Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi

Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di
kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila
palatina lebih padat dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi oleh
kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Tonsila palatina merupakan jaringan
limfoepitel yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein
asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus, bakteri, dan
antigen makanan). Mekanisme pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik. Apabila
patogen menembus lapisan epitel maka sel-sel fagositik mononuklear pertama-tama akan
mengenal dan mengeliminasi antigen.1

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu
Universitas Sumatera Utara menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan
sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik. 1

Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga
hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium,
sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke bawah
berhubungan esofagus. Faring terdiri atas:2

1. Nasofaring
Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur penting,
seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong Rathke,
choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius. Batas antara cavum nasi dan naso
faring adalah choana. Kelainan kongenital koana salah satunya adalah atresia choana.
Struktur Nasofaring :
1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditiva
2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena
cartilago tuba auditiva
3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan
karena musculus levator veli palatini.
4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubarius
5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan penonjolan dari
musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba
auditiva terutama ketika menguap atau menelan.
6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat predileksi
Nasopharingeal Carcinoma.
7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid jika ada
pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.
8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.
9. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da oropharing
karena musculus sphincterpalatopharing
10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei2

2. Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa tonsilaris,
arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.
a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik
faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut.
b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah
memecah ke luar bila terjadi abses.
c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dan
ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di
dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa
makanan2
3. Laringofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa piriformis.
Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara,
dan untuk artikulasi.2

B. Klasifikasi
FARINGITIS3
1. Faringitis Akut
a. Faringitis viral
Rhinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis. Gejala berupa demam, disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorokan, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis.
Penyebab infeksi virus seperti virus influenza, cox virus, cytomegalovirus
tidak menghasiilkan eksudat dan Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan
faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak
b. Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus beta hemolyticus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa dan anak. Gejala yang timbul berupa sakit
kepala yang hebat, muntah, demam, dan batuk. Tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis, kelenjar limfe membesar.
c. Faringitis fungal
Candida tumbuh di mukosa mulut dan faring. Keluhan seperti nyeri
tenggorok, dan nyeri menelan, serta tampak plak putih di orofaring dan mukosa
faring hiperemis.
d. Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak oro-genital.

2. Faringitis Kronik3
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring dan tampak kelenjar
limfa di bawah mukosa faring hiperplasi. Gejala yang timbul tenggorok kering
dan gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
Gejala berupa tenggorokan kering dan mulut berbau.

3. Faringitis Spesifik3
a. Faringitis Luetika
Infeksi pada faring yang disebabkan oleh treponema palidum.
b. Faringitis tuberculosis
Proses sekunder dari tuberculosis paru. Cara infeksi eksogen yaitu melalui
kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui
udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darag pada tuberculosis
miliaris. Gejala umum sepertu anoreksia dan odinofagia, nyeri hebat di tenggorok
dan otalgia disertai pembesaran kelenjar limfe servikal.

TONSILITIS3
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis viral
Gejala menyerupai common cold disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab
paling sering adalah virus Epstein Barr. Haemofilus influenza merupakan
penyebab tonsillitis akut supuratif. Pada infeksi virus coxschakie, pemeriksaan
rongga mulut akan tampak luka-lua kecil pada palatum dan tonsil yang sangat
nyeri.
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus B
haemoliticus group A. Infeksi bakteri lainnya seperti pneumokokus,
Streptococcus viridans, Streptococcus piogenes dapat menginfiltrasi pada jaringan
epitel tonsil dan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Tonsilitis akut disertai detritus jelas
disebut tonsillitis folikularis. Bila bercak detritus menjadi satu, membentuk alur-
alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus dapat juga melebar
sehingga terbentuk semacam membrane semu (pseudomembrane) yang menutupi
tonsil.
Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala yang sering ditemukan adalah nyeri
tenggorok dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh tinggi, rasa lesu,
nyeri di sendi-sendi, anoreksia, dan otalgia.

2. Tonsilitis Membranosa3
a. Tonsilitis Difteri
Frekuensi penyakit ini menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi.
Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Corynebacterium diphteriae, kuman gram
positif. Gejala yang timbul seperti demam, nyeri kepala, anorexia, badan lemah,
bradikardi, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama
meluas dan bersatu membentuk membrane semu.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab dari tonsillitis septik adalah Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga timbul epidemic. Oleh karena di Indonesia
pemasakan susu dilakukan dengan cara pasteurisasi, sehingga penyakit ini jarang
ditemukan.

c. Angina Plaut Vincent


Penyebabnya ialah spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada
penderia dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala
yang timbul seperti demam, nyeri kepala, badan lemah, gangguan pencernaan,
rasa nyeri di mulut hipersalivasi dan gusi berdarah.

d. Penyakit Kelainan Darah


Leukimia akut, angina agranulositosis, dan infeksi mononucleosis adalah
penyakit kelainan darah dengan terjadinya tonsillitis atau tonsilofaringitis.
3. Tonsilitis Kronik3
Rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang
buruk, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
menyebabkan terjadinya tonsillitis kronik..

C. Etiologi

Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut


dibawah ini yaitu :4
1. Streptokokus beta haemoliticus
2. Streptokokus viridans
3. Streptokokus piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).

D. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.4

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :4
1.Nyeri tenggorok
2.Nyeri telan
3.Sulit menelan
4.Demam
5.Mual
6.Anoreksia
7.Kelenjar limfa leher membengkak
8.Faring hiperemis
9.Edema faring
10.Pembesaran tonsil
11.Tonsil hiperemia
12.Mulut berbau
13.Otalgia ( sakit di telinga )
14.Malaise

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilofaringitis
akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :5
1.Leukosit : terjadi peningkatan
2.Hemoglobin : terjadi penurunan
3.Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah:5
1.Tonsilofaringitis kronis
2.Otitis media

H. Penatalaksanaan

Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :5


a.Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
b.Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c.Analgesik
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi
Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
2. Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid I.
Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.
3. Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June 21];
available from : URL: http://www.emedicine.com.
4. Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 1997.
5. Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai