang ini cukup ditempelkan ke Top Up

Machine yang berada di kantin ITB, Top Up Machine tersebut terpasang nama

makanan dan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen yang ada di kantin

tersebut. Konsumen cukup menempalkan kartunya pada makanan yang akan

dipesan di Top Up Machine, lalu mereka dapat langsung mengambil makanan

yang telah dipesan tersebut di stand yang ada di kantin ITB tanpa harus

mengantri, saldo di Kartu ITB Kenyang nya pun akan otomatis berkurang setelah

melakukan pemesanan di Top Up Machine.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pengkajian di atas, dapat disimpulkan menjadi

beberapa poin berikut.

1. Sistem antrean dan pembayaran paling optimal yang dapat diterapkan di

kantin ITB adalah dengan mengadakan Kartu ITB Kenyang sebagai

pemangkas durasi mengantre dan membayar

2. Pelayanan prima untuk mengoptimalkan diterapkanya sistem antrean

dan pembayaran yang dapat diterapkan di kantin ITB adalah dengan

memberikan top up machine di setiap kantin ITB.

4.2 Saran

Dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menyarankan kepada

peneliti selanjutnya untuk melakukan simulasi langsung terhadap antrean di

kantin ITB agar data yag didapatkan lebih akurat. Jika tetap melakukan

pengambilan data melalui angket, maka diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang

bersifat kuantitatif.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, Dharfan. 2007. Perkembangan Uang Elektronik dan Kartu Kredit di


Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma. 29-35.

Rivai, Veithal, dkk. 2001. Financial Institution Management. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada 165-174.

Bahri, Aseo Saiful. 2010. Konsep Uang Elektronik dan Peluang Implementasinya.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Press. Jakarta.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., Wotton, M. 1987. Financial


Management. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Considine, M. D. P. E. and Considine G. D. 1982. Food and Food Production


Encyclopedia. Van Nestrand Reinhold Company, New York.

Kim, Hyun Joo, Lee, Soojong & Shin, In Chul. 2013. Desain and Implementation
of In-House Electronic Money. (Vol. 7 No. 5 pp. 103-114) International
Journal of Smartphone.

Tim Inisiatif Bank Indonesia. 2006. Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat


Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money. Jakarta: Bank
Indonesia.

Tim Wadah Penulis. 2012. Penggunaan E-Money dalam Kehidupan. Jakarta: PT


Elek Media Kompotindo.

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

vii
Sumber internet :

Anonim. 2007. Efisiensi Transaksi dengan E-Money dan Implementasinya.


http://nasional.sindonews.com/read/657760/64/efisiensi-transaksi-dengan-e-
money, 16 April 2018.

Anonim. 20012. Penggunaan E-Money daalam kehidupan sehari-hari.


http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/05/17/penggunaan-e-money-dalam-
kehidupan-seharihari/, 16 April 2018.

viii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Gifty Safrilla Kurnia Pangestu

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Lahir : Proboliggo

Tanggal Lahir : 17 April 2000

Alamat : Jl. Tubagus Ismail 8 no. 50 kavling 2/4

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nomor Telepon : 082228041271

Email : jackgift72@gmail.cm

Riwayat Pendidikan :

Sekolah Dasar

SDN Gending 1

Lulus : 2012

ix
Sekolah Menengah

SMPN 1 Probolinggo

Lulus : 2015

SMAN 1 Proboliinggo

Lulus : 2017

Universitas

Institut Teknologi Bandung

Angkatan : 2017

x
Nama : Muhammad Markhan Meizika

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Lahir : Bandung

Tanggal Lahir : 15 Mei 1999

Alamat : Jl. Cigadung Selatan no. 9 RT/RW 004/008

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nomor Telepon : 082325921764

Email : hmeizika@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Sekolah Dasar

SDN Mangkubumen Lor 15 Surakarta

Lulus : 2011

xi
Sekolah Menengah

SMPN 1 Surakarta

Lulus : 2014

SMAN 1 Surakarta

Lulus : 2017

Universitas

Institut Teknologi Bandung

Angkatan : 2017

xii
Nama : Muhammad Iqbal Novanta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Lahir : Bandung

Tanggal Lahir : 15 November 1999

Alamat : Jl. Ibrahim Adjie no. 37 Buahbatu

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nomor Telepon : 087823032670

Email : miqbalnovanta@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Sekolah Dasar

SDN Buahbatu

Lulus : 2011

xiii
Sekolah Menengah

SMPN 18 Bandung

Lulus : 2014

SMAN 12 Bandung

Lulus : 2017

Universitas

Institut Teknologi Bandung

Angkatan : 2017

xiv
xv

Anda mungkin juga menyukai