Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR- DASAR AGRONOMI

Disusun Oleh :
Nama : DWI RIDHA RATIH PANGESTI
NIM : A1C001021
Rombongan : G

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai


Mata Kuliah Dasar- Dasar Agronomi

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga laporan praktikum Dasar-Dasar
Agronomi ini dapat terselesaikan dengan baik.Dengan terselesaikannya
laporanini,penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen- dosen Program Studi Agronomi selaku pengampu mata kuliah


Dasar-Dasar Agronomi.
2. Kakak- kakak asisten praktikum Dasar-dasar Agronomi yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan selama praktikum
3. Rekan- rekan sekelompok yang bekerja sama selama praktikum sampai
terselesainya laporan ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan baik dalam pelaksanaan maupun dalam penulisan
laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh


dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kpenulis harapkan demi sempurnanya laporan ini

Purwokerto, Januari 2003

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………... v
DAFTAR GRAFIK …………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………… vii
I. SORTASI DAN PERKECAMBAHN BENIH
A. Pendahuluan …………………………………………….. 1
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan dan Saran
II. PEMBIAKAN VEGETATIF
A. Pendahuluan ……………………………………………..
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan dan Saran
III. PENGOLAHAN TANAH
A. Pendahuluan ……………………………………………..
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan dan Saran
IV. PERSEMAIAN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan dan Saran
V. PENGENALAN JENIS GULMA PADA LAHAN PERTANIAN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
VI. PENANAMAN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
VII. PEMELIHARAAN TANAMAN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
VIII.PANEN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
IX. ORIENTASI TANAMAN
A. Pendahuluan
B. Bahan dan Alat
C. Prosedur kerja
D. Hasil pengamatan
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
ACARA I

SORTASI DAN PERKECAMBAHAN BENIH

A. PENDAHULUAN

Perkecambahan adalah serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang


terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh
(Harjadi,1986).Dalam proses perkecambahan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor,baik dari dalambenih itu sendiri maupun dari luar benih. Faktor dari benih
meliputi, tingkat kemasakan benih,ukuran benih,dormansi dan penghambat
perkecambahan.Sedangakan faktor dari luar meliputi,jumlahair,temperatur
oksigen, cahaya matahari yang tersedia dan medium perkecambahan.
Sebelum menanam suatu jenis tanaman,kita perlu mengetahui daya
kecambah benih dan pola perkecambahan dari benih tanaman yang akan ditanam
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindri atau mengurangi kerugian di
lapang atau di lahn. Dengan mengetahui daya kecambah benih diharapkan pula
dapat memperkirakan kebutuhan benih untuk tiap satuan luas lahan tertentu.
Benih di sini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk
tujuan penanaman. Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (ancerid) yang
masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang (Sutopo,1998).Benih dapat
dipandang melalui 4 macam titik tolak pemikiran dalam konteks agronominya
(S. Sadjad,1973), yaitu :
1. Batasan struktural
Mendasarkan pengertian kepada segi anatomi dari biji. Proses pertumbuhan
biji pada berbagai jenis tanaman tidak sama,baik disebabkan oleh faktor
genetik maupun faktor lingkungan
2. Batasan Fungsional
Bertolak dari perbedaan fungsi benih dan biji. Benih adalah biji tumbuhan
yang digunakan oleh manusia untuk tujuan penanaman atau budidaya.
3. Batasan Agronomi
Mendasarkan pengertian bahwa disamping penggunaan sarana produksi
lainnya yang maju, maka benih yang digunakan harus memiliki tingkat
kekuatan tumbuh dan daya kecambah tinggi sehingga mampu berproduksi
maksimum.
4. Batasan Teknologi
Benih dipandang sebagai suatu kehidupan biologi benih.
Viabilitas atau daya hidup benih dicerminkan oleh daya kecambah
(germination capacity),kekuatan tumbuh benih (vigor), kualitas serta kemurnian
benih secara fisik maupun secara fisiologisnya. Daya kecambah juga memberikan
informasi kepada pemakai benih mengenai kemampuan benih tumbuh
normalmenjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan yang serba
optimal. Vigor atau kekuatan tumbuh benih memberikan informasi akan
kemungkinan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan
berproduksi wajar meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimal.
Benih yang mempunyai mutu tinggi akan menghasilkan produksi yang
optimal. Benih bermutu tinggi yaitu benih yang viabilitas tinggi, bebas dari
penyakit,(Sri Setyati Harjadi,1991). Viabilitas dapat diketahui dengan menguji
daya kecambahnya, maksudnya adalah untuk mengetahui persentase
perkecambahan suatu benih dimana benih dikatakan baik apabila persenyase
perkecambahannya antara 80% -90%.
Umunya proses perkecambahan akan dimulai dengan munculnya radikle
yang diikuti dengan pertumbuhan plumula, lalu radikle tumbuh menjadi
akar.Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan antara lain
curah hujan, suhu, media perkecambahan, intensitas cahaya. Ada dua tipe
pertumbuhan awal dari suatukecambah tanaman yaitu :
1. Type Epigeal
Tipe diman munculnya radikle diikuti dengan memanjangnya hipokotil,
secara keseluruha dan membawa serta cotiledone dan plumula ke atas
permukaan tanah.
2. Type Hipogeal
Type dimana munculnya radikle diikuti denagn memanjangnya plumula,
hipocotil tidak memanjang ke pemukaan tanah, sedangkan cotiledon tetap
berada di dalam kulit benih di bawah permukaan tanah.
Praktikum Sortasi dan Perkecambahan Benih dilaksanakan dengan tujuan
sebagai berikut :
1. Memilih benih yang baik dan menghitung kebutuhan benih per satuan luas.
2. Pengujian daya kecambah benih adalah untuk mempelajari cara menguji beni
terutama daya kecambahnya.
3. Pola perkecambahan adalah untuk mengetahui daya tumbuh benih,
mengetahui type perkecambahan dan mengetahui type normal dari
perkecambahan.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan :
- Benih padi dan kedelai
- Air atau aqudes
2. Alat :
- Pretidish diameter 10 m x 15 m
- Timbangan
- Kertas merang

C. PROSEDUR KERJA
1. Memilih Benih
a. Mengambil benih padi dan kedelai masing- masing satu genggam, kemudian
masimg- masing benih ditimbang untuk mengetahui bobot kotornya.
b. Memilah- milah benih yang telah ditimbang antara benih yang rusak dengan
benih yang baik serta memisahkannya dari kotoran yang ada.
c. Benih yang bersih ditimbang kembali untuk mengetahui bobot bersihnya.
d. Benih bersih yang telah ditimbang tadi dipilih kembali yang besarnya sama
sebanyak 100 butir, sisanya dipisahkan.

2. Pengujian Daya Kecambah


a. Benih yang telah dipilih sebanyak 100 butir, kemudian dibagi menjadi 2,
yaitu 50 : 50, pembagian tersebut bertujuan untuk pengamatan I dan
pengamatan II.
b. Menyiapkan pretidish dengan dialasi kertas merang sebanyak dua lapis,
kemudian kertas merang tersebut dituangi air secukupnya hingga merata.
c. Memasukkan benih ke dalam pretidish yang telah dituangi air tadi, dengan
jarak yang teratur agar tidak bergerombolan.
d. Menjaga kelembaban di dalam pretidish dengan meneteskan air secara
teratur sehingga bebih tidak mengalami kekeringan.
e. Mengamati perkecambahan benih selama satu minggu, setelah satu minggu
persentase perkecambahan dihitung.

D. PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel I a. Tipe Perkecambahan

NO Tanaman Type Gambar


1 Kedelai Epygeal

2 Padi Hypogeal

Tabel I b. Laju Perkecambahan Kedelai ( Glicine max )


Hari ke - 
1 2 3 4 5 6 7
U1 1 2 9 11 17 6 3 50
U2 2 15 4 3 10 13 2 49

Tabel I c. Laju Perkecambahan Padi ( Oryza sativa )

Hari ke - 
1 2 3 4 5 6 7
U1 0 0 0 2 1 28 6 37
U2 0 1 2 2 3 24 11 43

Tabel I d. Berat Benih

Berat kotor Berat Kotoran Berat Bersih


Padi ( Oryza sativa ) 21,43 gr 9,17 gr 12,26 gr
Kedelai ( Glycine max ) 45,34 gr 8,64 gr 36,70 gr

Perhitungan
1. Daya Kecambah

a. Kedelai ( Glycine max )

U1  Daya Kecambah =  kecambah normal yang dihasilkan X 100 %


 Contoh benih yang diuji

= 1 + 2 + 9 + 11 + 17 + 6 + 3 X 100 %
50

= 50 X 100 %
50
= 100 %
U2  Daya Kecambah =  kecambah normal yang dihasilkan X 100 %
 Contoh benih yang diuji
= 2 + 15 + 4 + 3 + 10 + 13 + 2 X 100 %
50
= 49 X 100 %
50
= 98 %

 Daya Kecambah Kedelai rata- rata = DK1 + DK2


2
= 100 % + 98 %
2
= 99 %

b. Padi ( Oryza sativa )

U1  Daya Kecambah =  kecambah normal yang dihasilkan X 100 %


 Contoh benih yang diuji
= 0 + 0 + 0 + 2 + 1 + 28 + 6 X 100 %
50
= 37 X 100 %
50
= 74 %

U2  Daya Kecambah =  kecambah normal yang dihasilkan X 100 %


 Contoh benih yang diuji
= 0+ 1 + 2 + 2 + 3 + 24 + 11 100 %
50
= 43 100 %
50
= 86 %
 Daya Perkecambahan Padi rata – rata = DK1 + DK2
2
= 74 % + 86 %
2
= 80 %

2. Laju Perkecambahan
Laju Perkecambahan = N1T1+ N2 T2 + N3 T3 +. ………..+ N7 T7 Hari
 Totol benih yang berkecambah

a. Kedelai
U1  Laju perkecambahan = 1.1 + 2.2 + 9.3 + 11.4 + 17.5 + 6.6 + 3.7 Hari
50
= 218
50
= 4,36 Hari
= 4 Hari

U2  Laju Perkecambahan = 2.1 + 15.2 + 4.3 + 3.4 + 10.5 +13.6 + 2.7 Hari
49
= 198
49
= 4,04 Hari
= 4 Hari
 Laju Perkecambah kedelai rata- rata = LP1 + LP2
2
= 4+4
2
= 4 Hari
b. Padi

U1  Laju Perkecambahan = 0.1 + 0.2 + 0.3 + 2.4 + 1.5 + 28.6 + 6.7 Hari
37
= 223
37
= 6,02 Hari
= 6 Hari

U2  Laju Perkecambahan = 0.1 + 1.2 + 2.3 + 2.4 + 3.5 + 24.6 + 11.7 Hari
43
= 252
43
= 5,86 Hari
= 6 Hari

 Laju Perkecambahan Padi rata-rata = LP1 + LP2


2
=6+6
2
= 6 Hari

E. PEMBAHASAN
Perkecambahan merupakan tingkat awal dari terbentuknya suatu
tanaman,oleh karena itu perkecambahan yang baik perlu diusahakan agar dapat
memperoleh tanaman yang baik dan dapat menghasilkan produksi yang baik.
Untuk mengetahui baik tidaknya perkecambahan,perlu diketahui daya kecambah
suatu benih dan kualitas ataupun kemurnian suatu benih yang ikut menentukan
viabilitas serta vigor benih baik fisik maupun fsiologis.
Pengetahuan tentang benih yang baik sangat diperlukan untuk dapat
mengoptimalkan hasil produksi dalam usaha tani. Benih yang bermutu adalah
benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi, yaitu memiliki
viabilitas yang tinggi yang tercermin dari daya kecambah dan daya tumbuh
(kekuatan tumbuhnya).
Berdasarkan ukuran benih dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu
benih halus, benih sedang, benih besar. Yang termasuk benih halus antara lain
bayam, sedang padi, jagung, dan kedelai termasuk ke dalam benih sedang, nangka
termasuk benih besar.
Benih yang diuji dalam praktikum kali ini adalah benih sedang yaitu
dengan menguji benih padi dan kedelai, dan diperoleh nilai daya kecambah benih
padi antara 74 % - 80 %, benih kedelai antara 98 % - 100 %. Ini menunjukkan
bahwa rata – rata daya kecambah dan daya tumbuh benih padi dan benih kedelai
adalah baik. Benih yang mempunyai persentase perkecambahannya kurang dari
80 % adalah benih yang daya tumbuhnya rendah, sedang daya tumbuh yang tinggi
mempunyai persentase perkecambahan antara 80 % - 100 %. (Kamil,1998).
Menurut Soetopo (1985), benih dikatakan mempunyai viabilitas (daya
tumbuh) baik apabila persentase perkecambahannya antara 80 % - 90 %. Untuk
mengetahui benih yang bermutu, disamping telah teruji viabilitasnya, maka perlu
pula diketahui kriteria normal dari benih dan kecambahnya. Kedua hal tersebut
dapat dilihat dari pola perkecambahannya.
Perbedaan angka daya perkecambahan yang diperoleh antara benih padi
dan benih kedelai, hal ini dikarenakan oleh faktor lingkungan yang ada di sekitar
misalnya suhu, kelembaban, angin, cahaya, ketersediaan oksigen, medium yang
digunakan adanya cendawan atau penyakit yang menyerang dan faktor genetik
dari benih itu sendiri,termasuk benih unggul atau tidak. Tiap jenis benih
mempunyai kemampuan yang berbeda – beda untuk tumbuh normal di lingkungan
yang sesuai.
Kulit pelindung yang tipis dan keadaan media yang cukup air dapat
mempercepat prises perkecambahan. Makin tipis kulit benih makin mudah air
meresap ke dalam benih sehingga keadaan benih menjadi lembab dan akhirnya
pecah, hal ini mungkin menyebabkan daya kecambah kedelai lebih tinggi
dibandingkan daya kecambah padi yaitu mencapai rata – rata 99 %.
Penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya
berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan sekitar 40 % - 60 % dan
akan meningkat lagi pada saat munculnya radicle sampai jaringan penyimpanan
dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandungan air 70 % - 90 %.
Hasil pengamatan menjukkan bahwa laju perkecambahan rata –rata setelah
hari kelima untuk benih tanaman padi dan hari ke enam untuk benih kedelai.
Menurut Soetopo (1985), Faktor – faktor yang mempengaruhi perkecambahan
benih adalah
1. Faktor Dalam
a. Tingkat kemasakan benih
b. Ukuran benih
c. Dormansi
d. Penghambat perkecambahan
2 2. Faktor Luar
a. Air
b. Temperatur
c. Oksigen
3 d. Cahaya
e. Medium
Apabila dilihat dari tipe pertumbuhan awal suatu kecambah tanaman,
maka perkecambahan benih padi termasuk tipe hypogeal, dimana munculnya
radicle diikuti memenjangnya plumula, hipocotil tidak memanjang ke permukaan
tanah, sedangkan cotyledon tetap berada di dalam kulit benih di bawah permukaan
tanah. Sedangkan benih kedelai termasuk dk dalam tipe epygeal, diman
munculnya radicle diikuti memanjangnya plumula, hipocotil tidak memanjang ke
permukaan tanah sedangakan cotyledon tetap berada di dalam kulit benih di
bawah permukaan tanah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
• Benih sedang rata – rata mempunyai daya kecambah dan laju perkecambahan
yang baik.

• Viabilitas yang benih dicerminkan oleh daya perkecambahan yang tinggi serta
laju perkecambahan yang cepat.

• Semakin besar nilai perkecambahan dan laju perkecambahan maka


menunjukkan benih yang mempunyai kualitas yang baik atau bermutu tinggi.

• Benih padi mempunyai tipe perkecambahan hypogeal.

• Benih kedelai mempunyai tipe perkecambahan epygeal.

SARAN

Selama pelaksanaan praktikum, praktikan diharapkan lebih


memperhatikan dan aktif dalam melaksanakan praktikum, sehingga praktikan
benar – benar mengerti dan paham mengenai materi sortasi dan perkecambahan
benih.

ACARA II

PEMBIAKAN VEGETATIF

A. PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup mempunyai kecenderungan untuk melangsungkan
keturunannya agar tidak punah yaitu dengan cara berkembangbiak. Secara garis
besar perkembangbiakan tanaman digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu
perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan
secara generatif merupakan suatu proses perkembangbiakan tanaman dengan
menggunakan biji dari tanaman yang akan diperbanyak (seksual). Sifat
keturunannya berbeda dengan induknya.
Perkembangbiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin
(aseksual) dimana ada kesamggupan tanaman untuk membentuk kembali
(regenerasi) jaringan dan bagian lainnya dengan tujuan untuk memperoleh
tanaman yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya, maka pembiakan
vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagian tanaman yang sulit
dibiakan dengan biji. Pembiakan ini terjadi secara alamiah maupun dibuat oleh
manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan tergantung jenis tanaman dan tujuan
dari pembiakannya. Misalnya stek, okulasi, menyambung, dan lainnya.
Praktikum mata kuliah Dasar – Dasar Agronomiini, mahasiswa praktik
membuat bibit tanaman yang sifatnya unggul atau mengelola suatu tanaman agar
didapatkan hasil yang optimal. Menurut Rukman ( 1999), varietas unggul pada
prinsipnya adalah varietas yang mempunyai sifat – sifat yang lebih baik dari pada
varietas lainnya. Sifat – sifat penting suatu varietas unggul adalah :
1. Daya hasil (produksi) tinggi
2 Kualitas (mutu) hasil tinggi
3. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
4. Umur mulai berbuah relatif pendek
5 Daya adaptasi tanaman terhadap berbagai lingkungan tumbuh.
selain memperoleh sifat – sifat induk kepada keturunanya, perkembangan secara
vegetatif bertujuan untuk mempercepat kemampuan berbuah atau memperpendek
masa remaja dan memperoleh kepastian produksi.
Praktikum kali ini, praktikan melakukan pembiakan vegetatif yaitu dengan
cara stek. Penyetekan adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa
bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian –
bagian tersebut membentuk akar. Cara stek mempunyai beberapa keuntungan,
yaitu dapat menghasilkan tanaman dengan akar, daun, batang dalam waktu yang
relatif singkat, sreta bersifat sama dengan induknya.
Mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi penyetekan ini, Rochiman
dan Harjadi ( 1973) , membaginya menjadi tiga bagian, yaitu : (1) faktor tanaman,
(2) faktor lingkungan, (3) faktor pelaksana. Faktor tanaman meliputi jenis bahan
stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek , kandungan zat tumbuh
dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan meliputi media tumbuh, kelembaban
uadara, suhu dan cahaya matahari. Sedangakan faktor pelaksana meliputi
perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, pemotongan bahan stek, pelukaan,
penggunaannzat perangsang tumbuh (ZPT) dan kebersihan peralatan.
Adanya perakaran yang cukup lebat merupakan jaminan berhasilnya
penyiapan bibit stek. Pembentukan akar didahului oleh [embelahan sel – sel
meristem secara terus – menerus, sehingga membentuk kelompok sel (tahap
inisiasi), lalu berkembang menjadi primordia akar. Berlanjut terus pada korteks
dan epidremis, selanjutnya akan muncul di permukaan batang sebagai organ akar.
Tujuan dari acara praktikum perkembangan vegetatif ini adalah untuk
mempelajari berbagai pembiakan vegetatif pada berbagai tanaman.

B. BAHAN DAN ALAT


1. Bahan
- Sulur lada dan cemara
- Pupuk Organik
- Tanah
- Larutan Rootone F
2. Alat
- Poli bag
- Karet
- Plastik transparan
- Cutter
D. PROSEDUR KERJA
a. Menyediakan media tumbuh (polibag ) yang berisi tanah dan
pupuk dengan perbandingan 1 : 1, yang pada bagian bawahnya telah diberi
lubang drainase.
b. Menyiram media tumbuh ( polibag ) dengan air secukupnya.
c. Memotong sulur lada dan cemara sepanjang tiga ruas masing- masing
sebanyak 6 potong.
d. Merendam bagian pangkal sulur dengan larutan Rootne F selama satu menit
e. Menanamnya dengan ditekan ke dalam media tumbuh sedalam satu ruas
f. Menutup stek dengan plastik dengan perlakuan yang berbeda yaitu 3 dari
masing- masing tanaman ditutup dengan plastik yang dilubangi, sedangkan 3
sisanya ditutup dengan plastik tanpa dilubangi. Kemudian diikat dengan karet.
g. Mengamati perkembangannya selama waktu yang
telah ditentukan.

E. HASIL PENGAMATAN

F. PEMBAHASAN
Pembiakan vegetatif yang dilakukan pada praktikum Dasar- Dasar
Agronomi ini adalah pembiakan dengan menggunakan stek yaitu menggunakan 6
bagian tanaman lada dan 6 bagian tanaman cemara dengan perlakuan yang sama
yaitu dengan menggunakan zat perangsang pertumbuhan yaitu larutan Rootone F
dan percobaanya dilakukan dengan perlakuan yang berbeda yaitu 3 tanaman dari
masing- masing tanaman disungkup dengan plastik tanpa dilubangi dan 3 tanaman
lainnya disungkup dengan plastik dengan dilubangi. Setelah pengamatan selama
21 hari, ternyata hasil pengamatan menunjukkan perbedaan hasil pada penyetekan
lada yaitu antara yang disungkup dengan dilubangi dengan yang disungkup tanpa
dilubangi. Lada yang disungkup dengan dilubangi hanya berhasil 2 dari 3
tanaman, sedangkan yang disungkup tanpa dilubangi berhasil semua atau berhasil
100 %. Pembiakan vegetatif pada tanaman cemara yang disungkup dengan atau
tanpa dilubangi menghasilkan hasil yang sama yaitu dengan tingkat keberhasilan
100 %. Rata- rata tingkat keberhasilan stek dari dua perlakuan adalah 91,7 %.
Keberhasilan ini dapat dilihat dari tidak matinya stek dan tumbuhnya akar pada
tanaman- tanaman tersebut.
Keberhasilan stek ini bukan hanya dipengaruhi oleh zat perangsang
pertumbuhan akar, tetapi menurut Wahid ( 1981 ), tumbuh tidaknya stek
didasarkan pada pembentukan tunas, stek yang mampu membentuk tunas akan
tetati tidak atau belaum tentu dinyatakan tumbuh. Selain itu cahaya matahari juga
dibutuhkan untuk proses fotosintesis guna membentuk cadangan makanan, juga
karena memungkinkan pembentukan auxin yang lebih banyak, karena menurut
Leopold ( 1960 ), pembentukan auxin juga dipengaruhi oleh cahaya matahari.
Selain faktor tanaman, faktor lingkungan yang mempengaruhi
keberhasilan penyetekan antara lain adalah media penyetekan. Menurut Hartmann
dan Kester ( 1975 ), media stek harus dapat memenuhi syarat yaitu dapat
mempertahankan kelembaban, memberikan aerasi dan mempertahankan unsur
hara. Berhasilnya penyetekan juga dipengaruhi oleh faktor pelaksanaan.
Kelembaban merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi stek
sebelum berakar. Bila kelembaban rendah, maka penyetekan akan mengalami
kegagalan, kerana pada umumnya bila kandungan air dalam stek rendah, maka
stek akan kering sebelum berakar. Oleh karena itu, transpirasi harus dibatasi
dengan kelembaban tinggi ( manipulasi lingkungan ). Penjagaan kelembaban pada
stek dapat dilakukan dengan penyemprotan kabut air di dinding atau atap
pembibitan ( sungkup ). Pemberian kabut air pada daun juga dapat memberikan
kelembaban yang tinggi di sekitar daun dan menurunkan suhu nudara sehingga
transpirasi lebih rendah.
Stek memerlukan perlindungan dari cahaya matahari langsung untuk
memperytahankan suhu dan kelembaban. Selain itu kegunaan cahaya terutama
untuk pembentukan auxin dan karbohidrat. Bila kebutuhan auxin dan karbohidrat
telah terpenuhi, cahaya mempunyai pengaruh yang merintangi pembentukan akar.
Pengaturan kebutuhan cahaya matahari dapat dilakukan dengan pemberian
naungan yang disesuaikan dengan respon tanamannya.
Penggunaan Rootone F dengan konsentrasi yang benar pada bahan stek
sebelum ditanam bertujuan untuk merangsang pembentukan akar. Perakaran yang
dihasilkan biasanya lebih baik dan lebih banyak daripada tanpa pemberian
Rootone F. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek,
pembelahansel dalam kalus akan berlebihan dan mencegah tumbuhnya tunas akar.
Sebaliknya, konsentrasi Rootone yang dibawah optimal tidak akan efektif
(Kusumo, 1990 ).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara stek pada umumnya
juga merupakan cara perbanyakan yang paling cepat dan mudah, oleh karena itu
perbanyakan tanaman dengan cara stek batang dilakukan oleh banyak orang
karena selain mudah dan sederhana juga karena cara ini tidak memerlukan teknik
yang rumit, tetapi tingkat keberhasilannya lebih tinggi bila dibandnigkan dengan
cara- cara perbanyakan vegetatif yang linnya seperti cangkok dan menyambung.

G. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dengan melihat hasil pembahasan yang ada dapat ditarik kesimpulan yaitu :
a. Pembiakan dengan cara stek batang yang diperlakukan
dengan Rootone F berhasil dengan baik.
b. Pembiakan secara vegetatif yang dilakukan akan menghasilkan
keturunan yang sama dengan induknya.
c. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembiakan secara
vegetatif yaitu : faktor genetik, faktor lingkungan, dan juga faktor
pelaksanaan.
d. Pemberian Rootone F, bertujuan untuk mempercepat pembentukan kalus
serta pertumbuhan akar.

SARAN
Disarankan agar dalam melaksanakan praktikum ini para praktikan lebih
sering meneliti tanaman yang ada di lahan setiap hari, karena untuk mengamati
perkembangan dari tanaman yang distek, dan untuk mengamati pengaruh
intensitas cahaya. Sehingga data yang di perolehbenar- benar valid.

ACARA III

PENGOLAHAN TANAH
A. PENDAHULUAN

Tanah disamping sebagai alat produksi, harus dipandang dan dinilai pula
secara meta ekonomis melebihi dari sekedar berfungsi sebagai alat produksi,
sebab apabila dikelola dan diusahakan dengan sebaik-baiknya akan dapat
memberikan suatu kesejahteraan yang didambakan umat manusia dimuka bumi.
Kalau bata-batas kemampuannya diabaikan akan timbul malapetaka yang dapat
memberikan kesengsaraan pada manusia itu sendiri.
Melalui tanah, manusia dapat memperoleh kepuasan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang utama (Pribadyo Sosroatmodjo, 1980). Guna
mempertahankan tingkat kepuasan kebutuhan-kebutuhan pokoknya, maka
manusia berkewajiban memeliharan dengan sebaik-baiknya sumber daya tanah
dan lingkungannya dimana manusia tinggal dan hidup.
Tanah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman mempunyai peranan penting antara lain :
1. Sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar.
2. Menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman.
3. Menyediakan udara bagi akar tanaman.
4. Merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna,
kususnya mikro flora dan mikro fauna yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang
dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Bila tanah salah
digunakan, tanaman jadi kurang produktif, bila ditangani secara berhati-hati
dengan memperhatikan sifat fisik dan biologisnya, akan terus-menerus
menghasilkan tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung. Untuk
mencapai tujuan tersebut biasanya pengolahan tanah dilakukan beberapa kali.
Cara dan saat pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan, antara
lain : iklim, keadaan tanah, jenis tanaman, dan saat tanam. Menurut tim agromoni
Fakultas Pertanian UNSOED, ada 3 cara pengolahan tanah :
1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan/ternak.
3. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin/mekanis.
Sedangkan menurut intensitasnya, pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
1. No tillage/tanpa pengolahan tanah.
2. Minimum tillage/pengolahan tanah secara minimal,
terbatas pada bagian yang akan ditanami.
3. Maximum tillage/pengolahan tanah secara intensif, pada
lahan yang akan ditanami.
Mengoptimalkan fungsi tanah diperlukan suatu pengolahan tanah agar
didapatkan tanah dengan sifat yang baik, baik sifat kimia maupun sifat fisik tanah.
Selain dipengaruhi oleh pengolahan tanah, sifat tanah juga dipengarui oleh bahan
induk dan proses pembentukan tanah serta iklim setempat. Pengolahan tanah
dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah menjadi gembur dan untuk
mengatur permukaan tanah sehingga sesuai untuk ditanami.
Tujuan dari praktikum pengolahan tanah ini agar mahasiswa mampu
memahami dan melakukan pengolahan tanah dengan baik.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan
- Sebidang tanah
2. Alat
- Cangkul
- Tali rafia

C. PROSEDUR KERJA

1. Mengukur tanah sesuai dengan yang diinginkan ( 3m x 3


m)
2. Membuat bedengan dengan tinggi  30 cm.
3. Menggemburkan tanah serta membersihkan bedengan
dari batu dan gulma.
4. Membiarkan bedengan sebelum ditanami.

D. HASIL PENGAMATAN

E. PEMBAHASAN

Tanah sebagai faktor produksi merupakan faktor penting yang


mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu kondisi dan keadaan tanah
harus tetap dijaga agar dapat menjalankan peranannya dengan baik. Selain itu juga
harus dilakukan pengolahan agar kondisi tanah tetap terjaga.
Pribadyo Sasroatmodjo (1980), menyatakan bahwa tujuan dari pengolahan
dan penyiapan tanah adalah mempersiapkan tanah sematang mungkin sehingga
setiap saat dikehendaki, tanah yang bersangkutan dalam keadaan sudah siap untuk
ditanami, serta merupakan lahan usaha tani yang menetap. Pengolahan tanah
dilakukan melalui berbagai tahapan pekerjaan teknis yaitu dengan tetap
mempertimbangkan kondisi topografi serta faktor-faktor cuaca dan jenis tanah
maupun tujuan akhir rencana pemakaian tanah yang berkaitan dengan budidaya
tanaman yang akan diusahakan. Selain itu juga harus diperhatikan iklim,
tersedianya air serta macam tanaman yang akan dibudidayakan.
Praktikum Dasar-Dasar Agronomi kali ini melakukan pengolahan tanah
dengan cara membuat bedengan. Pembuatan bedengan ini membuat tanah menjadi
lebih tinggi, lebih remah dan gembur dibandingkan dengan tanah sebelum diolah,
disertai juga dengan pengendalian gulma yaitu dengan cara pencabutan secara
manual dengan tenaga. Begitu pula pembuatan bedengan dengan tenaga manusia
yaitu dengan bantuan alat cangkul.
Suhardi (1985), menyatakan bahwa tujuan dari pengolahan tanah yaitu :
1. Meningkatkan sifat-sifat tanah ; menjamin
memperbaiki struktur dan porositas tanah, sehingga antara pemasukan air dan
pengeluarannya menjadi seimbang yang berarti cepat basah dan cepat
mengering dalam artian untuk kehidupan tanaman. Begitu pula peredaran
udara menjadi optimal yang berarti akan menjamin aktivitas biologis menjadi
optimal pula.
2. Pertumbuhan tanaman menjadi baik, karena dengan
adanya pengolahan tanah memungkinkan peredaran air, udara dan suhu di
dalam tanah menjadi lebih baik.
3. Mempermudah penggunaan pupuk dan obat-obatan
di dalam tanah. Setiap pengolahan tanah perlu untuk mempersiapkan fisik
tanah.
Tanah mempunyai peran yang banyak didalam mendukung kehidupan
tanaman. Menurut Sri Setyati Harjadi (1979), terdapat 3 fungsi tanah yang
primer :
1. Memberikan unsur-unsur mineral, baik sebagai medium pertukaran
maupun sebagai tempat persediaan.
2. Memberikan air dan melayaninya sebagai reservoar.
3. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak.
Proses pengolahan tanah yang ditujukan untuk mempersiapkan tanah
menjadi lahan atau tanah yang siap pakai dilakukan menjadi beberapa tahapan.
Menurut Suhardi (1985), menyebutkan bahwa proses pengolahan tanah pada
dasarnya terajdi dari 4 jenis pengolahan :
1. Pembajakan
Pembajakan adalah pengolahan tanah dengan mempergunakan bajak, dengan
maksud agar tanah bisa membalik. Mutu pembajakan akan mempengaruhi
pengolahan tanah selanjutnya dan akan menentukan hasil panenan.
2. Pembajakan semu
Pembajakan semu adalah pembajakan dimana tanah tidak dibalik, hanya
merupakan bongkah-bongkah besar, setelah terkena hujan dan panas matahari,
tanah akan menjadi lebih longar, sehingga yang halus akan masuk ke bawah
lewat sela-sela bongkah tanah itu.
3. Pengolahan tambahan sebagai pengolahan tanah
Pengolahan ini mempersiapkan tanah lebih lanjut, sehingga makro porositas
yang terlalu besar akibat pembajakan dapat ditingkatkan.
4. Cara-cara tambahan sebagai pemeliharaan tanaman
Maksud pengolahan tanah ini adalah usaha agar supaya permukaan tanah tetap
agak lembab, peredaran air dan udara di dalam tanah tetap baik dan sekaligus
memberantas rumput liar.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan tanaman yang baik dipengaruhi oleh kondisi atau


keadaan tanah yang baik pula.
2. Pengolahan tanah dilakukan untuk memelihara kesuburan tanah,
menjaga agar struktur dan tekstur tanah tetap baik serta membuat tanah
menjadi lebih gembur dan remah.
3. Pengolahan tanah yang baik adalah tetap mempetimbangkan keadaan
topografi, iklim setempat, jenis tanah, tujuan dari pengolahan serta jenis
tanaman yang akan dibudidayakan.
4. Salah satu cara pengolahan tanah dalam lahan kering adalah dengan
pembuatan bedengan.

SARAN

Kakak-kakak asisten sudah baik dalam menjalankan tugasnya, begitu juga


dengan praktikum, hanya saja karena waktu yang bentrok sehingga ada sebagian
praktikan yang datang terlambat dan tidak bisa mengikuti dengan baik, akibatnya
kurang mengerti tentang praktikum yang dilakukan. Perlu penjadwalan yang lebih
baik lagi.
ACARA IV

PERSEMAIAN

A. PENDAHULUAN

Tanaman padi adalah tanaman semusim yang termasuk dalam tanaman


terpenting di Indonesia. Bagi petani Indonesia penghasilan utama. Bila suatu
musim hasil padi merosot rusak karena hama, penyakit, bencana alam, bukan
petani saja yang menderita, tapi seluruh masyarakat Indonesia merasakannya.
Sebaliknya bila tanaman padi hasilnya baik, maka kehidupan petani menjadi lebih
tentram, karena padi merupakan makanan pokok bangsa kita.
Soekirno Hardjodinomo (1970), menyatakan bahwa bangsa Indonesia
sangat sesuai untuk tumbuhnya padi, hal ini dikarenakan :
1. Padi menghendaki iklim tropis atau subtropik dan Indonesia
beriklim tropik.
2. Padi memerlukan banyak air untuk tumbuh dan di negara kita air
tersedia melimpah.
3. Indonesia memiliki tanah yang subur.
4. Mudah ditanam baik di sawah maupun di ladang.
5. Tahan bila disimpan lama.
Produksi beras Indonesia termasuk banyak, tetapi karena pertambahan jumlah
penduduk yang sangat cepat, produksi beras dalam negeri tidak mencukupi, oleh
karena itu Indonesia terpaksa mengimpor beras dari luar negeri.
Umumnya petani Indonesia menanam padi di sawah dengan disemaikan
terlebih dahulu di persemaian, ada pula yang langsung tapi dalam jumlah kecil.
Melalui persemaian jika dilihat dari segi pemeliharaannya memiliki banyak
keuntungan. Perawatan, ketelitian, kesabaran tersurah pada bidang tanah yang
sempit, sehinga tenaga kerja yang dibutuhkanpun sedikit. Meskipun demikian
dengan persemaian memiliki kekurangan atau kelemahan, yaitu umur padi lebih
panjang ± 15 – 20 hari dibandingkan tanpa persemaian. (Soekirno Hardjodinomo,
1970)
Persemaian dapat dibedakan menajdi 3 macam menurut jenisnya :
(Soekirno Hardjodinomo, 1970)
a. Persemaian basah
Persemaian basah dilakukan pada sawah yang baik irigasinya atau di sawah
yang cukup banyak mendapat hujan.
b. Persemaian kering
Persemaian ini di sawah-sawah berbandar langit, dimana kadang-kadang
hujan turun tidak teratur atau terlambat.
Pada persemaian ini bibit padi tidak banyak memerlukan air tetapi tanah harus
lembab baik dari hujan ataupun disiram.
c. Persemaian terapung
Persemaian ini terdapat disawah-sawah rawan yang tanahnya selalu terendam
air dimusim hujan. Cara persemaian ini yaitu dengan menggunakan rakit yang
dilapisi lumpur yang tebalnya cukup untuk tumbuhnya bibit, dan rakit terikat
di sebuah patok/pohon agar tidak hanyut terbawa air.
Letak persemaian pada persemaian basah sebaiknya ditengah-tengah areal
yang akan ditanami, sehigga nanti mudah membagi-bagi bibit. Tanah yang
digunakan harus subur dan letaknya agak lebih tinggi, sehingga mudah
membuang air bila perlu dan mendapatkan air hidup. Oleh karena itu dalam
persemaian basah, harus memperhatikan (Soekirno Hardjodinomo, 1970) : letak
persemaian, keadaan sawah, mengerjakan tanah, pengairan, perawatan dan
pemberantasan hama dan penyakit.
Persemaian kering baik sekali dilakukan pada sawah berbandar langit.
Tanahnya dipilih yang paling subur dan dekat dengan sumber air, untuk
menyiram. Sebelum ditaburi benih, maka tanah digemburkan dulu dengan baik
dan dibuat petak-petak. Tujuan dari acara persemaian adalah agar mahasiswa
mampu memahami fungsi persemaian dan membuat yang baik yaitu memilih
benih, mengolah tanah,cara menanam dan pemeliharaan.
B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan :
- Benih padi/gabah 100 gr
- Lahan kering 1 m x 1 m
- Furadan 3 G 10 gr
- Urea 10 gr
- Jerami
2. Alat :
- Cangkul
- Tali rafia
- Gembor
C. PROSEDUR KERJA

1. Membuat petakan dengan ukuran 1m x 1m, dan tinggi sekitar 20cm-25cm


2. Menberi urea di atas petakan, kemudian diaduk sedalam 10 cm dari atas
3. Membagi lahan menjadi 4 bagian dengan kedalaman sekitar 2 cm-3cm
4. Padi ditabur di keempat bagian tadi lalu di tutup kembali
5. Menyiramkan Furadan pada daerah benih
6. Menutup dengan jerami sampai rapat
7. Setelah 1 minggu jerami dibuang

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel IV a. Persemaian Padi G1

Tanggal Pengamatan
No 19 Oktober 2002 26 Oktober 2002 2 November 2002
BD TD (cm) BD TD (cm) BD TD (cm)
1. 2 12,1 3 12,5 6 14,0
2. 2 9,2 3 11,5 5 17,7
3. 2 11,6 4 14,5 4 15,0
4. 2 9,5 5 12,5 7 18,7
5. 2 10,6 6 15,6 7 22
6. 2 12,5 4 12,7 6 19,6
7. 2 12,5 4 13,4 5 20,2
8. 2 11,1 3 14,3 5 21,5
9. 2 12,0 2 13,6 5 16,2
10. 2 11,8 4 15,0 5 21
11. 2 10,5 6 16,0 5 22,2
12. 2 9,3 3 12,6 5 18,2
13. 2 9,2 4 13,1 6 22,5
14. 2 10,4 4 11,0 5 17,2
15. 2 12,4 5 14,0 6 15,5
16. 2 7,0 3 8,0 5 13,5
17. 2 10,0 4 13,2 4 13,5
18. 2 10,2 3 15,6 7 16,9
19. 2 10,3 3 13,3 4 17,2
20. 2 12,6 4 12,8 7 17,2
Rata- 2 10,72 3,65 12,65 5,6 17,99
rata

Tabel IV b. Persemaian Padi G2

Tanggal Pengamatan
No 19 Oktober 2002 26 Oktober 2002 2 November 2002
BD TD (cm) BD TD (cm) BD TD (cm)
1. 2 8,5 4 12,9 6 13,5
2. 2 10,8 4 12,7 5 16,5
3. 2 10,6 2 11,2 8 15,2
4. 2 8,4 2 11,0 5 17,8
5. 2 7,5 4 11,0 6 20,0
6. 2 9,4 4 12,6 6 14,0
7. 2 10,5 4 13,5 6 15,6
8. 2 9,5 4 12,6 6 13,8
9. 2 7,5 4 13,8 5 21,0
10. 2 9,0 2 12,0 6 15,2
11. 2 12,3 4 13,5 6 14,5
12. 2 11,7 4 15,0 6 14,5
13. 2 12 4 13,5 7 18,0
14. 2 12,6 3 13,6 8 17,5
15. 2 9,0 3 11,6 6 14,5
16. 2 10,1 3 12,1 6 13,5
17. 2 9,9 3 11,6 6 14,5
18. 2 8,7 3 11,5 5 16,0
19. 2 9,4 2 12,6 6 18,5
20. 2 9,5 4 12,5 5 18,5
Rata- 2 9,85 3,25 12,69 6 16,13
rata

Keterangan :
BD : Banyak Daun
TD : Tinggi Daun/Tanaman

E. PEMBAHASAN

Padi merupakan tanaman berbiji, dan untuk penanamannya berasal dari


biji dengan menggunakan cara-cara (Suhardi, 1985) :
1. Menanam biji, biji dapat ditanam secara langsung, tiap tempat ditaburkan
2-3 biji, sehingga bisa diseleksi yang baik dan yang kurang baik dibuang.
2. Mempergunakan persemaian, sebelum ditanam, biji ditaburkan pada
persemaian terlebih dahulu, sampai tumbuhan muda bisa dipindahkan pada
tempat yang tetap.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan bibit padi yang baik pula,
baik faktor genetik maupun faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, intensitas
matahari, dan harus terhindar dari gangguan hewan/hama dan penyakit.
Persemaian yang dilakukan pada praktikum Dasar-Dasar Agronomi ini
adalah persemaian kering yaitu dengan dibuat petak-petak. Menurut Soekirno
Hardjodinomo (1970), persemaian kering memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak tergantung dari banyaknya jumah air, asal tanahnya basah
2. Dapat dibuat dimana saja asal subur dan terbuka/tidak terlindung
3. Pemeliharaan amat mudah
4. Waktu untuk memindahkan bibit dapat lebih lama daripada
persemaian basah
5. Bibit lebih mudah dicabut, sebab akarnya pendek
6. Lebih cepat bangkit bila ditanam
Persemaian kering itu menggunakan Furadan, yang ditabur di atas tanah
setelah benih ditabur. Furadan ini berfungsi untuk mencegah insekta (serangga
dari luar) selain itu juga menggunakan jerami untuk menutup petak-petak, jerami
ini berfungsi untuk melindungi dari serangan burung, menjaga kelembaban dan
menjaga dari hujan besar. Persemaian ini dilakukan selama 21 hari, ini
dimaksudkan agar bibit yang tumbuh sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Jika terlalu muda dipindahkan, rentan terhadap hama dan penyakit serta belum
bisa beradaptasi dengan lingkungan. Jikia terlalu tua juga akan rentan terhadap
penyakit/hama. Umur 21 hari adalah umur yang paling baik atau umur optimal
untuk bibit dipindahkan ke tempat yang telah tetap atau dipindahkan dari
persemaiannya, karena sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan juga
pada umur ini reproduksi padi optimal.
Penanaman dengan persemaian memiliki kelebihan antara lain kita bisa
mengadakan seleksi bibit, dengan seleksi bibit berarti akan didapatkan hasil yang
baik. Selain itu juga perawatannya mudah karena dalam luasan yang sempit,
dengan demikian kebutuhan tenaga kerja sedikit. Menjaga terjaminnya
kelembaban/suhu, dan mengatur banyaknya sinar matahari yang masuk juga
merupakan keunggulan dari penanaman dengan persemaian.
F. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Penanaman dengan persemaian terlebih dahulu akan lebih


memudahkan dalam perawatan dan pengawasan.
2. Persemaian mencegah atau mengurangi tanaman muda terserang hama
dan penyakit.
3. Persemaian dilakukan karena tanaman muda cenderung tidak bisa
bersaing dengan gulma.
4. Pada prinsipnya persemaian ada 3 yaitu persemaian basah, persemaian
kering, persemaian terapung dan bisasanya persemaian kering yang lebih
banyak dilakukan karena lebih mudah dan banyak manfaatnya.

SARAN

Praktikan dan asisten dalam prakteknya sudah bekerjasama dengan baik,


tetapi masih ada hambatan yaitu masih kurangnya alat praktikum yaitu ember dan
gembor, sehingga sedikit menghambat jalannya praktikum.
ACARA V

PENGENALAN JENIS GULMA PADA LAHAN PERTANIAN

A. PENDAHULUAN

Persaingan antar tananam, baik yang berbeda jenis atau varietas (inter
species competition) maupun dengan varietas tanaman yang sejenis (intra species
competition) melatar belakangi persaingan antara tanaman budidaya dengan
gulma. Persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma tersebut meliputi
bahan dan zat yang diperlukan oleh keduanya, antara lain: persaingan untuk
memperoleh cahaya, nutrisi, air, karbondioksida dan persaingan karena zat kimia
(allelopat) yang disekresikan.
Definisi gulma hingga saat ini masih bersifat kontroversi, bergantung pada
konsepsi dan ruang lingkup kajiannya. Walaupun demikian secara umum gulma
atau tumbuhan pengganggu dapat diartikan sebagai semua jenis vegetasi yang
tumbuh ditempat yang tidak dikehendaki dan menimbulkan gangguan/ kerugian
bagi tanaman, manusia maupun lingkungan hidup. Yang termasuk dalam
kelompok gulma tidak saja tanaman yang merugikan manusia dalam beberapa
hal, tetapi juga tanaman yang tidak bermanfaat atau yang belum diketahui
manfaatnya.
Setiap orang punya konsepsi dan definisi yang berbeda-beda tentang gulma.
Definisi ini sangat dipengaruhi oleh orang yang melihatnya dan bukan
berdasarkan sifat-sifat morfologi, bentuk hidup dan habitat tumbuhan itu sendiri.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat (Moenandir, 1988).
Sebagai tumbuhan, gulma sering berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan
dan berasosiasi dengannya secara khas. Menurut Soedarsan dkk, (1983) gulma
dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu
golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian
(sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini adalah :
1. Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2. Semua tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain
tanaman padi di sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap
gulma.
3. Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.
4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik
secara langsung maupun tidak ; dan lain sebagainya.
5. Mempunyai daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman
pokok.
6. Dapat menjadi rumah inang sementara bagi penyakit atau parasit
tanaman utama.
7. Menghambat kelancaran aktivitas manusia.
Persaingan gulma dengan tanamana pokok berupa persaingan
memperebutkan air. Perakaran yang dalam dan kemampuan hirup yang tinggi dari
gulma adalah faktor penyebab perebutan air yang terjadi antara keduanya (Van
Steenis, 1987).
Gulma secara umum merupakan vegetasi yang menimbulkan gangguan
dimana gulma juga meruopakan tumbuhan yang membutuhkan persyaratan
tumbuh. Oleh karena itu syarat tumbuhnya sama dengan pertanaman atau paling
sedikitmenyamai. Dengan demikian gulma juga memerlukan ruang tumbuh,
cahaya, air, nutrisi, CO2, dan bahan lainnya.Gulma selalu berada di sekitar
tanaman yang dibudidayakan karena gulma tertentu akan berasosiasi dengan
tanaman budidaya apabila tidak dilakukan penyiangan. Persaingan akan terjadi
bila persediaan bahan yang dipersaingkan berada di bawah kebutuhan masing-
masing (Moenandir, 1988).
Keberadaan gulma dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
berdasrkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan asalnya, berdasarkan
kotiledonnya, berdasarkan gerak pertumbuhannya, berdasarkan habitatnya dan
berdasarkan daur hidupnya.
Jenis gulma berdasarkan habitatnya dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Xerophyta, yaitu gulma yang mampu hidup/dapat beradaptasi pada
daerah kering atau daerah minim air.
2. Hydrophyta, yaitu gulma yang dapat hidup/mampu beradaptasi di
daerah berair.
3. Mesophyta, yaitu gulma yang hidup/mampu beradaptasi pada daerah
yang agak lembab, dengan kadar air 20% - 80%.
Sedang berdasar daur hidupnya, gulma dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gulma semusim, yaitu gulma yang hanya mampu hidup
selama satu musim tanam saja. Gulma ini dapat digolongkna menjadi gulma
musim panas dan gulma musim dingin.
2. Gulma dua musim, yaitu gulma yang mampu hidup lebih
dari satu musim tanam/satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
Gulma tahunan, yaitu gulma yang daur hidupnya lebih dari dua tahun. Gulma ini
dapat digolongkan berdasarkan pembiakannya, yaitu dengan biji dan rhizoma.
Cara yang paling sederhana dan biasa digunakan untuk mengelompokan
gulma adalah berdasarkan habitatnya. Diantara sekian banyaknya habitat gulma,
disini hanya dipaparkan 2 jensi habitat yaitu lahan di sawah dan kering. Yang
dimaksud lahan basah adalah suatu areal pertanian yang pengairannya tidak
mengandalkan curah hujan saja, tetapi sistem yang teratur dan berkesinambungan.
Sedangkan lahan kering adalah suatu luas areal pertanian yang pengairannya
mengandalkan curah hujan dan kondisi tanahnya kering.
Faktor pembeda antara lahan basah dengan lahan kering antara lain :
a. Curah hujan
b. Suhu
c. Jenis tanah
d. Pengairan
e. Ketinggian
f. pH
Gulma di lahan kering umumnya terdiri dari jenis-jenis gulma menahun.
Gulma di daerah ini didefinisikan sebagai semua jenis tumbuhan yang tidak
mempunyai nilai gizi tinggi dan tidak produktif. Definisi lainnya ialah semua
tumbuhan yang mempunyai nilai dan pengaruh negatif terhadap ternak atau
hasilnya.
Gulma dilahan sawah yang struktur tanahnya gembur dengan topografi
datar, dalam populasinya dan tingkat kepadatan yang tinggi akan menimbulkan
masalah terhadap manusia dengan mengganggu aktivitas lalu lintas air,
menghambat kelancaran aliran air irigasi, mempercepat pendangkalan dan lain-
lain.
Tujuan dari acara pengenalan jenis gulma pada lahan pertanian dan cara
pengendaliannya adalah mengenai jenis gula lahan pertanian di lahan kering.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan :
Species gulma yang tumbuh di lahan kering.
2. Alat :
1. Buku deskripsi gulma
2. Plastik
3. Tali rafia
4. Pancong

C. PROSEDUR KERJA

1. Mengambil beberapa jenis gulma yang tumbuh di lahan kering dan mencatat
populasinya.
2. Mengidentifikasi gulma yang ditemukan.

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel V a. Gulma di Lahan Kering

Jenis Tanaman Keterangan


Nama Ilmiah : leusin indica
Nama Indonesia : Lulangan
Populasi : 7 di lahan kering
Cara Pengendalian : Pengendalian gulma yang
tidak begitu luas lahannya, dilaksanakan dengan
cara manual. Penggunaan hertisida dimungkinkan
untuk pemberantasannya pada tempat- tempat
seperti sepanjang tepi jalan, dan di tepi saluran air.
Ciri- Ciri :
 Sukar dicabut, karena mempunyai perakaran
yang kuat dan banyak.
 Ujung daun terdapat bulu- bulu panjang dan
menyebar.
 Habitat di tepi jalan atau bentangan yang tidak
terurus.
 Reproduksi dengan biji.
Keterangan Gambar : 1. Bunga
2. Daun
3. Akar

Nama Ilmiah : Cyperus rotundus


Nama Indonesia : Teki- Tekian
Populasi : 4 di lahan kering
Cara Pengendalian : Penggunaan alachlaosecara
pratumbuh dapat mengurangi. Jika pengendalian
dilakukan pada saat mulai berkecambah maka akan
diperoleh hasil yang memuaskan.
Ciri- Ciri :
 Mempunyai karangan bunga berwarna merah
atau coklat keunguan
 Batang dan umbi terdapat di dalam tanah
 Pangkal tanaman biasanya banyak daunnya
 Berkembangbiak melalui batang bawah tanah
dan umbi
Kerangan Gambar : 1 Umbi akar
2. Akar
3. Daun
4. Bunga
Nama Ilmiah : Commelina benghahalensis
Nama Indonesia :Tali said
Populasi : 5 di lahan kering
Cara Pengendalian : Dengan cara manual dapat
mengurangi populasigulma
Ciri - Ciri :
 Gulma yang berdaun lebar
 Tanaman akan berakar dalam tanah yang jenuh
air, tapi dapat bertahan hidup setelah tanah
menjadi kering.
 Reproduksi dengan menggunakan batang
Keterangan Gambar : 1. Daun
2. Bunga
3. Batang
4. Akar
Nama Ilmiah : Portulaca oleracea
Nama Indonesia : Krokot
Populasi : 3 di lahan kering
Habitat : Tanah garapan, tebing - tebing yang
longsor, ladang
Ciri - Ciri :
 Memiliki batang berdagingyang berwarna merah,
tumbuh rapat pada tanah
 Daun pada ujungnya bulat melebar
 Kapsul biji yang merekah terbuka di tengah
 Reproduksi dan penyebaran melalui air, potongan
batangnya dapat disebarakan, otongan ini cepat
berakar begitu menyentuh tanah.
Cara pengendalian : Menggunakan oksiflourfen
0,28 kg/ ha, mengkibatkan gejala pada daun bintik -
bintik, permeabilitas jaringan daun diubah dan
stomata tertutup, disamping itu juga terjadi defoliasi
daun tua, daun muda atau terjadi absisi.
Penyiangan secara manual juga dapat dilakukan
pada gulma jenis ini
Keterangan Gambar : 1. Bunga
2. Batang
3. Daun
4. Akar
Nama Ilmiah : Euphorbia hirta
Nama Indonesia : Nanangan
Populasi : 6 di lahan kering
Cara Pengendalian : Secara manual jika
memungkinkan. Pada lahan yang sulit dan luas bisa
dilakukan dengan menggunakan herbisida.
Keterangan Gambar : 1. Bunga
2. Daun
3. Batang
4. Akar
Nama Ilmiah : Ageratum conyzoides
Nama Indonesi : Wedusan
Populasi : 24 di lahan kering
Cara Pengendalian : Dengan penyiangan manual,
dengan herbisida dapat dilakukan pada masa
pratumbuh.
Jika gulma berasosiasi dengan jagung, kacang
tanah, atau kedelai digunakan alachlor dan secaa
umm dapat digunakan dalapon, glifosat, dan
paraquat.
Keterangan Gambar : 1. Bunga
2. Daun
3. Batang
4. Akar

E. PEMBAHASAN

Suatu tumbuhan yang tumbuhnya tidak pada tempatnya atau dengan kata
lain tumbuhan yang tidak diinginkan atau nmemberi dampak negatif bagi
kehidupan disebut dengan gulma. Biasanya suatu tanaman baru dianggap sebagai
gulma apabila tanaman tersebut hidup diantara tanaman yang dibudidayakan
manusia. Hal ini tentu saja merugikan bagi tanaman budidaya karena secara
umum gulma biasanya memiliki daya adaptasi yang besar serta daya saing yang
kuat terhadap tanaman budidaya,berkembang biak dengan cepat, dormansi yang
sifatnya luas dan berkaitan dengan usaha mempertahankan diri.
Gulma di lahan kering juga ditemukan enam jenis gulma yaitu Lulangan
(Eirusine indica), Teki (Cyeerus rotundus), Tali Said (Commelina benghaha
lensis), Krokot (Portulaca oleracea), Nanangkan (Euphorbia hirta), Wedusan
(Ageratum conyzoides). Dari keenamnya yang mendominasi adalah Wedusan
(Ageratum conyzoides) sekitar 49 % dari seluruhnya.
Adanya gulma yang mendominasi di suatu areal biasanya berhubungan
dengan kemampuan adaptasi gulma tersebut pada habitat yang ditempatinya,
misalnya ada gulma yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi tetapi ada yang
tahan, ada yang tidak dapat hidup dalam genangan air tetapi ada gulma yang bisa
hidup pada kondisi itu. Gulma-gulma akan tumbuh dengan subur dan berkembang
dengan baik pada tanah dengan kelembaban tinggi dan mendapat cahaya matahari
yang cukup. Menurut Moenandir (1988), dalam lahan yang cukup subur,
pertumbuhan gulma diantara tanaman budidaya menjadi lebih banyak daripada di
lahan yang kurang subur.
Akar yang dalam dan luas menjadi salah satu sebab persaingan gulma dan
pertanaman dalam memperebutkan air, sebab kebutuhan gulma akan air hampir
dua kali kebutuhan tanaman akan air. Menurut Suhardi (1983), gulma mempunyai
perakaran yang luas dan dalam yang menyebabkan gulma mampu menyerap unsur
hara yang lebih banyak daripada tanaman pokok.
Kerugian lain yang ditimbulkan oleh gulma adalah bahwa sebagian gulma
dapat menjadi inang (host) bagi penyakit dan hama yang membahayakan bagi
tanaman budidaya, gulma juga dapat mengeluarkan eksudat yang membahayakan,
selain itu gulma juga dapat menghambat pengairan atau saluran irigasi. Jika
dilihat dari faktor biaya produksi pada usaha tani tanaman budidaya, adanya
gulma jelas sangat merugikan karena dengan adanya gulma memerlukan tenaga
kerja tambahan untuk memberantas gulma yang pada akhirnya menambah biaya
produksi.
Gulma merupakan salah satu musuh bagi tanaman yang sulit diberantas,
karena gulma memiliki sifat dominansi dan adaptasi yang tinggi. Untuk
memberantas gulma perlu digunakan cara-carayang sistematik dan teruji
keampuhannya agar tindakan pemberantasan yang dilakukan tidak sia-sia. Cara-
cara yang dilakukan untuk memberantas gulma antara lain cara mekanik, cara
kompetisi, pergiliran tanaman, cara biologis dan cara kimia.
Cara mekanik merupakan cara yang paling sederhana, diantaranya adalah
membabat, mencabut, pengerjaan tanah, penggenangan, dibakar, ditutup dengan
mulch atau pada gulma tanaman padi lahan sawah dilakukan pembenaman (matun
: Jawa).
Cara yang kedua dengan cara kompetisi yaitu dengan mengatur waktu
tanam yang tepat sehingga tanaman tidak tersaingi dalam hal air, hara dan
oksigen. Dengan harapan seandainya gulma menyerang juga tanaman sudah
cukup kuat untuk bersaing dengan gulma.
Yang ketiga dengan jalan pergiliran tanaman, cara ini digunakan pada
gulma yang cenderung mengganggu pada tanaman tertentu saja, sehingga dengan
pergiliran diharapkan gulma tidak dapat bertahan hidup karena tidak adanya
tanaman inang.
Cara yang keempat adalah cara biologis yaitu dengan menggunakan
predator dan fungi. Predator dan fungi ini merupakan hewan dan jamur yang
secara khusus merugikan bagi gulma-gulma tetapi tidak bersifat merugikan bagi
tanaman budidaya.
Cara yang terakhir adalah cara yang biasa dilakukan dan terbukti
keampuhannya, hanya saja dapat merugikan bagi lingkungan dan manusia itu
sendiri. Cara itu yaitu menggunakan bahan kimia yang sering dikenal sebagai
herbisida.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Gulma merupakan tanaman pengganggu dan merugikan tanaman


budidaya karena gulma memiliki daya adaptasi dan daya saing yang kuat.
2. Pertumbuhan dan perkembangbiakan gulma yang baik berantung pada
kelembaban tanah dan intensitas cahaya.
3. Banyak jenis gulma yang ditemukan dan yang mendominasi di lahan
kering menurut pengamatan adalah jenis Wedusan (Ageratum conyzoides).
4. Pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
cara mekanik, cara kompetesi, pergiliran tanaman, cara biologis, dan cara
kimia.

SARAN

Banyak jenis gulma yang tumbuh di lahan kering tetapi dari hasil
pengamatan hanya ada beberapa jenis saja, ini membuktikan bahwa praktikan
kurang teliti dalam melakukan pengambilan sampel gulma.
ACARA VII
PEMELIHARAAN TANAMAN

A. PENDAHULUAN

Hasil produksi yang optimal dari suatu tanaman,tidak begitu saja kita
dapatkan setelah kita menanamnya, tetapi tanaman tersebut harus kita pelihara
dengan baik. Sebaik – baik kita memelihara tanaman tersebut atau bisa dikatakan
sempurna, tetapi tetap saja sepanjang hidupnya tanaman itu banyak sekali musuh
– musuhnya dan sangat mengganggu serta merugikan tanaman tersebut, oleh
karena itu harus diberantas. Pemberantasan yang baik dan efisien bisa kita
lakukan jika kita mengatahui gangguan tersebut, yang bisa berasal dari hama,
patogen dan gulma.
Pemeliharaan tanaman adalah semua tindakan manusia yang bertujuan
untuk memberi kondisi lingkungan yang menguntungkan, sehingga tanaman tetap
tumbuh dengan baik dan mampu memberikan hasil yang maksimum. Pada
prisipnya pemeliharaan tanaman menyangkut tindakan :
1. Crop management
2. Soil management
3. Pest management
4. Water management
Menurut sifatnya pemeliharaan tanaman dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Bersifat umum, antara lain : penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyebab penyakit, irigasi dan drainase.
2. Bersifat khusus, antara lain : pemangkasan, pembumbunan, dan pemberian
seresah.
Penggunaan bibit unggul, bercocok tanam yang baik, tata air yang baik,
pemupukan dengan macam dan dosis yang tepat, serta pemberantasan hama dan
penyakit. Semua itu adalah cara – cara pemeliharaan tanaman yang sering disebut
dengan panca usaha tani ( Hendro Sunaryono,1981 ). Selain lima cara di atas,
tindakan yang juga termasuk dalam pemeliharaan tanaman adalah pendangiran,
pemangkasan. Pendangiran dimaksudkan agar tanah menjadi gembur dan bisa
bernafas karena dengan pendangiran tanah dibalik.
Melakukan pemeliharaan berarti harus mengetahui akan kebutuhan
tanaman, baik pupuk, air, peptisida, dan unsur hara yang lain. Pupuk diperlukan
oleh semua tanaman budidaya untuk pertumbuhannya, karena dalam
pertumbuhannya, tanaman membutuhkan unsur – unsur hara atau mineral yang
ada di dalam tanah.
Tanaman membutuhkan air yang cukup, sehingga diperlukan suatu tata air
agar kebutuhan air dapat terjamin. Maksud dari tata air adalah memberikan air
atau irigasi pada tanaman, apabila tanaman kekurangan dan membuangnya
apabila kelebihan atau mengalami drainase.
Perlakuan terhadap tanaman saat pemeliharaan berbeda – beda tergantung
dari jenis tanaman, iklim atau keadaan lingkungan sekitar tanaman itu tumbuh.
Jadi keberhasilan tanaman tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga
ditentukan oleh faktor lingkungan dan pemeliharaan yang diberikan. Pemeliharaan
tanaman diberikan dengan harapan hasil tanaman yang diperoleh akan lebih baik
bila dibandingkan dengan hasil tanaman tanpa pemeliharaan. Tujuan dari
praktikum pemeliharaan tanaman ini adalahuntuk mempelajari berbagai macam
pemeliharaan tanaman pada berbagai jenis tanaman.

B. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan :
- Tanaman buah ( Durian )
- Pupuk kandang
- Pupuk kimia
- Urea 250 gr
- SP36 250 gr
- KCl 250 gr
- Air
2. Alat
- Cangkul 2 buah
- Sabit
- Ember

C. PROSEDUR KERJA

1. Memilih tanaman buah yang akan diberi perlakuan dalam rangka pemeliharaan
tanaman.
2. Melakukan penyiangan disekeliling tanaman dan mengamati gulma yang ada
di sekitar tanaman.
3. Melakukan pendangiran dengan diameter 2 meter dan dalamnya 20 cm – 30
cm di sekeliling tanaman.
4. Membuat lubang untuk daerah pemupukan di bawah daerah kanopi sebanyak 3
buah, dengan kedalaman sekitar 15 cm.
5. Lubang yang telah dibuat diberi pupuk kandang, setelah itu lubang pertama
ditambah pupuk urea, lubang kedua ditambah pupuk SP36, dan lubang yang
terakhir ditambahkan KCl.
6. Menutup kembali lubang yang telah diberi pupuk, kemudian menyiramnya
dengan air secukupnya.

D. PEMBAHASAN
Durian ( Durio zibethinus ) adalah tanaman tahunan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan memiliki potensi pasar yang baik. Oleh karena itu agar
tanaman bisa berproduksi secara optimal diperlukan suatu pemeliharaan yang
intensif, untuk bisa melakukannya dengan baik dan efisian maka harus
mengetahui syarat tumbuh dari tanaman durian tersebut. Menurut Redaksi Trubus,
(1985 ). Syarat tumbuh dari durian adalah sebagai berikut :
1. Ketinggian tempat
Tanaman durian lebih cocok ditanam di dataran rendah dengan suhu 200 -300
C dan intensitas cahaya antara 60 – 80 %.
2. Curah Hujan
Curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman durian antara 1500 – 2500
mm/tahun.
3. Keadaan tanah
Tanah harus subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Drinase
air harus baik, karena penggenangan air akan menyebabkan penyakit busuk
akar. Kedalaman air yang baik sedalam 1 meter dan maksimum 2 meter.
Syarat tumbuh yang telah dipenuhi tidak cukup untuk mendapatkan hasil
yang baik tetapi juga diperlukan pemeliharaan tanaman seperti penyiangan,
pendangiran, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit. Praktikum
pemeliharaan kali ini melakukan penyiangan, pendangiran, pemupukan dan
penyiraman.
Penyiangan dilakukan untuk memberantas gulma yang ada agar tidak
terjadi persaingan antara gulma dan tanaman yang dibudidaya dalam mendapatkan
unsur hara dalam tanah. Sedangkan pendangiran bertujuan agar lapisan tanah bisa
dibalik sehingga tanah bisa bernafas dengan baik dan juga agar tanah menjadi
gembur dan remah. Drainase yang ada juga menjadi baik bila dibandingkan
dengan sebelum dilakukan pendangiran.
Pemupukan pada tanaman durian ini dilakukan karena dalam
pertumbuhannya tanaman memerlukan unsur hara yang ada di dalam tanah, tetapi
kemampuan tanah untuk menyediakan unsur – unsur hara sangat terbatas atau
semakin menurun. Oleh karena itu diperlukan pemupukan untuk menyuplai unsur
– unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang yang diberikan bertujuan untuk
memberi makanan organik dan memperbaiki struktur tanah serta bisa menahan air
dalam tanah, pupuk yang digunakan adalah pupuk yang telah jadi atau sudah tidak
melakukan proses – proses penguraian dan pembusukan, karena jika belum,
pupuk ini akan menghasilkan panas yang bisa membusukkan tanaman dan
mematikan tanaman, (Hendro sunaryono, 1981 ).
Pupuk buatan yang digunakan yaitu pupuk urea, SP36, KCl. Pupuk urea
diberikan karena mengandung unsur N yang merupakan bagian protein yang
penting bagi tanaman, denagn unsur N yang cukup tanaman akan berdaun lebar,
berwarna hijau tua dan fotosintesis berjalan baik serta pertumbuhannya pesat,
unsur juga penting untuk produktivitas tanaman. Tetapi kelebihan unsur N
berakibat pertumbuhannya sangat pesat terutama pertumbuhan vegetatif, sehingga
pembuahan terlambat dan akan mudah terserang hama dan penyakit. Pupuk SP36
mengandung unsur P yang sangat membantu perakaran dan mengatur
pembungaan serta pembuahan, sehingga P berperan dalam menentukan mutu
buah. Sedangkan pemberian KCl yang mengandung unsur K bertujuan untuk
mengatur fungsi tanaman, meningkatkan daya kerja N karena K ikut membentuk
protein, membantu sintesis gula dan asimilasi lewat klorofil, meningkatkan daya
resisten terhadap penyakit kriptogamik, memperkuat tegaknya tanaman dan
meningkatkan pemakaian air karena dapat mengurangi penguapan.
Pengairan dilakukan karena untuk melarutkan pupuk yang telah diberikan
sehingga pupuk akan mudah diserap oleh akar tanaman dan juga untuk
memberikan air apabila tanaman kekurangan air dan membuangnya apabila
kelebihan. Kelebihan air akan mengakibatkan rusaknya akar tanaman karena akan
mudah terserang cendawan dan bakteri. Pemberantasan gulam yang dilakukan
adalah dengan cara pencabutan atau secara manual dan gulma yang paling
dominan di sekitar tanaman durian adalah gulma jenis……………

F. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
• Hasil tanaman yang baik dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman itu
sendiri dan faktor lingkungan serta pemeliharaan yang dilakukan.
• Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk membantu aktivitas tanaman,
sehingga bisa menghasilkan produk yang diinginkan yang lebih baik
daripada tidak dilakukan pemeliharaan tanaman.
• Pemupukan, pengairan, penyiangan, pendangiran, dan pemberantasan
gulma serta pemberantasan hama dan penyakit adalah tindakan yang
termasuk dalam pemeliharaan tanaman.
• Penyiangan dilakukan untuk memberantas gulma, sedangkan pendangiran
dilakukan agar tanah menjadi gembur dan drainasenya menjadi lebih baik.
• Pemupukan diberikan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan,
yaitu pupuk kandang dan pupuk buatan. Sedangkan pengairan dilakukan
untuk melarutkan pupuk dan menyediakan air dan membuangnya apabila
terjai kelebihan air.
SARAN
Praktikan sudah bekerja sama dengan baik dalam satu kelompok, hal ini
perlu dipertahankan dan ditngkatkan sehingga akan memudahkan dalam
menyelesaikan praktikum.
ACARA VIII
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

A. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai tanah yang subur dan letak
negara yang sangat strategisini memudahkan Indonesia menjadi negara
pengekspor hasil – hasil pertanian yang maju. Kemungkinan ini nakan dapat
diperoleh jika Indonesia mampu bersaing dalam hal kulitas dan kuantitas. Kita
mengetahui bahwa produk pertanian mempunyai sifat yang mudah rusak dan tidak
tahan lama. Oleh karena itu peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil
pertanian merupakan masalah yang penting sepanjang jaman karena seiring
dengan permintaan akan hasil pertanian dan bahan olahannya yang semakin
meningkat. Untuk mewujudkan hal ini maka sebelum dilakukan pemanenan hasil
kita harus sudah mempunyai daerah pemasaran dan sebelum hasil pertanian
dipasarkan perlu dilakukan tindakan – tindakan yang bertujuan untuk
mempertahankan mutu dan menambah nilai jual.Tindakan – tindakan ini dikenal
dengan penanganan panen dan pasca panen
Penanganan pasaca panen dilakukan agar penyusutan kualitas dan
kuantitas hasil dapat dicegah, jika hal ini diabaikan maka akan berakibat sebagai
berikut :
1. Para petani yang telah bersusah payah berusaha tani akan mengalami kerugian
karena akan kehilanngan sekitar 20 % hasil tanaman yang diusahakannya.
2. Pengelola lanjutan seperti industri – industri dan KUD juga akan menderita
kerugian karena kehilangan sebagian hasil tanaman yang dikelolanya.
Kangkung merupakan tanaman sayuran yang termasuk dalam famili
Convolvulaceae adalah suatu tanamantetap lebih dari satu tahun, berbentuk
rumput, bersifat menjalar dan batangnya bulat panjang dalamnya berlubang serta
banyak mengandung vitamin A, zat besi dan bahan – bahan mineral. Sebagai
tanaman sayuran kangkung mempunyai sifat yang sama dengan tanaman sayuran
lainnya yaitu mudah rusak dan tidak tahan lama jika disimpan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penanganan panen dan pasca panen agar bisa meningkatkan nilai
jualnya, sehingga mampu bersaing dipasaran.
Kangkung adalah sayuran yang dapat berumur panjangdan memiliki kandungan
zat besi yang lumayan. Menurut Hendro Sunaryono (1981), kangkung dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1. Kangkung Darat
Kangkung yang mempunyai daun – daun yang panjang dengan ujung runcing
dan lebih langsing, warna hijau keputih – putihan, dan warna bunga putih.
2. Kangkung Air
Kangkung yang mempunyai daun panjang dan ujung yang agak tumpul,
berwarna hijau kelam dan bunga berwarna putih kekuning – kuningan.
Kangkung darat sebaiknya ditanam pada musim penghujan karena
kebutuhan airnya yang tinggi dan penanaman dilakukan pada tempat yang agak
kering. Sedangkan kangkung airditanam di pinggir – pinggir kolam dan rawa.
Kangkung darat memerlukan pemupukan, sedangkan kangkung air tidak
perawatan tidak pernah dilakukan hanya membersihkan rumput – rumput
penggnggu.
Penanganan panen dan pasca panen merupakan hal yang penting dalam
melakukan usaha di bidang pertanian karena dengan hal ini hasil yang didapatkan
bisa mempunyai mutu yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan
dari praktikum penanganan panen dan pasca panen adalah agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan peranan penangananpasca panen dalam usaha
meningkatkan p[roduksi tanaman, serta mampu menerapkannya pada beberapa
macam komoditas tanaman pertanian.

B. BAHAN DAN ALAT


1. Bahan :
- Tanaman kangkung yang siap panen
- Kantong plastik
- Kertas
- Air
2. Alat :
- Timbangan elektrik
- Freezer

C. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Memanen tanaman kangkung yang telah siap panen, dengan cara
manualyaitudengan dicabut.
3. Mencuci kangkung yang telah dipanen sampai bersih.
4. Membagi menjadi dua kangkung yang telah dicuci, setengah dimasukkan ke
dalam plastik dan setengahnya lagi tidak dimasukkan ke dalam plastik.
5. Memasukkan semua kangkung ke dalam freezer dengan suhu 80 - 90 C.
6. Melakukan pengamatan selam 3 hari dan mencatat perubahan – perubahan
yang terjadi.

D. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1. Berat Basah
a. Dibungkus plastik
U1 : 80, 73 gr
U2 : 76, 97 gr
U3 : 83, 05 gr
b. Tidak dibungkus plastik
U1 : 81, 47 gr
U2 : 82, 69 gr
U3 : 79, 83 gr
Tabel VIII a. Keadaan kangkung selama penyimpanan
a. Akar

Pengamatan hari ke -
Perlakuan Ulangan
1 2 3
Segar, Segar, Layu,
I
Warna putih Warna putih Warna kecoklatan
Dibungkus Segar, Segar, Layu,
II
plastik Warna putih Warna putih Warna kecoklatan
Segar, Segar, Layu,
III
Warna putih Warna putih Warna kecoklatan
Agak kering, Kering, Kering,
I Warna Warna coklat Warna coklat tua
kecoklatan
Tidak Agak kering, Kering, Kering,
dibungkus II Warna Warna coklat Warna coklat tua
plastik kecoklatan
Agak kering, Kering, Kering,
III Warna Warna Warna coklat tua
kecoklatan Kecoklatan

b. Batang
Penagamatan hari ke -
Perlakuan Ulangan
1 2 3
Dibungkus I Segar Segar Segar
II Segar Segar Segar
plastik III Segar Segar Segar
Tidak I Segar Agak mengkerut Mengkerut
II Segar Agak mengkerut Mengkerut
dibungkus
Segar Agak mengkerut Mengkerut
III
plastik

c. Daun
Pengamatan hari ke -
Perlakuan Ulangan
1 2 3
Segar, Segar, Agak kering,
I Warna hijau Warna hijau Warna agak
kecoklatan
Segar, Segar, Agak kering,
Dibunkus
II Warna hijau Warna hijau Warna agak
plastik
kecoklatan
Segar, Segar, Agak kering,
III Warna hijau Warna hijau Warna agak
kecoklatan
Agak kering, Kering, Kering,
I Warna hijau Warna coklat Warna coklat
kecoklatan agak tua tua
Tidak Agak kering, Kering, Kering,
dibungkus II Warna hijau Warna coklat Warna coklat
plastik kecoklatan agak tua tua
Agak kering, Kering, Kering,
III Warna hijau Warna coklat Warna coklat
kecoklatan agak tua tua

Tabel VIII b. Tinggi Tanaman

Hari ke – 7 Hari ke - 14 Hari ke - 21


No Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
(cm) daun (cm) daun (cm) daun
1 2,1 1 4 4 10 11
2 4,2 2 8,1 5 16,9 13
3 2,1 2 4,3 4 11,5 12
4 5,7 2 9,1 5 18,4 15
5 3,8 1 6,4 5 15,7 13
6 3,5 1 7,2 4 14,5 13
7 4,2 2 8,6 3 9,7 10
8 3,5 1 7,6 3 10,2 10
9 3,9 2 8,3 4 12,5 11
10 2,3 1 4,3 5 16,5 15
11 4,2 2 6,7 4 13,9 13
12 3,9 2 7,8 5 15,7 11
13 3,3 1 7,7 4 14 14
14 4,5 1 9,3 4 20,3 15
15 4,7 1 9,4 4 19,5 13
16 1,9 2 4,9 4 10,9 11
17 3,8 1 6,3 4 15,7 16
18 3,5 2 6,8 4 15,8 12
19 2,1 2 4,3 5 12,8 12
20 3,7 1 5,6 4 13 10
 70,9 30 136,7 84 287,5 250

PERHITUNGAN
1. Rata - rata tinggi tanaman
Hari ke - 7 = 70, 9

20

= 3, 545 cm

Hari ke - 14 = 136,7

20

= 6,835 cm

Hari ke - 21 = 287,5

20

= 14,375 cm

2. Rata - rata jumlah daun

Hari ke - 7 = 30

20

= 1,5

Hari ke - 14 = 84
20

= 4,2

Hari ke - 21 = 250

20

= 12,5

E. PEMBAHASAN
Praktikum Dasar – Dasar Agronomi hanya melakukan penanganan panen
dan pasca panen pada tanaman kangkung darat. Hasil pengamatan menunjukkan
perbedaan antara kangkung yang dimasukkan ke dalam plastik dengan kangkung
yang tidak dimasukkan ke dalam plastik. Kangkung yang dimasukkan ke dalam
plastik lebih tahan lama kesegarannya bila dibandingkan dengan kangkung yang
tidak dimasukkan ke dalam plastik. Hal ini bisa terjadi karena keadaan lingkungan
yang berbeda, dengan dibungkus plastik kelembaban akan terjaga sehingga
suhunya juga terkontrol. Suhu yang baik untuk kangkung darat adalah 8 0 – 90 C,
seringnya dibuka dan ditutupnya freezer juga dapat mempengaruhi kondisi
kangkung karena kondisi dalam freezer akan terkontaminasi dengan kondisi di
luar freezer.

Penanganan panen dan pasca panen pada kangkung ini dilakukan karena
mengingat sifat kangkun yangn cepat rusak, sedangkan permintaan menghendaki
kangkung yang tetap segar. Untuk memenuhi permintan inilah maka dilakukan
penanganan panen dan pasca panen. Kangkung dipanen dengan cara dicabut
seluruh bagian tanaman termasuk akar. Pencabutan dilakukan pada saat panjang
tanaman mencapai sekitar 15 cm - 20 cm atau setelah umur tanaman mencapai 21
hari. Hal ini dilakukan agar kangkung yang dipanen tidak terlalu tua atau terlal
muda, sehingga hasil yang didapat baik.
Menurut Hendro Sunaryono (1981), Pemungutan hasil tanaman harus
dalam waktu yang tepat, jangan tergesa - gesa atau terlambat. Pemungutan yang
terlalu cepat dapat menurunkan kualitas maupun hasilnya. Sedangkan pemungutan
yang terlambat dapat menurunkan kualitasnya. Kangkung yang layu akan
berkurang kandungan vitaminnya sehingga rasanya tidak enak. Akibat
pemungutan yang tidak tepat waktu akan berakibat :
1. Hasilnya cepat rusak
2. Banyak bagian -bagian yang terbuang
3. Rasanya tidak seenak yang diharapkan
Pemenuhan permintaan yang jauh dari pusat - pusat produksi harus
memperhatikan kondisi kangkung agar tetap segar sampai di tangan konsumen.
Penanganan pasaca panen harus dilakukan seperti pengepakan yang baik,
pengangkutan yang cepat, pemungutan pada stadia yang tepat dan perawatan. Ini
semua dapat mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi dan hasil yang baik
dapat diperoleh. Menurut Hendro Sunaryono (1981), Keuntungan hasil yang
tinggi mdapat diperoleh dari :
1. Memperpendek rantai pemasaran
2. Memperlancar pengangkutan
3. Memperkecil bagian - bagian yang hilang
4. Menjaga stabilitas harga
Penanganan panen dan pasca panen sangat penting, terutama untuk tanaman
pertanian, karena sifatnya yang mudah rusak dan tidak tahan lama bila disimpan.

F. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
 Kangkung adalah tanaman sayuran yang mengandung zat besi, tetapi seperti
tanaman sayuran yang lain kangkungpun memiliki sifat yang mudah rusak.
 Penanganan pasca panen dapat mencegah atau mengurangi sifat tanaman yang
mudah rusak, pada kangkung bisa dengan cara dicuci terlebih dahulu lalu
dimasukkan ke dalam plastik sebelum dimasukkan ke dalam freezer, sehingga
lebih tahan kesegarannya.
 Pemungutan hasil yang tepat waktu juga merupakan salah satu cara untuk
penanganan pada waktu panen.
 Pengemasan, penepakan dan pengangkutan yang baik merupakan cara yang
dilakukan pada saat pasaca panen.
 Penanganan panen dan pasca panen dilakukan untuk mendapatka hasil yang
lebih baik pada hasil pertanian.
SARAN
Praktikan diharapkan melakukan pengamatan setiap hari dan secara teliti,
selama penanaman dan penyimpanan sehingga didapatkan data yang valid.

ACARA IX
ORIENTASI LAPANGAN

A. PENDAHULUAN
Budidaya tanaman pada dasarnya merupakan usaha memanipulasi
lingkungan. Usaha tersebut hanya akan berhasil jika kita mengenal dengan baik
sifat - sifat tanaman yang akan dibudidayakan dan kondisi lingkungan diman
tanaman tersebut tumbuh. Sifat tanaman ditentukan oleh jenis dan genetik
tanaman. Kondisi lingkungan secara langsung maupun tidak langsung juga akan
mempengaruhi sifat tanaman, seperti : jenis lahan, jenis tanah, tipe iklim,
vegetasi lainnya, dan tindakan manusia itu sendiri dalam rangka budidaya.
Kondisi lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang
berbeda pula terhadap pertumbuhan dan reproduksi suatu tanaman, serta teknik
budidaya yang diterapkan. Lingkungan hidup tanaman dapat diatur atau
dimanipulasi sesuai dengan syarat tumbuh suatu tanaman, dengan mengetahui
syarat tumbuh maka akan mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dominan
terhadap pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.Orientasi lapangan sangat
penting artinya untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
tanaman serta teknik budidaya yang diterapkan .
Pertumbuhan dan reproduksi tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu faktor genetik, lingkungan, serta tindakan manusia dalam rangka budidaya
tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain :
1. Edatik dan Fisiografik
Meliputi macam lahan, jenis tanah dan batuan, topografi, elevasi, sifat fisik
dan kimia tanah.
2. Klimatik
Termasuk unsur - unsur iklim ini, antara lain intensitas cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan, gerakan udara dan iklim mikro.

3. Biotik
Meliputi seluruh aspek budidaya yang mengatur respon tanaman terhadap
lingkungannya, agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tanaman salak adalah tanaman nyiur (kelapa), yaitu tanaman yang tidak
mempunyai batang. Tanaman salak bisa diusahakan di daerah dataran tinggi
hingga 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang cocok adalah iklim yang
basah. Salak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, apalagi jika jenis salaknya
adalah salak pondoh, karena salak jenis ini sangat manis dan enak meskipun
buahnya kecil.
Tujuan dari praktikum orientasi lapangan adalah untuk mengamati dan
mempelajari berbagai aspek budidaya tanaman pada kondisi lingkungan yang
berbeda.

B. BAHAN DAN ALAT


- Area atau daerah sampel (perkebunan salak pondoh lumut)
- Petani salak pondoh lumut
- Alat tulis
- Quesioner
- pH meter

C. PROSEDUR KERJA
1. Menetapkan sampel (area sampel) untuk diamati.
2. Mengamati dan mencatat data dari sampel yang bersangkutan, berdasarkan
quesioner yang telah dipersiapkan.
3. Membut laporan berdasarkan data yang diperoleh secara deskrptif.

D. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Penamatan dilakukan di Desa Mbrayut, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara dengan


data sebagai berikut :

KUISIONER
Orientasi lapangan

Desa : Mbrayut
Kecamatan : Sigaluh, Banjarnegara
Rombongan :G
Komoditas yang diamati : Salak Pondoh Lumut

A. KEADAAN UMUM LAHAN


1. Jenis Lahan : Lahan kering
2. Topografi lahan : Datar
3. Elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut) : 160 m dpl
4. pH tanah : 6,5
5. Upaya konservasi lahan : Tidak ada
Bentuk konservasi : -
6. Sumber air pengairan : Air hujan

B. ASPEK BUDIDAYA
(Jenis komoditas : salak pondoh lumut)
7. Sistem bertanam : Monokultur
8. Umur tanaman : 5 tahun
Pada umur berapa yanaman dipanen : Baru berbuah 2,5 tahun, Rutin dipanen
setiap 3 bulan.
Berapa prediksi hasil tanaman per satuan luas : 2 kw/ panen/ 2720 m2
9. Berapa kali tanaman yang bersangkutan dibudidayakan dalam setahun : 1 kali
Pada bulan apa saja tanaman yang bersangkutan mulai ditanam : November –
Desember
10. Bagaimana cara penanamannya : Pindah tanam
Jika pindah tanam,pada umur berapa bibit dipindah tanam : 6 bulan
Dari mana asal bibit tersebut : Beli
11. Berapa jarak tanam : Monokultur : 200 cm X 200 cm (Populasi/ Luas : 680/
2720 m2)
Jarak tanam tumpang sari : -
12.
Macam pemeliharaan Waktu pelaksanaan Frekuensi/ Dosis
(Umur tanaman) Per satuan waktu
a. Penyulaman - -
b.Penyiangan/ Pembumbunan Setiap 6 bulan -
c. Penyiraman Musim kemarau Setahun sekali
d. Pemupukan : N (Urea) 2 kali/ tahun 20 gr/ m2
P (TSP) 2 kali/ tahun 20 gr/ m2
K(KCl) 2 kali/ tahun 20 gr/ m2
Pupuk kandang Awal penanaman 5 kg/ m2
Pupuk Supra 2 kali/ tahun 5 ml/ tanaman
e. Pemasangan lanjaran - -
f. Pemangkasan Setiap 1 – 2 bulan -

C. ASPEK AGRIBISNIS
13. Bagaimana kondisi pertanamannya : Baik
Apa penyebabnya : perawatan baik
14. Apa motivasi petani menanam tanaman yang bersangkutan : Prospeknya
cerah atau bagus
Mengapa tanaman yang bersangkutan ditanam saat sekarang : Karena
menguntungkan, pada musim penghujan benih banyak
15. Apakah bertanam komoditas yang bersangkutan menguntungkan atau tidak :
Menguntungkan
Berapa biaya tanam (cost) per tanaman/ luas tanam : Rp 8000,00 per tanaman
Berapa produksi rata – rata per tanaman/ luas tanam : 24 kw/ 2720 m 2 per 6
bulan
Berapa harga komoditas yang bersangkutan di tingkat produsen : Rp 4000,00

Bagaimana perhitungan laba/ rugi – nya :


 Untuk per 6 bulan = pemasukan – biaya
= Rp 9.600.000,00 – Rp 5.440.000,00
= Rp 4.160.000,00 (panen pertama)
 Untuk selanjutnya = Biaya yang dikeluarkan – Biaya ( beli bibit + pupuk
kandang)
= (Rp 8000,00 – Rp 5000,00) X 680 tanaman
= Rp 3000,00 X 680
= Rp 2.040.000,00
Jadi pendapatan = Rp 9.600.000,00 – Rp 2.040.000,00
= Rp 7.560.000,00 per 6 bulan
16. Bagaimana pendapat petani tentang komoditas yang diusahakannya tersebut :
Komoditas yang diusahakan menguntungkan dan cukup untuk biaya hidup
D. INFORMASI TAMBAHAN
 Hama yang mebyerang adalah aggirang
 Jumlah daun lebih dari 11 pelepah, tidak berbuah
 Pupuk supra digunakan untuk mengganti pupuk kandang, karena pupuk
supra lebih murah dan mempunyai keunggulan
1 ton pupuk kandang = Rp 400.000,00
1 liter supra = Rp 60.000,00

Purwokerto, 18 November 2001


Sumber, Pendamping/ Asisten,

Prayitno Rima Raini Wati

E. PEMBAHASAN
Praktikum orientasi lapangan keadaan umum lahan di desa Mbrayut,
kecamatan Sigaluh, Banjarnegara yang ditanami salak pondoh lumut memiliki
jenis lahan kering dimana topografi lahannya datar. Ketinggian tempat dari
permukaan laut kurang lebih 160 m dpl, dengan pH tanah 6,5. Sumber pengairan
yang digunakan hanya mengandalkan dari air hujan, meskipun demikian ini sudah
cukup karena tanaman salak pondoh lumut tidak membutuhkan air yang banyak
tetap saja bisa tumbuh dengan baik.
Tanaman salak pondoh lumut di daerah ini ditanam dengan sistem
monokultur yaitu pertanaman yang terdiri dari satu jenis tanaman (varietas) atau
satu klon tanaman yang ditanam dalam satu lahan yang sama dalam satu waktu
atau dalam satu tahun
Tanaman salak memerlukan lindungan berat, tanaman yang tidak dapat
lindungan lazimnya menunjukkan tanda – tanda terbakar matahari. Tanaman
lindungnya bisa tanaman kelapa, langsap, sengon, dan pohon buah – buahan yang
lain (Kaslan A Tohir, 1970). Selain itu tanaman salak juga memerlukan
pemeliharaan, terutama : penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemangkasan.
Penyiangan dilakukan setiap 6 bulan sekali, penyiraman pada musim kemarau,
pemupukan 2 kali/ tahun, kecuali pupuk kandang hanya sekali pada awal tanam
dan pemangkasan setiap 1 – 2 bulan. Tanaman salak pondoh lumut memerlukan
pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah urea, TSP, KCl, pupuk kandang dan
pupuk supra.
Pekerjaan yang terpenting adalah mengawinkan, karena tanaman salak
adalah tanaman yang berumah dua sehingga penyerbukan bunga perlu bantuan
dari luar. Musim berbuah yang lebat adalah pada bulan September dan Mei dan
tanaman salak ini berbuah sepanjang tahun. Waktu yang paling baik saat buah
masak pohon dan akan pecah kulitnya, buah yang masak benar akan manis
rasanya dan masir. Untuk memperoleh buah salak yang besar dan berkualitas baik,
sebaiknya buah salak yang bertandan banyak itu diperjarang. Tandan buah yang
mulai membesar itu harus diberi ruang gerak untuk dapat bergerak leluasa, maka
daun di atas tandan harus dipangkas.
Motivasi petani untuk menanam tanaman salak karena salak mempunyai
prospek pasar yang bagus, apalagi salak yang dibudidaya adalah salak pondoh.
Penanaman dilakukan pada saat musim penghujan, jadi nsalak mulai ditanam pada
bulan November sampai Desember, karena pada musim ini benih banyak
sehingga menguntungkan. Pemanenan pertama biasanya dilaksakan setelah
tanaman berumur 2,5 tahun dan dipanen rutin setiap 3 bulan sekali.
Prediksi hasil tanaman salak adalah 2 kw per panen per 2720 m 2. Hasil
dari tanaman salak ini bagi petani sudah dapat mencukupi kebutuhan mereka,
karena keuntungan yang nmereka dapatkan cukup besar yaitu diperoleh dari
pendapatan yang diterima dikurangi biaya – biaya yang mereka keluarkan.
Kondisi ini harus bisa dipertahankan dan ditingkatkan. Untuk
mewujudkannya bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi harus adanya kerjasama
antara petani, pemerintah dan swasta. Jika kondisi itu bisa diwujudkan maka akan
terwujud suatu pertanian yang maju dan keadaan ini akan berakibat pada keadaan
negara yang membaik sistem perekonomiannya dan keadaan sosial – ekonomi
masyarakatnya.

F. KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
 Komoditas yang diamati adalah tanaman salak pondoh lumut
 Jenis lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman salak pondoh lumut
ini adalah lahan kering
 Tanaman ini menggunakan sistem monokultur, dengan jarak tanam 200 cm
X 200 cm, serta ditanam pada bulan November sampai dengan bulan
Desember, karena pada bulan ini menguntungkan.
 Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, TSP, KCl, pupuk kandang, dan
pupuk supra untuk menggantikan pupuk kandang.
 Keuntungan yang diperoleh bagi petani sudah cukup untuk menghidupi
kebutuhannya dan hasil ini bisa ditingkatkan karena melihat prospek pasar
yang bagus.

SARAN
Dalam melakukan orientasi lapangan sebaiknya praktikan mengikuti
semua agar bisa mengetahui keadaan di lapangan yang sebenarnya baik
tanamannya maupun keadaan petaninya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai