Anda di halaman 1dari 8

Jurnal STIKES

Vol. 9, No.2, Desember 2016

TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEAMANAN


MAKANAN JAJANAN

KNOWLEDGE LEVEL OF PARENTS ABOUT SECURITY SNACK FOOD

Suprihatin, Fidiana Kurniawati STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan
no. 3B Kediri (0354) 683470 (stikes_rsbaptis@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Banyak makanan yang ternyata tidak baik untuk kesehatan karena adanya bahan
tambahan yang berbahaya seperti bahan pengawet, pewarna bahan pangan, bahan
pemanis, penyedap rasa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat
pengetahuan orang tua tentang keamanan makanan jajanan di Taman Kanak-Kanak Baptis
Setia Bakti Kediri. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Populasinya adalah orang tua
di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri. Besar sampel dalam penelitian ini
adalah 60 responden dan diambil secara Stratified Random Sampling. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan orang tua tentang
keamanan makanan jajanan. Hasil penelitian didapatkan lebih dari 50% responden dengan
tingkat pengetahuan baik tentang zat terlarang yang terkandung dalam bahan makanan
yaitu sebanyak 36 responden (60%) namun yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 12 responden (20%), lebih dari 50% responden dengan tingkat pengetahuan
baik tentang bahaya yang mengancam akibat jajanan yaitu sebanyak 38 responden (63%)
dan paling banyak responden dengan tingkat pengetahuan baik upaya menghindari
jajanan yaitu 29 responden (48%) namun yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 15 responden (25%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
orang tua tentang keamanan makanan jajanan di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti
Kediri adalah baik.

Kata Kunci: Pengetahuan, Orang Tua, Keamanan Makanan Jajanan

ABSTRACT

Much of the food was not good for health because of their harmful additives such
as preservatives, food colorings, sweeteners, flavors. The purpose of this study was to
identify the level of knowledge of parents about the safety of street food in Kindergarten
Baptist Setia Bakti Kediri. This study was descriptive. Its population is the elderly in
kindergarten Baptist Setia Bakti Kediri. The sample size in this study is 60 respondents
and taken in Stratified Random Sampling. The variable in this study is a single variable is
the level of parental knowledge about the safety of street food. The result showed a more
than 50% of respondents with the level of knowledge both about illicit substances
contained in foods as many as 36 respondents (60%) but which have a level less
knowledge as much as 12 respondents (20%), more than 50% of respondents with a level
of knowledge good about the dangers that threatened snacks as many as 38 respondents

119
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan
Jajanan Suprihatin, Fidiana Kurniawati

(63%) and most respondents with a good level of knowledge of the effort to avoid
snacks that 29 respondents (48%), but who have less knowledge level of 15
respondents (25%). The conclusion of this study is the level of parental knowledge
about the safety of street food in Kindergarten Baptist Setia Bakti Kediri is good.

Keywords: Knowledge, Parents, Snacks Food Safety

PENDAHULUAN Makanan yang dikonsumsi anak


tidak semuanya aman dan sehat. Banyak
makanan yang ternyata tidak baik untuk
Kesehatan dan perkembangan kesehatan karena adanya bahan tambahan
siswa dapat dikontrol melalui makanan yang berbahaya seperti bahan pengawet,
jajanan yang dikonsumsi siswanya di pewarna bahan pangan, bahan pemanis,
sekolah, karena kebanyakan jajanan yang penyedap rasa dan lain-lain (Eka, 2008).
di jual tidak hygienis serta kemungkinan Apabila mengkonsumsi makanan yang
besar mengandung boraks, formalin, zat banyak mengandung bahan tambahan
pengawet dan zat pewarna (Badan yang berbahaya tersebut tidak dapat
Ketahanan Pangan Sumatra Utara, 2006). dikontrol dalam menimbulkan berbagai
Keamanan pangan adalah kondisi dan gangguan diantaranya: gangguan
upaya yang diperlukan untuk mencegah gastrointestinal yaitu seperti kram perut,
pangan dari kemungkinan cemaran sembelit, mual, muntah-muntah,
biologis, kimia, dan benda lain yang gangguan encephalophati seperti sakit
dapat mengganggu, merugikan, dan kepala, bingung, pikiran kacau, sering
membahayakan kesehatan manusia pingsan dan koma. Selain itu dapat juga
(Budi, 2006). Pangan yang aman adalah mengakibatkan gagal ginjal, kaku,
pangan yang tidak mengandung bahaya kelemahan, tidak ingin bermain, peka
biologi atau mikrobiologi, bahaya kimia, terhadap rangsangan, sulit bicara.
dan bahaya fisik (Ardiansyah, 2007). Makanan tidak bersih dapat tercemar
Berdasarkan penelitian Badan bakteri E-coli, gangguan yang
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditimbulkan bakteri ini adalah sakit perut,
tahun 2006 dari 163 sampel jajanan anak diare dan gangguan pencernaan lainnya.
yang diuji di 10 provinsi didapatkan 80 Jajanan yang menggunakan formalin dan
sampel jajanan tersebut memenuhi bahan boraks dapat mengakibatkan gangguan
baku mutu keamanan. Kebanyakan pencernaan seperti sakit perut akut,
jajanan yang bermasalah itu mengandung muntah-muntah, depresi sistem saraf,
boraks, formalin, zat pengawet, zat serta kegagalan peredaran darah.
pewarna serta menggunakan garam yang Formalin dan boraks biasanya digunakan
tidak beryodium (Badan Ketahanan untuk pengawet mayat, pembasmi kecoa
Pangan Sumatra Utara, 2006). Selain itu dan penghilang bau. Dalam dosis tinggi,
diberitakan pula bahwa keracunan yang formalin menyebabkan kejang-kejang,
disebabkan oleh makanan dari jasa boga tidak bisa kencing, muntah darah,
sebanyak 33,8 %, keluarga 29,2 %, kerusakan ginjal bahkan kematian.
jalanan 18,5 %, industri 4,6 % dan tak Jajanan dengan pewarna rhodamin dapat
diketahui 13,9 % (Yuliarti, 2007). mengakibatkan gangguan fungsi hati,
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti bahkan kanker hati puluhan tahun
dari Taman Kanak-Kanak Baptis Setia kemudian. Jajanan yang mengandung
Bakti Kediri didapatkan jumlah kelas vetsin (mono sodium glutamat/MSG)
yang ada sebanyak 6 kelas yang terdiri menyebabkan sindrom restoran china
dari A1, A2, A3, B1, B2 dan B3, dimana (Badan Ketahanan Pangan Sumatra
jumlah seluruh siswa sebanyak 147 anak. Utara, 2006). Tanda-tanda rasa kebas di
tengkuk menjalar ke lengan dan

120
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan Jajanan Jurnal STIKES
Suprihatin, Fidiana Kurniawati
Vol. 9, No.2, Desember 2016

belakang. Dalam jangka panjang, MSG jajannya di lingkungan sekolah sehingga


dapat mengakibatkan kanker bahkan sulit diawasi. Sebenarnya tanpa disadari,
kematian (Badan Ketahanan Pangan orang tua juga ikut andil dalam kebiasaan
Sumatra Utara, 2006). Dampaknya buruk tersebut, tidak jarang untuk
terbesar apabila makanan yang menenangkan anak yang sedang rewel,
mengandung bahan-bahan tersebut terus orang tua terkadang membiarkan
dikonsumsi akan sangat merugikan, anaknya jajan atau bahkan membelikan
karena bisa memicu berbagai gangguan, jajanan akibatnya anak menjadi kenyang
mulai keracunan, alergi sampai kanker dan malas makan makanan rumah.
(Eka, 2008). Perlindungan konsumen Indikator pengetahuan orang tua terhadap
anak untuk memberikan perlindungan keamanan makanan jajanan meliputi: zat
kepada konsumen dalam mengkonsumsi terlarang yang terkandung dalam bahan
makanan jajanan maka perlu peran dan makanan, bahaya yang mengancam dan
berbagai pihak seperti pertama : upaya menghindari jajanan. Apabila
pemerintah dengan melakukan orang tua sudah memiliki pengetahuan
pengawasan peredaran bahan tamabahan yang baik tentang zat terlarang yang
makanan, berbahaya, sehingga tidak ada terkandung dalam bahan makanan,
lagi di pasaran, melakukan pembinaan bahaya yang mengancam dari zat
kepada pedagang-pedagang kecil, terlarang, upaya-upaya menghindari
melakukan pengawasan terhadap jajanan tersebut di atas maka orang tua
prosedur-prosedur makanan jananan dapat mencegah lebih dini terjadinya
anak, kedua: pedagang atau produsen gangguan akibat makanan atau bahkan
dengan memproduksi makanan jajanan mencegah terjadinya keracunan. Untuk
anak yang sesuai dengan standart pangan itu, apabila orang tua tidak memiliki
dan tidak menggunakan bahan tambahan pengetahuan yang baik, hendaknya orang
makanan yang berbabahaya, ketiga : guru tua perlu meningkatkan pengetahuannya
melindungi dan memberikan pengertian tentang keamanan makanan jajanan agar
kepada murid-muridnya untuk dapat memberikan pengarahan kepada
mengkonsumsi makanan yang sehat dan guru untuk mendukung upaya orang tua
higienis dan keempat orang tua dalam mengontrol jenis jajanan yang
membekali anaknya dengan makanan dikonsumsi anak di sekolah. Tujuan
yang menarik dan bergizi saat pergi ke Penelitian ini dalah mempelajari Tingkat
sekolah (Sugihantoro, 2006). Lingkungan Pengetahuan orang tua tentang Keamanan
Taman Kanak-Kanak atau sekolah juga Makanan Jajanan di Taman Kanak-Kanak
akan membentuk kebiasaan anak. Jika Baptis Setia Bakti Kediri.
teman-teman sekolahnya biasa jajan,
anak akan lebih sulit menahan diri untuk
tidak jajan, disinilah pentingnya peran Metodologi Penelitian
orang tua dalam memotivasi anak untuk
membawa bekal atau memilih jajanan
yang sehat dan aman, karena itu, sungguh Desain penelitian ini adalah
patut dicontoh sekolah-sekolah yang kini deskriptif. Penelitian ini dilakukan di
mulai memberikan perhatian pada Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti
konsumsi makanan muridnya selama di Kediri pada tanggal 11 Mei - 6 Juni 2016.
sekolah. Adanya kerja sama yang baik Variabel pada penelitian ini adalah
antara orang tua dengan guru-guru di Tingkat Pengetahuan orang tua tentang
sekolah tentu sangat membantu membuat Keamanan Makanan Jajanan. Populasi
anak lebih banyak mengkonsumsi penelitian ini adalah semua Tingkat
makanan sehat dan menghindari jajan Pengetahuan orang tua anak di Taman
(Tabloit Ibu dan Anak, 2003). Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri.
Banyak orang tua menjadi bingung Tehnik sampling yang digunakan adalah
ketika anaknya sulit makan makanan Consecutive Sampling, jumlah sampel
rumah dan lebih suka jajan, apalagi jika yang digunakan adalah 60 responden.

121
Jurnal STIKES
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan Jajanan
Vol. 9, No.2, Desember 2016
Suprihatin, Fidiana Kurniawati

Pengumpalan data menggunakan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.


kuesioner, setelah data terkumpul akan

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Zat Terlarang
yang Terkandung dalam Bahan Makanan di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia
Bakti Kediri pada Tanggal 11 Mei - 6 Juni 2016 (n=60)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik 36 60
Cukup 12 20
Kurang 12 20
Jumlah 60 100

Dari data Tabel 1 dapat diketahui tingkat pengetahuan kurang sebanyak 12


bahwa lebih dari 50% responden responden (20%) orang tua beresiko tidak
memiliki tingkat pengetahuan baik mampu memilih makanan yang tidak
tentang zat terlarang yang terkandung mengandung zat terlarang yang terdapat
dalam bahan makanan yaitu sebanyak 36 di dalam makanan.
responden (60%) dan yang memiliki

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Bahaya yang
Mengancam Akibat Jajanan di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri
pada Tanggal 11 Mei - 6 Juni 2016 (n=60)
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik 38 63
Cukup 19 32
Kurang 3 5
Jumlah 60 100

Dari data tabel 2 dapat diketahui (63%), anak beresiko memakan makanan
bahwa lebih dari 50% responden yang mengandung zat terlarang karena
memiliki tingkat pengetahuan baik orang tua tidak tahu menghindari
tentang bahaya yang mengancam akibat makanan jajanan.
jajanan yaitu sebanyak 38 responden

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Upaya


Menghindari Jajanan di Taman Kanak-Kanak Baptis Setia Bakti Kediri pada
Tanggal 11 Mei - 6 Juni 2009
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik 29 48
Cukup 16 27
Kurang 15 25
Jumlah 60 100

Dari data tabel 3 dapat diketahui tingkat pengetahuan kurang sebanyak 15


bahwa paling banyak responden memiliki responden (25%).
tingkat pengetahuan baik tentang upaya
menghindari jajanan yaitu sebanyak 29
responden (48%) dan yang memiliki

122
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan MakananJurnal
JajananSTIKES Suprihatin,Vol.9,NoFidiana.2,DesemberKurniawati2016

Pembahasan pemanis yang tahan panas (Yuliarti,


2007). Aspartam digunakan sebagai
pemanis buatan pada berbagai jenis
Tingkat Pengetahuan Orang Tua makanan dan minuman. (Yuliarti, 2007).
tentang Zat Terlarang yang Penyedap rasa yang paling kita kenal
Terkandung dalam Bahan Makanan. adalah MSG atau monosodium glutamat
yang disebut pula vetsin ataupun moto.
Bahan ini banyak sekali dicampurkan ke
Berdasarkan hasil penelitian dalam berbagai jenis makanan, terutama
terhadap 60 responden didapatkan jajanan anak-anak.
responden dengan tingkat pengetahuan Hasil penelitian didapatkan lebih
baik sebanyak 36 responden (60%), dari 50% responden memiliki tingkat
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 12 pengetahuan baik tentang zat terlarang
responden (20%) dan tingkat yang terkandung dalam bahan makanan.
pengetahuan kurang sebanyak 12 Hal ini disebabkan karena berbagai faktor
responden (20%). Jadi lebih dari 50% antara lain umur dan pendidikan, dimana
responden memiliki tingkat pengetahuan hasil penelitian didapatkan paling banyak
baik tentang zat terlarang yang responden dengan umur 31-35 tahun
terkandung dalam bahan makanan. yaitu sebanyak 19 responden (32%),
Secara teori, pengetahuan dan karena semakin banyak usia seseorang
kognitif merupakan domain yang sangat maka pengetahuan yang dimiliki juga
penting untuk terbentuknya tindakan semakin tinggi, hal ini berhubungan
seseorang. Pengetahuan yang dicakup dengan pengalaman hidup. Semakin
dalam domain kognitif mempunyai enam cukup umur, tingkat kemampuan,
tahapan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, kematangan, dan kekuatan seseorang
analisis, sintesis, penilaian kembali akan lebih matang dalam berpikir dan
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Gunawan bekerja. Selain umur, pendidikan
(2005), zat terlarang yang terkandung responden juga dapat mempengaruhi
dalam bahan makanan: zat pewarna tingkat pengetahuan, dimana hasil
(pewarna alami dan pewarna sintetis), zat penelitian didapatkan lebih dari 50%
pengawet, zat pemanis serta zat penyedap responden dengan pendidikan SMA yaitu
rasa dan aroma. Bahan pengawet adalah sebanyak 32 responden (53%), karena
bahan tambahan pangan yang dapat makin tinggi tingkat pendidikan
mencegah atau menghambat proses seseorang makin mudah menerima
fermentasi, pengasaman, atau penguraian informasi sehingga makin banyak pula
lain terhadap makanan yang disebabkan pengetahuan yang dimiliki. Banyak
oleh mikroorganisme. Bahan yang responden yang tidak bisa menjawab
termasuk dalam pengawet yang dilarang diantaranya pada pertanyaan nomor 7 dan 8
adalah formalin, boraks dan tentang penggunaan pemanis tambahan
kloramfenikol (Cahyadi, 2008). Beberapa yang tidak merugikan dan pemanis yang
jenis pemanis alami maupun pemanis dilarang di Indonesia. Hal ini
buatan dapat digunakan untuk makanan. dikarenakan responden umumnya banyak
Pemanis alami yang sering digunakan yang belum mengenal kalau pemanis
adalah gula alam atau sukrosa (Yuliarti, buatan bisa dibuat untuk penderita
2007). Macam-macam pemanis sintetis: Diabetes Mellitus dan tentang zat
sakarin, siklamat dan aspartam. Sakarin pemanis yang dilarang seperti Dulsin.
merupakan pemanis buatan yang Selain itu terdapat 20% anak beresiko
mempunyai rasa aman 200-700 kali terhadap bahaya zat terlarang yang
sukrosa (yang biasa kita sebut gula) terkandung dalam bahan makanan,
(Yuliarti, 2007). Siklamat pemanis yang karena orang tuanya tidak memiliki
sering digunakan untuk makanan kaleng pengetahuan yang cukup atau baik
ataupun makanan lain yang diproses tentang zat terlarang yang terkandung
dalam suhu tinggi karena merupakan dalam bahan makanan, sehingga orang

123
Jurnal STIKES
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan Jajanan
Vol. 9, No.2, Desember 2016

Suprihatin, Fidiana Kurniawati

tua tidak mampu memilih makanan yang galaktosa, glukosa, fruktosa, sorbitol,
tidak mengandung zat terlarang sehingga manitol, gliserol dan glisina (Yuliarti,
anak mereka beresiko lebih besar terkena 2007).
penyakit akibat zat terlarang yang Hasil penelitian didapatkan lebih
terkandung dalam bahan makanan yang dari 50% responden memiliki tingkat
dikonsumsi oleh anak dari pada orang tua pengetahuan baik tentang bahaya yang
yang mempunyai tingkat pengetahuan mengancam akibat jajanan. Hal ini
baik tentang zat terlarang yang disebabkan karena orang tua memahami
terkandung dalam bahan makanan. bahaya yang ditimbulkan dari makanan
jajanan misalnya karena adanya bahan
pengawet, pewarna dan pemanis. Namun
Tingkat Pengetahuan Orang Tua pada pertanyaan nomor 10 banyak
tentang Bahaya yang Mengancam responden yang tidak bisa menjawab
Akibat Jajanan karena banyak orang tua yang tidak
mengerti tentang bahaya makan makanan
yang banyak mengandung zat pewarna.
Berdasarkan hasil penelitian Hasil pengetahuan orang tua yang baik
terhadap 60 responden didapatkan didukung oleh sumber informasi dari
responden dengan tingkat pengetahuan televisi, radio, buku dan lain-lain. Tetapi
baik sebanyak 38 responden (63%), orang tua harus selalu waspada terhadap
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 makanan jajanan yang dimakan anaknya
responden (32%) dan tingkat karena bukannya tidak mungkin orang
pengetahuan kurang sebanyak 3 tua tidak mengetahui anaknya memakan
responden (5%). Jadi lebih dari 50% makanan jajanan yang mengandung zat
responden memiliki tingkat pengetahuan terlarang yang terkandung dalam
baik tentang bahaya yang mengancam makanan jajanan yang berakibat
akibat jajanan. berbahaya pada anak.
Secara teori, pengetahuan dan
kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
seseorang. Pengetahuan yang dicakup tentang Upaya Menghindari Jajanan
dalam domain kognitif mempunyai enam
tahapan, yaitu tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, penilaian kembali Berdasarkan hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2003). Umumnya pewarna terhadap 60 responden didapatkan
alami aman untuk digunakan dalam responden dengan tingkat pengetahuan
jumlah yang besar sekalipun, berbeda baik sebanyak 29 responden (48%),
dengan pewarna sintetis yang demi tingkat pengetahuan cukup sebanyak 16
keamanan penggunaannya harus dibatasi responden (27%) dan tingkat
(Yuliarti, 2007). Zat pengawet salah pengetahuan kurang sebanyak 15
satunya adalah formalin. Formalin responden (25%). Jadi paling banyak
umumnya masuk ke dalam tubuh responden memiliki tingkat pengetahuan
manusia melalui dua jalan, yakni melalui baik tentang upaya menghindari jajanan
mulut dan saluran pernapasan. Kontak yaitu sebanyak 29 responden (48%).
dengan formalin bisa mengakibatkan luka Secara teori, pengetahuan dan
bakar jika mengenai kulit, iritasi pada kognitif merupakan domain yang sangat
saluran pernafasan bila menghirup penting untuk terbentuknya tindakan
uapnya dalam konsentrasi yang tinggi, seseorang. Pengetahuan yang dicakup
maupun reaksi alergi dan bahaya kanker dalam domain kognitif mempunyai enam
pada manusia. Pemanis alami dapat tahapan, yaitu tahu, memahami, aplikasi,
digunakan untuk makanan. Berbagai analisis, sintesis, penilaian kembali
pemanis yang dapat digunakan untuk (Notoatmodjo, 2003). Menurut Gunawan
makanan diantaranya laktosa, maltosa, (2005), orang tua dapat meminimalisasi

124
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan Jajanan Jurnal STIKES
Suprihatin, Fidiana Kurniawati
Vol. 9, No.2, Desember 2016

keinginan jajan pada anaknya ketika tua membawakan bekal makanan bila
sekolah dengan menggunakan upaya- anak tidak sempat sarapan, bila pada saat
upaya berikut: biasakan makan pagi. Hal di rumah, orang tua kebanyakan
ini efektif untuk mengurangi nafsu jajan membuatkan kudapan yang disukai anak
pada anak, membawa bekal. Dengan dan bila anak tidak sempat sarapan orang
membawa bekal, selain kebersihan tua banyak memberikan uang untuk
terjaga, nutrisi terpenuhi, sediakan membeli jajanan di sekolah. Anak yang
kudapan atau camilan sehat di rumah, beresiko membeli jajanan di sekolah atau
bisa berupa buah atau kue, variasi di tempat lain yang lebih beresiko
makanan di rumah. Menu yang berganti- terhadap bahaya terhadap zat terlarang
ganti membuat anak belum tentu yang terkandung dalam bahan makanan
terpenuhi kebutuhan gizi. Ini bisa sebanyak 25%, karena orang tuanya tidak
diterapkan di kantin-kantin sekolah memiliki pengetahuan yang cukup atau
secara variatif dan bergizi sehingga murid baik tentang upaya menghindari jajanan.
tidak membeli jajanan di sekolah, jangan Namun ada beberapa responden yang
biasakan mengganti makanan dengan memiliki tingkat pengetahuan kurang
jajanan, jangan terlalu sering makan di khususnya dalam menjawab pertanyaan
restoran fast food. Makanan yang dalam kuesioner mengenai cara
ditawarkan dengan rasa berlebih, menghindari anak agar tidak suka makan
kandungan kalorinya juga lebih besar jajanan.
dibanding kandungan gizi. Menurut
Gunarso (2000), faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain : Kesimpulan
faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
Adapun faktor ekstrinsik meliputi
pendidikan, pekerjaan dan keadaan bahan Tingkat pengetahuan orang tua
yang akan dipelajari. Sedangkan faktor tentang keamanan makanan jajanaan
intrinsik meliputi : umur, kemampuan yaitu zat terlarang bahaya yang
dan kehendak atau kemauan. Menurut mengancam akibat jajanan dan upaya
Gunawan (2005), zat terlarang yang menghindari jajanan di Taman Kanak-
terkandung dalam bahan makanan : zat Kanak Baptis Setia Bakti Kediri
pewarna (pewarna alami dan pewarna didapatkan paling banyak responden
sintetis), zat pengawet, zat pemanis serta dengan tingkat pengetahuan baik.
zat penyedap rasa dan aroma
Hasil penelitian didapatkan paling
banyak responden memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang upaya Saran
menghindari jajanan yaitu sebanyak 29
responden (48%). Hal ini disebabkan
karena orang tua memperhatikan pola Saran dalam penelitian ini yang
jajan pada anaknya agar terhindari dari pertama bagi Orang tua diharapkan lebih
bahaya yang mengancam akibat makanan termotivasi untuk lebih meningkatkan
jajanan yang dikonsumsi oleh anak, pengetahuan tentang keamanan makanan
karena orang tua pernah diberi jajanan dengan cara orang tua lebih
penyuluhan dan diberi contoh makanan banyak membaca buku, mencari
yang sehat sesuai umur anak dan tentang informasi dari internet, mendengarkan
kebersihan makanan. Responden yang radio ataupun bisa dengan menonton
memiliki tingkat pengetahuan kurang televisi, sehingga orang tua mampu
tentang upaya menghindari jajanan yaitu mencegah penyakit yang disebabkan oleh
sebanyak 16 responden (25%). Banyak makanan jajanan sehingga dapat
responden pada pertanyaan nomor 15, 18 menekan angka kesakitan pada anaknya
dan 19 tidak dapat menjawab pertanyaan dengan cara orang tua membawakan
dengan benar, karena kebanyakan orang bekal makanan kepada anak agar anak

125
Jurnal STIKES
Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Keamanan Makanan Jajanan
Vol. 9, No.2, Desember 2016
Suprihatin, Fidiana Kurniawati

tidak makan makanan yang mengandung Tabloit Ibu dan Anak. (2003). Ancaman di
zat terlarang dan yang selanjutnya bagi Balik Jajanan Anak-anak.
Profesi Keperawatan yaitu Perawat http://cyberwoman.cbn.net.id/cbp
hendaknya lebih termotivasi untuk lebih rtl/common/ptofriend.aspx?x=M
menerapkan asuhan keperawatan other+And+Baby&y=cyberwom
komunitas di sekolah dalam bentuk an%7C0%7C0%7C8. Diakses
pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah Tanggal 14 April 2016 Jam 7 pm.
dengan cara melakukan pembinaan pada
siswa agar program UKS yang ada di Sugihantoro, Dinding. (2006). Bahan
sekolah dapat berjalan dengan optimal. Makanan Tambahan pada
Makanan Jajanan Anak.
http://www.localhost/C:/Docume
DAFTAR PUSTAKA nts%20and%20Settings/Adminis
trator/My%20Documents/new%
20jajan/KAKAK%20Found
Ardiansyah. (2007). Keamanan Pangan. Diakses Tanggal 14 April 2016
www://http:google.com. Diakses Jam 6 pm.
Tanggal 13 Maret 2016 Jam 9
am. Suhartono, Suparlan. (2008). Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Budi. (2006). Keamanan Pangan. Arruzz Media.
www://http:google.com. Diakses
Tanggal 15 Maret 2016 Jam 4 Yuliarti. (2007). Awas Bahasa di Balik
pm. Lezatnya Makanan. Yogyakarta:
Andi.
Cahyadi, Wisnu. (2008). Bahan
Tambahan Pangan. Jakarta :
Bumi Aksara.

Eka, Tangguh. (2008). Bahan Pengawet


dalam Jajanan Anak.
http://id.wikipedia.org/wiki/baha
n-pengawet-dalam-jajanan.com.
Diakses Tanggal 11 Maret 2016
Jam 5 pm.

Gunawan, Lianneke. (2005). Kandungan


Gizi pada Makanan.
http://www.duniabelajar.com/gur
u-tips-lihat.php?id=6&kelas=14.
Diakses Tanggal 15 April 2016
Jam 10 am.

Badan Ketahanan Pangan Sumatra Utara,


(2006). Gangguan Akibat
Jajanan. www.bkkbn.go.id.
Diakses Tanggal 11 Maret 2016
Jam 4 pm.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.

126

Anda mungkin juga menyukai