Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan dalam rangka
melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat
memengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan seperangkat
komponen pengajaran yang di dalamnya mencakup tujuan, bahan,
metodologi, dan penilaian. Pembelajaran orang dewasa banyak metode yang
dapat diterapkan. Penerapan metode pembelajaran tersebut sebaiknya
disesuaikan dengan sarana, pra sarana dan peserta didik yang mengikuti.
Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan optimal (Nursalam, 2008)
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran,
metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode
pembelajaran memiliki ragam yang banyak, namun tidak semua metode
dapat diterapkan pada setiap materi, sehingga diperlukan cara untuk
memilihnya agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di samping itu,
pemilihan metode pembelajaran yang akan diterapkan perlu disesuaikan
dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi tempat
pembelajaran akan berlangsung (Prastowo, 2013).
Metode pembelajaran memiliki ragam yang banyak, namun tidak
semua metode dapat diterapkan pada setiap materi, sehingga diperlukan cara
untuk memilihnya agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di samping itu,
pemilihan metode pembelajaran yang akan diterapkan perlu disesuaikan
dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi
tempat pembelajaran akan berlangsung (Samianto, 2010)

1
Metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran
bidang kesehatan yaitu metode role play dan simulasi. Kedua metode
tersebut memiliki hubungan yang erat dan memiliki kemipiripan.
Bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan dan penghayatan imajinasi tersebut dilakukan oleh siswa
dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini
banyak melibatkan siswa dan membuat mereka senang belajar. Metode
pembelajaran ini juga memiliki nilai tambah, yaitu dapat menjamin
partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan dalam bekerja sama
hingga berhasil, sehingga akan menimbulkan kesan (Prastowo, 2013).
Sedangkan, metode pembelajaran simulasi merupakan metode belajar
yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui suatu
proses dengan memindahkan situasi nyata ke dalam ruang kelas, metode
pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk
mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun
keterampilan. Dalam menciptakan suasana pembelajaran yang baik
hendaknya pengajar dapat mengalikasikan dari beberapa metode
pembelajaran yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan
yakni Bagaimana model pembelajaran role play dan simulasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran role play
dan simulation
2. Untuk mengetahui kelebihan metode pembelajaran role play dan simulation
3. Untuk mengetahui kelemahan metode pembelajaran role play dan simulation
4. Untuk mengetahui bagaimana tahapan pembelajaran metode role play dan
simulation

BAB II

2
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Metode Pembelajaran Role Play dan Simulasi


Menurut Ahmadi (2011) bermain peran (Role Play) adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung
kepada apa yang akan diperankan.
Sedangkan menurut Sapriya (2007) role playing atau bermain peran adalah
metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasi berbagai peristiwa perubahan sosial budaya, mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual atau kejadian-kejjadian yang mungkin muncul pada
masa yang akan datang.
Wahab (2009) mengemukakan bahwa bermain peran (role playing) adalah
berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan definisi simulasi menurut Rheba de dan
Martha A.Thompson (1987) dalam Nursalam (2008), simulasi adalah metode
pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi atau
proses nyata, dengan peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan
situasi dilingkungannya. Peserta didik mengaplikasikan pengetahuan yang
telah dipelajari sebelumnya.
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih
mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat seperti apa
adanya (Roestiyah NK) jadi orang itu berlatih memegang peranan sebagai
orang lain. Teknis simlasi digunakan dalam semua system pengajaran,,
terutama dalam desain instruksional yang berorientasi pada tujuan-tujuan
tingkah laku. (Wahit,dkk: 2007)

2.2. Keuntungan Metode Pembelajaran Role Play dan Simulasi


Menurut Santoso (2010) Penggunaan metode role playing atau bermain
peran, memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.

3
1. Permainan yang diperankan sendiri, membantu dalam memahami masalah –
masalah yang sedang dihadapi.
2. Bagi peserta yang memainkan peran sebagai orang lain, maka peserta tersebut
dapat menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari karakter yang
dimainkan itu.
3. Mampu merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain. Hal tersebut
mampu menumbuhkan sikap saling memperhatikan orang lain.

Sedangkan keuntungan metode simulasi menurut Nursalam (2008)


meliputi,
1. Memperkaya pengetahuan , sikap, dan keterampilan serta pengalaman yang
tidak langsung diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah social.
2. Peseta didik berkesempatan untuk menyalurkan perasaan yang terpendam
sehingga mendapatkan kepuasan, kesegaran, dan kesehatan jiwa.
3. Simulasi dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin
dimiliki oleh peserta didik. Misalnya, dalam seni drama, bermain peran, dan
sebagainya.

2.3. Kelemahan Metode Pembelajaran Role Play dan Simulasi


Menurut Santoso (2010), selain memiliki beberapa kelebihan
metode role playing atau bermain peran juga memiliki beberapa kekurangan,
yaitu sebagai berikut.
1. Apabila pelatih tidak menguasai metode bermain peran dalam setiap sesi
yang diadakan dalam pelatihan, maka akan menjadikan metode bermain
peran ini menjadi tidak berhasil.
2. Langkah – langkah dalam metode bermain peran yang tidak dipahami pelatih
dengan baik, dapat menimbulkan kekacauan selama kegiatan berlangsung.

Menurut kelemahan metode simulasi dalam Pendidikan dalam


Keperawatan karya Nursalam (2008) meliputi,
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sempurna
dengan kenyataan dilapangan atau kehidupan.
2. Simulasi dijadikan sebagai alat hiburan sedangkan fungsinya sebagai alat
belajar jadi terabaikan.

4
3. Pelaksanaa simulasi sering menjadi kaku bahkan jadi salah arah karena
kurangnya pengalaman, ketrampilan, atau pengasaan terhadap masalah social
yang diperankan.
4. Simulasi dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional seperti rasa malu, ragu-
ragu, atau takut yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam melakukan
simulasi.
5. Simulasi menuntut hubungan informal antara guru dan peserta didik yang
akrab dan fleksibel. Ini berarti menghendaki guru yang deokratis bukan yang
otoriter.
6. Simulasi menuntut imajinasi peserta didik.
7. Simulasi memerlukan penglompokan peserta didik memadai yang fleksibel
serta ruang dan fasilitas yang selalu tersedia dengan baik.

2.4. Langkah – Langkah Metode Pembelajaran Role Play dan Simulasi


Langkah – langkah metode pembelajaran role play menurut Wicaksono
(2016) dijelaskan sebagai berikut ;
1. Pembimbing perlu untuk menyusun atau menyiapkan tentang skenario yang
akan ditampilkan di kelas
2. Pembimbing membentuk dalam kelompok – kelompok
3. Pembimbing memberikan penjelasan tentang kompetensi – kompetensi yang
ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran role playing.
4. Kemudian, Pembimbing memanggil yang telah ditunjuk untuk memainkan
peran sesuai dengan skenario yang telah disiapkan
5. Masing – masing berada dalam kelompoknya, kemudian yang lain melakukan
pengamatan pada siswa yang sedang memperagaka skenarionya
6. Pembimbing meminta masing – masing kelompok untuk menyusun dan
menyampaikan hasil kesimpulan berdasarkan skenario yang dimainkan oleh
kelompok yang lain.
7. Pada langkah terakhir ini, Pembimbing memberikan kesimpulan dari
kegiatan role playing yang dilakukan bersama siswa.
8. Kesimpulan yang diberikan Pembimbing bersifat umum.

Sedangkan langkah – langkah metode pembelajaran simulasi dalam


Majid (2017) meliputi,
1. Persiapan simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi.

5
b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan
c. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang
harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya
pada siswa yang terlibat dalam peranan simulasi.

2. Pelaksanaan simulasi
a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran .
b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa untuk berfikir dalam menyelesaikan msalah yang sedang di
simulasi.

3. Penutup
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang
di simulasikan . guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik
dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b. Merumuskan kesimpulan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bermain peran (role playing) adalah berakting sesuai dengan peran yang
telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan
menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat aktif
dalam berinteraksi dengan situasi dilingkungannya. Peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya.
Kelebihan metode role play dan simulasi yaitu sebagai berikut 1)
Membantu dalam memahami masalah – masalah yang sedang dihadapi. 2)
Menempatkan dirinya sendiri seperti watak dari karakter yang dimainkan itu.
3) Mampu menumbuhkan sikap saling memperhatikan orang lain. 4)

6
Memperkaya pengetahuan , sikap, dan keterampilan serta pengalaman yang
tidak langsung diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah social, 5)
Menyalurkan perasaan yang terpendam sehingga mendapatkan kepuasan,
kesegaran, dan kesehatan jiwa. 6) Simulasi dapat mengembangkan bakat dan
kemampuan yang mungkin dimiliki oleh peserta didik. Misalnya, dalam seni
drama, bermain peran, dan sebagainya.
Kelemahan metode role play dan simulasi yaitu sebagai berikut 1)
Apabila pelatih tidak menguasai maka akan gagal, 2) Dapat menimbulkan
kekacauan selama kegiatan berlangsung., 3) Pengalaman yang diperoleh tidak
selalu tepat dan sempurna dengan kenyataan dilapangan, 4) Menuntut
imajinasi peserta didik, 5) Memerlukan pengelompokan peserta didik
memadai yang fleksibel serta ruang dan fasilitas yang selalu tersedia dengan
baik. Tahapan metode pembelajaran simulasi dan role play terdiri dari 3 aspek
perencanaan, pelaksanaan dan penutup.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka


Publisher.
Andi Prastowo. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva
Press
Iqbal, wahid M, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nursalam dan Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya:
Salemba Medika.
Majid,Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
__________. 2017. Strategi Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Santoso, B. 2010. Skema dan Mekanisme Pelatihan: Panduan Penyelenggaraan
Pelatihan. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANG).
Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: RASAIL
Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.
Wahab, A Aziz. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Wicaksono, A., dkk. 2016. Teori Pembelajaran Bahasa: Suatu Catatan Singkat
Edisi Revisi. Yogyakarta: Garudhawaca

Anda mungkin juga menyukai