Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penuaan dapat terjadi dalam masa kehidupan manusia. Saat gerontologis

menggunakan istilah penuaan, mereka paling sering menyinggung tentang senesense.

Senesense didefinisikan sebagai pemunduran progresif berupa peningkatan kerentanan

terhadap tantangan dan penurunan kemampuan organisme untuk bertahan hidup pada usia

dewasa (Masoro, 2006). Senesense mengacu pada proses pascamaturasi, penurunan

homeostasis dan peningkatan kerentanan organisme (Norman, 2008). Senesense biasanya

digunakan untuk menggambarkan perubahan terkait umur pada satu organisme yang

mempengaruhi vitalitas, fungsi, dan peningkatan tingkat mortalitas sebagai fungsi waktu.

Sensense umumnya memiliki selektivitas tinggi untuk struktur tertentu, dan tidak

tergantung pada tingkatan organisasi biologis mereka (Finch, 1990). Sebagai contoh,

Pasien xerosis lebih banyak muncul pada orang tua dengan kulit yang mengalami

photoaging dibandingkan dengan yang mengalami penuaan kulit secara kronologis dan

vice versa (Blaak et al., 2011).

Sensense dapat dibedakan menjadi dua, yaitu senesense intrinsik dan ekstrinsik.

Sensense intrinsik terkait dengan faktor yang terikat waktu, sedangkan sensense ekstrinsik

terkait dengan kejadian di sekitar organisme hidup. Pada usia 40 tahun, kerutan dan

kantung muncul pada kulit bersamaan dengan penurunan jumlah sel fibroblas (Starr dan

McMillan, 2007). Beberapa sel, termasuk sel fibroblas, mengalami penurunan fungsi

seiring penambahan usia (Norman dan Menendez, 2008). Sensense ekstrinsik dapat

disebabkan sebagai akibat pengaruh luar seperti kerusakan karena pajanan meteorologi

(Finch, 1990). Saat sensense ekstrinsik terjadi pada kulit, fenomena itu disebut photoaging.

Photoaging adalah kondisi kulit yang mengalami perubahan atau kerusakan sebagai hasil
1
2

dari pajanan radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari (Mokashi dan Scheinfeld, 2008) dan

sumber lainnya (Ganong, 2005).

Kulit yang mengalami photoaging dicirikan dengan adanya perubahan pada

jaringan ikat dermis (Krutmann, 2011). Pada bagian atas dan tengah dermis kulit tersebut

terdapat akumulasi material atipikal elastotik (Pastila, 2013). Terkait dengan dermis kulit,

pada pejanan daily ultraviolet radiation (DUVR) dengan rasio UVA dan UVB sebesar 23,

fibroblas dermis memiliki sensitivitas respon stres oksidatif lebih tinggi dibandingkan

keratinosit (Marionnet et al., 2010). Berdasarkan penelitian tersebut, fibroblas dermis

memiliki peran penting dalam photoaging.

Aktivitas fibroblas terkait dengan formasi matriks ekstraseluler. Dengan kata lain,

fungsi utama fibroblas adalah konstruksi dan perawatan arsitektonik spesifik dan

komposisi matrik ekstraseluler jaringan ikat pada satu organ atau bagian organ tempat

fibroblas tersebut berada. Fibroblas berperan penting dalam perkembangan, morfogenesis

dan respon imun. (Omelyanenko et al., 2014). Dengan demikian, satu asumsi dapat diambil

bahwa saat fungsi sel fibroblas menurun, matriks ekstraseluler mengalami perubahan.

Sel fibroblas dan keratinosit mensintesis matriks metalloproteinase-1 (MMP-1).

Kolagenase interstitial atau MMP-1 adalah metalloproteinase netral yang mendegradasi

protein matriks ekstraseluler termasuk kolagen tipe-1, -3, dan -7 (Basu-Modak dan Tyrrel,

2001). Ekspresi MMP-1 dapat diinduksi melalui pajanan UV. Studi menunjukkan bahwa

ekspresi MMP-1 sel fibroblas yang terinduksi karena pajanan UVB menurun dengan

aplikasi ekstrak Michelia alba (Chiang et al., 2012).

Studi lain melaporkan fibroblas pada gel polimer kolagen terdegradasi mengalami

penurunan produksi prokolagen tipe 1 dibandingkan dengan fibroblas pada gel polimer

kolagen yang tidak terdegradasi (Varani et al., 2001). Berdasarkan penelitian tersebut,

matriks ekstraseluler berupa kolagen dapat mempengaruhi fungsi fibroblas. Asumsi lain
3

dapat ditarik bahwa terdapat hubungan timbal balik antara fungsi fibroblas dan matriks

ekstraseluler. Pajanan UV menyebabkan peningkatan ekspresi MMP-1 kemudian kolagen

yang terdegradasi menyebabkan penurunan produksi kolagen.

Dari sudut pandang molekuler, perubahan yang terjadi baik akibat faktor genetik

ataupun lingkungan berkontribusi pada perubahan DNA selama masa hidup organisme

(Krutmann, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap

perubahan DNA organisme. Perubahan DNA berarti perubahan faktor genetik seperti

halnya pemendekan telomer yang mengarah pada penurunan masa hidup sel. Contoh faktor

lingkungan adalah pajanan UV. Pajanan UV pada epidermis menyebabkan isomerisasi

asam tran-urokanat menjadi isomer cis-nya dan mengarah pada kerusakan DNA, aktivasi

activator protein (AP)-1 dan matrix metalloproteinase (MMP) (Raschke dan Elsner, 2010).

Pada sisi lain, pajanan UV menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS) yang

kemudian meningkatkan ekspresi MMP-1,-3, dan -9 sehingga defisiensi matriks

ekstraseluler terjadi (Xu dan Fisher, 2005).

Menurut teori radikal, radikal bebas yang diproduksi selama respirasi aerobik

menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengarah pada aging dan kematian. Teori ini

kemudian diperbarui bahwa masa hidup ditentukan terutama oleh tingkat kerusakan

oksidatif pada DNA mitokondria (Shringarpure dan Davies, 2009). Terkait dengan DNA

mitokondria (mtDNA), studi pada dua delesi mtDNA paling umum, yaitu delesi 4977 bp

dan 3895 bp, menunjukkan bahwa delesi lebih banyak terjadi pada sel HDFs/primary

human dermal fibroblast yang mendapat pajanan UVB dibandingkan dengan yang

mendapat perlindungan genistein (Wang et al., 2010). Dengan demikian, asumsi bahwa

UV menyebabkan kerusakan mtDNA dan mengarah pada senesense sel fibroblas dapat

ditarik.
4

Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah photoaging adalah dengan

menggunakan pakaian dan sunscreen (Goihman-Yahr, 1996), mengurangi pajanan cahaya

matahari, serta mengkonsumsi retinoid, agen antiinflamatori non steroid ataupun

kortikosteroid (Kohen dan Lim, 2010). Beberapa bahan alam dapat digunakan untuk

mencegah photoaging. Beberapa diantaranya adalah ekstrak Ixora parviflora (paveta)

(Wen et al., 2012), ekstrak metanol Coffea Arabica (kopi arabika) (Chiang et al., 2011),

gel Aloe vera (lidah buaya), minyak Camellia japonica L. (kamelia), dan rimpang

Curculigo orchioides (congkok) (Mukherjee et al., 2011), porphyra 334 serta shinorine

mycosporine-like amino acids (MAA) alga merah Porphyra rosengurtti (Coba, 2009) .

Minyak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan salah satu bahan alam

yang potensial untuk dikembangkan sebagai antiphotoaging. Minyak tersebut terbukti

memiliki aktivitas antimikrobia, antikanker, dan antioksidan (Latha et al., 2005). Ekstrak

aseton, etanol, metanol, butanol, dan air M. fragrans Houtt. memiliki kemampuan

antioksidatif dan antimikrobia (Gupta et al., 2013). Senyawa dalam ekstrak aseton M.

fragrans Houtt. pada studi tersebut memiliki banyak kesamaan dengan yang terkandung

dalam minyak esensial M. fragrans dari Indonesia (Dupuy et al., 2012) seperti sabinena

(28,61%), α-pinena (9,72%), dan β-pinena (10,26%). Lebih jauh, studi lain melaporkan

bahwa M. fragrans Houtt. mengandung senyawa macelignan yang menghambat

pembentukan reactive oxygen species (ROS) intraseluler (Lee et al., 2012).

Studi M. fragrans Houtt. yang terkait dengan pajanan UVB telah dilakukan

sebelumnya. Studi lain menggunakan macelignan dari M. fragrans Houtt. untuk menguji

viabilitas, ekspresi MMP-9, dan COX-2 pada human keratinocyte cell line immortal

HaCaT yang terpajan ultraviolet (UV) B (Anggakusuma et al., 2010). Pada penelitian

tersebut, dilaporkan bahwa macelignan pada 5 µM tidak menurunkan viabilitas sel

sedangkan pajanan UVB mulai pada 30 mJ/cm2 menyebabkan penurunan viabilitas sel.
5

Macelignan pada konsentrasi 0,1-1 µM memulihkan viabilitas sel terpajan UVB menjadi

mendekati 100% viabilitas sel kontrol non UVB, menghambat sekresi MMP-9 dan ekspresi

COX-2 pada sel keratinosit (HaCaT) yang terpajan UVB.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kandungan senyawa yang terdapat pada minyak esensial biji M. fragrans

Houtt.?

2. Apakah pemberian minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dapat meningkatkan

viabilitas sel fibroblas setelah pajanan UVB?

3. Apakah pemberian minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dapat meningkatkan

timbunan kolagen sel fibroblas setelah pajanan UVB?

4. Bagaimana sitotoksisitas minyak esensial biji M. fragrans Houtt. terhadap sel

fibroblas?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian disebutkan di bawah ini:

1. Mengetahui kandungan senyawa dalam minyak esensial biji M. fragrans Houtt

2. Mengkaji pengaruh pemberian minyak esensial biji M. fragrans Houtt. terhadap

viabilitas sel fibroblas setelah pajanan UVB

3. Mengkaji pengaruh pemberian minyak esensial biji M. fragrans Houtt. terhadap

timbunan kolagen fibroblas setelah pajanan UVB

4. Mengetahui sitotoksisitas minyak esensial biji M. fragrans Houtt. terhadap sel fibroblas

I.4 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan M. fragrans Houtt. ditunjukkan melalui

Tabel 1 di bawah ini


Tabel 1. Deskripsi penelitian yang hampir serupa

Peneliti Piaru et al. (2012) Sharma dan Khumar (2007) Akinboro et al. (2011) Penelitian ini
Menentukan aktivitas Mengkaji pengaruh Mengkaji Mengetahui kandungan miristisin,
antioksidan minyak esensial radioprotektif M. fragrans antimutagenisitas, dan β-pinena, dan sabinena, serta
M. fragrans dan M. citrifolia Houtt. terhadap 6,8, dan 10 aktivitas antioksidan miristisin dalam minyak esensial
serta menentukan reducing radiasi Gy gamma pada infusa M. fragrans Houtt. biji M. fragrans Houtt. Mengkaji
power . menginvestigasi survival selama 30 hari. pada sel Allium cepa L. pengaruh minyak esensial biji M.
Tujuan
aktivitas antiangiogenik Mengkaji aktivitas acid dan fragrans Houtt. terhadap viabilitas
minyak esensial kedua alkaline phosphatase (ACP dan timbunan kolagen setelah
tanaman &ALP) dan peroksidasi lipid pajanan UVB. Mengkaji toksisitas
(LPO) pada testis, dan glutation minyak esensial biji M. fragrans
hepar (GSH) Houtt.
Jenis Post test with control group Control group time series Simple experimental Post test with control group
penelitian experimental design design
Subjek Cincin aorta tikus Sprague Mencit jantan albino strain Allium cepa L. Kultur in vitro fibroblast
penelitian Dawley (12-18 bulan) Swiss (6-8 minggu)
minyak esensial M. fragrans Pajanan radiasi gamma, mencit Infusa daun M. fragrans minyak esensial biji M. fragrans
Variable dan M. citrifolia jantan albino strain Swiss (6-8 Houtt., siklofosfamid Houtt.
bebas minggu), ekstrak alkohol biji
M. fragrans Houtt.
Aktivitas antioksidan, DRF mencit, aktivitas alkaline Aktivitas antimutagenesis Viabilitas dan timbunan kolagen
reducing power, dan phosphate (ACP & ALP), dan antioksidan infusa M. fibroblas
Variabel
antiangiogenik minyak peroksidasi lipid (LPO) pada fragrans Houtt.
terikat
esensial M. fragrans dan M. testis, dan glutation hepar
citrifolia (GSH)

6
7

Dari deskripsi penelitian di atas terlihat bahwa perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terdapat pada tujuan penelitian, variabel penelitian, dan subjek

penelitian, serta lokasi penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah sama-sama menggunakan bahan yang berasal dari tanaman M. fragrans Houtt.

I.5 Manfaat Penelitian

1. Keterkaitan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dengan proliferasi dan timbunan

kolagen sel fibroblas in vitro setelah pajanan UVB belum dilakukan. Diharapkan

dengan penelitian ini, hubungan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dengan

aktivitas sel fibroblas melalui proliferasi dan timbunan kolagen setelah pajanan UVB

dapat dijelaskan.

2. Dengan penelitian ini, penelitian lanjutan seperti penelitian in vivo ataupun penelitian

in vitro lain pada fibroblas dengan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. menarik

keingintahuan peneliti yang kemudian dimungkinkan akan diperoleh produk kosmetik

dari minyak tersebut, misalnya penelitian tentang ekspresi 8-oxoguanine pada fibroblas

yang mendapat pajanan UVB dengan aplikasi minyak esensial biji M. fragrans Houtt.

Anda mungkin juga menyukai