Disusun oleh:
FAISAL GANI PUTRA ARLOND
1102014089
Kelompok 1
Bidang Kepeminatan Palliative Care
Pembimbing : dr. Linda Armelia, SpPD-KGH.
Kata Kunci: Perawatan Paliatif, Prinsip Etik, Kanker Payudara Commented [lp4]: Mulai dari margin kiri
ABSTRAK
ABSTRACT Pendahuluan:.........................dst
Presentasi kasus: .....................
Introduction: There are various medical problems and ethical dilemmas that arise in
the provision of palliative care for this woman. Now realize that a good understanding
of medical ethics will contribute to health professional decision making and daily
treatment practices for severely ill patients.
Case Presentation: Ny. S, aged 76 years to get home visit first time in the process of
palliative care by doctors from Dharmais Cancer Hospital, because the child from Ny.
S was worried about her mother's condition after undergoing much with the purpose
of consultation to overcome the symptoms experienced and treatment treatment in
various hospitals until finally he got information related Palliative Care or palliative
care.
Discussion: The ethical dilemma of medicine can be found in palliative care when the
family wants to cover information about what illness the patient suffers because the
family feels worried if the patient knows the true state of the patient will be depressed.
In the view of Islam the Qur'an tells us to always say the truth. Honestly, in Arabic
known as ash shidqu or shiddiq, has a real meaning or say true.
Conclusion: From this case the author learned that the importance of the principle of
medical ethics in the practice of medicine itself
Suggestion: The principle of medical ethics is also very important and should be
prioritized in every action of health workers, especially doctors to patients and families
perawatan paliatif oleh dokter dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dikarenakan
anak dari Ny. S merasa khawatir dengan kondisi ibunya setelah menjalani
banyak dengan tujuan konsultasi untuk mengatasi gejala yang dialami dan Commented [lp7]: Banyak apa
Filosofi dasar perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup terbaik Commented [lp9]: Tidak perlu ada jarak paragraf lagi
Perhatikan di paragraf before dan after nya
untuk pasien bahkan ketika penyakit mereka tidak dapat disembuhkan. Berbeda
dengan perawatan di rumah sakit, perawatan paliatif ditawarkan pada tahap
penyakit apa pun, bersamaan dengan terapi memperpanjang hidup atau sebagai
perawatan yang menenangkan di akhir kehidupan pasien. Perawatan paliatif
diberikan melalui pengelolaan fisik, psikologis, sosial, dan pengobatan yang
komprehensif. kebutuhan rohani pasien, sambil tetap peka terhadap nilai dan
kepercayaan pribadi, budaya, dan agama mereka, untuk mencapai perawatan
holistik semacam itu, layanan perawatan paliatif di rumah sakit paling sering
diberikan melalui tim interdisipliner yang memanfaatkan berbagai variasi
keahlian pada masing-masing profesi. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter,
perawat, psikolog, apoteker, rohaniawan, pekerja sosial, ahli gizi, dan terapis
fisik (Paulus, 2008) Commented [lp10]: (Paulus, 2008).
Ada berbagai masalah medis dan dilema etika yang timbul dalam
pemberian perawatan paliatif untuk wanita ini. Sekarang menyadari bahwa
pemahaman yang baik tentang etika kedokteran akan berkontribusi pada
pengambilan keputusan profesional kesehatan dan praktik pengobatan sehari-
hari untuk pasien yang sakit parah.
Pada tulisan ini yang akan di bahas adalah peranan prinsip etik
kedokteran dalam perawatan paliatif pasien suspek kanker payudara stadium
terminal ditinjau dalam kedokteran dan islam. Maksud dari topik ini adalah
mengetahui peran dari prinsip bioetika kedokteran dalam penatalaksanaan
perawatan paliatif pada pasien dengan kasus terminal, dan juga untuk
mengetahui prinsip etika kedokteran apa yang harus diutamakan dalam
penatalaksaan perawatan paliatif.
II. PRESENTASI KASUS Commented [lp11]: Geser ke kiri sejajar dengan tulisan
diatas
Ny. S, usia 76 tahun mendapatkan home visit pertama kali dalam proses Penatalaksanaan perawatan paliatif
II. PRESENTASI KASUS
perawatan paliatif oleh dokter dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, dikarenakan
anak dari Ny. S merasa khawatir dengan kondisi ibunya setelah menjalani
banyak dengan tujuan konsultasi untuk mengatasi gejala yang dialami dan
perawatan pengobatan di berbagai rumah sakit hingga pada akhirnya ia
mendapatkan inforrmasi terkait Palliative Care atau perawatan paliatif.
Sehingga, anak dari Ny. S mendaftarkan Ny. S ke bagian Instalasi Palliative
Care.
Bulan september 2017, Ny. S terjatuh untuk yang kedua kalinya dengan
posisi duduk. Tiga minggu setelah jatuh, nyeri yang dialami Ny. S bertambah
hingga ke bagian kemaluan Ny. S. Setelah peristiwa tersebut, pada tanggal 18 Commented [lp12]: Hingga ke bagian kemaluannya.
Oktober 2017 keluarga Ny.S memutuskan untuk melakukan pemeriksaan di RS Commented [lp13]: Keluarga memutuskan....dst
(B) dan dianjurkan oleh dokter disana untuk melakukan pemeriksaan MRI
(Magnetic Resonance Imaging) Lumbosacral Spine potongan sagital T1 SE,
T2T SE, Axial T1 SE, dengan rekonstruksi myelogram, tanpa pemberian
kontras GdDTPA. Teknik MRI tersebut memberikan kesan kedudukan
lumbosacral spine hyperlordosis dengan weight bearing line 2 cm diameter
promontorium, tampak listhesis L4 ke anterior terhadap L5. Sinyal intensity
bone marrow vertebra lumbo-sacral abnormal, tampak lesi hypointens multiple
mulai tampak di vertebra Th 9, 10, 11 dan vertebra L5 dan S1 pada T1 dan
hyperintens pada T2 (sesuai metastase). Potongan sagital tampak collaps
vertebra Th10 dan tampak bulging disc ringan multiple setinggi thoracal 11-12,
11-L1 dan lumbal 1-2, 2-3, menekan ringan thecal sac, dan herniasi disc setinggi
L3-4, 4-5, tampak menekan spinal canal. Potongan coronal tampak scoliosis
ringan ke kanan, tak tampak pravertebral soft tissue swelling / abscess. Pada
myelogram tampak bilateral nerve root compressi sisi setinggi L3-4 dan
setinggi L4-5 tampak bilateral nerve root cut off / sesuai canal stenosis. Pada
pemeriksaan radiografi vertebra torakal AP/LAT mendapati pasien kompresi
corpus vertebra T10, T11, T12, radiografi pun memberikan kesan
spondiloartrosis torakolumbal, osteopenia, lateralisasi vertebra torakolumbal ke
kanan, nefrolitisais kanan, dan straight lumbal.
Pihak keluarga tidak ingin jika Ny. S mengetahuinya dikarenakan Commented [lp14]: Ganti dengan pasien boleh jadi tidak
banyakpenggulanagn dg kata Ny. S
khawatir jika Ny.S akan mengalami stress berat yang akan memperburuk
kondisi fisik dan psikis pasien. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dokter paliatif melakukan rapat keluarga dengan suami dan menantu
terakhirnya. Dalam rapat keluarga tersebut dokter paliatif mengatakan bahwa
pasien punya hak untuk tahu penyakit apa yang dideritanya apalagi pasien
sendiri yang ingin tahu sakit apa yang di deritanya karena jika pasien tahu maka
pasien akan dengan mudah mengerti tentang pemeriksaan dan pengobatan
lanjutan yang akan dijalani sambil mengobati nyerinya. Keputusan yang
diambil oleh suami dari pasien atau kepala keluarga besar pasien yaitu akan
memberitahu Ny. S tentang sakitnya dan meminta bantuan dokter dalam
menyampaikan terkait kemungkinan diagnosisnya, dan melakukan informed
consent kepada pasien langsung terkait pemeriksaan dan pengobatan yang akan
dijalani, dan juga informed consent kepada pihak keluarga untuk melakukan
pemeriksaan dan tahap-tahap pengobatan apa yang disetujui oleh pasien dan
keluarga. Setelah disetujui oleh pihak keluarga dan pasien untuk dilakukannya
biopsy, lalu dokter menyarankan untuk ditunda dulu pemeriksaan nya hingga
rasa nyeri pasien sudah membaik dan pasien sudah sangat siap untuk menjalani
proses biopsy, dan setelah hasil biopsy ada, selanjutnya kita diskusikan lagi
pengobatan apa yang akan dijalani oleh pasien kedepannya.
III. DISKUSI
Mengapa studi tentang etika itu penting? oleh Patricia Webb, seorang Commented [lp16]: Belum seragam berapa ketuk untuk
awal alinea
dosen perawatan paliatif dengan latar belakang keperawatan. Dia mengatakan
bahwa mempelajari etika mendorong pemikiran beralasan logis dalam
menghadapi keputusan sulit seperti alokasi sumber daya, akses terhadap
layanan, perawatan terbaik, penelitian klinis, dan hak untuk hidup. Webb
mengingatkan kita bahwa pedoman klinis mungkin tidak banyak membantu
dalam menghadapi dilema etika tanpa jawaban benar atau salah . (Webb, 2000)
Prinsip bioetika memiliki beberapa jenis yang harus di lakukan oleh
setiap tenaga kesehatan yaitu Dasar etika kedokteran didukung oleh empat pilar,
yaitu;
Fokus utama dalam kasus ini bukan hanya Autonomy pasien, tetapi
kejujuran dan keterbukaan pihak keluarga kepada Ny. S juga merupakan
peranan penting yang tercakup dalam fungsi prinsip Veracity.
Veracity adalah kewajiban untuk berbicara dan bertindak jujur dan
mencakup kewajiban untuk mengungkapkannya. Veracity menuntut
komunikasi yang terampil dan sabar terutama pada tahap awal hubungan pasien
dan penyedia. Ketika beberapa penyedia dilibatkan, konsistensi pesan itu
penting.
Pentingnya nilai Veracity dalam transparansi hasil maupun
kemungkinan apa yang akan terjadi kepada pasien dan nilai tersebut akan
mendorong nilai Autonomy pasien dalam menentukan pemeriksaan serta
pengobatan apa yang akan pasien inginkan. Sehingga tentunya jika pasien
mengetahui secara jelas tentang penyakit apa yang mendasari akan berdampak
pada sistem pengobatan pasien yang menyeluruh sesuai keinginan pasien, tentu
hal ini sangat mendukung nilai beneficence dan non-Maleficence dikarenakan
dokter akan mengutamakan yang terbaik untuk pasien dan juga pasien tidak
merasa tersakiti (Fallon et al, 2006; Roeland et al, 2013).
Al-Qur’an menyuruh kita untuk selalu berkata benar. Jujur, dalam Bahasa Arab
dikenal dengan istilah ash shidqu atau shiddiq, memiliki arti nyata atau berkata
benar. Artinya, kejujuran merupakan bentuk kesesuaian antara ucapan dan
perbuatan atau antara informasi dan kenyataan. Jujur berarti berkata yang benar
yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara
bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realita dan hakikat
sebenarnya. Biasa berkata benar mencerminkan keberanian. Perilaku jujur
sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan
adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Perilaku jujur adalah perilaku yang
teramat mulia. Nabi Muhammad saw dengan mengutip Al-Qur'an menjelaskan
orang beriman tidak akan berdusta. Bohong sering lahir karena rendah diri,
pengecut, dan ketakutan (Tuasikal, 2010).
Hal ini tercermin dalam firman Allah artinya,
Perintah berkata benar dalam Al-Qur’an dan hadis menjadi sebuah indikasi
wajibnya bagi muslim mengaplikasikan sifat kejujuran dan perkataan benar yang dalam
konsep Al-Qur’an dikenal dengan istilah qaulan sadidan. Qaulan sadidan adalah
ucapan yang jujur, tidak bohong (Dahlan, 2014).
Nabi Muhammad saw., bersabda sebagaimana diriwayatkan Bukhari-Muslim
sebagai berikut, artinya:
“Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., bersabda sesungguhnya kebenaran itu
membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa surga. Seseorang akan selalu
bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke
neraka. Seseorang selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”
(HR. Bukhari-Muslim).
Berkatalah yang benar walau itu pahit (Tuasikal, 2013).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dari Abu Dzaar, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam memerintahkan tujuh hal padaku: (1) mencintai orang miskin dan dekat dengan
mereka, (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta)
dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan
padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut
bersikap kasar, (4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada
seorang pun, (5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu
pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat
berdakwa di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa
hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.” (HR.
Ahmad)
Kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak hanya
diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia yaitu:
1. Masuk surga Commented [lp19]: ....diterimanya ....dst:
1. Masuk surga
Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad ...............................................
..................................................dst
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur!
2. Dekat dengan nabi
Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkannya ke ............................................
...............................................dst
Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan menjaga kejujurannya hingga
ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq (orang yang jujur)”.
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-
nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh, mereka
Itulah teman yang sebaik-baiknya”.
Hal ini pasti merupakan impian setiap muslim, untuk bisa bersama dengan para
nabi, para sahabat dan orang-orang sholeh. Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena
kita digolongkan sama derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi Allah SWT.
4. Menaikkan derajat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa meminta kepada Allah mati syahid dengan jujur, Allah angkat
dia ke tingkatan orang-orang yang syahid”.
5. Mendatangkan berkah
Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Penjual dan pembeli (memiliki) pilihan sebelum mereka berdua berpisah, jika berdua
berkata jujur dan menjelaskan (kekurangannya) maka diberkahi jual beli mereka. Dan
jika berdua menyembunyikan (kekurangan) dan berbohong maka dihapus keberkahan
jual beli mereka berdua”.
IV. KESIMPULAN
Kasus Ny. S merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus dilema etik
kedokteran di Indonesia maupun seluruh negara di Dunia ini dalam perihal
hubungan dokter, pasien dan pihak keluarga pasien. Awalnya, Ny. S tidak
diberitahu dikarenakan pihak keluarga takut kondisi psikis pasien akan menjadi
stress ketika mengetahui penyakit yang mendasari rasa sakit dan nyeri selama
beberapa tahun terakhir ini. Padahal Ny, S sangat ingin mengetahui penyakit apa
sebenarnya yang ada didalam tubuh Ny, S, dan hal tersebut dapat menyebabkan
perlambatan pemeriksaan secara komprehensif serta pengobatan yang harusnya
sudah dijalani oleh beliau. Pada akhirnya, pihak keluarga mengizinkan untuk
pasien mengetahui penyakitnya yang disampaikan langsung oleh dokter. Dari
kasus ini penulis belajar bahwa pentingnya prinsip etik kedokteran dalam praktik
kedokteran itu sendiri, karena jika prinsip-prinsip tersebut ada yang dilanggar,
maka akan menyebabkan prinsip-prinsip yang lain juga terbengkalai bahkan
dilanggar.
V. SARAN