Work Sampling
Work Sampling
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran produktivitas
kerja, namun pengukuran ini sulit untuk dilakukan secara akurat. Oleh karena itu,
metode-metode pendekatan dalam work sampling dapat digunakan untuk mengukur
produktivitas pekerja. Penelitian ini juga akan meninjau faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas pekerja terhadap pekerjaannya.
1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari dilakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai metode work sampling baik teori maupun prakteknya
sebagai metode yang efektif dalam suatu pengamatan,
2. Untuk melatih pratikan melaksanakan kegiatan pengukuran kerja dengan
pemahaman dan penguasaan materi mengenai work sampling, dan untuk
mendapatkan data-data untuk kemudian dianalisa, dan
3. Untuk mendorong pratikan agar dimasa-masa mendatang dapat melaksanakan
kegiatan pengukuran dan penelitian kerja guna meningkatkan produktivitas kerja
karena dilakukan secara langsung, hingga didapat waktu yang produktif.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study atau
Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah
besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator.
Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara
langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung
ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989. Hal: 194). Metode sampling kerja
dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu
pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara
menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel
pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989. Hal: 194). Suatu
sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan
cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka karakteristik
yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding dengan
karakteristik dari populasinya (Sritomo. 1989. Hal: 194)
Sampling pekerjaan adalah suatu teknik yang cukup sering digunakan untuk mengukur
beban kerja tenaga kerja dan mempunyai beberapa tipe, yaitu pekerjaan dengan beban
tetap dan pekerjaan dengan beban yang berubah. Selain itu, sampling pekerjaan adalah
suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara
acak.
Karena cara kerjanya, sampling pekerjaan mempunyai tiga manfaat utama yaitu sebagai
berikut:
1. Activity and delay sampling, digunakan untuk mengukur dan mengetahui distribusi
dan pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja/kelompok kerja, atau untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin, peralatan, dan fasilitas kerja,
2. Performance sampling, dapat digunakan untuk mengukur performance index atau
performance level dari pekerja sepanjang waktu kerjanya. Performance sampling ini
juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung beban kerja dari para pekerja,
serta memperkirakan kelonggaran bagi pekerjaan tertentu, dan
3. Work measurement, digunakan untuk menghitung dan menentukan waktu baku dari
suatu jenis pekerjaan tertentu. (http://www.scribd.com/doc/54280256/Work-
sampling)
Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan
mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari frekuensi setiap
kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap melakukan kunjungan.
Kegunaan-kegunaan sampling pekerjaan yang dikemukakan ini tampak sebagai
kelebihan cara ini dibandingkan dengan cara jam henti.
Sebelum melakukan sampling, maka perlu merancang proses sampling dengan baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sampling yaitu sebagai berikut:
1. Rumuskan persoalan yang ingin diketahui,
2. Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai masalah yang ingin diketahui,
3. Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan,
4. Tentukan unit sampling yang diperlukan,
5. Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan digunakan,
6. Kumpulkan segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti, yang pernah dilakukan
masa lampau,
7. Tentukan ukuran sampel, jangan terlalu kecil maupun terlalu besar,
8. Tentukan cara sampling yang digunakan,
9. Tentukan cara pengumpulannya, dan
10. Tentukan metode analisis yang digunakan.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan agar
akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-
lain. Di bawah ini adalah sebagai langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat
tercapai.
Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai
dasar upah pemacu semangat pekerja, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil
pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping
keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk
memperkirakan secara kasar waktu pemesan barang dapat kembali untuk mengambil
pesanannya, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya tidak perlu sebesar tadi.
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu kerja adalah memperoleh waktu yang
optimal untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu
perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang seefisien mungkin agar dapat
meraih hasil yang optimal.
Untuk memperbaiki kondisi dan cara kerja, diperlukan pengetahuan dan penerapan
sistem kerja yang baik, yakni prinsip-prinsip serta keterangan-keterangannya telah
dibahas pada bab-bab sebelumnya. Hal ini yang harus dilakukan dalam rangka ini, yaitu
membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Di sini semua kondisi dan
cara kerja dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu dangan gambar-gambar.
Untuk tata letak peralatan dan wadah, misalnya pembakuan sistem kerja yang dipilih
adalah suatu hal yang penting baik dilihat untuk keperluan sebelumnya, pada saat-saat
proses, maupun sesudah pengukuran dilakukan dan waktu baku didapatkan.
Sering kali, sebelum pengukuran waktu kerja dilakukan, sang operator yang akan
melakukan pekerjaan melakukan serangkaian pelatihan dengan sistem kerja yang baku.
Ini terjadi bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem tersebut. Catatan yang baku
inilah yang dipakai sebagai acuan jika pelatihan-pelatihan semacam itu diperlukan.
Begitu pula pada saat-saat pengukuran dilakukan, keduanya sektor ini memerlukan
bahan acuan agar sistem kerja yang dipilih tersebut dapat berjalan sesuai dengan
standarisasi yang ditetapkan.
Waktu akhir yang diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu penyelesaian
pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung. Jadi,
waktu penyesuaiannya pun berlaku hanya untuk sistem tersebut. Suatu penyimpangan
akan menyebabkan waktu penyelesaian yang jauh berbeda dari yang telah ditetapkan
berdasarkan pengukuran. Karenanya catatan yang baku tentang sistem kerja yang telah
dipilih perlu ada dan dipelihara.
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja
diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar
pengukuran akan berjalan dengan baik dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat
tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
Jika jumlah pekerja yang tersedia di tempat kerja yang bersangkutan banyak dan
kemampuan mereka dibandingkan akan terlihat perbedaan diantaranya dari yang
berkemampuan rendah sampai tinggi. Umumnya kemampuan akan berdistribusi bahwa
orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit.
Sementara orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik
distribusi demikian dapat dibuktikan berdistribusi normal atau dapat didekati oleh
distribusi normal.
Kembali pada tujuan mengukur waktu, yaitu mendapatkan waktu penyelesaian, maka
dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja seperti ditunjukkan tadi jelaslah orang
yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang-orang
yang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi
yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh
pekerja normal. Dan ini merupakan orang-orang berkemampuan rata-rata. Dengan
demikian pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal tersebut.
Di samping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan
mau bekerja secara wajar. Walau operator yang bersangkutan sehari-hari dikenal
memenuhi syarat pertama tadi tidak mustahil dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran
dilakukan karena alasan tertentu. Biasanya jika operator tersebut memiliki kecurigaan
terhadap maksud-maksud pengukuran, misalnya dianggap untuk hal-hal yang akan
merugikan dirinya atau pekerjaan lain, dia akan bekerja lamban. Sebaliknya mungkin
saja dia bekerja dengan kecepatan lebih karena menginginkan hasil yang banyak untuk
mendapatkan pujian. Selain itu, operator pun harus bekerja secara wajar tanpa canggung
walaupun dirinya sedang diukur dan pengukur ada di dekatnya.
Adapun cara dalam melakukan work sampling dapat melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Menentukan objek penelitian,
2. Mendeskripsikan aktivitas yang diamati,
3. Merancang lembar pengamatan sampling pekerjaan,
4. Menentukan jadwal kunjungan secara acak,
5. Melakukan pengamatan,
6. Menghitung proporsi pengamatan, dan
7. Menarik kesimpulan studi.
Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang sederhana,
mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar. Dengan menggunakan
metode ini, maka waktu kosong atau menganggur (idle time) dari mesin atau fasilitas
produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini akan dapat dipakai pula
berbagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang lebih efektif dan efisien bagi
operator maupun mesin.
Berulang kali telah kita sebutkan bahwa kunjungan-kunjungan dilakukan dalam waktu
yang ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari dibagai ke dalam satuan
waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu-satuan waktu
tidak terlampau panjang. Berdasarkan satuan waktu inilah saat-saat kunjungan
dilakukan.
Melakukan pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan yang
dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah: melakukan sampling
pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan yang
diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi
untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan.
Untuk mengolah data dalam sampling kerja, perlu dilakukan beberapa tahap seperti
dibawah ini:
1. Persentase kegiatan produktif
Adapun untuk mencari hasil dari tes keseragaman data, dapat memakai Persamaan
2.1 dan Persamaan 2.2 sebagai berikut:
produktif
Pn = ………………………………...………….…. (2.1)
jumlah pengamatan
p1 + p2 + p3
p = ..………………....………............................................. (2.2)
3
Lalu untuk menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat memakai
Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 sebagai berikut:
p (1 - p )
BKA = p+3 ………………………………………………….. (2.3)
N
p (1 - p )
BKB = p–3 ………………………………………………....... (2.4)
N
dengan: p = persentase
BKA = batas kendali atas
BKB = batas kendali bawah
k2 (1-p)
N` = ............................................................................................... (2.5)
S2 p
3. Ratio Delay
Perhitungan ratio delay digunakan untuk mengetahui kinerja operator dalam
melakukan suatu pekerjaan, berapa banyak waktu kerja operator tersebut dalam
keadaan menganggur (idle). Adapun perhitungannya menggunakan Persamaan 2.6
sebagai berikut:
% idle
Ratio delay = .............................................................................. . (2.6)
% produktif
4. Persentase Produktif
Adapun persentase produktif yang dapat ditentukan dengan memakai Persamaan 2.9
sebagai berikut:
∑ produktif
Persentasi produktif = x 100%.................................................. (2.7)
n
5. Selanjutnya yaitu dengan melakukan perhitungan waktu baku yang dapat diperoleh
dengan memakai Persamaan 2.8 dan Persamaan 2.9 sebagai berikut:
a. Jumlah Menit Produksi (JMP)
JMP = PP x ∑ menit pengamatan…………………………………….. (2.8)
Kelonggaran secara umum dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: kelonggaran
untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan, serta
kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Adapun besar
kelonggaran (allowance) dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:
8. Insentif
Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena
memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat
menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah
suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan
kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlah uang
yang ditambahkan pada upah dasar yang diberikan perusahaan terhadap karyawan.
Adapun untuk mencari persentasi insentif dapat memakai Persamaan 2.12 sebagai
berikut:
Wb - Wn
Insentif = x 100%....................................................................... (2.12)
Wb
BAB III
PEMBAHASAN
Data pengambilan work sampling kerja dilakukan selama tiga hari yang diambil secara
langsung dengan memperhatikan tally produktif dan tally idle. Data yang diambil pada
hari pertama akan dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Kelompok : 3.3
Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia
Nama Pekerja : Melda Apriani
Jam Pengamatan : 14.00 - 20.00
Hari/Tanggal : Kamis, 3 Mei 2012
Angka Bilangan Random : 6
Data pengambilan work sampling pada hari kedua akan dijelaskan pada Tabel 3.2
sebagai berikut:
Kelompok : 3.3
Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia
Nama Pekerja : Melda Apriani
Jam Pengamatan : 14.00 – 20.00
Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012
Angka Bilangan Random : 7
Tabel 3.2 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Kedua (lanjutan)
Bilangan Jam Tally
No Tally Idle OIU
Random Kunjungan Produktif
24 32 17.44 √ 3
25 33 17.51 √ 4
26 34 17.58 √ 4
27 35 18.05 √ 6
28 37 18.19 √ 5
29 38 18.26 √ 1
30 39 18.33 √ 2
31 40 18.40 √ 7
32 41 18.47 √ 10
33 42 18.54 √ 2
34 43 19.01 √ 3
35 44 19.08 √ 9
36 45 19.15 √ 12
37 47 19.29 √ 8
38 49 19.43 √ 3
39 50 19.50 √ 13
40 51 19.57 √ 12
Sumber: Pengumpulan Data
Data pengambilan work sampling pada hari ketiga akan dijelaskan pada Tabel 3.3
sebagai berikut:
Kelompok : 3.3
Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia
Nama Pekerja : Melda Apriani
Jam Pengamatan : 14.00 – 20.00
Hari/Tanggal : Minggu, 6 Mei 2012
Angka Bilangan Random : 8
Tabel 3.3 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Ketiga (lanjutan)
Bilangan Jam Tally
No Tally Idle OIU
Random Kunjungan Produktif
28 27 17.36 √ 20
29 29 17.52 √ 16
30 32 18.16 √ 25
31 35 18.40 √ 17
32 37 18.56 √ 25
33 38 19.04 √ 10
34 39 19.12 √ 5
35 40 19.20 √ 5
36 41 19.28 √ 9
37 42 19.36 √ 8
38 43 19.44 √ 7
39 44 19.52 √ 10
40 45 20.00 √ 5
Sumber: Pengumpulan Data
Setelah melakukan pengamatan selama tiga hari secara berturut-turut, data tersebut
kemudian diolah menjadi sebagai berikut:
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan ini dilakukan di kasir Food Point Plaza Mulia, Samarinda.
2. Interval Waktu Pengamatan
Interval waktu pengamatan terhadap kasir Food Point Plaza Mulia yang dilakukan
adalah sebesar 6 menit, 7 menit, dan 8 menit.
3. Waktu Pengamatan
Waktu pengamatan dilakukan selama tiga hari, yaitu hari kamis, sabtu dan minggu.
Pada pelaksanaannya, pekerja diamati selama 6 jam, yang dimulai pada pukul 14.00-
20.00 WITA.
60
a. Hari ke- 1 : x 6 jam = 60
6
60
b. Hari ke- 2 : x 6 jam = 51
7
60
c. Hari ke- 3 : x 6 jam = 45
8
Frekuensi pengamatan selama tiga hari dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat dilakukan uji keseragaman data
dengan menggunakan data-data sebagai beriku:
0,95 (1 – 0,95)
BKA = 0,95 + 3
120
= 0,95 + 3 (0,01989)
= 1,009
0,95 (1 – 0,95)
BKB = 0,95 - 3
120
= 0,95 - 3 (0,01989)
= 0,8903
Setelah melakukan berbagai uji keseragaman data, maka selanjutnya yaitu menguji
kecukupan data yang diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut:
K = 95% ≈ 2
S = 5% ≈ 0 ,05
2 2 1 0,95
N` =
0,052 0,95
= 84
Dengan demikian maka data yang diperoleh dinyatakan cukup karena N > N’
Untuk mengetahui seberapa banyak waktu kerja yang tidak produktif atau mengetahui
ratio delay yaitu dapat menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut:
5%
Ratio delay =
95%
= 0,52
Berdasarkan data pengamatan diatas, dapat diperoleh waktu baku sebagai berikut:
5. Waktu Baku
Sebelum menghitung waktu baku, kita terlebih dahul harus menghitung nilai
allowance yang kita amati sebagai berikut:
a. Sikap Kerja = 0,7%
b. Gerakan = 1,3%
c. Kelelahan Mata = 0,8%
d. Tenaga yang Dikeluarkan = 1,2%
e. Temperatur Tempat Kerja = 5%
f. Keadaan Lingkungan = 0,2%
g. Keadaan Atmosfer = 0,3% +
= 9,5%
Selanjutnya dapat menghitung waktu baku karena telah didapat nilai allowance
dengan menggunakan Persamaan 2.12 sebagai berikut:
3.2.6 Insentif
Selanjutnya dapat menghitung nilai insetif yang dapat diberikan kepeda pekerja, karena
telah didapat nilai W dan Wb dengan menggunakan Persamaan 2.13 sebagai berikut:
1,699 – 1,552
Insentif = x 100%
1,652
= 9,4%
Jadi, insentif yang dapat diterima pekerja tersebut adalah 9,4% dari upah yang
diperoleh.
3.3 Analisa
Setelah didapat hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di atas, maka selanjutnya
adalah analisa data yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan uji keseragaman data yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai BKA
yaitu sebesar 1,009 dan nilai BKB yaitu sebesar 0,8903, sehingga dapat dikatakan
bahwa data yang diperoleh berada dalam wilayah batas kontrol. Grafik keseragaman
data pengamatan work sampling akan dilihatkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut:
1
Presentase Produktif
0,95 BKA
Presentase
0,9 BKB
Rata-rata
0,85
0,8
1 2 3
restu, anis, afif Page 23
Jumlah Pengamatan
practicum apk industrial engineering 2012
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa semua nilai presentasi kerja
masuk dalam range BKA dan BKB, maka data tersebut dapat dikatakan tidak seragam.
Dari uji kecukupan data yang telah dilakukan didapatkan bahwa data yang dibutuhkan
adalah 84 data, sedangkan pada pengamatan yang dilakukan hanya 120 data yang
diambil. Hal ini berarti data yang diambil pada saat pengamatan telah mencukupi.
Berdasarkan perhitungan ratio delay, maka diperoleh waktu menganggur yang terjadi
selama kegiatan kerja adalah sebesar 0,52 atau 52%, sedangkan prensentase
produktifnya sebesar 95%. Hal ini menunjukkan bahwa selama dilakukan pengamatan,
pekerja menganggur atau melakukan pekerjaan lain hanya sedikit berhubungan atau
pekerja lebih banyak melakukan pekerjaan produktif.
Persentasi produktif yang diperoleh yaitu sebesar 95%. Menunjukkan bahwa selama
dilakukannya pengamatan, operator berada dalam kondisi yang produktif bila
dibandingkan dengan nilai ratio delay yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
selama dilakukan pengamatan, pekerja sangat produktif.
Nilai ini dipilih karena operator memiliki usaha yang cukup baik dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
3. Condition = +0,04
Nilai ini dipilih karena operator berada dalam kondisi kerja yang sangat baik.
4. Consistency = +0,01
Nilai ini dipilih karena operator memiliki konsistensi kerja yang baik.
Pada pengamatan pekerja bekerja pada ruang yang bersirkulasi udara yang cukup
baik dan tidak berdebu ataupun gas-gas beracun yang berbahaya.
Dari perhitungan juga diperoleh waktu normal untuk kegiatan kerja ini adalah sebesar
1,539 menit/orang, sedangkan waktu bakunya adalah 1,685 menit/orang.
3.3.6 Insentif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisa data yang telah dilakukan, dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, ratio delay study atau random
observation method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Jadi,
dalam pratikum ini praktikan mengamati pekerja dari kejauhan dan mencatat banyaknya
konsumen yang dilayani dalam waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan
tanpa mengganggu pekerjaan dari operator tersebut.
2. Pada praktikum pengamatan kerja dengan menggunakan metode work sampling,
praktikum melakukan pengamatan secara langsung terhadap kinerja kasir di Food Point
Plaza Mulia Samarinda. Praktikum ini dilakukan selama tiga hari masing-masing selama
enam jam. Data-data dikumpulkan kemudian dianalisa, dengan bilangan random enam,
tujuh, dan delapan menggunakan metode westinghouse dan tingkat kepercayaan 95%.
Pada praktikum kali ini, diperoleh nilai waktu baku, waktu normal, dan insentif yang
nantinya akan diberikan kepada pekerja, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan
produktivitas kerja dari pekerja.
3. Pada praktikum work sampling, dilakukan pengamatan secara langsung pekerja lebih
sedikit menganggur, dan data yang telah diolah dan dianalisa pada bab sebelumnya maka
diperoleh nilai ratio delay adalah 0,52. Waktu baku 1,699 menit per orang, persentase
produktifnya 95%, sedangkan insentif yang sesuai untuk kinerja pekerja adalah 9,4% dari
upah yang diterima oleh pekerja.
4.2 Saran
1. Sebelum menentukan tempat yang akan diamati, sebaiknya praktikan terlebih dahulu
melihat secara langsung lokasi yang kira-kira akan dijadikan tempat pengamatan, sebab
tidak semua ideal untuk dijadikan tempat pengamatan dan nyaman untuk pratikan
sendiri,
2. Sebelum melakukan pengamatan, pratikan sebaiknya menyiapkan/mencari terlebih
dahulu tempat yang nyaman untuk dapat beristirahat sekaligus dapat dijadikan tempat
untuk melakukan pengamatan,
3. Untuk melakukan sampling pekerjaan sebaiknya pekerja dipilih adalah pekerja normal
yang sudah terlatih dan dapat bekerja sama dengan baik (kooperatif), dan
4. Dalam pengamatan, pratikan diharapkan teliti dalam melakukan pengamatan, agar
didapat hasil yang efektif dan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi.