Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

CROSS SECTIONAL

Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan selalu berkembang oleh karena manusia dianugerahi
akal oleh Tuhan dan mempunyai sifat ingin tahu.manusia selalu berpikir dan
ingin mencoba mengaitkan antara fakta atau fenomena dengan teori yang di
ketahuinya. Makin banyak teori yang dimiliki manusia dengan
banyak membaca, dan makin banyak fakta yang di perolehnya, akan makin
tinggi pula pengetahuannya, dan makin besar pula rasa ingin tahunya.Secara
umum penelitian bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu dengan
memperoleh pengerahuan secara fakta baru, sehingga dapat di susun teori,
konsep, hukum, kaidah dan metodelogi yang baru. Dari sini dapat diperoleh
masalah baru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian pula Seperti
penelitian kesehatan pada hakikatnya adalah suatau upaya untuk memahami
dan memcahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah
disini diartikan kebenaran pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris,
yang diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat objektif.
Dengan perkataan lain kebenaran pengetahuan tersebut diperoleh bukan dari
idepribadi atau dugaan-dugaan, tetapi berdasarkan fakta empiris. Oleh sebab
itu sebagai mahasiswa/i kesehatan harus memahami tentang penelitian
kesehatan yang merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang harus memerlukan dan
menepuh tahap-tahap yang sistematis, dalam arti menurut aturan-aturan
tertentu, dan logos dalam arti sesuai dengan penalaran.
Pengamatan demikian seolah-olah merupakan suatu penampang melintang
dan disebut penelitian cross sectional diantaranya adalah penelitian eksploratif,
penelitian deskriptif, dan dalam hal hal tertentu, penelitian analitik. Pada
umumnya, penelitian cross sectional disebut juga studi prevalensi dengan
tujuan mengadakan deskripsi subjek studi seperti pada penelitian deskriptip
murni atau mengadakan penelusuran seperti pada penelitian eksploratif. Dalam
hal-hal tertentu, penelitian dengan pendekatan cross sectional dapat digunakan
untuk penelitian analitik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi metodologi penelitian cross sectional ?
2. Bagaimana skema penelitian cross sectional ?
3. Bagaimana cara penghitungan penelitian cross sectional ?
4. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan penelitian cross sectional ?
5. Apa saja Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional ?
6. Bagaimana protokol Penelitian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi metodologi penelitian cross sectional.
2. Untuk mengetahui skema penelitian cross sectional.
3. Untuk mengetahui cara penghitungan penelitian cross sectional.
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan penelitian cross sectional.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri penelitian cross sectional.
6. Untuk mengetahuibagaimana protokol penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Cross Sectional


Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati
pada waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang
jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya
Penelitian crosssectional ini, peneliti hanya mengobservasi fenomena
pada satu titik waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif,
ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan
satu variabel dengan variabel lain pada populasi yang diteliti, menguji
keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu. Namun penelitian
cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika
perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam
periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya.
B. Skema Penelitian Cross Sectional

Secara garis besar apat dikatakan bahwa penelitian cross sectional


dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan utama penelitan cross sectional adalah untuk mencari prevalensi
satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat seperti
pada studi deskriptif, tetapi pada keadaan tertentu, studi cross sectional
dapat juga digunakan untuk memperkirakan insidensi, misalnya penyakit
dengan bekas yang permanen seperti variola. Dengan menemukan
prevalensi bekas yang ditinggalkan oleh variola dapat diperkirakan bahwa
pada masa lalu terjadi peningkatan insiden penyakit tersebut, tetapi cara
ini tidak dapat digunakan bila bekas yang ditinggalkan penyakit akan
hilang dalam waktu tertentu dan penemuan insidensi dengan studi cross
sectional hasilnya akan bias. Misalnya varicella, walaupun menggialkan
bekas, tetapi pada suatu waktu bekas tersebut akan hilang dan pencarian
insidensi penyakit tersebut hanya dapat dilakukan seperti wawancara

2. Memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat pada penyakit-penyakit


dengan perubahan yang jelas, misalnya, hubungan golongan darah (ABO)
dengan ulkus gaster dan duodenum. Dan penelitian tersebut ditemukan
bahwa ulkus gaster dan duodeni banyak terdapat pada orang dengan
golongan darah A.

3. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk menghitung besarnya


risiko kelompok, risiko relatif, dan risiko atribut. Misalnya, suatu survei
yang dilakukan di suatu desa untuk mengetahui prevalensi diare pada
anak-anak. Dan penelitian tersebut ditemukan bahwa sebagian anak-anak
yang menggunakan kolam sebagai sarana air minum menderita diare dan
sebagian lagi tidak. Demikian pula anak-anak yang tidak menggunakan
kolam sebagai sarana air minum sebagian menderita diare dan sebagian
tidak. Dan ternuan tersebut dapat dihitung besarnya risiko diare pada anak-
anak yang menggunakan kolam dan risiko diane bagi yang tidak
menggunakan air kolam. Dan hasil perhitungan risiko tiap kelompok dapat
dihitung risiko relatif dengan membandingkan besarnya nisiko tiap
kelompok dan dapat dihitung pula risiko atribut serta diuji secara statistik.
Dengan cara demikian penelitian cross sectional seolah-olah menjadi
penelitian prospektif. Penelitian ini tidak menjamin komparabilitas
kelompok yang dibandingkan dan hasilnya mempunyai potensi untuk
menimbulkan bias. Untuk penelitian epidemiologis dan penelitian
operasional, penelitian cross sectional sudah cukup memadai untuk
mengadakan perbaikan program pelayanan kesehatan. Seperti rancangan
penelitian yang lain, rancangan penelitian cross sectional memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian.
C. Cara Penghitungan Penelitian Cross Sectional
a) Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukkannnya masing-masing :
1) Variabel dependen (efek)
2) Variabel independen (resiko)
Rumus Tabel :

Pajanan Out Come/Penyakit Jumlah


Ya Tidak
Ya A b a+b
Tidak C d c+d
Jumlah a+c b+d

Nilai RR yaitu:
a/(a+b) : c/(c+d)

Interpretasi

 RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan


sama dengan kelompok tidak terpajan.
 RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan
sakit

RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

b) Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya.


c) Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran
terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama)
d) Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara
membandingkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Cross Sectional
1. Kelebihan Penelitian Cross Sectional
Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional mempunyai
beberapa keuntungan sebagai berikut.
a. Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan
adanya hubungan sebab-akibat dan penghitungan risiko relatif dengan
cara yang cepat dan biaya yang relatif kecil dibandingkan dengan
penelitian prospektif.
b. Data yang terdapat di rumah sakit dapat digunakan.
c. Dapat digunakan unruk membandingkan besarnya risiko kelornpok
yang terpajan oleh faktor yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
penyakit dengan kelompok yang tidak terpajan dan hasilnya digunakan
untuk memberikan informasi kepada masyarakat serta berguna untuk
rnenyusun perencanaan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat.
2. Kekurangan Penelitian Cross Sectional
Di samping keuntungan yang telah disebutkan, penelitian cross
sectional tidak luput dari kerugian. Kerugiannya adalah sebagai berikut.
a. Penelitian ini tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang
terjadi dengan berjalannya waktu karena pengamatan pada subjek studi
hanya dilakukan satu kali selama penelitian.
b. Penelitian cross sectional dengan tujuan analisis sulit untuk menentukan
komparabilitas kedua kelompok yang dibandingkan karena tidak
díketahui apakah insidensi terjadi sebelum atau sesudah terpajang.
c. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi pada populasi yang lebih besar.
d. Penelinian cross sectional tidak dirancang untuk penelitian analitik.
e. Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk menentukan
hubungan sebab akibat pada perubahan biokimia dan fisiologi karena
antara sebab dan akibat dapat saling mempengaruhi.
Misalnya, pada suatu survei ditemukan bahwa orang-orang dengan
hipertensi mempunyai kadar kolesterol yang tinggi maka dalam hal ini tidak
dapat diketahui secara pasti apakah tingginya kadar kolesterol merupakan
faktor penyebab timbulnya hipertensi atau setelah hipertensi keimidian
diikuti dengan tingginya kadar kolesterol.
Bila tingginya kadar kolesterol mendahului timbulnya hipertensi dapat
diasumsikan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor penyebab
timbulnya hipertensi, tetapi bila terjadi sebaliknya tidak dapat dikatakan
bahwa kolesterol merupakan faktor penyebab timbulnya hipertensi. Untuk
membedakan kedua hal tersebut sangat sulit, bahkan tidak mungkin
dilakukan karena penentuan hipertensi dan tingginya kadar kolesterol
dilakukan pada saat bersamaan.
Contoh lain adalah pada penelitian cross sectional ditemukan kadar
kolesterol yang tinggi pada penderita penyakit jantung koroner. Dalarn hal
ini belum dapat dikatakan bahwa tingginya kadar kolesterol merupakan
faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Untuk mengetahui
apakah tingginya kadar kolesterol merupakan risiko terjadinya penyakit
jantung koroner harus dilakukan penelitian analitik.

E. CIRI-CIRI PENELITIAN CROSS SECTIONAL


Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri penelitian cross sectional sebagai
berikut :
1. Sesuai dengan istilahnya, pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau
satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali
selama satu penelitian.
2. Penghitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok
yang terpajan atau tidak. Pada penelitian di rumah sakit, besarnya sampel
tidak dihitung, tetapi ditentukan berdasarkan periode tertentu.
3. Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi.
Misalnya, hubungan antara Cerebral blood flow pada perokok, bekas
perokok dan bukan perokok. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
cross sectional. Pada penelitian ini dikumpulkan sebanyak 268 orang secara
sukarela dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok perokok, bekas
perokok, dan bukan perokok. Komparabilitas ketiga kelompok dibagi
berdasarkan umur. Kemudian diperiksa aliran darah otak dan hasilnya
dibandingkan. Cara pengambilan dan besarnya sampel tidak
dipermasalahkan.
4. Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.
5. Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan
sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperirnental.
F. Kelemahan penelitian ini terletak pada:
1. Sulit untuk mengadakan ekstrapolasi
2. Kemungkinan terdapat subjek studi yang terlalu sedikit dalam salah satu
kelompok.
3. Kriteria perokok, bekas perokok, dan bukan perokok tidak dijelaskan secara
rinci.
Contoh lain ialah penelitian tentang hubungan anemia dengan kelahiran bayi
prematur. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan rekam medis di rumah
sakit terhadap semua ibu ibu yang melahirkan selama periode 1 tahun. Data
yang diperoleh dibagi menjadi kelompok anemia dan tidak anemia. Dan
kelompok anemia dicatat jumlah kelahiran prematur, demikian pula dengan
kelompok tidak anemia. Selanjutnya, dihitung risiko masing-masing kelompok,
risiko relatif dan dibandingkan dengan uji statistik chi-kuadrar. Penelitian ini
seolah-olah dilakukan secara prospektif.

G. PROTOKOL PENELITIAN
Untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian hendaknya dilakukan dengan
menuliskan protokol berupa langkah-langkah kegiatan yang digunakan sebagai
pedoman dalam kegiatan penelitian.
Adapun susunan protocol di bawab ini tidak mutlak, tetapi disesuaikan
dengan selera setiap institusi yang membenikan persetujuan atau penyandang
dana, tetapi dengan substansi yang tidak berbeda. Secara garis besar, protokol
penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Populasi studi
4. Kriteria subjek studi
5. Cara pengambilan dan perkiraan besarnya sampel
6. Menentukan variabel yang akan diukur
7. Siapkan daftar pertanyaan atau pemeriksaan yang dibutuhkan
8. Pengumpulkan data
9. Analisis data
a. Merumuskan pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian hendaknya diarahkan sesuai dengan tujuan
penelitian. Misalnya, bila penelitian bertujuan untuk membandingkan
keadaan kesehatanpenduduk suatu daerah setelah adanya program
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status gizi anak maka pertanyaan
yang diajukan adalah sebagai berikut. Apakah dengan pemberian makanan
tambahan, status gizi anak akan meningkat dibandingkan dengan anak yang
tidak mendapat makanan tambahan?
b. Menentukan tujuan penelitian
Tujuan penelirian harus dirurnuskan dengan jelas tentang apa yang akan
dicari dalarn penelitian yang akan dilaksanakan. Misalnya, dan pertanyaan
tentang status gizi anak dapat diketahui bahwa penelitian yang akan
dilakukan merupakan penelirian analitik yang bertujuan untuk
membandingkan status gizi anak yang mendapatkan makanan tambahan
dengan status gizi anak yang tidak mendapat makanan tambahan.
c. Populasi Studi
Populasi studi pada studi cross sectional dapat berupa masyarakat daerah
tertentu dengan batas administratif atau institusi seperti rumah sakit, sekolah
atau industri, tergantung tempat penelitian dilakukan. Populasi studi dapat
pula berupa kelompok masyarakat dengan cmi rertentu, misalnya wanita
pasangan usia subur di suatu daerah. Populasi pada penelitian di rumah sakit
ditentukan berdasarkan banyaknya penderita (subjek studi) yang dicatat
selama kurun waktu rertentu.

d. Kriteria Subjek Studi


Penentuan kriteria subjek studi pada studi cross sectional sangat penting
untuk menentukan dengan jelas terhadap siapa penelitian ini dilakukan
terutama bila penelitian cross sectional yang digunakan sebagai penelitian
analitik untuk memperkirakan adanya hubungan sebab-akibat atau
pengukuran faktor risiko.
Kriteria tersebut dapat berupa umur, tingkat pendidikan, status matrial,
pekerjaan atau kondisi lain yang berkaitan dengan perkiraan faktor risiko
timbulnya suatu penyakit.
Misalnya, pada penelitian tentang pemakaian alat kontrasepsi IUD
dengantromboflebitis harus dijelaskan kriteria pasangan usia subur dan
kritenia pemakai alat kontrasepsi, apakah yang pernah memakai juga
dimasukkan dalam subjek studi atau tidak dan tentukan juga diagnosis
tromboflebitis yang digunakan, dan Lain-lain.
Setelah ditentukan kriteria subjek studi hendaknya diuraikan tentang definisi
operasional agar variabel penelitian yang bersifat abstrak dapat diukur,
misalnya untuk mengukur pengecahuan tentang pemakalan oralit pada diare
karena pengetahuan tidak dapat diukur secara langsung maka pengukuran
dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya, apakah
ibu mengetahui arti diare?, apakah ibu mengetahui tentang oralit?, apakah
ibu mengetahui manfaat oralit?, di mana ibu dapat memperoleh oralit?,
sebanyak 10 pertanyaan, kemudian setiap jawaban diberi angka 1 untuk
jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah hingga seluruhnya
akan diperoleh nlai dan 0 sampai dengan 10.
Dan hasil ini kemudian direntukan nilainya misalnya 8—10 pertanyaan
dijawab dengan benar dikatakan pengetahuannya baik, nilai 6—8 termasuk
kategori sedang dan dibawah nilai 6 dikategorikan pengetahuannya kurang.
e. Cara Pengambilan dan Besarnya Sampel
1). Cara Pengambilan
Cara pengambilan sampel dapat dilakukan dengan random sampling bila
penelitian dilakukan dilapangan atau sampel di ambil berdasarkan rekam
medis pada suatu periode tertentu bila penelitian yang dilakukan berbasis
rumah sakit.
2). Besarnya Sampel
Penentuan perkiraan besarnya sampel pada penelitian cross sectional
yang bersifat analitis berbasis rurnah sakit dapat dijelaskan dengan tabel
2 x 2 sebagai berikur.

Dan tabel di atas jelaslah bahwa penentuan besarnya sampel dilakukan


tanpa memperhatikan ada atau tidaknya penyakit atau pajanan. Setelah
besarnya sampel diperoleh, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
yang terpajan oleh faktor risiko dan kelompok lain yang tidak terpajan. Dan
kedua kelompok tersebut dicatat ada atau tidaknya penyakir yang diteliti.
Kelemahan cara ini adalah kemungkinan terdapatnya nilai yang terlalu
kecil dalam satu sel hingga sulit untuk dianalisis.
Contoh:
Penelitian tentang hubungan antara anemia dan BBLR berbasis rumah
sakit maka semua ibu harnil trirnester 3 yang melahirkan di rumah sakit
paJaperthde tertentu diambil sebagai sampel berdasarkan rekam medis
yang adir, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu-ibu yang
anemia sebagai kelompok audit dan tidak anemia sebaga kelompok
kontrol. Selanjutnya, dicatat banyaknya bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang terdiri pada kelompok audi dan kelompok kontrol.
Dan hasil tersebut dihitung besarnya risiko masing-masing kelompok
dan dihitung risiko dilakukan uji statistic dengan chi-kuadrat, dan ditarik
kesimpulan ada atau tidaknya hubungan antara anemia dengan BBLR.
Dengan cara ini, besarnya sampel ditentukan dahulu kemudian dibagi
menjadi kelompok yang terpajan dan kelompok yang tidak terpajan dan
dilakukan pengamatan tentang terjadinya BBLR pada kedua kelompok.
Besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus seperti pada penelitian
analitik (lihat rancangan penelitian prospektif atau retrospektif).
f. Tentukan Voriabel yang Akan Diukur
Karena tidak mungkin untuk mengumpulkan semua variabel maka
harus dipilih variabel-variabeÍ penting yang berkaitan dengan tujuan
penelitian dan dapat digunakan sebagai indikator. Misalnya pada contoh
tentang pola pemakaian alat kontrasepsi, variabel yang diteliti adalah
variabel umur, paritas, lama pemakaian, pendidikan. pekerjaan, jenis alat
kontrasepsi, tempat pelayanan, pemberi layanan, dan lain-lain.
g. Siapkan Daftar Pertanyaan dan Daftar Pemeriksaan
Untuk penyusunan daftar pertanyaan sama seperti pada penelitian
deskriptif danalat ukur yang akan digunakan, misalnya untuk pengukuran
status gizi anak yang menggunakan pengukuran LLA maka disiapkan
meteran yang akan digunakan. Penelitian yang datanya diambil dan rekam
medís di rumah sakit, hal itu tidak dilakukan. ini merupakan salah satu
kelemahan data sekunder, misalnya, penelitian tentang anemia tidak dapat
diketahui cara pengukuran atau siapa yang melakukan pengukuran Hb.
h. Pengumpulon Data
Pengumpulan data penelitian cross sectional bersifat analitis dilakukan
dengansurvei atau rekam medis di rumah sakit sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan. Mìsalnya, penelitian tentang hubungan antara status gizi
anak 1-5 tahun dengan cacingan. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengumpulkan semua anak 1 5 tahunyang terdapat pada lokasi penelitian
kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok. yairu anak-anak dengan gizi
baik dan anak-anak dengan gizi kurang. Pada semuaanak dilakukan
pemeriksaan tinja untuk mendeteksi cacing kemudian frekuensi cacingan
pada anak dengan gizi baik dan gizi kurang dibandingkan
Untuk penelitian di rumah sakit dengan rekam medís sebagai sumber
data.Misalnya, penelitian tentang hubungan antara primipara dengan
preekiamsia. Pengumpulari data dilakukan dengan cara mengumpulkan
semua ibu-ibu yang melahirkan selama periode tertentu kemudian dibagi
menjadi dua kelompok, yairu kelompok primípara dan multípara.
Selanjurnya, pada kelompok primipara dicatat jumlah preekiamsia,
demikianpula pada kelompok multipara kemudian díbandingkan.
Komparabilitas kedua kelompok didasarkan pada umur, tingkat
pendidikan. dan sosial ekonomi. Penyajian data berupa karaktenistik
subjek studi pada kelompok studi dan kelompok kontrol. Karakteristik
dapat berupa umur, jenis kelainin, pendidikan, pekerjaan atau hal-hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian, misainva jenis alat kontrasepsi yang
digunakan.
i. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung risiko masing-masing
kelompok risiko relatif, risiko atribut, dan uji statistik sesuai dengan data
yang diperoleh. Laporan hasil penelitian hendaknya dipublikasikan agar
peneliti lain dapat mengadakan evaluasi atau mengadakan penelitian
serupa untuk dibandingkan atau membandingkan dengan hasil penelitian
yang pernah dilakukan di tempat lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu
waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara
variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Beberapa
tujuannya adalah, mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa
penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat, Memperkirakan adanya
hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang
jelas, Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko
atribut.
1. Keuntungan Studi Cross Sectional.
a. Jenis observasi studi ini bisa digunakan untuk penelitian analitik dalm
bidang kesehatan. Contohnya adalah :
Penyakit atau masalah kesehatan, atau efek.
b. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut, yakni faktor penyebab
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
c. Agen penyakit.
Studi ini representatif dalam mendeskripsikan karakteristik populasi
daripada studi case control atau cohort. Selain itu, studi jenis ini juga
lebih efisien untuk merumuskan hipotesis baru.
2. Kelemahan
Penelitian ini paling mudah untuk dilakukan dan sangat sederhana.
Pengujian hipotesis kausal juga tidak seakurat cohort dan case control,
karena ketidak pastian sekuensi temporal antara paparan dan penyakit.
a. Diperlukan subjek penelitian yang besar.
b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
c. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
d. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila
dibandingkan dengan dua rancangan penelitian cross sectional yang lain.

B. Saran
Bagi para pembaca makala ini ,kami selaku penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sekiranya dapat kami gunakan sebagai masukan untuk
perbaikan makala ini kedepannya serta dapat mencapai kesempurnaan sesuai
dengan apa yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai