Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

Intravenous Pyelogram pada Kucing

Disusun oleh:

Metrizal Abdi Taufik B941442


Puti Puspitasari B94144
Putri Ekandini B94144
Zella Nofitri B94144250

BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014-2015
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA

Intravenous Pyelography

Intravenous pyelography (IVP) atau excretory urography (EU) adalah teknik radiografi
khusus yang digunakan untuk melihat organ sekretori terutama ginjal dan ureter dikarenakan
kedua organ tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas menggunakan radigrafi biasa. IVP
bertujuan untuk mengevaluasi ukuran, bentuk, densitas, dan posisi ginjal dan ureter
menggunakan sediaan bahan kontras yang steril, larut dalam air terionisasi maupun non
ionisasi (Ackerman 1974). Kualitas dari teknik ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu (1)
infiltrasi glomerulus, dimana bahan kontras akan diinfiltrasi secara pasif oleh glomerulus
sehingga apabila ada penurunan laju infiltrasi dalam glomerulus akan menurunkan jumlah
material radiopaque sehingga menurunkan densitas organ yang akan diamati, (2)
keseimbangan cairan pasien dan kapasitas konsentrasi ginjal, atau berat jenis urin spesifik
dikarenakan infiltrasi cairan di dalam tubula akan meningkatkan konsentrasi urin sehingga
meningkatkan densitas bahan kontras di dalam ginjal dan ureter (Feeney 1977; Feeney et al.
1979).

Indikasi

Pemeriksaan IVP merupakan diagnosa penunjang untuk menilai kelainan pada sistem
kemih, serta seberapa cepat dan efisien sistem urogenital pasien. Pemeriksaan ini juga
digunakan untuk membantu mendiagnosa gejala seperti hematuria, hidronefrosis, atau nyeri
pada bagian abdomen yang disebabkan oleh batu ginjal, pembesaran prostat, tumor di ginjal,
ureter atau kandung kemih, operasi pada saluran kemih, dan anomali kongenital saluran
kemih (Hatch 1996).

Kontra Indikasi

Tubulus ginjal tidak memiliki kemampuan mereabsorbsi media kontras, oleh karena itu
semakin besar kemampuan tubulus ginjal untuk menyerap air, semakin tinggi konsentrasi
media kontras dan visualisasi yang dihasilkan. Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak untuk
studi ini, dehidrasi dan oliguria merupakan kontraindikasi relatif kuat. Media kontras Iodin
dapat menimbulkan masalah ginjal dalam kondisi aliran urin yang rendah. Azotemia bukan
merupakan kontraindikasi, namun faktor ini dapat meningkatkan dosis media kontras yang
diperlukan dibandingkan dengan pasien yang memiliki derajat hidrasi dan kemampuan urinasi
yang baik (Feeney et al. 1982), dan meskipun ada derajat korelasi antara tingkat serum urea
nitrogen dengan kualitas radiograf IVP, azotemia tidak dapat dijadikan predisposisi utama
dara buruknya hasil IVP (Morgan et al. 1987).
Ada beberapa pencegahan lain yang perlu dipertimbangkan berdasarkan pengalaman
penggunaan prosedur IVP pada manusia, seperti diabetes mellitus, alergi terhadap yodium,
Bence Jones proteinuria, dan kombinasi antara gagal ginjal dan gagal hati (Byrd dan Sherman
1979; Davidson 1984).

Fase IVP

Pemeriksaan IVP dapat dibagi menjadi dua fase yang berbeda. Fase pertama adalah
fase nefrogram, yaitu fase beberapa menit pertama setelah penyuntikan media kontras
melalui intavena (Feeney et al. 1979). Selama fase ini, kontras didistribusikan secara merata
di seluruh kompartemen intravaskular ginjal dan sampai batas tertentu dalam tubuli ginjal.
Kekeruhan homogen pada ginjal dapat terjadi karena volume darah keseluruhan yang masuk
ke ginjal relatif besar. Fase ini adalah fase yang ideal untuk melakukan evaluasi ukuran dan
bentuk ginjal (Feeney et al. 1982). Dalam beberapa penelitian, perbedaan densitas antara
korteks ginjal dan medula akan terlihat sehingga rasio medula kortikal dapat ditentukan. Fase
ke dua adalah fase pyelogram, yaitu fase lima menit setelah penyuntikan media kontras
melalui intavena dimana renal pelvis terisi oleh media kontras.

METODE

Alat dan Bahan

Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pre-studi

Sebelum dilakukan pemberian bahan kontras dilakukan pengambilan gambar radiografi


dengan posisi ventro-dorsal. Hasil radiografi terlihat gambaran ginjal radiopaque dengan
posisi ginjal kanan lebih ke cranial dibandingkan dengan ginjal kiri. Terletak di ruang
retroperitoneal (zona 3). Ukuran ginjal normal, sekitar 3 kali dari panjang os vertebrae
lumbales II (normal kucing : 2,4 – 3,0 kali dari panjang L2). Tidak ada perubahan pada bentuk,
ukuran, jumlah, lokasi, dan marginasi ginjal.
SIMPULAN

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman N. 1974. Intravenous pyelography. J Am Anim Hosp Assoc. 10:277.


Byrd L, Sherman RL. 1979. Radiocontrast-induced acute renal failure: a clinical and
pathophysiologic review. Medicine 58:270.
Davidson AJ. 1984. Diagnosis of Renal Parenchymal Disease. Philadelphia (US): WB
Saunders.
Feeney DA. 1977. Effect of dose on quality of excretory urography. J Am Vet Radiol Soc 18:34.
Feeney DA, Barber DL, Johnston GR. 1982. The excretory urogram: Interpretation of
abnormal findings. Comp Cont Educ Pract Vet 4:321.
Feeney DA, Barber DL, Osborne CA. 1982.The functional aspects of the nephrogram in
excretory urography: a review. Vet Radiol 23:42.
Feeney DA, Thrall DE, Barber DL. 1979. Normal canine excretory urogram: effects of dose,
time, and individual dog variation. Am J Vet Res 40:1596.
Hatch DA. 1996. Genitourinary Imaging: Intravenous Pyelogram (IVP) [internet]. [Diunduh
2015 Apr 04]. Tersedia pada: http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/urology/
ivphome.htm
Morgan JP, Pool RR, Miyabayashi T. 1987. Primary degenerative joint disease in a colony of
Beagles. J Am Vet Med Assoc 190:531

Anda mungkin juga menyukai