Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KASUS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Keperawatan Medikal Bedah I”
Dosen pembimbing :
Cristina Dewi, S. Kep., Ns., M. Kep.

DI SUSUN OLEH :

1. Ananda Galuh Raka Siwi (10217003)


2. Devi Eriana Putri (10217012)
3. Etik Dwi Rohmita (10217022)
4. Gintan Adisty Septianisa (10217036)
5. Maulidyatul Aisyah Dini P. (10217041)
6. Rokhimahtul Fayyadah (10217052)
7. Vriyanka Oki Novariska (10217061)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KASUS PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS) ATAU COPD

DEFINISI
COPD (Cronic Obstructive Pulmonary Desease) adalah sekresi mukoid bronchial
yang bertambah secara enetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi
yang berulang dan penyempitan saluran nafas, batuk produktif selama 3 bulan
dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (ovedaff-2002). Sedangkan menurut
Price dan Wilson (2005) Cronic Obstructive Pulmonary Disease atau COPD
adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstrucsy aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya.

ETIOLOGI
Factor-faktor yang dapat mengakibatkan resiko munculnya COPD
(mansjoer 1999) adalah :

1. Kebiasaan merokok .
2. Polusi udara.
3. Paparan debu,asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetic yaitu defisiensi anti-trypsin.

MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan Brunner dan Suddorth (2005) adalah :

1. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.


2. Dyspnea (sesak napas)
3. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulent (dahak kental) dalam
jumlah yang sangat banyak.
4. Nafas pendek dan cepat (takipnea)
5. Anoreksia (penurunan nafsu makan)
6. Penurunan berat badan dan kelemahan
7. Takikardia (nadi cepat/diatas normal) berkeringat
8. Hipoksia (kekurangan oksigen), sesak dalam dada.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan Reeves
(2001) adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas dan
mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun,
dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk dapat menetap
selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut. Sebagai akibatnya bronkhiolus
menjadi menyempit, berkelok-kelok dan berobliterasi serta tersumbat karena
metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan
dengan bronkhiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis mengakibatkan
fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel
asing termasuk bakteri, pasien kemudian menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat
bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang ada di
sebelah distal menjadi kolaps. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi
pernafasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan
peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi
kerusakan campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya
permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini
menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah.
Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler
pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan
ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus kental atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi akan tetap
sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan
perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas
yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten
jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran
oksigen atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar
karbondioksida meningkat. Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya
pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis ini
adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan
hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular pulmonari, peningkatan
resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan hipertensi pembuluh pulmonary
yang meningkatkan tekanan vascular ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel
kanan.
Pencetus (asma,bronkitis
kronis,emfisema)
Rokok dan polusi

COPD
Inflamasi pada alveoli

Perubahan anatomis Sputum meningkat


parenkim paru

Pembesaran alveoli batuk

Hipertropi kelenjar Inspeksi


mukosa

Bersihan jalan nafas


Ekspensi paru menurun
tidak efektif

Penyempitan saluran udara Leukosit meningkat


secara periodik

Imun menurun
Suplay O2 tidak Gangguan pertukaran
adekuat keseluruhan gas
tubuh Kuman patogen dan
endogen difagosit
makrofag
hipoksia Kompensasi tubuh untuk
memenuhi kebutuhan O2
dengan meningkatkan
Anoreksia
Sesak frekuensi pernafasan

Kontraksi otot Gangguan nutrisi


Bersihan jalan napas pernapasan penggunaan kurang dari kebutuhan
tidak efektif energi untuk pernapasan tubuh
meningkat

Intoleransi aktifitas
KOMPLIKASI
Inspeksi yang berulang, pnemutoraks spontan, eritrsit karena keadaan
hipoksia kronik, gagal napas, dan Koch pulmonal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 geja;a klinis diatas dan factor-
faktor penyebab.

a) Pemeriksaan fisik
- Px biasanya tampak kurus dengan karrej shopped chest (Diameter)
anterior dada meningkat.
- Fremitus taktil dada berkurang / tidak ada
- Perkusi pada dada hiper sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru
hati lebih rendah, pekak jantung berkurang.
- Suara nafas berkurang.
b) Pemeriksaan Radiologi
- Foto thorax pada bronchitis kronik memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis paralel keluar dari hilus menuju ke apeksi
paru dan corakan paru yang bertambah.
- Pada emfisema paru. Foto thorax menunjukkan adanya overinfasi
dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan
pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan kedistal.
c) Tes Fungsi Paru
Dilakukan untuk meentukan penyebab dispnea untuk menentukan
penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah
obstimulasi/restriksi untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi.
Misalnya bronkodilator :
- Pemeriksaan gas darah
- Pemeriksaan EKG
- Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN
Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok, inspeksi dan polusi udara terapi
ekserbasi akut dilakukan dengan :

a) Antibiotic karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini


umumnya disebabkan olehinfluenza dan pneumonia, maka digunakan
ampiallin 4x0,25 g/hari atau aritromisin 4x0,25 g/hari
b) Augmetin (amoxilin) dapt diberikan jika kuman penyebab infeksinya
adalah influenza dan catarnalis yang memproduksi laktamase. Pemberian
antibiotic seperti kontrimoksoal yang memproduksi pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempererat kenaikan plat flowrate.
c) Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena
hiperkophia dan berkurangnya sensitivitas CO2.
d) Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkn sputum dengan baik
e) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas termasuk
didalamnya golongan adregenic B anti koligenik, pada pasien dapat
diberikan salbutamol 5 mg dan protopium bromide 250 gr diberikan tiap 6
jam dengan nebulizer / aminopilin 0,25-0,5 giv secara perlahan .
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana Keperawatan


Keperawatan hasil
/Masalah
kolaboratif
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan - Respiratory status : Airway Suction
nafas b/d sesak Ventilation - Auskultasi suara napas
- Respiratory status : sebelum dan sesudah
Airway patency suctioning.
Kriteria Hasil: - Minta klien napas dalam
- Mendemonstrasikan sebelum suction dilakukan.
batuk efektif dan suara - Berikan O2 dengan
nafas yang bersih, menggunakan nasal kanul
tidak ada sianosi dan untuk memfasilitasi suction
dyspnea ( mampu nasotrakeal.
mengeluarkan sputum, - Anjurkan pasien untuk
mampu bernafas istirahat dan napas dalam
dengan mudah, tidak setelah kateter dikeluarkan dari
ada pursed lips). nasotrakeal.
- Menunjukkan jalan - Monitor status oksigen
nafas yang paten ( pasien.
klien tidak merasa - Ajarkan keluarga bagaimana
tercekik, irama nafas, cara melakukan suction.
frekuensi pernafasan Airway Management
dalam rentang normal, -buka jalan napas, gunakan
tidak ada suara nafas teknik chin lift atau jaw thrust
abnormal). bila perlu.
- Mampu - posisikan pasien untuk
mengidentifikasikan memaksimalkan ventilasi.
dan mencegah factor - pasang mayo bila perlu.
yang dapat - Lakukan fisioterapi dada bila
menghambat jalan perlu.
nafas. - Keluarkan secret dengan
batuk atau suction.
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan.
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2.

Intoleransi NOC NIC


aktivitas b/d -Energy Conservation Activity Theraphy
ketidakseimbangan - Activity Tolerance - Kolaborasikan dengan
suplai O2 dan - Self Cre ADLs Tenaga Rehabilitasi Medik
kebutuhan O2 Kriteria hasil : dalam merencanakan program
- Berpartisipasi dalam terapi yang tepat.
aktivitas fisik tanpa - Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas yang
tekanan darah, nadi, mampu dilakukan.
dan RR. - Bantu untuk memeilih
- Mampu melakukan aktivitas konsisten yang sesuai
aktivitas sehari-hari dengan kemampuan fisik,
(ADLs) secara psikologi, dan social.
mandiri. - Bantu untuk mendapatkan
- Tanda-tanda vital alat bantuan aktivitas seperti
normal. kursi roda, krek, dll.
- Energy psikomotor. - Bantu pasien/keluarga untuk
- Level kelemahan. mengidentifikasi kekurangan
- Mampu berpindah dalam beraktivitas.
dengan atau tanpa - Bantu pasien untuk
bantuan alat. mengembangkan motivasi diri
- Status dan penguatan.
kardiopulmonari - Monitor respon fisik, emosi,
adekuat. social, dan spiritual.
- Sirkulasi status baik.
- Status respirasi
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat.

Risiko perubahan NOC NIC


nutrisi kurang dari - Nutritional Status : - Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh food and fluid intake. - Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d anoreksia - Nutritional Status : untuk menentukan jumlah
nutrient intake. kalori dan nutrisi yang
- Weight Control. dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk
- Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe.
berat badan. - Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal meningkatkan protein dan vit
sesuai dengan tinggi C.
badan. - Berikan makanan yang
- Mampu terpilih (sudah dikonsultasikan
mengidentifikasi dengan ahli gizi).
kebutuhan nutrisi. - Ajarkan pasien bagaimana
- Tidak ada tanda- membuat catatan makanan
tanda malnutrisi. harian.
- Menunjukkan - Monitor jumlah nutrisi dan
peningkatan fungsi kandungan kalori.
pengecapan dari - Berikan informasi tentang
menelan. kebutuhan nutrisi.
- Tidak terjadi Nutrition Monitoring
penurunan berat badan. - BB pasien dalam batas
normal.
- Monitor adanya penurunan
berat badan.
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan.
- Monitor lingkungan selama
makan.
- Monitor mual muntah.
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht.
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC,;1995
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Immanueldwinugroho.2012.Laporan Pendahuluan Paru Obstruksi
(dalam:http://immanueldwinugroho.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-
paru-obstruksi.html) diakses 18 November 2013, pkl 20.14 wita
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. EGC, Jakarta.
Kasus :
Pada tanggal 6 April 2016 pukul 05.00 WIB Tn. S dengan usia 60 tahun datang ke
IGD RSUD Gambiran, Kediri dengan keluhan batuk berdahak selama 3 hari dan
sesak nafas selama 2 hari. Pasien mengatakan susah tidur karena sesak napas
terutama pada malam hari. Menurut observasi perawat setelah dilakukan tidakan
TTV dengan hasil :
S : 37,20 C
N: 90x/mnt
RR:28x/mnt
TD : 130/90 mmHg
PRODI S1 KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT PPOK

2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 Identitas

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 60th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital :-
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Asuransi : BPJS tingkat III
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Kelurahan Bandar Lor, Kediri
Tanggal Masuk : 6 April 2016 jam 09.45
Tanggal Pengkajian : 6 April 2016 jam 09.50
No.Register : 1261-16
Diagnosa Medis : COPD/PPOK

1. Identitas Penanggung Jawab


Nama Penanggung : Tn. J
Hubungan dengan pasien : Adik
Alamat : Kelurahan Bandar Lor, Kediri
Nomor Kartu Identitas :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
2.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan batuk sering, sesak napas

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan batuk berdahak terus menerus yang disertai dengan
sesak napas. Kondisinya tersebut sangat mempengaruhi aktivitas sehari
harinya, ditambah lagi nyeri pada dada pasien saat batuk dengan skala
nyeri 4.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti
ini ataupun penyakit pernapasan lainnya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit seperti pasien atau penyakit pernapasan lainnya, serta tidak ada
yang mengalami penyakit menurun.

Genogram :

Suami Istri

Anak 1
Anak 2
Ket :
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan

5. Riwayat Sosiokultural
Pasien tinggal di daerah dataran rendah tetapi karena pekerjaan pasien
sebagai petani yang bercocok tanam disawah apalagi waktu panen pasti
banyak debu atau kotoran yang masuk kedalam saluran pernapasan serta
abu dan asap dari jerami yang dibakar.

6. Review Pola Sehat – Sakit


Pasien mengatakan batuk berdahak terus menerus selama 3 hari, hari
kedua sorenya pasien merasakan sesak napas, hari ketiga pasien masih
merasakan sesak napas hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit oleh
keluarganya.

7. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


Sebelum Sakit Saat Sakit
Tidak memelihara kesehatan Lebih memelihara kesehatannya
Tempat tinggal layak Tempat tinggal layak
Mandi minimal 2x sehari Dibantu keluarga dibasuh/dilap
Merokok & sering minum kopi Tidak merokok & tidak minum kopi
Masalah : tidak ada Masalah : tidak ada

2) Pola Nutrisi – Metabolik


Sebelum Sakit Pasien makan 3 x sehari habis 1 porsi dengan
komposisi nasi, lauk, dan sayur.
Pasien sehari minum 10-12 gelas/ hari
Saat Sakit Pasien makan 3 x sehari habis ½ porsi dengan
komposisi nasi, sayur, lauk, dan buah
Pasien sehari minum 5-6 gelas/ hari

3) Pola Eliminasi
Sebelum Pasien BAB 1x sehari dengan konstipasi feses lunak, warna
sakit feses kuning, bau khas feses
Pasien BAK 4-5x sehari dengan lancar +_ 1500ml dengan
kosistensi warna urine kuning jernih, bau khas urine
Saat sakit Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi feses lunak, warna
kecoklatan, bau khas feses.
Pasien BAK 3x sehari dengan lancar +_ 1000ml (karena pasien
kurang minum) dengan konsistensi urine kuning jernih, bau
khas urine.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum Sakit Pasien melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa
bantuan anggota keluarga lainnya.
Saat Sakit Pasien melakukan aktivitasnya dengan dibantu anggota
keluarganya yang menemaninya di Rumah Sakit.

5) Pola Kognitif dan Persepsi


Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakitnya dan prosedur
pengobatannya, kesadaran composmentis, merespon terhadap rangsangan
nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik, berbicara terarah tanpa ada
kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.

6) Pola Persepsi Konsep Diri


- Identitas : pasien berjenis kelamin laki-laki
- Harga diri : pasien merasa bahwa dirinya sangatlah berharga bagi
anggota keluarganya dan ingin segera sembuh agar dapat beraktivitas
kembali.
- Ideal diri : pasien tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya
sebagai petani, karena sakit
- Gambaran diri : pasien merasa dirinya sebagai kepala keluarga yang baik
- Peran : pasien bekerja sebagai petani dan dirumah adalah sebagai kepala
keluarga

8) Pola Tidur dan Istirahat


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Siang 1 jam ½ jam
Malam 7 jam 4 jam

9) Pola Peran – Hubungan


- Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa hubungan dengan anggota
keluarganya sangatlah baik. Pasien bekerja sebagai petani, sudah menikah,
pasien dapat berinteraksi dengan orang-orang dilingkungan sekitarnya.
- Saat sakit : pasien mengatakan hubungan dengan keluarga tetap berjalan
sangat baik, tetapi pasien tidak dapat bekerja untuk menafkahi
keluarganya, banyak keluarga, kerabat, dan masyarakat yang datang
menjenguknya.

10) Pola Seksual – Reproduksi


Pasien sudah menikah, mempunyai 3 orang anak dan 4 orang cucu.

11) Pola Toleransi Stress – Koping


- Sebelum sakit : pasien mengatakan menyelesaikan masalah secara
kekeluargaan, mengingat bahwa pasien adalah kepala keluarga. Oleh sebab
itu, pasien selalu terbuka dengan keluarga.
- Saat sakit : pasien mengatakan merasa cemas terhadap penyakitnya.
Pasien nampak cemas ketika pasien mengetahui dirinya harus dirawat di
Rumah Sakit.

12) Pola Nilai – Kepercayaan


- Sebelum sakit : pasien selalu shalat 5 waktu dan selalu berserah diri
kepada Allah SWT, pasien sering mengikuti acara yasinan di daerahnya.
- Saat sakit : pasien tetap menjalankan shalat 5 waktu dan berserah diri
kepada Allah SWT atas penyakit yang di deritanya, pasien yakin dengan
berserah diri, sabar, tawakal kepada penciptanya penyakitnya segera
sembuh.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Agak lemah, terlihat lemas & pucat
Tingkat kesadaran composmetis
Dengan G C S :
- Verbal : 5
- Psikomotor : 6
- Mata : 4

Tanda Vital
Suhu : 37,2 0C
Nadi : 90x/menit
Napas : 28x/menit
Tekanan Darah: 130/70 mmHg

2. Kepala
Inspeksi : kepala bulat, rambut bersih ikal beruban, tidak ada ketombe,
kulit kepala kering
Palpasi : tidak ada benjolan di kepala
3. Mata
Inspeksi : sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata simetris,
konjungtiva merah, ada reaksi terhadap cahaya (miosis) tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, fungsi penglihatan normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri, tidak ada benjolan dan oedema disekitar hidung

5. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada kelainan di kedua telinga, tidak ada
lesi , sedikit tedapat serumen
Palpasi : tidak ada benjolan disekitarnya, tidak ada nyeri tekan

6. Mulut
Inspeksi : gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut lembab, bibir
lembab
Palpasi : otot rahang kuat

7. Leher
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid

8. Dada dan Punggung


Inspeksi : dada simetris, tidak ada lesi, ada batuk produktif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, gerak pernapasan simetris
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi : suara napas bronchial, bronchovesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak tampak massa, tidak ada acites (garis-garis putih)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat hepatomegali (pembesaran
organ hati) & splenomegali (pembesaran limva)
Perkusi : tidak mengalami meteorismus, shiffting dullness, adanya tympani
Auskultasi : bising usus normal

10. Ekstremitas
- Atas :
Inspeksi : simetris, tidak terdapat luka, tidak ada kelainan bentuk, tidak
ada oedema.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada kelainan pada tulang saat diketuk menggunakan refleks
harmer.

- Bawah :

Inspeksi : simetris, tidak terdapat luka, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada
oedema, tidak mengalami fraktur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada kelainan pada tulang saat diketuk menggunakan refleks
harmer.

11. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada penis, tidak terpasang dowler
cateter, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada benjolan & oedema
disekitarnya, kebersihan area vital tetap terjaga.

12. Anus
Inspeksi : terlihat bersih, tidak ada benjolan dan oedema disekitarnya
2.1.4 Data Penunjang ( Pemeriksaan Diagnostik )
- Pemeriksaan foto rontgen Thorax PA pada tanggal 6 April 2016
- Pemeriksaan Lab Darah Lengkap
Parameter Satuan Hasil Normal
Hemoglobin g/dl 13.2 12-16
Leukosit *10^3/ul 7.2 4.0-11.0
Trombosit *10^3/ul 220 150-450
RBC *10^3/ul 4.0 4.0-5.50
HCT % 38.8 40.0-48.0
MCV Fl 88.6 80.0-99.0
MCH Pg 34.2 26.0-32.0

Test Name Result Flag Unit Normal


Range
ALT 26 u/l 5-33
AST 26 u/l 10-27
Creatinine 1.6 H mg/dl 0.7-1.2
Glucose 173 H mg/dl 70-130
Urea 23 mg/dl 20-40

2.1.5 Data Tambahan ( Penatalaksanaan )

Kediri, 31-10-2018
Mahasiswa

KELOMPOK 2
2.2 ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan

1I Ds : Ketidakefektifan pola
pasien mengatakan batuk, Rokok dan polusi nafas
sesak napas, batuk selama
2 hari berdahak selama 3 Inflamasi pada alveoli
hari, susah tidur karena
sesak terutama pada Sputum meningkat
malam hari
Suplay O2 tidak adekuat
Do :
k/u lemah, terpasang O 2 Hipoksia
4lpm, posisi semi fowler,
terdapat dahak, suara Batuk
napas wheezing & ronchi
TTV : Sesak
- TD : 130/70 mmHg
- N : 90x/menit
-S : 37,2 0C
- RR : 28x/menit

II Ds : Pencetus (asma,bronkitis Intoleransi aktivitas


Pasien mengatakan sesak, kronis,emfisema)
Susah tidur karena
sesaknya Perubahan anatomis parenkim
Do : paru
Pasien nampak gelisah,
nafas terengah-engah, Pembesaran alveoli
tidak bisa tidur
TTV : Hipertropi kelenjar mukosa
- TD : 130/70 mmHg
- N : 90x/menit Penyempitan saluran udara secara
-S : 37,2 0C periodic
- RR : 28x/menit
Ekspensi paru menurun

Suply O2 tidak adekuat


keseluruhan tubuh

Ds :
III Pasien mengatakan tidak Bersihan jalan nafas tidak efektif Ketidakseimbangan
nafsu makan, makan nutrisi kurang dari
hanya habis setengah Inspeksi kebutuhan tubuh
porsi
Do : Leukosit meningkat
k/u lemah, makan sedikit,
habis setengah porsi Sistem imun menurun
TTV :
- TD : 130/70 mmHg Kuman patogen dan endogen
- N : 90x/menit difagosit makrofag
-S : 37,2 0C
- RR : 28x/menit Mual muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang

Anoreksia
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ( NCP / NURSING CARE
PLANS )
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional
Keperawatan/ Hasil Keperawatan
Masalah
Keperawatan
1. - Adanya
Ketidakefektifan NOC NIC

bersihan jalan - Respiratory status : Airway perubahan


1. 1Suction
b/d Ventilation - Auskultasi suara fungsi respirasi
napas .
- Respiratory status : napas sebelum dan dan penggunaan
prningkatan I
Airway patency sesudah suctioning. otot tambahan
produksi secret. I
Kriteria Hasil: - Minta klien napas menandakan
1
- Mendemonstrasikan dalam sebelum kondisi penyakit
.
batuk efektif dan suara suction dilakukan. yang masih
nafas yang bersih, - Berikan O2 dengan harus
tidak ada sianosi dan menggunakan nasal mendapatkan
dyspnea ( mampu kanul untuk penanganan
mengeluarkan sputum, memfasilitasi suction penuh.
mampu bernafas nasotrakeal. -
dengan mudah, tidak - Anjurkan pasien Ketidakmampua
ada pursed lips). untuk istirahat dan n mengeluarkan
- Menunjukkan jalan napas dalam setelah mucus
nafas yang paten ( kateter dikeluarkan menjadikan
klien tidak merasa dari nasotrakeal. timbulnya
tercekik, irama nafas, - Monitor status kongesti
frekuensi pernafasan oksigen pasien. berlebih pada
dalam rentang normal, - Ajarkan keluarga saluran
tidak ada suara nafas bagaimana cara pernapasan.
abnormal). melakukan suction. - Posisi semi
-Mampu Airway Management fowler
mengidentifikasikan -buka jalan napas, memberikan
dan mencegah factor gunakan teknik chin kesempatan
yang dapat lift atau jaw thrust bila paru-paru
menghambat jalan perlu. berkembang
nafas. - posisikan pasien akibat diafragma
untuk turun ke bawah.
memaksimalkan Batuk efektif
ventilasi. mempermudah
- pasang mayo bila ekspektorasi
perlu. mucus.
- Lakukan fisioterapi - Klien dalam
dada bila perlu. kondisi sesak
- Keluarkan secret cenderung untuk
dengan batuk atau bernapas
suction. melalui mulut
- Auskultasi suara yang pada
nafas, catat adanya akhirnya jika
suara tambahan. tidak
- Atur intake untuk ditindaklanjuti
cairan akan
mengoptimalkan mengakibatkan
keseimbangan. stomatis.
Monitor respirasi dan
status O2.

2. Intoleransi NOC NIC - Mengurangi


aktivitas b/d - Energy Conservation Activity Theraphy stress dan
ketidakseimbang - Activity Tolerance - Kolaborasikan stimulasi yang
an suplai - Self Cre ADLs dengan Tenaga berlebihan,
oksigen. Kriteria Hasil : Rehabilitasi Medik meningkatkan
- Berpartisipasi dalam dalam merencanakan istirahat.
aktivitas fisik tanpa program terapi yang - Klien mungkin
disertai peningkatan tepat. merasa nyaman
tekanan darah, nadi, - Bantu klien untuk dalam kepala
dan RR mengidentifikasi dalam keadaan
- Mampu melakukan aktivitas yang mampu evalasi, tidur
aktivitas sehari-hari dilakukan. dikursi atau
(ADLs) secara - Bantu untuk istirahat pada
mandiri memeilih aktivitas meja dengan
- TTV normal konsisten yang sesuai batuan bantal.
- Energy Psikomotor dengan kemampuan - Meminimalkan
- Level kelemahan fisik, psikologi, dan kelelahan dan
- Mampu berpindah social. menolong
atau tanpa bantuan alat - Bantu untuk menyeimbangka
-Status mendapatkan alat n suplai oksigen
kardiopulmonari bantuan aktivitas dan kebutuhan.
adekuat seperti kursi roda,
- Sirkulasi status baik krek, dll.
- Status respirasi - Bantu
pertukaran gas dan pasien/keluarga untuk
ventilasi adekuat mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
- Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
- Monitor respon fisik,
emosi, social, dan
spiritual.
3. Risiko NOC NIC - Meningkatkan
perubahan - Nutritional Status : - Kaji adanya alergi kenyamanan
nutrisi kurang food and fluid intake. makanan. flora normal
dari kebutuhan - Nutritional Status : - Kolaborasi dengan mulut, sehingga
tubuh b/d nutrient intake. ahli gizi untuk akan
anoreksia - Weight Control. menentukan jumlah meningkatkan
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang perasaan nafsu
- Adanya peningkatan dibutuhkan pasien. makan.
berat badan. - Anjurkan pasien - Meningkatkan
- Berat badan ideal untuk meningkatkan intake makanan
sesuai dengan tinggi intake Fe. dan nutrisi klien
badan. - Anjurkan pasien terutama kadar
- Mampu untuk meningkatkan protein tinggi
mengidentifikasi protein dan vit C. akan
kebutuhan nutrisi. - Berikan makanan meningkatkan
- Tidak ada tanda- yang terpilih (sudah mekanisme
tanda malnutrisi. dikonsultasikan tubuh dalam
- Menunjukkan dengan ahli gizi). proses
peningkatan fungsi - Ajarkan pasien penyembuhan.
pengecapan dari bagaimana membuat - Menentukan
menelan catatan makanan kebutuhan
- tidak terjadi harian. nutrisi yang
penurunan BB - Monitor jumlah tepat untuk
nutrisi dan kandungan klien.
kalori. - Mengontrol
- Berikan informasi keefektifan
tentang kebutuhan tindakan
nutrisi. terutama dengan
Nutrition kadar protein
Monitoring darah.
- BB pasien dalam - Meningkatkan
batas normal. komposisi tubuh
- Monitor adanya akan kebutuhan
penurunan berat vitamin dan
badan. nafsu makan
- Monitor tipe dan klien.
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan.
- Monitor lingkungan
selama makan.
- Monitor mual
muntah.
- Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht.
- Monitor kalori dan
intake nutrisi.
2.3 IMPLEMENTASI
Nama Px : Tn. S
No. Rekam Medis : 1261-16

Tanggal,
Diagnosa Keperawatan Implementasi
Jam
03/04/2018 Ktidakseimbangan bersihan - Mendengarkan suara napas sebelum dan
08.30 WIB jalan napas b/d sesak sesudah suctioning.
- Meminta klien napas dalam sebelum suction
dilakukan.
- Memberikan O2 dengan menggunakan nasal
kanul untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
- Melakukan fisioterapi dada bila perlu.
- Mengeluarkan secret dengan batuk atau
suction.
- Mendengarkan suara nafas, catat adanya
suara tambahan.
- Memonitor respirasi dan status O2.

03/04/2018 Intoleransi aktivitas b/d - Mengkolaborasikan dengan Tenaga


08.30 WIB ketidakseimbangan suplai Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
oksigen dan kebutuhan O2 program terapi yang tepat.
- Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan.
- Membantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan social.
- Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
- Memonitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual.

03/04/2018 Risiko perubahan nutrisi - Mengkaji adanya alergi makanan.


08.30 WIB kurang dari kebutuhan tubuh - Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk
b/d anoreksia. menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe.
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vit C.
- Memberikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi).
- Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
- Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
- Memonitor adanya penurunan berat badan.
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan.
- Memonitor mual muntah.
2.6 EVALUASI
Nama Px : Tn. S
No. Rekam Medis : 1261-16
Tanggal, jam Diagnosa keperawatan Evaluasi
6 April 2016/ Ketidakefektifan bersihan S : pasien mengatakan sesak, batuknya
14.00 WIB jalan nafas b/d sesak sudah mulai berkurang
O : - sudah tidak terpasang O2 4 lpm
- posisi berbaring
- TTV :
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80X/menit
- RR : 20X/menit
- S : 360C
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

6 April 2016/ Intoleransi aktivitas b/d S : pasien mengatakan sudah tidak


14.00 WIB ketidakseimbangan suplai merasakan sesak napas.
oksigen O : -tidak terpasang O2 4 lpm
- posisi berbaring dan bebas
bergerak
- TTV :
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80X/menit
- RR : 20X/menit
- S : 360C
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
6 April 2016/ Risiko perubahan nutrisi S : keluarga pasien mengatakan pasien
14.00 WIB kurang dari kebutuhan tubuh sudah tidak susah makan, makan habis 1
b/d anoreksia. porsi, terdakang bisa lebih.
O:- tidak terpasang O2 4 lpm
- posisi berbaring dan bebas
bergerak
- TTV :
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80X/menit
- RR : 20X/menit
- S : 360C
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai