Anda di halaman 1dari 21

ARSITEKTUR DAN PERILAKU

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Ida Bagus Gde Wirawibawa, MT

Oleh :

I Dewa Gede Monega Marta (1605522020)

PRODI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA
Sebelum mengetahui hubungan atau keterkaitan antara ruang personal , privasi
teritorialitas dan kepadatan pada materi perkuliahan arsitektur perilaku , berikut
akan menjelaskan secara singkat mengenai ke tiga materi tersebut.

A). Privasi

Menurut Dibyo Hartono, Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan


yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan
privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, adanya
keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau
berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain.

Manfaat Privasi :

Manfaat Privasi (Altman 1975) menjabarkan beberapa manfaat privasi :

• Manfaat pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol


interaksiinterpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang
laindiinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya Bersama-
sama dengan orang lain.

• Manfaat kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi


untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak
dalam berhubungan dengan orang lain.

• Manfaat ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri.

Jenis-jenis Privasi

1. Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara fisik.


2. Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri
yang terwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang perlu

Tujuan Privasi

• Membantu mengevaluasi diri sendiri, menilai diri sendiri.

• Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan orang lain.
salah satu alasan seseorang mencari privasi adalah membatasi dan
melindungi percakapan yang dibuatnya.
Fungsi Privasi

a).Perilaku Verbal

Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal,
sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya.

b) Perilaku Non-Verbal

Perilaku ini dilakukan dengan menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh
tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang.

B). Ruang Personal

Ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batasan-batasan yang


tidak jelas dimana seseoramg tidak boleh memasukinya. Ruang personal
digambarkan sebagai jarak / daerah di sekitar individu dimana dengan memasuki
daerah orang lain, menyebabkn orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar,
merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.

Manfaat Ruang Personal :

 Arsitek dapat dengan mudah menentukan jarak antar individu


 Arsitek dapat mengambil keputusan untuk menentukan ruang apa saja yang
dibutuhkan.
 Membantu menentukan jenis ruang, karena setiap individu memiliki sifat
yang berbeda-beda.
Tujuan Ruang Personal :

Tujuan mengetahui ruang personal ini yaitu untuk membantuk nantinya para arsitek
dalam menentukan pemograman ruang, organisasi ruang, ukuran ruang dan jenis
ruang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi membesar dan mengecilnya ruang personal


dalam Psikologi Arsitektur oleh Deddy Halim (2005) adalah sebagai berikut:

Faktor situasional

Besaran ruang personal tidak memiliki suatu ketetapan tertentu, hal ini lebih
dipengaruhi oleh faktor situasional, berubah-ubah bergantung pada kondisi yang
terjadi. Bisa jadi semakin besar, bisa juga semakin kecil bahkan dipaksa untuk
mengecil pada kondisi-kondisi tertentu.

Faktor perbedaan individual

Karakter setiap individu pasti berbeda-beda, salah satu yang membedakannya


adalah faktor budaya dan ras. Dimana ia tinggal, sosial budaya daerah situlah yang
melekat padanya. Ada budaya tertentu yang dalam interaksinya memang terbiasa
dengan kondisi saling berdekatan, ada pula yang dalam interaksinya memang tidak
terlalu dekat karena takut merasa terancam.

Faktor fisikal ruangan

Savinar (1975) menyatakan bahwa ruang tempat dimana kita berada akan
mempengaruhi besaran ruang personal kita, laki-laki banyak membutuhkan ruang
jika berada pada plafon yang rendah ketimbang plafon yang tinggi

Kita akan cenderung menyentuh orang lain ketika gelas ketimbang kondisi dengan
pencahayaan yang cukup menandakan bahwa mempertahankan ruang personal
diruang gelap justru membuat tidak nyaman daripada ketika ada penerangan.
Jenis – Jenis Ruang Personal

Gifford dan Price (1979) mengemukakan bahwa terdapat 2 jenis ruang personal,
yaitu ruang personal alfa dan ruang personal beta.

1. Ruang Personal Alfa

Ruang personal alfa menurt Gifford dan Price merupakan jarak objektif yang
terukur antara individu yang berinteraksi dan ruang personal beta sebagai suatu
pengalaman subjektif dalam proses mengambil jarak.

2. Ruang Personal Beta

Ruang personal beta menurut Gifford dan Price merupakan kepekaan seseorang
terhadap jarak dalam bersosialisasi. Menurut penelitian Gifford dan Price, jarak
ruang personal beta ini 24% lebih besar dari pada ruang personal alfa

Ruang Personal Terhadap Desain Arsitektur

Ruang Sosiopetal (Sociopetal)

Istilah sosiopetal merujuk pada suatu tatanan desain arsitektur yang mampu
memfasilitasi interaksi sosial. Tatanan sosiopetal yang paling umum adalah meja
makan, tempat anggota keluarga berkumpul mengelilingi meja makan dan saling
berhadapan satu sama lain.

Ruang Sosiofugal (Sosiofugal)

Istilah sosiopetal merujuk pada suatu tatanan desain arsitektur yang mampu
mengurangi interaksi sosial. Tatanan sosiofugal biasanya sering ditemukan pada
ruang tunggu. Misalnya pada ruang tunggu stasiun kereta api atau bandara tempat
para pengunjung duduk saling membelakangi.
C). Teritori

Teritori berbeda dengan ruang personal, teritori ditandai dengan sesuatu yang
fisikal dan memusat pada suatu tempat yang dapat ditinggali dan prosesnya lebih
pada suatu kelompok tertentu ketimbang indvidu. Edney (1974) mendefinisikan
teritori sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda kepemilikan,
pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personalisasi, dan identitas. Termasuk di
dalamnya dominasi, kontrol, konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu, dan
pertahanan.

Teritori memiliki lima ciri, yaitu;

1. Memiliki ruang

2. Dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh individu atau kelompok

3. Memuaskan beberapa kebutuhan/motif

4. Ditandai baik konkrit dan/atau simbolok

5. Dipertahankan atau setidak-tidaknya merasa tidak senang ketika dimasuki atau


dilanggar dengan cara apapun oleh orang asing.

Pemakaian Teritorial

▪ Stalls merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam
jangka waktu tertentu, biasanya berkiasr anatara jangka waktu lama dan agak
lama. Contohnya adalah kamar-kamar hotel dan kamar-kamar diasrama
▪ Turns mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktu penggunaan
saja. Turns dipakai orang dalam jangka waktu yang singkat, misalnya tempat
antrian karcis, antrian bensin dan sebagainya.

▪ Use space adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titik kedudukan
seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati seseorang. Contohnya
adalah seseorang yang sedang mengamati objek lukisan dalam suatu pameran,
maka ruang antara objek lukisan dengan orang yang sedang mengamati
tersebut adalah “Use Space” atau ruang terpakai yang dimiliki oleh orang itu,
serta tidak dapat digangu gugat selama orang tersebut masih mengamati
lukisan tersebut.

Klasifikasi Teritori

a. Teritori Primer

Yaitu tempat - tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh
orang - orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin khusus.

b. Teritori Sekunder

Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang
yang sudah cukup saling mengenal. Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya
dan pengontrolan oleh perorangan.

c. Teritori Publik

Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Pada prinsipnya,
setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut. Misalnya, pusat
perbelanjaan, tempat rekreasi, lobi hotel, dan taman kota yang dinyatakan terbuka
untuk umum, Kadang-kadang teritori publik dikuasai oleh kelompok tertentu dan
tertutup bagi kelompok yang lain, seperti bar yang hanya untuk orang dewasa atau
tempat-tempat hiburan yang terbuka untuk dewasa umum, kecuali anggota ABRI,
misalnya. Selain pengklasifikasian tersebut,
Faktor Teritori

Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori (Laurens, J.M, 2001, 99-101).

a.Faktor Personal

Usia, jenis kelamin dan kepribadian merupakan karakteristik yang diyakini


memiliki pengaruh pada sikap teritorialitas.

b.Situasi

Tatanan fisik dan sosial budaya merupakan dua aspek yang dianggap mempunyai
peran dalam menentukan sikap teritorialitas seseorang.

c.Budaya

Latar belakang budaya yang berbeda akan mengekspresikan tertorialitas yang


berbeda pula.

Bentuk Pelanggaran Teritori

a. Bentuk pertama

Pelanggaran teritori yang dapat diindikasi adalah invasi.

b. Bentuk kedua

Kekerasan, suatu bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas teritori seseorang.
Biasanya tujuannya bukanlah untuk menguasai kepemilikannya, melainkan suatu
bentuk gangguan.

c. Bentuk ketiga

Intimidasi. Seseorang menggangu teritori orang lain dengan meninggalkan sesuatu


yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan, atau bahkan merusaknya.
Misalnya, ketika seseorang menyewa sebuah rumah, dan meninggalkan barang-
barang bekasnya.
Pertahanan dari Teritorialitas

Pencegahan

 Seperti memberikan lapisan pelindung, memberi rambu-rambu, atau pagar batas


sebagai antisipasi sebelum terjadi pelanggaran.

Reaksi sebagai respon terjadinya pelanggaran

 Langsung menghadapi si pelanggar.

Batas sosial

 Digunakan pada tepi teritori internasional, pertahanan ini terdiri atas suatu
kesepakatan yang dibuat oleh tuan rumah dan tamunya. Misalnya, perlunya
seseorang menggunakan paspor untuk memasuki wilayah negara tertentu atau
yang diperlukan identitas diri seperti KTP ketika memasuki lingkungan tertentu.

Hubungan Antara Teritori Dan Desain Arsitektur

Publik dan Privat

Kita selalu dihadapkan pada gradasi teritori yang bersifat primer, sekeunder
ataupun public dalam desain arsitektur.

Ruang Peralihan

Pada rancangan di mana pengguna ruang sama sekali tidak mempunyai kontribusi
dalam penataanya, atau sama sekali tidak memiliki peluang untuk membentuk
lingkungannya karena sepenuhnya bergantung pada struktur organisasi pengelola
dan kemauan arsitek, sukar untuk menstimulasi [engguna agar bisa menjadi
penghuni agar bisa merasa terlibat dalam tanggung jawab lingkungan. Akibatnya,
seluruh area dianggapnya teritori publik.
D). Kepadatan dan Kesesakkan

Kepadatan

Kepadatan diartikan sebagi banyaknya individu dalam suatu batas ruang tertentu.
Semakin bertambahnya jumlah individu, dibandingkan dengan luas ruang yang
tetap, maka akan terjadi kepadatan. Secara matematis dapat diartikan sebagai
ukuran jumlah orang/individu per unit area, tentunya tidak terlepas dari skala
geografis. Semua perhitungan tentang kepadatan diasumsikan bahwa jarak antar
individu dalam sebuah area adalah sama besar. Sebuah penelitian menyebutkan
bahwa ketetapan akan kepadatan berlaku yang universal yakni 30 orang per km2.

Kesesakkan

- Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu
tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau
kelompok kecil. Perbedaan pengertian antara crowding (kesesakan) dengan density
(kepadatan) tidaklah jelas benar, bahkan kadang – kadang keduanya memiliki
pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikian secara fisik dari sejumlah
manusia dalam suatu ksatuan ruang.

- Stokols (dalam Altman, 1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial


(nonsocial crowding), yaitu dimana factor – factor fisik menghasilkan perasaan
terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit, dan
kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari
kehadiran orang lain yang terlalu banyak. Stokols juga menambahkan perbedaan
antara kesesakan molekuler (molecular crowding), yaitu perasaan sesak yang
menganalisa mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian
interpersonal dan kesesakan molar (molar crowding), yaitu perasaan sesak yang
dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota
Aspek Kesesakan

A. Aspek situasional : didasarkan pada situasi terlalu banyak orang yang saling
berdekatan dalam jarak yang tidak diinginkan menyebabkan gangguan fisik dan
ketidaknyamanan, tujuan terhambat, dan ruangan semakin sempit

B. Aspek emosional : menunjuk pada perasaan yang berkaitan dengan kesesakan


yang dialami seperti perasaan negatif pada orang lain

C. Aspek perilaku : Kesesakan menimbulkan respon seperti mengeluh,


menghentikan kegiatan dan meninggalkan ruang, tetap bertahan namun berusaha
mengurangi rasa sesak yang timbul, menghindari kontak mata

Faktor Yang Mempengaruhi Kepadatan Dan Kesesakkan

Faktor Individu

 Kontrol personal
Individu yang memiliki ketertarikan terhadap individu lain dalam ruangan
yang padat akan memiliki toleransi terhadap kesesakan yang lebih tinggi
 Pengalaman
Individu yang telah terbiasa dengan situasi yang padat akan lebih adaptif
dan lebih bersikap toleran dalam menghadapi kepadatan
 Budaya
Kepadatan dan kesesakan sudah melekat dengan situasi diperkotaan
 Gender
Pria lebih bereaksi negatif terhadap kesesakan dibandingkan dengan wanita

Faktor Sosial

a. Kehadiran dan Perilaku Orang Lain

Kepadatan meningkat menyebabkan privasi menurun, berpikir keras menghadapi


situasi yang menekan, gangguan fisik meningkat dan kemampuan kontrol dapat
berkurang
b. Kualitas Hubungan dan Informasi yang Tersedia

Individu yang memiliki cara pandang yang sama akan merasa cocok satu sama lain
dan lebih mudah menghadapi situasi yang padat.Informasi yang jelas dan akurat
akan membantu individu menghadapi kesesakan yang dialami

Faktor Fisik

Faktor fisik dari kesesakan meliputi situasi dan tatanan ruang keadaan ruang,
bangunan, lingkungan, kota, dan arsitektur bangunan seperti ketinggian langit-
langit, penataan perabot, penempatan jendela dan pembagian ruang

Kategori Kepadatan
 Jumlah individu dalam sebuah ruang
 Jumlah individu pada daerah
 Jumlah individu pada unit tempat tinggal
 Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
 Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar dan lain-lain
 Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman

Hubungan Antara Kesesakan dan Kepadatan

Menurut Sarwono (dalam Sarwono, 1995), hubungan antara kepadatan dan


kesesakan mempunyai dua ciri, antara lain:

1. Kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam artian jumlah


manusia. Kesesakan berhubungan dengan kepadatan (density), yaitu banyaknya
jumlah manusia dalam suatu batas ruang tertentu. Makin banyak jumlah manusia
berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.

2. Kesesakan adalah persepsi maka sifatnya subjektif. Individu yang sudah


biasa naik bus yang padat penumpangnya, mungkin sudah tidak merasa sesak lagi
(density tinggi tetapi crowding rendah). Sebaliknya, individu yang biasa
menggunakan kendaraan pribadi, bisa merasa sesak dalam bus yang setengah
kosong (density rendah tapi crowding tinggi)
Pengaruh Kepadatan Dan Kesesakan Terhadap Perilaku Manusia

1. Akibat kepadatan tinggi


Menurut Heimstra dan Mc Farling, kepadatan yang tinggi memberikan akibat :
a. Fisik : peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain
b. Sosial : meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja
c. Psikis :stress, menarik diri dari interaksi sosial, menurunnya perilaku menolong,
menurunnya kemampuan mengerjakan tugas, menimbulkan perilaku agresi

2. Reaksi Kesesakan
Menurut Gifford (dalam Zuhriyah, 2007), kesesakan yang dirasakan individu
dapat menimbulkan reaksi-reaksi pada:

a. Fisiologi dan kesehatan : peningkatan detak jantung serta tekanan darah,


gangguan pencernaan, gatal-gatal, bahkan kematian

b. Penampilan kerja : individu yang yakin mampu menyelesaikan tugasnya dalam


kepadatan yang tinggi dapat menampilkan performa kerja yang lebih baik
daripada individu yang tidak yakin

c. Interaksi sosial : ketertarikan sosial, agresi, kerja sama, penarikan diri, tingkah
laku verbal dan non verbal bahkan humor

d. Perasaan/afeksi : kesesakan menimbulkan emosi negative seperti kejengkelan

e. Kendali dan strategi penanggulangan masalah : Kesesakan dapat menimbulkan


kemampuan kontrol yang rendah sehingga perlu adaptasi situasi
E) Keterkaitan dari Privasi , Ruang Personal , Teritori , Kepadatan dan
kesesakkan

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa teori – teori tersebut sangatlah berkaitan erat
satu sama lain. Suatu kepadatan maupun kesesakkan pada satu tempat akan
membuat seseorang merasa tidak nyaman sehingga orang – orang tersebut akan
membuat suatu teritori sendiri. Teritori yang dimaksud adalah teritori yang terdiri
dari sekumpulan orang untuk menghindari kesesakkan. Di dalam suatu Teritori
akan tecipta suatu Ruang Personal pada seseorang untuk melindungi dirinya sendiri
dari orang lain , sehingga ruang personal tersebut akan menjadi ruang privasi
khusus untuk orang tersebut.
“CONTOH KASUS”

GOR Padjajaran

Kondisi penonton yang cukup padat dan sesak pada GOR Padjajaran mendorong
penciptaan sebuah teritori untuk mengatasi masalah tersebut. Kelompok-kelompok
terlihat menempati tribun secara bergerombol dan membuat teritori masing-masing,
berikut ini beberapa penanda teritori :

• Penyimpanan barang: tas, botol minum, sepatu

• Bersandar pada bangku penonton dibelakangnya

• Bersandar pada railing

• Melakukan pemanasan pada area tertentu

Dikarenakan adanya suatu teritori pada GOR Padjajaran menyebabkan seseorang


menciptakan suatu ruang personal untuk menjaga dirinya sendiri dari orang lain.
Teritori

Teritori yang tercipta pada GOR Padjajaran dapat disebutkan sebagai berikut
berdasarkan unsur – unsur pembentuknya.

a. Pembentukan

Teritori secara kelompok memilih/menjajah bangku penonton bahkan salah satu


tribun yang dirasa kosong dan nyaman untuk membentuk teritori.

b. Pertahanan

Sebagai usaha mempertahankanya, biasanya menggunakan penanda (marking)


berupa penyimpanan kumpulan tas
c. Bentuk

Mengikuti banyaknya orang dalam kelompok dengan orang terluar sebagai batas
terluar teritori

d. Orientasi

Berpusat pada area tertentu yang dipilih secara berkelompok

e. Ukuran

Bergantung pada jumlah orang dalam kelompok dan posisi duduk yang berkumpul
atau menyebar. Semakin menyebar, semakin besar area teritorinya
f. Fungsi

Berfungsi sebagai identitas dan kependudukan akan suatu area

Ruang Personal

Ruang personal yang tercipta pada bangunan GOR Padjajaran akibat dari suatu
teritori yang diisi oleh rang yang tidak dikenal. Berikut adalah Ruang personal
yang tercipta dari beberapa unsur.

a. Pembentukan

Penonton akan memilih duduk berdekatan dengan orang yang dikenal. Menjaga
jarak dengan orang yang tak dikenal.
b. Pertahanan

Menyimpan minuman/tas disampingnya agar tidak ada orang yang duduk terlalu
dekat dengannya

c. Bentuk

Penggunaan bangku kayu penonton memungkinkan posisi ruang personal bergeser-


geser dan berubah bentuk dengan mudah bergantung situasi
d. Orientasi

Berpusat pada orang, mengatur jarak antar individu yang berinteraksi

e. Ukuran

Jarak antar orang adalah ukuran ruang personal masing - masing. Pada bangku
penonton tipe ini, jarak antar orang tidak dapat ditentukan, sehingga jarak itulah
ukuran ruang personal masing-masing.

f. Fungsi

Berfungsi sebagai proteksi dan komunikasi antar penonton.

Anda mungkin juga menyukai