DI SUSUN OLEH :
DEFINISI
COPD (Cronic Obstructive Pulmonary Desease) adalah sekresi mukoid bronchial
yang bertambah secara enetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi
yang berulang dan penyempitan saluran nafas, batuk produktif selama 3 bulan
dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (ovedaff-2002). Sedangkan menurut
Price dan Wilson (2005) Cronic Obstructive Pulmonary Disease atau COPD
adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstrucsy aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya.
ETIOLOGI
Factor-faktor yang dapat mengakibatkan resiko munculnya COPD
(mansjoer 1999) adalah :
1. Kebiasaan merokok .
2. Polusi udara.
3. Paparan debu,asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetic yaitu defisiensi anti-trypsin.
MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan Brunner dan Suddorth (2005) adalah :
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan Reeves
(2001) adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas dan
mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun,
dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap
selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus
menjadi menyempit, berkelok-kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena
metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan
dengan bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel
asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang ada di
sebelah distal menjadi kolaps. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi
pernafasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan
peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi
kerusakan campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya
permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini
menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah.
Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler
pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan
ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap
sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan
perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas
yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten
jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran
oksigen atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar
karbondioksida meningkat. Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya
pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis ini
adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan
hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular pulmonari, peningkatan
resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan hipertensi pembuluh pulmonary
yang meningkatkan tekanan vascular ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel
kanan.
Pencetus (asma,bronkitis
kronis,emfisema)
Rokok dan polusi
COPD
Inflamasi pada alveoli
Imun menurun
Suplay O2 tidak Gangguan pertukaran
adekuat keseluruhan gas
tubuh Kuman patogen dan
endogen difagosit
makrofag
hipoksia Kompensasi tubuh untuk
memenuhi kebutuhan O2
dengan meningkatkan
Anoreksia
Sesak frekuensi pernafasan
Intoleransi aktifitas
KOMPLIKASI
Inspeksi yang berulang, pnemutoraks spontan, eritrsit karena keadaan
hipoksia kronik, gagal napas, dan Koch pulmonal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 geja;a klinis diatas dan factor-
faktor penyebab.
a) Pemeriksaan fisik
- Px biasanya tampak kurus dengan karrej shopped chest (Diameter)
anterior dada meningkat.
- Fremitus taktil dada berkurang / tidak ada
- Perkusi pada dada hiper sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru
hati lebih rendah, pekak jantung berkurang.
- Suara nafas berkurang.
b) Pemeriksaan Radiologi
- Foto thorax pada bronchitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis paralel keluar dari hilus menuju ke apeksi
paru dan corakan paru yang bertambah.
- Pada emfisema paru. Foto thorax menunjukkan adanya overinfasi
dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan
pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan kedistal.
c) Tes Fungsi Paru
Dilakukan untuk meentukan penyebab dispnea untuk menentukan
penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah
obstimulasi/restriksi untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi.
Misalnya bronkodilator :
- Pemeriksaan gas darah
- Pemeriksaan EKG
- Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN
Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok, inspeksi dan polusi udara terapi
ekserbasi akut dilakukan dengan :
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 60th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Asuransi : BPJS tingkat III
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Kelurahan Bandar Lor, Kediri
Tanggal Masuk : 6 April 2016 jam 09.45
Tanggal Pengkajian : 6 April 2016 jam 09.50
No.Register : 1261-16
Diagnosa Medis : COPD/PPOK
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan batuk sering, sesak napas
Genogram :
Suami Istri
Anak 1
Anak 2
Ket :
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
5. Riwayat Sosiokultural
Pasien tinggal di daerah dataran rendah tetapi karena pekerjaan pasien
sebagai petani yang bercocok tanam disawah apalagi waktu panen pasti
banyak debu atau kotoran yang masuk kedalam saluran pernapasan serta
abu dan asap dari jerami yang dibakar.
3) Pola Eliminasi
Sebelum Pasien BAB 1x sehari dengan konstipasi feses lunak, warna
sakit feses kuning, bau khas feses
Pasien BAK 4-5x sehari dengan lancar +_ 1500ml dengan
kosistensi warna urine kuning jernih, bau khas urine
Saat sakit Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi feses lunak, warna
kecoklatan, bau khas feses.
Pasien BAK 3x sehari dengan lancar +_ 1000ml (karena pasien
kurang minum) dengan konsistensi urine kuning jernih, bau
khas urine.
Tanda Vital
Suhu : 37,2 0C
Nadi : 90x/menit
Napas : 28x/menit
Tekanan Darah: 130/70 mmHg
2. Kepala
Inspeksi : kepala bulat, rambut bersih ikal beruban, tidak ada ketombe,
kulit kepala kering
Palpasi : tidak ada benjolan di kepala
3. Mata
Inspeksi : sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris,
konjungtiva merah, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri, tidak ada benjolan dan oedema disekitar hidung
5. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada kelainan di kedua telinga, tidak ada
lesi , sedikit tedapat serumen
Palpasi : tidak ada benjolan disekitarnya, tidak ada nyeri tekan
6. Mulut
Inspeksi : gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab, bibir
lembab
Palpasi : otot rahang kuat
7. Leher
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid
10. Ekstremitas
- Atas :
Inspeksi : simetris, tidak terdapat luka, tidak ada kelainan bentuk, tidak
ada oedema.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada kelainan pada tulang saat diketuk menggunakan refleks
harmer.
- Bawah :
Inspeksi : simetris, tidak terdapat luka, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada
oedema, tidak mengalami fraktur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada kelainan pada tulang saat diketuk menggunakan refleks
harmer.
11. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada penis, tidak terpasang dowler
cateter, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada benjolan & oedema
disekitarnya, kebersihan area vital tetap terjaga.
12. Anus
Inspeksi : terlihat bersih, tidak ada benjolan dan oedema disekitarnya
2.1.4 Data Penunjang ( Pemeriksaan Diagnostik )
- Pemeriksaan foto rontgen Thorax PA pada tanggal 6 April 2016
- Pemeriksaan Lab Darah Lengkap
Parameter Satuan Hasil Normal
Hemoglobin g/dl 13.2 12-16
Leukosit *10^3/ul 7.2 4.0-11.0
Trombosit *10^3/ul 220 150-450
RBC *10^3/ul 4.0 4.0-5.50
HCT % 38.8 40.0-48.0
MCV Fl 88.6 80.0-99.0
MCH Pg 34.2 26.0-32.0
Kediri, 31-10-2018
Mahasiswa
KELOMPOK 2
2.2 ANALISA DATA
1I Ds : Ketidakefektifan pola
pasien mengatakan batuk, Rokok dan polusi nafas
sesak napas, batuk selama
2 hari berdahak selama 3 Inflamasi pada alveoli
hari, susah tidur karena
sesak terutama pada Sputum meningkat
malam hari
Suplay O2 tidak adekuat
Do :
k/u lemah, terpasang O 2 Hipoksia
4lpm, posisi semi fowler,
terdapat dahak, suara Batuk
napas wheezing & ronchi
TTV : Sesak
- TD : 130/70 mmHg
- N : 90x/menit
-S : 37,2 0C
- RR : 28x/menit
Ds :
III Pasien mengatakan tidak Bersihan jalan nafas tidak efektif Ketidakseimbangan
nafsu makan, makan nutrisi kurang dari
hanya habis setengah Inspeksi kebutuhan tubuh
porsi
Do : Leukosit meningkat
k/u lemah, makan sedikit,
habis setengah porsi Sistem imun menurun
TTV :
- TD : 130/70 mmHg Kuman patogen dan endogen
- N : 90x/menit difagosit makrofag
-S : 37,2 0C
- RR : 28x/menit Mual muntah
Anoreksia
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ( NCP / NURSING CARE
PLANS )
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan/ Hasil Keperawatan
Masalah
Keperawatan
1. - Adanya
Ketidakefektifan NOC NIC
Tanggal,
Diagnosa Keperawatan Implementasi
Jam
03/04/2018 Ktidakseimbangan bersihan - Mendengarkan suara napas sebelum dan
08.30 WIB jalan napas b/d sesak sesudah suctioning.
- Meminta klien napas dalam sebelum suction
dilakukan.
- Memberikan O2 dengan menggunakan nasal
kanul untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
- Melakukan fisioterapi dada bila perlu.
- Mengeluarkan secret dengan batuk atau
suction.
- Mendengarkan suara nafas, catat adanya
suara tambahan.
- Memonitor respirasi dan status O2.