Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala/ubung-
ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta tidak melukai ibu maupun bayi ( Anggraeni, 2012)
Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit perut,
merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis
yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya
terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang
dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan
yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan (mika oktarina, 2016)
Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus dari
bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi
lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang
keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah
melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan asuhan kebidanan bidan dituntut memiliki
wawasan yang luas, trampil dan sikap profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua persalinan yang dialami ibu
dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan baik ibu dan bayinya. Dalam hal ini Penulis
mencoba melakukan studi kasus pada Ny. V G1,P0,A0 usia 23 tahun di RSUD BUHDI ASIH,
Jakarta Timur.

1.2 Tujuan
 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan normal sesuai standart Asuhan
Persalinan Normal ( APN ) melalui penerapan manajemen kebidanan.
 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan benar
kepada ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan
benar dan tepat pada ibu bersalin.
3. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh
melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
4. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
5. Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun.
6. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
7. Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Persalinan
1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian
perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini
didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya akubat
kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap lima menit dan berlangsung
sampai 60 detik. ( Yessie Aprillia, 2015)
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain ( sectio caesarea). (
Manuba, 2014)
3. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.( mochtar, 2016)
2.2 Proses Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2016) di bagi 4 kala yaitu :
1. Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala
pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
 Pembukaan kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b. Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali
atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih perjam hingga
pembukaan lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin
 Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9cm
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi
10cm / lengkap

2. Kala II : Kala pengeluaran janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga
keluar. Pada kala II ini memiliki ciri khas :
 His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali
 Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa
ingin mengejan
 Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
 Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan
janin. Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :
 Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
 Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Pimpinan persalinan
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu
mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana
punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas

3. Kala III : Kala uri


Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim
berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 –
5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi
lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira
100-200cc.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian
seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)
Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
a. Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila
plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah terlepas.
b. Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila
diam/turun berarti sudah terlepas.
c. Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum lepas,
bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.
d. Rahim menonjol diatas symfisis
e. Tali pusat bertambah panjang
f. Rahim bundar dan keras
g. Keluar darah secara tiba-tiba

4. Kala IV: Kala pengawasan


Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk
mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
2.3 MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang
meliputi langkah sbb :
a) Turunnya kepala, meliputi :
 Masuknya kepala dalam PAP
 Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara symfisis dan
promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan
belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
 Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika sebaliknya
disebut asynclitismus anterior.
b) Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c) Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d) Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan karena
lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f) Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran
anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu kearah anterior dan posterior dan badan
bayi keluar dengan sangga susur.

2.4 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar
dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan
klorin 0,5 %)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120 – 160x/menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisiberbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong,
tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan
pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).
26. Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan
(lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan
tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa
atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.
 Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
31. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai
pemberian ASI.
32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk memastikan
tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu
38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada tempat yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,letakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, bilas
kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
 Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi
(10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar
dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. V G1P0A0 USIA 23 TAHUN


A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018
Tempat : Ruang vk

1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. V Nama : Tn. W
Umur : 23 tahun Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : betawi/indonesia Suku/Bangsa : Betawi / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan
Alamat :
2. KALA I
Hari/tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018
Pukul : 05.30 WIB
a) Data Subjektif
Ibu datang ke UGD RSUD BUDHI ASIH Rujukan dari PKM Matraman karena
Ketuban Pecah 3½ jam. Mules-mules sejak tanggal 04-10-2018 pukul 16.00,
keluar lendir darah sejak tanggal 04-10-2018 pukul 20.00, keluar Air-air pada
tanggal 05-10-2018 pukul 02.00 dan keluar Air-air berwarna hijau sejak tanggal
05-10-2018 pukul 09.00. Ini merupakan kehamilan pertama dan ibu belum pernah
mengalami keguguran. Ibu tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan. Ibu
dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus,
asma, jantung, hepatitis dan HIV/AIDS. HPHT ibu pada tanggal 21-12-2017 dan
taksiran persalinan ibu pada tanggal 28-09-2018.
b) Data Objektif
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Keadaan emosi : Stabil
- Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 108/62 m mHg Nadi : 81 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,5 °C
- Antropometri
Berat badan sebelum hamil : 53 kg
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan saat hamil : 60 kg

a. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk : Mesocephal, tidak ada Massa, tidak ada bekas operasi.
Warna kulit : Putih bersih
2) Rambut
Bentuk : Lurus
Bau rambut : Tidak berbau
Warna rambut : Hitam
3) wajah
Oedem : Tidak ada
4) Mata
Kesimetrisan : Simetris
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Tidak ikterik,bersih,tidak ada sekret
5) Leher
Tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada Pembesaran kelenjar limfe
6) Dada
Lukas bekas Operasi : Tidak ada
Kesimetrisan : Simetris
7) Payudara
Simetris : Simetris
Puting susu : Menonjol
Kolustrum : Ada
8) Abdomen
Bekas luka : Tidak ada
Palpasi Leopold
- Leopold I
TFU : 35 cm, teraba lunak, agak bulat dan tidak melenting (bokong).
- Leopold II
Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti papan, ada tahanan dan
keras (punggung)
Bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
- Leopold III
Bagian terendah janin teraba satu bagian bulat, keras dan melenting (kepala).
- Leopold IV
Kedua tangan tidak bertemu /divergen (sudah masuk panggul)
His : 2 x 10’ 30”
Auskultasi DJJ : 140 x/menit
9) Ekstremitas
Tangan : Simetris,gerakan aktif, tidak odema.
Kaki : Simetris,gerakan aktif, ,tidak odema.

10) Genetalia
Luar : Tidak ada odema, tidak ada varises.
Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada kelenjar bhartolini, tidak ada
odema dan varices, pembukaan 2cm, portio tebal lunak, presentasi kepala, tidak
ada molase, penurunan hodge I, ketuban -, lakmus +

b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

c) Analisa
Ibu : G6 P2 A3 hamil 38 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah 3½
jam
Janin : Tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala
d) Penatalaksanaan
1. Menjelaskan ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik.
2. Melakukan observasi His setiap 10 menit sekali, DJJ dan nadi setiap 30 menit
sekali, tekanan darah dan suhu setiap 4 jam sekali, dan merencanakan VT 4 jam
kemudian.
Jam Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu DJJ His Pembukaan
05.30 108/62 81 21 36,5 140 2 x 10’ 30” Ø 2 cm
Portio tebal
lunak
Ketuban –
Lendir
darah +
Lakmus +
14.00 110/70 80 22 35,5 141 2 x 10’ 30” Ø 2cm
16.00 110/80 81 20 141 3 x 10’ 30”
17.45 100/70 79 22 142 3 x 10’ 30” Ø 10 cm
Portio
tidak
teraba

3. Mengajurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.


R/ dengan mengosongkan kandung kemih tidak akan menganggu penurunan
kepala.
- Ibu mengerti dan akan malakukannya.
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi.
R/ mengajarkan ibu untuk menarik nafas melalui hidung dan membuang nafas
melalui hidung dengan teknik ini ibu menjadi lebih tenang saat kontraksi muncul.
- Ibu dapat melakukan dengan baik dan terlihat tenang saat kontraksi.
5. Melakukan masase pada pinggang ibu.
R/ untuk meredakan nyeri pada pinggang saat kontraksi muncul.
- Ibu tampak tenang saat dilakukan masase.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan posisi miring kiri.
R/ untuk mempercepat penurunan kepala
- Ibu mengerti dan segera melakukannya.
7. Dukung dan anjurkan suami serta keluarga untuk mendampingi ibu.
R/ dengan adanya suami dan keluarga bertujuan untuk memberikan motivasi
kepada ibu agar tetap kuat dan semangat dalam menghadapi persalinan.
- Ibu tampak senang dengan adanya dukungan dari suami dan keluarganya.

3. KALA II
Hari/Tanggal : Jum’at, 05-oktober-2018
Waktu : 17.45

a) Data Subjektif
- Ibu mengatakan mulas semakin sering dan ingin meneran.
b) Data Objektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Kestabilan emosi : stabil
- Tanda – tanda vital :
TD : 110/70 mmHg Rr : 21 x/menit
N : 79 x/menit S : 36,7 ºC
1. Auskultasi : DJJ : 142 x/menit Palpasi : His : 3x10’30”
2. Pemeriksaan dalam : Vulva tidak terdapat pembesaran kelenjar bartholini, portio
tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, kepala di
Hodge IV, tidak ada molase
c) Analisa
Ibu : G1P0A0hamil 38 minggu partus kala dengan Ketuban pecah 15 jam
Janin: tunggal, hidup, intrautein
d) Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Menawarkan kepada ibu untuk memilih posisi meneran yang nyaman untuk ibu.
3. Mempersiapkan peralatan partus set dan kelengkapan lainnya untuk ibu dan bayinya.
4. Memakai APD
5. Membimbing ibu meneran saat ada His dan saat ibu ada keinginan untuk meneran.
6. Memberi pujian kepada ibu, jika ibu dapat meneran dengan baik.
7. Memberi dukungan moral dan spiritual pada ibu.
8. Pukul 18.13 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus
otot aktif, jenis kelamin perempuan, anus +.
9. Melakukan jepit-jepit potong.
10. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD)

4. KALA III
Hari/tanggal : Jum’at, 05-Oktober-2018
Waktu : 18.14
a)Data Subjektif
- Ibu mengatakan perut masih terasa mules.
-Ibu mengatakan merasa senang atas kelahiran bayinya.

b) Data Objektif
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Kestabilan emosi : Stabil
- TFU : teraba tepat di pusat
- Kontraksi uterus : Baik
- Kandung kemih : penuh
- Perdarahan : ±150cc

c) Analisa
P1A0 Partus Kala III

1. Penatalaksanaan
1. Melakukan kateterisasi untuk mengkosongkan kandung kemih ibu
2. Memastikan ada atau tidaknya janin kedua
3. Melakukan manejemen aktif kala III dengan cara :
- Inject oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 bagian paha luar ibu
- Melakukan peregangan tali pusat terkendali
- Memeriksa tanda-tanda pelepasan plasenta
- Plasenta lahir pukul 18.30 dengan keadaan utuh
4. Meakukan masase fundus uteri selama 15 s/d 30 detik
5. Memeriksa adanya robekan pada jalan lahir. Terdapat robekan jalan lahir Grade II
6. Menyiapkan hecting set
7. Hecting perineum ibu

5. Kala IV
Hari/Tanggal :Jum’at, 05- Oktober-2018
Waktu : 18.30 WIB
a) Data Subjektif
- Ibu mengatakan perut masih terasa mules.
- Ibu masih nyeri karena luka jahitan.
b) Data Objektif
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Kestabilan emosi : stabil
- Tanda – tanda Vital : TD : 110/70 mmHg S : 36,4 ºC
N : 83 x/menit Rr : 21 x/menit
- Kandung kemih : kosong
- Kontraksi uterus : baik
- Perdarahan : ± 150 cc
c) Analisa
P1A0 Partus Kala IV
d) Penatalaksanaan
1. Membersihkan badan ibu dan memakaian pembalut
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein seperti
telur dan ikan
3. Mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar.
4. Mengobservasi tekana darah, kontraksi ibu, perdarahan di 1 jam pertama
setiap 15 menit, dan 1 jam berikutnya setiap 30 menit sekali
5. Memberitahu ibu jika sakit kepala hebat, mata berkunang-kunang, keluar
darah banyak, segera memanggil petugas kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan asuhan persalinan kepada Ny. B dengan persalinan normal di


Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Pada tanggal 29 November 2017, maka ada beberapa hal
yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan pertolongan persalinan ini, pengkajian,
analisa, dan planning yang telah penulis lakukan dapat dikemukakan bahwa :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan umum serta pemeriksaan laboratorium dalam mengukur Hb klien sehingga
kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung dalam penetapan diagnosa.
Pada proses pesalinannya berlangsung melalui 4 kala dengan lama :
Kala I : 7 jam 30 menit
Kala II : 10 menit
Kala III: 15 menit
Lama persalinan : 7 Jam 55 menit
Berdasarkan teori bahwa lama persalinan bagi ibu multipara yaitu : ± 11,5 jam tetapi
pada klien berlangsung 7 jam 55 menit. Hal ini terjadi karena kontraksi / his ibu baik
sehingga kala I dan II berlangsung lebih singkat
2. Analisa
Penulis menegakkan diagnosa berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
3. Penatalaksanaan
Pada penanganan persalinan pada Ny. B ini asuhan kebidanan yang dilakukan adalah
metode asuhan persalinan normal (APN) dengan 58 langkah. Selain itu dalam penanganannya
tidak lupa berprinsip pada asuhan sayang ibu yaitu dengan memperhatikan kondisi psikologi
ibu bersalin yaitu dengan mengikutsertakan keluarga (suami, orangtua) selama persalinan
agar ibu mendapat support dalam persalinan dan menganjurkan ibu memilih posisi ibu yang
dianggap ibu nyaman sehingga persalinan berlangsung aman dan nyaman baik bagi
klien maupun pengkaji (penolong).
Dalam memberikan asuhan kebidanan, penulis tidak mendapatkan hambatan apapun,
karena adanya kooperatif ibu selama persalinan, sehingga mempermudah penolong untuk
melakukan asuhan kebidanan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad
ibu yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus
memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan
harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
3. Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan
orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi
ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan.
3.2 Saran
6. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal
serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan
kebutuhan klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh
sehinga dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.
7. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu
ibu dalam proses persalinan dan memenuhi kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai