Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena izin
dan kehendaknya kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi dan studi kasus
pada tugas mata kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan Kejuruan.
Laporan diskusi ini berjudul ”Teori Konstruktivisme”. Dalam penulisan
laporan ini, kami merasa banyak kekurangan dan jauh dari sempurna baik dari
segi penulisan maupun materi. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan laporan ini.
Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penyusun laporan
dan pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 KESIMPULAN…………………………………………………….... 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan Indonesia yang telah dibangun dari dulu sampai sekarang
ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan
global untuk masa yang akan datang, program pemerataan dan peningkatan
kulitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi
masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini.
Masalah yang muncul dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain dari
kualitas guru sebagai pendidik, yang harus menguasai teknik, model dan teori
belajar yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Fenomena yang ada
dalam pendidikan di Negara Indonesia akan dapat diselesaikan jika keberhasilan
belajar pada peserta didik merata yang dapat menghasilkan peserta didik yang
berkualitas. Pada kenyataannya tenaga pendidik di Indonesia tidak melaksanakan
program belajar-mengajar yang sesungguhnya, yakni guru beserta siswa harus
aktif. Namun, saat ini Guru yang lebih aktif dari pada siswa itu sendiri, Siswa
hanya menerima apa yang diberikan oleh Guru tersebut, padahal pada prinsip
terapannya siswalah yang seharusnya lebih aktif mencari dan mengelola informasi
agar apa yang ia pelajari seolah-olah menjadi miliknya sendiri, dan dalam hal ini
siswa lebih mudah mengingatnya.
1
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami membuat makalah tentang teori
belajar konstruktivisme yang dapat berguna bagi para pendidik untuk
meningkatkan kualitas peserta didiknya.
1.3Tujuan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
sikap, kebiasaan kerja, dan apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dunia usaha/industri, diawasi oleh masyarakat atau
dalam kontrak dengan lembaga serta berbasis produktif.
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke
tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka
tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.
4
2.4 Karakteristik Teori Belajar Konstrutivisme
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
5
1. Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan.
Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai
fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan
skemata yang dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai
berikut:
a. Skemata
Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan
lingkungan disebut dengan skemata.Sejak kecil anak sudah memiliki struktur
kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema).Skema terbentuk karena
pengalaman.Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang
sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap
perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki
dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak
terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua.
Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya.
Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan
baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi
tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan
6
perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru
pengertian orang itu berkembang.
c. Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak
dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah
dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu.
d. Keseimbangan
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara
proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
7
siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam
daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing.
Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin
dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
a. Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi
perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan
jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky
dalam Slavin (2000), peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui
interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai
kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b. Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut
masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985),
yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Menurut
Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas di dalam daerah
perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri
akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang lain.
3. Jhon Dewey
Jhon Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini bahwa dengan
mengatakan pendidikan yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan
pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Beliau juga menenkankan pentingnya
keikutsertaan peserta didik di dalam setiap aktivitas proses belajar mengajar
8
1. Peserta didik dipandang sebagai pasif, tetapi memiliki tujuan;
2. Keterlibatan peserta didik seoptimal mungkin dalam pembelajaran;
3. Pengetahuan tidak datang dari luar tetapi dikonstruksi oleh peserta
didiknya sendiri
4. Pembelajaran bukan berupa transfer pengetahuan, tetapi melibatkan
pengendalian dan rekaya kondisi dan situasi kelas
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat sumber
yang harus dikembangkan.
5. Tasker
Teori belajar kontruktivisme Tasker menekankan bahwa ada tiga hal yang
harus ada dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna.
2. Kaitan antar ide-ide baru sangat penting dalam pengkonstruksian
3. Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-gagasan
yang dikembangkan
6. Wheatley
Wheatley mendukung teori belajar kontruktivisme dengan mengajukan 2
(Dua) prinsip utama dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh
struktur kognitif peserta didik
2. Kognisi berfungsi adaptif dan membantu pengorganisasian pengalaman
nyata untuk dikembangkan dalam proses belajar.
7. Hanbury
Hanbury mengemukakan beberapa aspek berlandaskan teori belajar
kontruktivisme ini yang sebagai berikut:
1. Belajar melalui pengkonstruksian informasi dan ide yang dimiliki
2. Pembelajaran menjadi bermakna apabila peserta didik mengerti
3. Strategi peserta didik lebih bernilai;
4. Peserta didik berkesempatan untuk diskusi dengan sesamanya.
9
2.6 Strategi – strategi Teori Belajar Konstruktivisme
10
5. Pembelajaran dengan penemuan
Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep – konsep dan prinsip – peinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip – prinsip untuk diri mereka
sendiri.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.2 Model Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut
siswa hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan
terjadinya situasi konfik pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak
atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam,
padahal keduanya terdiri lebih dari satu gens (bukan hanya berbeda species).
Berikut ini akan dicontohkan model untuk pembelajaran mengenai cacing tanah
melalui ketiga tahap dalam pembelajaran konstruktivisme (ekplorasi, klarifikasi,
dan aplikasi)
1. Fase Eksplorasi
Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang
kau ketahui tentang cacing tanah?”.
Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya,
dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai
dengan jawaban mereka semula.
2. Fase Klarifikasi
Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk
dikembangbiakkan.
Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan
penyelidikan.
Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji
rencananya.
Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan
sekarang.
3. Fase Aplikasi
Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan
penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
13
Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula
yang ingin ber-“ternak cacing” tanah.
Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis
cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya
14
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan
siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk
megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan
orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri
yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman
dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat
bermakna akan terjadi di kelas
Selain itu yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-
cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
15
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih
tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
Kelebihan :
Kekurangan :
Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
16
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa.
4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan.
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya
kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya.
17
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN HASIL DISKUSI
2 Trean Kautsar Bagaimana cara pendidik Mengetahui passion peserta didik tidak bisa
menerapkan cara belajar supaya dalam waktu singkat, karna banyak proses yang
setiap peserta didik mempunyai harus ditempuh. Dari mulai menganalisa respon
passion dengan waktu yang awal sampai membuat evaluasi peserta didik
terbatas? sesuai standar yang di tetapkan kurikulum.
Dalam hal ini perlu peran pihak ke 3 yaitu
keluarga / masyarakat di sekitar peserta didik.
Namun ada yang bisa pendidik lakukan di
dalam kelas dengan waktu yang terbatas,
dengan memberikan tugas / project yang
berkelanjutan dan setiap bagian tugas bisa
dilihat perkembangan peserta didik sejauh mana
dapat mengerjakan tugas atau project tersebut.
3 Cristiantio Apakah mungkin Teori Sangat mungkin untuk diterapkan pada zaman
Renata Pembelajaran Konstruktivisme 4.0. Karena pembelajaran Konstruktivisme
masih diterapkan di Zaman Era berisi hal2 yang menuntut peserta didik untuk
4.0? mengeksplore lebih jauh tentang materi yang
sedang dibahas dalam pembelajaran, dalam
teori ini pendidik cenderung memberikan tugas
/ kasus yang terjadi di lingkungan sekitar dan di
kaitkan dengan materi belajar. Secara tidak
langsung saat peserta didik mengeksplor
20
tugasnya, dan melakukan analisa dengan
media/sumber yang sekarang serba digital,
maka peserta didik itu telah mengaplikasikan
teori pembelajaran ini terhadap zaman 4.0 dan
hal tersebut bisa sangat membantu penerapan
teori Pembelajaran Konstruktivisme.
21