Anda di halaman 1dari 3

[Serasa Pulang ke Rumah]

Desa Ponggang, kecamatan Serangpanjang, Subang, Jawa Barat.Akhir pekanku serasa panjang
disana,ingin lagi kukembali kesana.Sedikit kisah yang kualami di kampung Ponggang,awalnya
kampung ini memiliki sebuah kebencian terhadap pemerintah seperti lahan mereka dipakai untuk
Kebun Sawit dan merasa tertinggal.Namun ketika seorang pemuda yang bernama mang Yayan
dating kekampung ini,semua berubah.Dibalik kesederhanaan itu mereka semua tersenyum bahagia.

Disana aku mendapat orang tua asuh,mereka sering dikenal dengan sapaan mang Edig dan bu Ai.Kami
sangat disambut dengan hangat,seperti kami seorang anak yang kembali ke rumah.Bu Ai memberikan
kami sebuah makanan yang bernama Uli,sebuah ketan yang telah ditumbuk dan diberi garam lalu
digoreng.Enak sekali makanan itu,rasanya gurih dan sangat terasa kelezatannya dengan kebersamaan
memakannya bersama beliau.

Di rumah tersebut biasanya ditinggali mang Edig,bu Ai,dan kedua ortu dari bu Ai.Namun sangat
disayangkan mang Edig pergi ke kampung halaman sehingga kami tidak dapat berjumpa dan
bercengkrama dengan beliau.Mang Edig dikenal sebagai orang yang serba bisa,dikampung ini mayoritas
pekerjaannya adalah petani.Mang Edig jika tidak ke sawah,beliau sering memperbaiki alat elektronik dan
sering membantu untuk membangun rumah.Di kampung ini,gotong royong terasa sekali,untuk
membangun sebuah rumah,seluruh warga berpatisipasi untuk membangunnya dan bahan bangunan
juga banyak yang berasal dari alam sekitar mereka.

Tepat pada tanggal 10 November,paginya kami membantu bu Ai untuk mempersiapkan makanan,bahan


makanannya berasal dari alam,telur dari ayam sendiri,sayurnya dari kebun sekitar rumah dan memasak
menggunakan kayu bakar.Awalnya kami ingin ke sawah Bersama bu Ai,namun sawah beliau tidak
fungsional dikarenakan musim kemarau yang sangat panjang sebelumnya,namun beliau juga berkebun
dan belum mulai menanam,sehingga bu Ai saat ini mengurus rumah.Bu Ai memberi saran kepada kami
untuk berkeliling di kampung ini,kami pun pergi dan melihat keindahan alam kampung ini.Kampung ini
dikelilingi oleh hamparan sawah yang sangat luas sekali,terlihat ada petani yang sedang membajak
sawahnya yang siap ditanam demi mendapatkan beras.

Sesampai kami kembali ke rumah,kami sudah disiapkan makanan oleh bu Ai.Mencicipi makanan yang
sederhana itu mengingatkanku akan masakan ibu di kampung saya dilahirkan.Kami pun bercengkrama
dengan beliau sambil makan.Terdengar bahwa untuk berobat sangat susah dikarenakan puskesmas
sangat jauh dan untuk ke pasar juga jauh dari Kampung.Ayah beliau setiap malam hari menjaga sawah
atau kebunnya dikarenakan sering ada monyet yang datang untuk merusak kebun.

Setelah kami selesai sarapan,keponakan bu Ai (Deni) mengajak kami untuk keliling kampung lagi.Di
kampung ini ada sebuah tugu yang memiliki sejarah yang dulu merupakan sebuah lubang tempat
bersembunyi Soekarno pada masa penjajahan.

Budaya lokal dari kampung ini juga sangat kental sekali.Contoh disetiap rumah terdapat sangkar burung
di pintu rumah mereka dan mereka sangat menghormati nenek moyang mereka,terlihat tapak nenek
moyang mereka yang dirawat dengan baik.Sungguh menyenangkan bersama Deni berkeliling
kampung,terlihat aktivitas warga yang menghiasi kampung itu.Kami juga selalu disapa dengan senyum
yang hangat dari warga saat berpapasan,terlihat dari senyum mereka bahwa mereka bahagian dengan
kesederhanaan yang mereka miliki.
Siang harinya kami berkumpul dan makan bersama dirumah mang Adoy.Kami diajarkan bahwa
kebahagiaan itu sangat mudah didapatkan dengan kebersamaan.Di rumah mang Adoy,terdapat seorang
putra bernama Yudi.Ia sudah ditinggalkan ibu sejak kecil karna beliau harus bekerja sebagai TKW di
Brunei Darusalam.Hidup Yudi sangat membuatku kagum,ia selalu memasak untuk keluarganya di rumah
dan harus bersekolah yang berkilometer jauhnya.Yudi juga sangat mengasihi ayahnya,dan ia juga
memiliki mimpi yang sangat besar,semoga mimpinya dapat dicapai.

Semua anak di kampung ini harus berjalan untuk dapat bersekolah yang jaraknya sangat jauh dari
kampung.Beberapa pergi menggunakan motor,namun terhitung dengan jari yang memiliki motor di
kampung ini.

Kami pun kembali ke rumah,sesampaikan disana kami disambut hangat oleh kehadiran seorang anak
(buah hati) bernama Syifa yang merupakan cucu dari bu Ai.Pelajaran yang dapat kepetik dari Syifa
adalah salah satu membuat suasana keluarga nyaman adalah memberikan senyuman atau keceriaan
kepada sekitar kita.Syifa sangat menggemaskan dan ia juga berjoget dengan gerakan lucunya dan
membuat kami semua tertawa.

Keesokan harinya,kami diajak untuk pergi ke curug.Banyak anak kecil ikut dengan kami dan mengajarkan
kami untuk lebih bersahabat lagi dengan alam.Tak terasa,kami harus pulang ke kehidupan kami di
Kota,jujur aku masih ingin lebih lama lagi tinggal di kampung ini menikmati alam dan senyuman dari
semua yang ditinggal di kampung ini.

Aku mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas pengalaman yang diberikan selama kurang
lebih 36 jam.Banyak hikmah,pelajaran,kekeluragaan,senyuman dari Kampung Ponggang.

~Bahagia bukan soal hidup yang sempurna, melainkan saat kita bisa menikmati dan
mensyukuri sesuatu yang telah kita terima.
#PendidikanKilatPalapaHME
#Palapangan
Foto 1 : Ruang Kerja Mang Edig

Foto 2 : A Beauty of Rice Fields

Foto 3 : Demi Sedikit Beras

Foto 4 : Simplicity of food

Foto 5 : Tapak Leluhur

Foto 6 : Togetherness

Foto 7 : Mimpi seorang Lelaki

Foto 8 : Sang buah hati

Foto 9 : Bersahabat dengan alam

Foto 10 : My love family

Anda mungkin juga menyukai