Anda di halaman 1dari 25

PERCOBAAN I

ETHERNET

1.1 Tujuan
Percobaan Ethernet bertujuan untuk mendesain dan mendemostrasikan
operasi dari jaringan Ethernet. Pada percobaan ini akan membantu user dalam
menganalisis performasi jaringan Ethernet pada skenario yang berbeda.

1.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan yaitu :
1. PC Dekstop
2. Software Riverbed Modeler Academic Edition/OPNET Modeler 14.5

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Ethernet
Ethernet merupakan sebuah teknologi jaringan yang menggunakan metode
transmisi Baseband yang mengirim sinyalnya secara serial 1 bit pada satu waktu.
Ethernet beroperasi dalam modus half-duplex, yang berarti setiap station dapat
menerima atau mengirim data tapi tidak dapat melakukan keduanya secara
sekaligus. Fast Ethernet serta Gigabit Ethernet dapat bekerja dalam modus full-
duplex atau half-duplex.
Ethernet dapat menggunakan topologi jaringan fisik apa saja (bisa berupa
topologi bus, topologi ring, topologi star atau topologi mesh) serta jenis kabel yang
digunakan (bisa berupa kabel coaxial (bisa berupa Thicknet atau Thinnet), kabel
tembaga (kabel UTP atau kabel STP), atau kabel serat optik)
Jika dilihat dari kecepatannya, Ethernet terbagi menjadi empat jenis, yakni
sebagai berikut:
1. 10 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Ethernet saja (standar yang
digunakan: 10Base2, 10Base5, 10BaseT, 10BaseF)
2. 100 Mbit/detik, yang sering disebut sebagai Fast Ethernet (standar yang
digunakan: 100BaseFX, 100BaseT, 100BaseT4, 100BaseTX)
3. 1000 Mbit/detik atau 1 Gbit/detik, yang sering disebut sebagai Gigabit
Ethernet (standar yang digunakan: 1000BaseCX, 1000BaseLX,
1000BaseSX, 1000BaseT).
4. 10000 Mbit/detik atau 10 Gbit/detik. Standar ini belum banyak
diimplementasikan.

1.3.2 Standart IEEE


Pada tahun 1985, IEEE memulai sebuah proyek, bernama Proyek 802, untuk
mengatur standar komunikasi antara peralatan dari berbagai produsen. Proyek 802
tidak berusaha untuk mengganti salah satu bagian dari OSI atau model Internet.
Sebaliknya, ini adalah cara untuk menentukan fungsi dari lapisan fisik dan lapisan
data link protokol utaman LAN.
Standar yang diadopsi oleh American National Standards Institute (ANSI).
Di tahun 1987, International Organization for Standardization (ISO) juga disetujui
sebagai standar internasional di bawah penunjukan ISO 8802.
Hubungan dari standar 802 dengan model OSI tradisional ditunjukkan pada
Gambar 1.1 IEEE telah membagi lapisan data link ke dalam dua sublayers: logical
link control (LLC) dan Media Access Control (MAC). IEEE juga menciptakan
beberapa physical layer standar untuk protokol LAN yang berbeda.

Gambar 1.1 Standart IEEE untuk LAN


1.3.3 Data Link Layer
1. Logical Link Control (LCC)
Pada IEEE, proyek 802 flow control, kontrol kesalahan, dan bagian dari
tugas framing dikumpulkan menjadi satu sublapisan yang disebut logical link
control. Framing ditangani di kedua sublayer LLC dan MAC sublayer.
LLC menyediakan satu data link control protokol untuk semua LAN IEEE.
Dalam hal ini, LLC berbeda dari sublapisan media access control, yang
menyediakan berbagai protocol untuk LAN yang berbeda. Sebuah protokol LLC
tunggal dapat memberikan interkoneksi antara LAN berbeda sebab itu membuat
sublayer MAC transparan. Gambar 1.1 memperlihatkan sebuah protokol LLC
melayani beberapa protokol MAC.
Framing LLC mendefinisikan protokol data unit (PDU) yang agak mirip
dengan HDLC. Header berisi field kontrol seperti yang ada di HDLC, field ini
digunakan untuk aliran dan kontrol kesalahan. Dua field header lain mendefinisikan
protokol upper-layer pada sumber dan tujuan yang menggunakan LLC. Field ini
disebut destination service access point (DSAP) dan source service access point
(SSAP). Field lainnya ditetapkan dalam protokol data link kontrol seperti HDLC
akan dipindah ke MAC sublayer. Dengan kata lain, sebuah frame didefinisikan
pada HDLC menjadi PDU di sublayer LLC dan bingkai di sublayer MAC, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Kebutuhan LLC Tujuan LLC adalah untuk memberikan aliran dan kontrol
kesalahan untuk upper-layer protokol yang benar-benar memerlukan layanan ini.
Misalnya, jika sebuah LAN atau beberapa LAN digunakan dalam sebuah sistem
yang terisolasi, LLC mungkin diperlukan untuk memberikan arus dan error control
untuk protokol lapisan aplikasi. Namun, lapisan paling atas protokol seperti IP,
tidak menggunakan jasa LLC. Untuk alasan ini, kita mengakhiri diskusi kita tentang
LLC.
Gambar 1.2 Frame HDLC dibandingkan dengan LCC dan MAC

2. Media Access Control (MAC)


Proyek IEEE 802 telah menciptakan sublayer yang disebut media akses
kontrol yang mendefinisikan metode akses khusus untuk setiap LAN. Misalnya,
mendefinisikan CSMA CA/ CD sebagai metode media akses untuk Ethernet LAN
dan metode tokenpassing untuk Token Ring dan Token Bus LAN.

1.3.4 CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access atau Collision Avoidance)


CSMA / CA dalam jaringan komputer adalah jaringan nirkabel beberapa
metode akses yang membawa penginderaan skema digunakan. Apabila sebuah
node ingin mengirimkan data harus terlebih dahulu melihat waktu saluran untuk
jumlah yang telah ditetapkan untuk menentukan ya atau tidak node lain bertransmisi
pada saluran yang sama dalam jangkauan nirkabel. Jika saluran tersebut sudah tidak
bekerja, maka node diijinkan untuk memulai proses transmisi. Jika saluran tersebut
sudah dirasakan masih sibuk, maka node transmisi untuk jangka waktu yang acak
ditangguhkan. Setelah proses transmisi dimulai, masih dimungkinkan untuk
transmisi data aktual aplikasi untuk tidak terjadi.
Dengan metode ini, sebuah node jaringan yang akan mengirim data ke node
tujuan pertama-tama akan memastikan bahwa jaringan sedang tidak dipakai untuk
transfer dari dan oleh node lainnya. Jika pada tahap pengecekan ditemukan
transmisi data lain dan terjadi tabrakan (collision), maka node tersebut diharuskan
mengulang permohonan (request) pengiriman pada selang waktu berikutnya yang
dilakukan secara acak (random).
1.3.5 CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Access atau Collision Detection)
Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection atau sering
disingkat menjadi CSMA/CD adalah sebuah metode Media Access Control (MAC)
yang digunakan oleh teknologi jaringan Ethernet. Dengan metode ini, sebuah node
jaringan yang akan mengirim data ke node tujuan pertama-tama akan memastikan
bahwa jaringan sedang tidak dipakai untuk transfer dari dan oleh node lainnya. Jika
pada tahap pengecekan ditemukan transmisi data lain dan terjadi tabrakan
(collision), maka node tersebut diharuskan mengulang permohonan (request)
pengiriman pada selang waktu berikutnya yang dilakukan secara acak (random).
Dengan demikian maka jaringan efektif bisa digunakan secara bergantian.
Konsep CSMA/CD ini menekankan jika pada saat pengiriman terjadi
tabrakan maka akan mengirim ulang dengan waktu yang sudah dirandom untuk
mencegah situasi yang sama. Jadi sebelum mengirim komputer akan mengecek
pada jalur apakah ada pengiriman, jika tidak maka akan dilakukan pengiriman,
masalahnya itu terkadang pada saat pengecekan kosong namun pada saat
mengirimkan ternyata ada juga yang mengirim pada saat waktu yang bersamaan
hingga terjadi tabrakan dan file rusak. Ketika file rusak maka akan dilakukan
pengiriman ulang dengan waktu random yang telah diatur untuk mengurangi
kemungkinan tabrakan lagi.

1.3.6 Physical Layer


Standart Ethernet mendefinisikan beberapa implemetasi lapisan fisik yang
terdiri dari 4 secara umum yang ditunjukkan pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Kategori Standart Ethernet


1. Encoding dan Decoding
Semua implementasi standar yang digunakan digital signaling (baseband)
pada 10 Mbps. Pada pengirim, data diubah menjadi sinyal digital menggunakan
skema Manchester, pada penerima, sinyal yang diterima diinterpretasikan sebagai
Manchester dan diterjemahkan menjadi data. Gambar 1.4 memperlihatkan skema
pengkodean untuk Standard Ethernet.

Gambar 1.4 Encoding dalam implementasi Standart Ethernet

2. 10 Base 5 : Thick Ethernet


Implementasi pertama disebut 10Base5, thick Ethernet, atau Thicknet.
Nama panggilan berasal dari ukuran kabel, yang kira-kira ukuran selang taman dan
terlalu kaku untuk ditekuk dengan tangan Anda. 10Base5 adalah spesifikasi
Ethernet pertama menggunakan topologi bus eksternal dengan transceiver
(transmitter / receiver) yang terhubung melalui thick kabel coaxial. Gambar 1.5
menunjukkan diagram skematik dari 10 Base 5.

Gambar 1.5 Implementasi 10 Base 5

Transceiver bertanggung jawab untuk mentransmisikan, menerima, dan


mendeteksi collision. Transceiver terhubung ke stasiun melalui kabel transceiver
yang menyediakan jalu terpisah untuk mengirim dan menerima. Ini berarti collision
hanya dapat terjadi di kabel coaxial.
Panjangnya Maksimum dari kabel coaxial harus tidak melebihi 500 m, cara
lainnya, adalah menurunkan derajat sinyal yang berlebihan. Jika panjangnya lebih
dari 500 m diperlukan lima segmen, masing-masing maksimum 500 m, dapat
dihubungkan menggunakan repeaters.

3. 10 Base 2 : Thin Ethernet


Implementasi kedua disebut 10Base2, thin Ethernet, atau Cheapernet.
10Base2 juga menggunakan topologi bus, tetapi kabel jauh lebih tipis dan lebih
fleksibel. Kabel dapat menjadi bengkok untuk dekat dengan stasiun. Dalam hal ini,
transceiver biasanya bagian dari kartu interface jaringan (NIC), yang diinstal di
dalam stasiun. Gambar 1.6 menunjukkan diagram skematik implementasi 10Base2.

Gambar 1.6 Implemetasi 10 Base 2

Perhatikan bahwa collision di sini terjadi pada kabel thin coaxial.


Implementasi ini lebih efektif daripada 10Base5 karena kabel thin coaxial lebih
murah daripada thick coaxial dan koneksi yang jauh lebih murah. Instalasi
sederhana karena kabel thin coaxial sangat fleksibel. Namun, panjang setiap
segmen tidak dapat melebihi 185 m (hampir 200 m) karena tingginya tingkat
atenuasi dalam kabel thin coaxial.
4. 10 Base-T : Twisted-Pair Ethernet
Implementasi ketiga disebut l0Base-T atau Ethernet twisted-pair. 10Base-T
menggunakan topologi fisik bintang. Stasiun terhubung ke sebuah hub melalui dua
pasang twisted kabel, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7 Implememtasi 10 Base T


Perhatikan bahwa dua pasang kabel twisted membuat dua jalan (satu untuk
mengirim dan satu untuk menerima) antara stasiun dan hub. Setiap collision di sini
terjadi di hub. Dibandingkan dengan l0Base5 atau l0Base2, dapat diperhatikan
bahwa hub sebenarnya menggantikan kabel coaxial sejauh collision yang
bersangkutan. Panjang maksimal kabel twisted sini didefinisikan 100 m, untuk
meminimalkan pengaruh redaman pada kabel twisted.

5. 10 Base-F : Fiber Ethernet


Meskipun ada beberapa jenis serat optik 10-Mbps Ethernet, yang paling
umum adalah 10Base-F. 10Base-F menggunakan topologi star dapat terhubung
stasiun ke hub. Stasiun tersambung ke hub menggunakan dua kabel serat optik,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8 Implementasi 10Base-F


1.4 Langkah Percobaan
1.4.1 Membuat Project
1. Untuk memulai project dalam Riverbed Modeler Academic
Edition/OPNET Modeler 14.5, user memilih File>New>Project>OK.

Gambar 1.9 Tampilan New Poject

2. Langkah berikutnya memasukkan project name dan dalam praktikum ini


dimasukkan nama Kelompok_3_Ethernet, serta memasukkan scenario
name dan dalam praktikum ini dimasukkan nama Coax. Kemudian klik OK.
Gambar 1.10 Tampilan Enter Name

3. Langkah berikutnya yaitu memilih Inittial Topology dan dalam hal ini
dipilih Create Empty Scenario>OK.

Gambar 1.11 Tampilan Inttial Topology

4. Pemilihan Network Sclae yaitu Office>Next.


Gambar 1.12 Tampilan Choose Network Scale

5. User memasukkan nilai Size topology dalam satuan meter dengan nilai X
span 200 dan Y span 100 > Next.

Gambar 1.13 Tampilan Specify Size

6. Dalam percobaan Ethernet, user tidak perlu memilih teknologi yang


digunakan.
Gambar 1.14 Tampilan Select Technologies

7. Langkah terakhir adalah me-review pemilihan dalam membuat project baru.


Jika telah sesuai, klik Next.

Gambar 1.15 Tampilan Review

8. Berikut merupakan tampilan workspaceproject Kelompok_3_Ethernet.


Gambar 1.16 Tampilan Pemilihan Rapid Configuration

1.4.2 Membuat Network


1. Untuk membuat konfigurasi network, pilih Topology>Rapid Configuration.
Gambar 1.17 Tampilan Pemilhan Rapid Configuration

2. Pada kotak dialog Rapid Configuration, pilih Bus> OK.

Gambar 1.18 Tampilan Kotak Dialog Rapid Configuration


3. Pada kotak dialog Rapid Configuration: Bus, klik tombol Select
Models>ethcoax> OK. Kemudian masukkan nilai parameter sesuai gambar
berikut:

Gambar 1.19 Tampilan Konfigurasi Rapid Configuration: Bus

4. Berikut merupakan tampilan network pada workspace.


Gambar 1.20 Tampilan Bus Network pada Workspace

5. Konfigurasi Bus dilakukan dengan klik kanan pada bus_0 >Advanced


EditAttributes.

Gambar 1.21 Tampilan Pemilihan Advanced Edit Attributes Bus_0

6. Pada kotak dialog (bus_0) Attributes, pilih model> eth_coax_adv. Ubah


nilai delay menjadi 0.05 dan ubah nilai thickness menjadi 5. Klik OK.
Gambar 1.22 Tampilan Konfigurasi (bus_0) Attrubutes

7. Untuk mengkonfigurasi seluruh node dengan konfigurasi yang sama, klik


kana pada salah satu node>select similar node. Kemudain klik kanan
kemabali pada salah satu node>Edit Attributes.

Gambar 1.23 Tampilan Pemilihan Edit Attribute Node


8. Pada Attributes node, ubah nilai parameter seperti tampilan berikut. ON
StateTime (seconds) >exponential (100.0), OFF State Time (seconds)
>exponential (0.0), Interarrival Time (seconds) >promoted, Packed size
(bytes) >constant (1024). Klik Apply Changes to Selected Objects> OK.

Gambar 1.24 Tampilan Konfigurasi Attribute Node

1.4.3 Konfigurasi Simulasi


1. Untuk mengkonfigurasi simulasi, user dapat mengklik tombol Run , maka
akan muncul tampilan seperti dibawah. Masukkan durasi simulasi 15
seconds pada Common Tab.

Gambar 1.25 Tampilan Konfigurasi Common Tab

2. Pada Object Attributes Tab pilih Add.

Gambar 1.26 Tampilan Object Attributes Tab

3. Pada window Add Attribute: scenario, pilih Office Network node_0…


>Wildcard. Pada kolom node_0 ganti menjadi * (simbol asterik) > OK.
Gambar 1.27 TampialnKonfigurasi Find Wildcard

4. Kembali pada window Add Attribute: scenario, klik add pada kolom Add?
Di baris Office Network *… > OK.

\
Gambar 1.28 Tampilan Konfigurasi Add Attributes: Scenario

5. Kembali pada Object Attributes Tab, pilih Values… dan kemudian


masukkan nilai exponential seperti tampilan berikut:
Gambar 1.29 Tampilan Konfigurasi Values

6. Pastikan number of runsinset sebanyak 9 pada Object Attributes Tab.

Gambar 1.30 Tampilan Konfigurasi Object Attributes Tab

7. Pada Advanced Tab, masukkan nama untuk Scalar file seperti tampilan
berikut:
Gambar 1.31 Tampilan Konfigurasi Advanced Tab

1.4.4 Memilih Statisik


1. Klik kanan pada workspace>Choose Individual Statistics>Global
Statistics>Trafic Sink>Trafic Received (packets/sec) dan Trafik Source>
Trafic Sent (packets/sec) > OK.

Gambar 1.32 Tampilan Choose Individual Statistics


2. Untuk memilih hasil statistik berupa scalar maka pilih
Simulation>ChooseStatistic (Advanced), maka akan muncul tampilan
berikut:

Gambar 1.33 Tampilan Choose Statistic (Advanced)

3. Klik kanan dan pilih EditAttributes pada Trafik Sink. Trafic Received
(packets/sec), ubah scalar data menjadi enable dan scalar type menjadi
timeaverage. Lakukan langkah yang sama untuk Trafic Source
(packets/sec).

Gambar 1.34 Tampilan Konfigurasi Traficc Sink. Traffic Received (packets/secs)


Attributes
1.4.5 Running Simulasi
1. Untuk running simulasi, klik tombol dan pilih run. Setelah running selesai
dilakukan, pilih close. Jika user akan melakukan running ulang, terlebih
dahulu menghapus scalarfile agar tidak ada penumpukkan data dengan cara
pilih File>Models File>Delete Models File>.os>Pilih nama file yang akan
didelete>Konfirmasi delete>OK.

Gambar 1.35 Tampilan Runing Simulasi


1.4.6 Melihat Hasil Statistik Simulasi
1. Untuk melihat hasil simulasi berupa data scalar, pilih Results>View Result
(Advanced) >File>Load Output Scalar File.. > Pilih nama file yang akan
dilihat hasilnya >Close.

Gambar 1.36 Tampilan View Result (Advanced)

2. Pada Panels>Select Scalar Panel Data, pilih Trafic Source… pada baris
Horizontal dan Trafic Sink… pada baris Vertical. Klik OK dan akan keluar
tampilan hasil simulasi.

Gambar 1.37 Tampilan Select Scalar Panel Data

Anda mungkin juga menyukai