terhadap tantangan dan penurunan kemampuan organisme untuk bertahan hidup pada usia
digunakan untuk menggambarkan perubahan terkait umur pada satu organisme yang
mempengaruhi vitalitas, fungsi, dan peningkatan tingkat mortalitas sebagai fungsi waktu.
Sensense umumnya memiliki selektivitas tinggi untuk struktur tertentu, dan tidak
tergantung pada tingkatan organisasi biologis mereka (Finch, 1990). Sebagai contoh,
Pasien xerosis lebih banyak muncul pada orang tua dengan kulit yang mengalami
photoaging dibandingkan dengan yang mengalami penuaan kulit secara kronologis dan
Sensense dapat dibedakan menjadi dua, yaitu senesense intrinsik dan ekstrinsik.
Sensense intrinsik terkait dengan faktor yang terikat waktu, sedangkan sensense ekstrinsik
terkait dengan kejadian di sekitar organisme hidup. Pada usia 40 tahun, kerutan dan
kantung muncul pada kulit bersamaan dengan penurunan jumlah sel fibroblas (Starr dan
McMillan, 2007). Beberapa sel, termasuk sel fibroblas, mengalami penurunan fungsi
seiring penambahan usia (Norman dan Menendez, 2008). Sensense ekstrinsik dapat
disebabkan sebagai akibat pengaruh luar seperti kerusakan karena pajanan meteorologi
(Finch, 1990). Saat sensense ekstrinsik terjadi pada kulit, fenomena itu disebut photoaging.
Photoaging adalah kondisi kulit yang mengalami perubahan atau kerusakan sebagai hasil
1
2
dari pajanan radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari (Mokashi dan Scheinfeld, 2008) dan
jaringan ikat dermis (Krutmann, 2011). Pada bagian atas dan tengah dermis kulit tersebut
terdapat akumulasi material atipikal elastotik (Pastila, 2013). Terkait dengan dermis kulit,
pada pejanan daily ultraviolet radiation (DUVR) dengan rasio UVA dan UVB sebesar 23,
fibroblas dermis memiliki sensitivitas respon stres oksidatif lebih tinggi dibandingkan
Aktivitas fibroblas terkait dengan formasi matriks ekstraseluler. Dengan kata lain,
fungsi utama fibroblas adalah konstruksi dan perawatan arsitektonik spesifik dan
komposisi matrik ekstraseluler jaringan ikat pada satu organ atau bagian organ tempat
dan respon imun. (Omelyanenko et al., 2014). Dengan demikian, satu asumsi dapat diambil
bahwa saat fungsi sel fibroblas menurun, matriks ekstraseluler mengalami perubahan.
protein matriks ekstraseluler termasuk kolagen tipe-1, -3, dan -7 (Basu-Modak dan Tyrrel,
2001). Ekspresi MMP-1 dapat diinduksi melalui pajanan UV. Studi menunjukkan bahwa
ekspresi MMP-1 sel fibroblas yang terinduksi karena pajanan UVB menurun dengan
Studi lain melaporkan fibroblas pada gel polimer kolagen terdegradasi mengalami
penurunan produksi prokolagen tipe 1 dibandingkan dengan fibroblas pada gel polimer
kolagen yang tidak terdegradasi (Varani et al., 2001). Berdasarkan penelitian tersebut,
matriks ekstraseluler berupa kolagen dapat mempengaruhi fungsi fibroblas. Asumsi lain
3
dapat ditarik bahwa terdapat hubungan timbal balik antara fungsi fibroblas dan matriks
Dari sudut pandang molekuler, perubahan yang terjadi baik akibat faktor genetik
ataupun lingkungan berkontribusi pada perubahan DNA selama masa hidup organisme
perubahan DNA organisme. Perubahan DNA berarti perubahan faktor genetik seperti
halnya pemendekan telomer yang mengarah pada penurunan masa hidup sel. Contoh faktor
asam tran-urokanat menjadi isomer cis-nya dan mengarah pada kerusakan DNA, aktivasi
activator protein (AP)-1 dan matrix metalloproteinase (MMP) (Raschke dan Elsner, 2010).
Pada sisi lain, pajanan UV menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS) yang
Menurut teori radikal, radikal bebas yang diproduksi selama respirasi aerobik
menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengarah pada aging dan kematian. Teori ini
kemudian diperbarui bahwa masa hidup ditentukan terutama oleh tingkat kerusakan
oksidatif pada DNA mitokondria (Shringarpure dan Davies, 2009). Terkait dengan DNA
mitokondria (mtDNA), studi pada dua delesi mtDNA paling umum, yaitu delesi 4977 bp
dan 3895 bp, menunjukkan bahwa delesi lebih banyak terjadi pada sel HDFs/primary
human dermal fibroblast yang mendapat pajanan UVB dibandingkan dengan yang
mendapat perlindungan genistein (Wang et al., 2010). Dengan demikian, asumsi bahwa
UV menyebabkan kerusakan mtDNA dan mengarah pada senesense sel fibroblas dapat
ditarik.
4
kortikosteroid (Kohen dan Lim, 2010). Beberapa bahan alam dapat digunakan untuk
(Wen et al., 2012), ekstrak metanol Coffea Arabica (kopi arabika) (Chiang et al., 2011),
gel Aloe vera (lidah buaya), minyak Camellia japonica L. (kamelia), dan rimpang
Curculigo orchioides (congkok) (Mukherjee et al., 2011), porphyra 334 serta shinorine
mycosporine-like amino acids (MAA) alga merah Porphyra rosengurtti (Coba, 2009) .
Minyak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan salah satu bahan alam
memiliki aktivitas antimikrobia, antikanker, dan antioksidan (Latha et al., 2005). Ekstrak
aseton, etanol, metanol, butanol, dan air M. fragrans Houtt. memiliki kemampuan
antioksidatif dan antimikrobia (Gupta et al., 2013). Senyawa dalam ekstrak aseton M.
fragrans Houtt. pada studi tersebut memiliki banyak kesamaan dengan yang terkandung
dalam minyak esensial M. fragrans dari Indonesia (Dupuy et al., 2012) seperti sabinena
(28,61%), α-pinena (9,72%), dan β-pinena (10,26%). Lebih jauh, studi lain melaporkan
Studi M. fragrans Houtt. yang terkait dengan pajanan UVB telah dilakukan
sebelumnya. Studi lain menggunakan macelignan dari M. fragrans Houtt. untuk menguji
viabilitas, ekspresi MMP-9, dan COX-2 pada human keratinocyte cell line immortal
HaCaT yang terpajan ultraviolet (UV) B (Anggakusuma et al., 2010). Pada penelitian
sedangkan pajanan UVB mulai pada 30 mJ/cm2 menyebabkan penurunan viabilitas sel.
5
Macelignan pada konsentrasi 0,1-1 µM memulihkan viabilitas sel terpajan UVB menjadi
mendekati 100% viabilitas sel kontrol non UVB, menghambat sekresi MMP-9 dan ekspresi
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan
1. Bagaimana kandungan senyawa yang terdapat pada minyak esensial biji M. fragrans
Houtt.?
fibroblas?
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan penelitian disebutkan di bawah ini:
4. Mengetahui sitotoksisitas minyak esensial biji M. fragrans Houtt. terhadap sel fibroblas
Peneliti Piaru et al. (2012) Sharma dan Khumar (2007) Akinboro et al. (2011) Penelitian ini
Menentukan aktivitas Mengkaji pengaruh Mengkaji Mengetahui kandungan miristisin,
antioksidan minyak esensial radioprotektif M. fragrans antimutagenisitas, dan β-pinena, dan sabinena, serta
M. fragrans dan M. citrifolia Houtt. terhadap 6,8, dan 10 aktivitas antioksidan miristisin dalam minyak esensial
serta menentukan reducing radiasi Gy gamma pada infusa M. fragrans Houtt. biji M. fragrans Houtt. Mengkaji
power . menginvestigasi survival selama 30 hari. pada sel Allium cepa L. pengaruh minyak esensial biji M.
Tujuan
aktivitas antiangiogenik Mengkaji aktivitas acid dan fragrans Houtt. terhadap viabilitas
minyak esensial kedua alkaline phosphatase (ACP dan timbunan kolagen setelah
tanaman &ALP) dan peroksidasi lipid pajanan UVB. Mengkaji toksisitas
(LPO) pada testis, dan glutation minyak esensial biji M. fragrans
hepar (GSH) Houtt.
Jenis Post test with control group Control group time series Simple experimental Post test with control group
penelitian experimental design design
Subjek Cincin aorta tikus Sprague Mencit jantan albino strain Allium cepa L. Kultur in vitro fibroblast
penelitian Dawley (12-18 bulan) Swiss (6-8 minggu)
minyak esensial M. fragrans Pajanan radiasi gamma, mencit Infusa daun M. fragrans minyak esensial biji M. fragrans
Variable dan M. citrifolia jantan albino strain Swiss (6-8 Houtt., siklofosfamid Houtt.
bebas minggu), ekstrak alkohol biji
M. fragrans Houtt.
Aktivitas antioksidan, DRF mencit, aktivitas alkaline Aktivitas antimutagenesis Viabilitas dan timbunan kolagen
reducing power, dan phosphate (ACP & ALP), dan antioksidan infusa M. fibroblas
Variabel
antiangiogenik minyak peroksidasi lipid (LPO) pada fragrans Houtt.
terikat
esensial M. fragrans dan M. testis, dan glutation hepar
citrifolia (GSH)
6
7
Dari deskripsi penelitian di atas terlihat bahwa perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terdapat pada tujuan penelitian, variabel penelitian, dan subjek
penelitian, serta lokasi penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama menggunakan bahan yang berasal dari tanaman M. fragrans Houtt.
1. Keterkaitan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dengan proliferasi dan timbunan
kolagen sel fibroblas in vitro setelah pajanan UVB belum dilakukan. Diharapkan
dengan penelitian ini, hubungan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. dengan
aktivitas sel fibroblas melalui proliferasi dan timbunan kolagen setelah pajanan UVB
dapat dijelaskan.
2. Dengan penelitian ini, penelitian lanjutan seperti penelitian in vivo ataupun penelitian
in vitro lain pada fibroblas dengan minyak esensial biji M. fragrans Houtt. menarik
dari minyak tersebut, misalnya penelitian tentang ekspresi 8-oxoguanine pada fibroblas
yang mendapat pajanan UVB dengan aplikasi minyak esensial biji M. fragrans Houtt.