Anda di halaman 1dari 51

SYARAT - SYARAT TEKNIS

BAB I SYARAT-SYARAT UMUM DAN TEKNIS Halaman

Pasal 1 : LINGKUP PEKERJAAN .................................................................. Bab I- 1


Pasal 2 : MEMULAI KERJA ........................................................................... Bab I- 1
Pasal 3 : MOBILISASI ................................................................................... . Bab I- 2
Pasal 4 : PAPAN NAMA PROYEK ............................................................... . Bab I- 2
Pasal 5 : KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN ..................................... Bab I- 2
Pasal 6 : RENCANA KERJA ......................................................................... . Bab I- 3
Pasal 7 : DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN,
PAGAR PROYEK ............................................................................. Bab I- 3
Pasal 8 : KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA ............................ Bab I- 4
Pasal 9 : TENAGA DAN SARANA KERJA ................................................. . Bab I- 5
Pasal 10 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN. Bab I- 6
Pasal 11 : LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN ................ . Bab I- 7
Pasal 12 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR ............................................ . Bab I- 8
Pasal 13 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG ............ . Bab I-11
Pasal 14 : KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN-BAHAN ......................... Bab I-12
Pasal 15 : PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ............................................... . Bab I-14
Pasal 16 : SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR .............................................. . Bab I-14
Pasal 17 : PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA ................................................. Bab I-15
Pasal 18 : DRAINASE / SALURAN ................................................................ . Bab I-15
Pasal 19 : PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.0... Bab I-16
Pasal 20 : PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN
( BOUWPLANK ) ............................................................................ . Bab I-18
Pasal 21 : PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ......................................... . Bab I-19

BAB III SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1 : PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN ............................. . Bab IV- 1


Pasal 5 : PEKERJAAN PLESTERAN ......................................................... . Bab IV- 9
Pasal 8 : PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI ) .............................. . Bab IV-15
Pasal 10 : PEKERJAAN PERLINDUNGAN .................................................. Bab IV-25
Pasal 11 : PEKERJAAN PENGECATAN ..................................................... . Bab IV-29
Pasal 12 : PEKERJAAN DINDING PARTISI ................................................ Bab IV-34
Pasal 14 : PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN
PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN ........................ . Bab IV-40

BAB IV SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

Pasal 1 : U M U M ........................................................................................ . Bab VI- 1


Pasal 2 : PERSYARATAN PELAKSANAAN ............................................ . Bab VI- 1
Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN .............................................................. . Bab VI-10
BAB V SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Pasal 1 : U M U M ....................................................................................... . Bab VII- 1


Pasal 2 : PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK ...................................... Bab VII- 1
Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN ............................................................... Bab VII- 1
Pasal 4 : GAMBAR-GAMBAR .................................................................... Bab VII- 2
Pasal 5 : KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI ................................. Bab VII- 3
Pasal 6 : PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM …. Bab VII-20

BAB VI SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI

Pasal 1 : U M U M ...................................................................................... . Bab VIII- 1


Pasal 2 : LINGKUP PEKERJAAN ............................................................. . Bab VIII- 1
Pasal 3 : TEKNIS UMUM PELAKSANAAN ............................................ . Bab VIII- 2
BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM DAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor/Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis ini.

1.1. PEKERJAAN DED (DESIGN ENGERERING EVELOPMEN)


Meliputi:
 Perencanaan pembangunan Site Office.
 Perhitungan dan analisa struktrur bangunan Site Office.

1.2. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT


Termasuk dalam pekerjaan ini perataan/pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site
development sesuai Gambar Kerja dan RKS.

1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN.


Meliputi mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan listrik untuk
bekerja dan pembongkaran bangunan existing.

1.4. PEKERJAAN SIPIL ARSITEKTUR, MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING / SANITASI.


Sesuai dalam Gambar Kerja.

Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah tanggal perintah kerja pelaksanaan pekerjaan,
pihak Kontraktor/Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di
lapangan.

Apabila setelah 14 (empat belas) hari Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat
oleh Pemberi Kerja/Owner.

Pasal 3
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
3.2. Pembuatan kantor Kontraktor/Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan
pekerjaan ini.
3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.
3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum kerja Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan
program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku
atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal
Sarjana Muda Teknik Sipil/Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam)
tahun.
5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin/Ketua Proyek dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.
5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong
harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (Penanggung
Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA
6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan
dan tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/Pemimpin/Ketua Proyek.
6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada
Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.1 (satu) salinan
Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor/Pemborong di lapangan yang
selalu diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
6.4. Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Kerja tersebut.
6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7
DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK
7.1. Direksi Keet (Los Pengawas). Kontraktor/Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los
Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi
permanen seluas 24 m2 (Ruang Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat), lantai diplester, dinding
tripleks/papan/asbes, diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan.
Dalam hal ini Kontraktor/Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area
bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
7.2. Kantor Pemborong, Los Kerja dan Gudang Bahan.Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri
berkewajiban membuat kantor Pemborong di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang
bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya/lokasinya
akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Personalia Proyek.
7.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los Pemborong, los
Pengawas beserta inventarisnya.
7.4. Pagar Pengaman Proyek.Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi/Pemilik
dapat memerintahkan kepada Kontraktor/Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga
aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong Pagar Proyek
minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat,
kolom setempat/tiang pagar dari kayu Dolken/kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan
kekuatan dan atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.
7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus
segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor/Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi
milik Kontraktor/Pemborong.
7.6. Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor /
Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut akan ditentukan
pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan
kepada Kontraktor/Pemborong untuk segera membongkarnyadan membersihkannya, dan bahan-
bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.

Pasal 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
8.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor/Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan lokasi
pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suati
tempat yang telah ditentukan.
8.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di
tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.
8.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.
8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan
peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya
kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor/Pemborong harus bertanggung jawab untuk
memperbaikinya.
8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan
itu.
8.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor/Pemborong wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-
kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg.
8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan/
pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada
Pemimpin Proyek.
Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat
bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan,
pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai
dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

9.1. Tenaga Kerja/Tenaga Ahli


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.2. Peralatan Bekerja


Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut
serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

9.3. Bahan-Bahan Bangunan


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

9.4. Penyediaan Air dan Listrik untuk Bekerja


9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor/Pemborong dengan membuat sumur
pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari: bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
9.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang
senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor/Pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset
untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk
Konsultan Pengawas.

Pasal 10
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
10.1. Persyaratan Pelaksanaan
Untuk menghindari klaim dari ‘User’/Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor/Pemborong harus
betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan “ukuran
jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.
Kontraktor/Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan
syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai
dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas.

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan:


1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan
pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah:
 1 (satu) kamera.
 1 (satu) alat ukur optik (theodolit & waterpass).
 2 (dua) unit komputer dan 1 (satu) printer A3.
 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

10.2. Standar yang Dipergunakan


Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan, antara lain
 PUBI-1982: Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
 NI-3 PMI PUBB 1970: Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
 NI-8: Peraturan Semen Portland Indonesia.
 NI-10: Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
 PPI-1979: Pedoman Plumbing Indonesia.
 PUIL-1977: Peraturan Umum Instalasi Listrik.
 PPBI-1984: Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
 SI Standar Industri Indonesia
 SKSNIT-15-1991-03 (PBI-1991): Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
 AVWI: Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta:
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja
yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan
bahaya kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standar/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku
Peraturan/Standar/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen
bahan/material/komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini:
 Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, BA,
Aanwijzing dan Surat Perjanjian/Kontrak).
 Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor/Pemborong dan sudah disetujui/disahkan oleh
Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
11.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
11.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari
Konsultan Pengawas.
11.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada
Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 12
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
12.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail gambar
mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor/Pemborong harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara
tertulis.
12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan
pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang
tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.
12.4. UKURAN:
12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi:
 As – as
 Luar – luar
 Dalam – dalam
 Luar – dalam
12.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi meter (cm)
untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter (mm) untuk pekerjaan Baja
dan Mekanikal/Elektrikal.
12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran
jadi seperti dalam keadaan jadi/selesai (“finished”).
12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor/Pemborong wajib melaporkan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan
ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala
tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.Setiap
deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh
Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor/Pemborong tidak
dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar
Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi, dan segala akibat
yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor/Pemborong baik dari segi biaya
maupun waktu.
12.5. PERBEDAAN GAMBAR:
12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).
12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka
Kontraktor/Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan
memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.
12.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun
ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor/
Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan
selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
12.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor/Pemborong
untuk memperpanjang/meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
12.6. ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut:
 SD: Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton, batu
kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon peneduh,
perdu dan lain-lainnya.
 SR: Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan
konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.
 AR: Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik
teknis maupun estetika.
 M: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotor-drainase, sistim
pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim pengkondisian udara
(AC).
 EL: Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan
penerangan.
12.7. SHOP DRAWING.
12.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor/Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan.
12.7.2. Kontraktor/Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
12.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun di dalam Buku ini.
12.7.4. Kontraktor/Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi.
12.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor/Pemborong dan diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan format
standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.8. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS BUILT
DRAWING“
12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
12.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor/Pemborong berkewajiban
membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan
kenyataan yang telah dikerjakan/dibangun oleh Kontraktor/Pemborong (As Built
Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan
Kontraktor/Pemborong.
Pasal 13
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR/PEMBORONG
13.1. Kontraktor/Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.3. Kontraktor/Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat
pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor/Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor/Pemborong sendiri.
13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor/Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi
Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor/Pemborong
bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul.
13.5. Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor/Pemborong dalam melaksanakan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.
13.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor/Pemborong harus menjaga keamanan
bahan/material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang
ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.Bila
terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang
maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor/Pemborong dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.
13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor/Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor/Pemborong harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.

Pasal 14
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN-BAHAN
14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia
(SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syaratbahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia.Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan,
seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
14.2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.
14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau
merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai
dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang
mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu
standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi
persaingan, dan Kontraktor/Pemborong harus dengan sendirinya menggunakan
peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu harus
dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai, harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan
tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
diajukan/ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai
Pelaksana.Dalam hal ini, Kontraktor/Pemborong tidak berhak mengajukan klaim
sebagai pekerjaan tambah.
14.2.4. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan
untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus
disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahan serta
kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan
diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium,
maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor/Pemborong tanpa dapat
mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
14.2.6. Kontraktor/Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua
bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan
Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai.Contoh bahan
tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan
Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk
menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat
waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
14.2.7. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di-informasikan
kepada Kontraktor/Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.
14.3. PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan
dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.3.1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar
tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi/akses pekerja. Bahan material
disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak
ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang/stock material.
14.3.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan
bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar
memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk
penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
14.3.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
14.3.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping
sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase/pemasukan dari kandungan
air/cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk
kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar
harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak
lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.
Pasal 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/
ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan/proyek
selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan
Pengawas/Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada
Kontraktor/Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran
tersebut menjadi tanggungan Kontraktor/Pemborong sepenuhnya. Disamping tu pihak
Kontraktor/Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga
borongan.
15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahanbahan
tersebut, maka Kontraktor/Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium
Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara
tertulis kepada Konsultan Pengawas/Direksi /Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan
ditanggung oleh Kontraktor/Pemborong.
15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-
bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Pasal 16
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
16.1. Jika Kontraktor/Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/Pemborong “wajib”
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
16.2. Kontraktor/Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor dan
Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
16.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

Pasal 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja,
kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua pohon,
semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya.
Kontraktor/Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya.
17.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul, akar,
serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak
diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang bila perlu.
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.
Lubanglubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan
dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum AASHTO T 99.

Pasal 18
PEKERJAAN PENGUKURAN
18.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK
18.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran
kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus
diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
18.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana.
18.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass &
theodolit.
18.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
18.1.5. Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor/Pemborong
harus menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas segala
peralatan, instrumen, personil dan tenaga survey, dan lain- lain material yang mungkin
dibutuhkan dalam memeriksa pemasangan/pematokan (setting out) atau untuk
pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. Personil dan peralatan survey harus meliputi
dan tidak hanya terbatas pada:
a) Personil:
 1 orang surveyor ahli
 1 orang pekerja surveyor
b) Peralatan pengukuran (survey)
 1 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
 1 Wild T0 Theodolite (360 derajat)
 1 Wild NAK levels
 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
 1 steel measuring rod (4 m)
 5 target poles dengan tripod
 Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod dan lain-lain.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor/Pemborong harus mengadakan survey dan
pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor/Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan
survey yang dikerjakan oleh karyawannya.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus
dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor
atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum
persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.
18.1.6. Kontraktor/Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan/copy penampang melintang
(cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu
salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor/
Pemborong. Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi,
Kontraktor/ Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan
tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor/Pemborong harus digambar di atas
kertas kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya disetujui,
maka Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir asli dan 3 (tiga)
lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus
memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
18.2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00
Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai finishing
ruangan Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai
Dasar bangunan Kios 10 x 20 yang sudah dibangun.
Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 19
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
19.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
19.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor/Pemborong,
tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya
sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor/Pemborong dalam waktu yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
19.1.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor/Pemborong harus
memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas/Ahli dari Konsultan Pengawas
untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.
19.1.3. Kontraktor/Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap
pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas
tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas
memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor/Pemborong apa yang harus
dilakukan.
19.1.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari
waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari raya)
tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor/Pemborong
dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
19.1.5. Bila Kontraktor/Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
19.1.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor/Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun
alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
19.2. KEMAJUAN PEKERJAAN
19.2.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor/Pemborong demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus
diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
19.2.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada
waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu
diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
19.3. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.
Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana
Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau
perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor/Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.
19.4. TOLERANSI.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian
lainnya.
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.
1.2. PERSYARATAN BAHAN
1.2.1. Semen.Mortal
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Teknis Struktur.
1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih
dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik
dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.
1.3.2. Jenis adukan.
a) Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak
kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b) Adukan kedap air adalah campuran 1pc:3ps.
Aduk plesteran ini untuk:
 Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi luar
bangunan.
 Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga
ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
 Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai
20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu
dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.

Pasal 2
PEKERJAAN PLESTERAN
2.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
 Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata rinagan dan permukaan beton.
 Plesteran kedap air.
 Plesteran biasa.
 Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.
2.2. PERSYARATAN BAHAN.
2.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
2.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
2.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
2.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan
plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang
beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
2.3.2. Jenis plesteran.
a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan.
Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu dipakai
untuk:
 Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
 Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.
b. Plesteran biasa adalah campuran.
Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
c. Plesteran kedap air adalah campuran.
Aduk plesteran ini untuk:
 Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar/tepi luar
bangunan.
 Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja
hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
 Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
d. Plesteran halus/aci halus adalah campuran Semen Mortar dengan air yang
dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk
plesteran sebagai lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah
kering benar.
2.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering
pada waktu pelaksanaan pemasangan.
b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air.
c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja/Tukang yang ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus
diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci
harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan
berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang
membuat cacat.
e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi
terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”).
Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup
aduk plesteran.
f. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat/wallpaper
dipakai plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan/material akhir
lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk
memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan
digunakan tersebut.
g. Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat/celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam
5 mm.
h. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
i. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal
plesteran adalah maksimal 1 cm.
Jika ketebalan melebihi 1 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam
yang diikatkan/dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
j. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.
2.3.4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya
2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan/material akhir,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/material akhir di
atas permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2
(dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti
yang disyaratkan tersebut di atas.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk
perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan
sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 3
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA (ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI)
4.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi:
 Pekerjaan perlengkapan pintu Besi dan Rolling Door seperti tercantum dalam Gambar
Kerja.
4.2. PERSYARATAN BAHAN.
Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini.
Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
secara tertulis dari Pemberi Tugas.
Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas.
Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap. Pemilihan
“hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
4.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun.
a. Engsel.
1. Mekanisme: Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi: Tipe kupu-kupu dengan ring nylon, memenuhi standar SII-0407-80
Pemakaian: Pintu tunggal dan pintu ganda, rangka aluminium. Ukuran: 4 x 3
inchi, tebal 3,2 mm. (standar produk). Jumlah: 3 (tiga) set per daun pintu.
2. Mekanisme: Ayun dua arah (“double swing”).
Spesifikasi: Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (“frameless”) dipasang pada
sisi bawah/tertanam di lantai dan sisi atas daun pintu, sekaligus berfungsi
sebagai door closer dengan pengaturan kecepatan menutup dari 115o ke 12o
dan 12o ke 0o.
Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah (bottom pivot patch) dan atas (top
pivot patch).
Pemakaian: Pintu masuk utama lantai dasar.
Jumlah: 2 (dua) set lengkap per daun pintu.

b. Kotak Kunci (“Lockcase”).


1. Mekanisme: 2 kali kunci (“double lock”).
Pemakaian: Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan rangka aluminium.
Spesifikasi: Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt) dan lidah malam
(rolling dead bolt).
2. Mekanisme: 1 kali kunci (“single lock”)
Pemakaian: Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass)
Spesifikasi: Lockcase pada bagian bawah dan atas pintu frameless.
c. Kunci (“Cylinder”).
1. Pemakaian: Semua pintu Rolling Door
Spesifikasi: Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya (Double Cylinder).
2. Pemakaian: Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas
Spesifikasi: Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol pada sisi dalam
(Knob Cylinder).
3. Pemakaian: Khusus Kios
Spesifikasi: Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan koin dan tombol
pada sisi dalam Produk:
SES, CISA atau setara. Warna: Ditentukan kemudian.
d. Pegangan (“Handle”).
1. Pemakaian: Untuk semua pintu kecuali pintu frameless.
Spesifikasi: Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt) secara
mekanis. Pemasangan menyatu dengan silinder kunci. Dilengkapi dengan
penutup lubang kunci.
Produk: SES, CISA atau setara. Warna Ditentukan kemudian
2. Pemakaian: Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu masuk utama
lantai dasar.
Spesifikasi: Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa rangka
(frameless).
Warna: Ditentukan kemudian.
e. Penahan Pintu (“Door Stopper”).
Pemakaian: Seluruh pintu.
Spesifikasi: Bahan karet.
4.2.2. Perlengkapan Pintu Besi.
Engsel dan kunci dipasang dan dibuat sekaligus dengan kusen dan daun pintu di
Bangunan Kios.
a. Engsel.
Mekanisme: Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi: Tipe ball bearing dengan batang poros dapat dikunci, dengan
kemampuan dapat menahan beban daun pintu termaksud (@200kg).
Pemakaian: Bangunan Kios.
Jumlah: 3 (tiga) set per daun pintu.
Warna: Sesuai dengan kusen dan daun pintu.
b. Kunci.
Mekanisme: Sistim selot.
Spesifikasi: Batang selot pada daun pintu dilengkapi pegangan yang dapat dipasang
kunci gembok.
Pada kusen dipasang ring untuk tempat mengunci pegangan batang selot dan kunci
gembok.
Pemakaian: Bangunan Kios.
Jumlah: 1 (satu) set per daun pintu.
Warna: Sesuai dengan kusen dan daun pintu.
4.2.3. Kehandalan kerja.
Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum
dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
4.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi fabrikasi,
dan pemasangannya untuk setiap tipe pintu dan jendela. Shop drawing harus disetujui
dahulu oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
4.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususnya
lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah
ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk Konsultan Pengawas.
Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan
biaya.
4.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada
pintu-pintu umum biasa.
Engsel pintu toilet/peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan bawah pintu.
Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.
4.3.4. Door stopper untuk pintu toilet/peturasan, dipasang pada dinding dengan minimum
ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang pada lantai.
Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu
terbuka.
Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus sesuai
dengan spesifikasi pabrik pembuat.

Pasal 4
PEKERJAAN PENGECATAN
5.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksud meliputi;
 Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata
 Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
 Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain).
5.2. PERSYARATAN BAHAN.
5.2.1. Cat Tembok Exterior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam. Tipe
exterior matt emulsion.
Produk SUNLEX, ICI atau setara.
5.2.2. Cat Tembok Interior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion.
Produk SUNLEX, ICI atau setara.
5.2.3. Cat Logam & Kayu.
Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior & exterior gloss
paint.
Produk, SEIV atau setara.
5.2.4. Lapisan Primer.
Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI atau setara.
5.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian berupa:
 Segel kaleng
 Test BD
 Test laboratorium
 Hasil akhir pengecatan
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.
Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen dan
diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.
5.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).
5.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Jika
contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Konsultan
Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan “mock-up”.
5.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan
diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas
cat yang ada di dalamnya.
Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
5.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain.
Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
5.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan
pelindung, misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada
waktu pelaksanaan pekerjaan.
5.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di
dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia,
maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara
berlangsung lancar.
Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai
kipas angin (fan) untuk memperlancar pergantian/aliran udara.
5.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum cleaner),
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya
cukup untuk pekerjaan ini.
5.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
5.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
5.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
5.3.8. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”).
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang
untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan
pekerjaan pengecatan.
5.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang
kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.
5.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang direkomendasikan oleh
pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan dari pabrik.
5.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton
a. Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan
dalam kondisi kering.
b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.
c. Permukaan Interior.
f Lapisan Pertama:
 Cat dasar jenis Alkali
 Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 13-15 m2.
 Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
 Warna bening (transparan).
f Lapisan Kedua dan Ketiga:
 Cat jenis Interior Setara Dulux.
 Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2 per lapis.
 Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
 Warna ditentukan kemudian.
d. Permukaan Exterior.
f Lapisan Pertama:
 Cat dasar jenis Alkali,
 Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 13-15 m2.
 Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
 Warna bening (transparan).
f Lapisan Kedua dan Ketiga:
 Cat jenis Exterior/
 Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
 Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2 per lapis.
 Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
 Warna ditentukan kemudian.
5.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan.
a. Persiapan Sebelum Pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak/millscale), karat, minyak, lemak dan
kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire Brush).
Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.
Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus mendapat
“solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.
b. Pelaksanaan pengecatan.
f Lapisan Pertama:
 Pekerjaan cat primer/dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan/material
logam terpasang. Cat primer SEIV.
 Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
 Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
f Lapisan Kedua:
 Cat dasar jenis Undercoat.
 Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
 Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
f Lapisan Ketiga dan Keempat: Cat akhir (“finish”), SEIV.
 Pelaksanaan dengan kuas
 Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan
kemudian
5.3.13. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.
 Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar
SEIV 1 (satu) lapis.
 Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal 5
PEKERJAAN DINDING PARTISI
6.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi;
Pekerjaan pembuatan dan pemasangan dinding partisi lengkap seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.
6.2. PERSYARATAN BAHAN.
6.2.1. Rangka Partisi.
Besi hollow lengkap wall track, stud.
Bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.
6.2.2. Dinding Panel Partisi GRC.
a. Partisi dalam: GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal mutu
terbaik.
Pemakaian: Untuk dinding bagian dalam (penyekat ruangan kios).
b. Partisi luar: GRC, 2 (dua) sisi, tebal masing-masing 6 mm, produk ex lokal mutu
terbaik, ditengahnya dilapisi lembaran aluminium.
Pemakaian: Untuk dinding bagian luar.
Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan-ketentuan spesifikasi pabrik.
6.2.3. Assesoris.
Angker, sekrup, pelat, baut harus galvanis.
Angker rangka induk/pokok partisi adalah galvanis steel plate, tebal 2 mm.
6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
6.3.1. Pada dasarnya, pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan dalam Pasal
Pekerjaan Pintu dan Jendela dan spesifikasi pabrik.
6.3.2. Standar Pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan, Kontraktor harus membuat contoh jadi (“mock-up”)
1 (satu) unit dinding partisi lengkap dengan pintu, dan terpasang di tempatnya.
Jika contoh jadi ini disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka contoh
jadi ini menjadi acuan standar pelaksanaan pekerjaan dinding partisi keseluruhan.
6.3.3. Semua rangka dinding partisi harus terpasang siku, tegak, rata sesuai peil dalam
Gambar Kerja dan lurus (tidak melampaui batas toleransi kemiringan yang diijinkan
dari masing-masing bahan yang digunakan).
6.3.4. Semua ukuran modul yang dianut berkaitan dengan modul lantai dan langit- langit.
6.3.5. Semua partisi yang terpasang harus sesuai dengan Gambar Kerja, dalam hal tipe dan
“lay-out”
6.3.6. Setelah pemasangan, Kontraktor memberikan perlindungan terhadap benturan-
benturan dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan.
Semua cacat, kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor sampai pekerjaan
selesai, dan harus diperbaiki hingga memenuhi standar yang ditentukan tanpa biaya tambah.

BAB III
SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL/ELEKTRIKAL

Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Instalasi Mekanikal/Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas / menambahkan hal-
hal yang tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat
Administratif saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Mekanikal/Elektrikal.

Pasal 2
PERSYARATAN PELAKSANAAN
2.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan Undang-
undang dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan
dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.
2.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal
ini, bila tidak ada petunjuk dari Konsultan Pengawas.
2.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi
Mekanikal/Elektrikal, untuk dapat dipertanggung-jawabkan.
2.4. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi dengan
Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
2.5. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasional.
Testing harus dilaksanakan di hadapan Konsultan Pengawas.
2.6. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung jawab
Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti/memperbaiki hal tersebut di atas.
2.7. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab Kontraktor.
2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas pekerjaan
dan lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal/Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar
sebagai berikut:
2.8.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik Tahun 2000.
2.8.2. Peraturan-Peraturan lainnya yang telah ditentukan PLN
2.8.3. Peraturan-Peraturan yang telah ditentukan Pemda Bandung.
2.8.4. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
2.8.5. Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi No.
59/DP/1980.
2.8.6. Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No.48.
2.8.7. Peraturan Pokok Teknik Penyehatan Mengenai Air Minum dan Air Buangan Rancangan
1968 Dirjen Cipta Karya, Direktorat Teknik Penyehatan.
2.8.8. Algemeene Voorwarden Voor Drink Water Instalatuur (AVWI).
2.8.9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.173/Men.Kes/Per/VIII/77, tentang
Pengawasan Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai kegunaan yang
berhubungan dengan kesehatan.
2.8.10. Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar
Internasional dari KRT, ASME, ASHRAE, ASTM, VDE, BS, NEC, IEC dan lain-lain.
2.8.11. Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja.
2.8.12. Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang terdapat dalam
gambar-gambar.
2.8.13. Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik 1980 (Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI).
2.8.14. Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran Tahun 1980 (Departemen PU).
2.8.15. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Tahun 1985 (Departemen PU.
2.8.16. N.F.P.A. dan F.O.C. sebagai pelengkap.
2.8.17. Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.18. Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.
Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal/Elektrikal ini selain dari
persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan
oleh pabik pembuatnya.
2.9. Pekerjaan dianggap selesai apabila:
2.9.1. Telah mendapat Surat Pernyataan bahwa instalasi baik dari Konsultan Pengawas.
2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik
dapat membenarkannya.
2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama-sama dengan Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.
2.10. Kontraktor.
2.10.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.
2.10.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah Badan Pelaksana yang
telah terpilih dan memperoleh Kontrak Kerja untuk penyediaan dan pemasangan
instalasi Mekanikal/Elektrikal ini sampai selesai.
2.10.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS / SIKA PLN kelas C untuk
pekerjaan instalasi listrik, PAS PAM kelas III (C) untuk pekerjaan plumbing dan
pemadam kebakaran (pemipaan) sebagai penanggung jawab di bidangnya masing-
masing. Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal/Elektrikal
dalam proyek ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga ahli yang setiap saat
dapat berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi di
lapangan.
2.10.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
2.10.5. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang, peraturan-
peraturan, persyaratan umum, maupun suplementer-nya, persyaratan standar
internasional, persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku dokumen
pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.
2.10.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya terdapat hal-hal yang kurang jelas pada
dokumen-dokumen pelelangan, gambar-gambar atau lainnya.
2.10.7. Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari
pihak-pihak Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain
dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya.
Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran-saran
perbaikan untuk segenap pihak.
Apabila hal ini dilakukan, Kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala kerugian-
kerugian yang ditimbulkan.
2.11. Koordinasi dengan Pihak Lain.
2.11.1. Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi / penyesuaian
pelaksanaan pekerjaannya dengan seluruh disiplin pekerjaan lainnya atas petunjuk ahli,
sebelum memulai mengerjakan pada waktu pelaksanaan.
Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari. Keterlambatan pekerjaan
akibat tidak adanya koordinasi menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.11.2. Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran pelaksanaan
proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor Sipil maupun Arsitektur.
2.11.3. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh/sedapat mungkin
digunakan peralatan-peralatan yang seragam dan merk yang sama untuk seluruh proyek
ini agar mudah memeliharanya.
2.11.4. Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain
atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistim ini,
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini.
2.11.5. Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi dan memberikan petunjuk kepada Kontraktor
lainnya untuk melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan sensor-sensor,
perletakan peralatan/instalasi, pembuatan sparing dan lain-lain pada dan untuk peralatan
Mekanikal/Elektrikal agar sistim Mekanikal/Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung jawab penuh atas
peralatan-peralatan tersebut.
2.11.6. Penolakan Pekerjaan Sistim Mekanikal/Elektrikal.
Apabila sistim pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal atau tidak
memenuhi persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk
melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup menurut Konsultan Pengawas
serta pihak yang berwenang, maka keseluruhan atau sebagian dari sistim ini
sebagaimana kenyataannya, dapat ditolak dan diganti.
Dalam hal ini Pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut di atas dengan baik atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor.
2.12. Pengawasan Instalasi.
2.12.1. Shop drawing.
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar kerja/shop
drawing rangkap 4 (empat). Gambar kerja tersebut haruslah gambar yang telah
dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini dan disesuaikan dengan
koordinasi lapangan yang ada.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
2.12.2. Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya kepada
Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya secara
tertulis untuk dapat dipasang.
Seluruh contoh harus sudah diserahkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah
Kontraktor memperoleh SPK.
2.12.3. Kontraktor harus membuat jadwal/skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja, skedul
pengadaan peralatan dan network planning yang terinci untuk setiap pekerjaannya dan
diserahkan kepada Konsultan Pengawas atau pihak lain yang ditunjuk untuk
mendapatkan persetujuannya.
Skedul dan network planning harus diserahkan dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender
sesudah menerima SPK.
2.12.4. Kontraktor harus mengadakan:
a. Laporan kegiatan pekerjaan harian.
b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan.
c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto dokumentasi.
2.12.5. Untuk setiap tahap pekerjaan sistim Mekanikal dan Elektrikal yang telah selesai
dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Konsultan
Pengawas atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa setiap pekerjaan sistim
Mekanikal dan Elektrikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.
Tahap-tahap pekerjaan sistim ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal
perincian waktu yang diserahkan oleh Kontraktor.
2.12.6. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run pekerjaan sistim Mekanikal dan
Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, ahli atau
pihak-pihak lain yang ditunjuk. Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama
pemegang merk peralatan yang diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan.
Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera.
Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
2.12.7. Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas atau ahli yang ditugaskan
apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi
pada saat melaksanakan pekerjaan.
2.12.8. Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas
untuk pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor.
2.13. Pembersihan Lapangan.
2.13.1. Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang
digunakan.
Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi pembersihan
lapangan tersebut.
2.13.2. Setelah Kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa bahan
pekerjaan dan peralatannya, kecuali yang masih diperlukan selama masa
pemeliharaan.
2.13.3. Kontraktor harus melindungi daerah kerja di dalam gedung/bangunan dengan Portable
Fire Extinguisher Class A/B/C (15 lbs) atau jenis lain untuk setiap luasan sesuai
dengan peraturan yang berlaku atas biaya Kontraktor.
2.14. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
2.14.1. Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus menyerahkan :
a. Gambar-gambar jadi (as built drawing) dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3
(tiga) set dan dalam bentuk kalkir Sevia sebanyak 1 (satu) set.
b. Katalog spare-parts.
c. Buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia.
d. Buku petunjuk perawatan atas peralatan yang terpasang dalam kontrak ini, juga
dalam bahasa Indonesia.
Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemilik sebanyak 3 (tiga) set dan
kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set. Bila gambar dan data-data tersebut
belum lengkap diserahkan, maka pekerjaan Kontraktor belum diprestasikan 100%.
2.14.2. Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai operasi dan
perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya,
minimal 3 (tiga) orang selama 3 (tiga) bulan sesudah penyerahan pertama proyek
dilakukan.
Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
2.14.3. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan petunjuk operasi dan
perawatan yang harus dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Konsultan Pengawas
dan sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan
pada dinding dalam ruang mesin utama lain yang ditunjuk Konsultan Pengawas.
2.15. Service dan Garansi.
Keseluruhan instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu) tahun sesudah
tanggal saat sistem diterima oleh Konsultan Pengawas secara baik (setelah masa
pemeliharaan).
2.15.1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama
masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang.
2.15.2. Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistim
yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender setelah proyek ini diserah-terimakan untuk pertama kalinya.
2.15.3. Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk
mengoperasikan/merawat peralatan Mekanikal dan Elektrikal serta mendatangkan
seorang supervisor sekali seminggu untuk memeriksa atau melakukan penyetelan
peralatan selama masa pemeliharaan.
2.15.4. Kontraktor harus memberikan service cuma-cuma untuk seluruh sistim Mekanikal/
Elektrikal selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini
diserah-terimakan pertama kali dan garansi 1 (satu) tahun kalender setelah serah
terima kedua.
2.16. Izin.
2.16.1. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk
melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan
biaya Kontraktor.
2.16.2. Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya yang
mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh
Kontraktor atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi/Konsultan Pengawas dengan
semua biaya atas beban Kontraktor.
2.16.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang di-paten-kan
serta kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut
di atas.
2.16.4. Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan resmi yang diperolehnya
mengenai instalasi proyek kepada Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk,
sebelum penyerahan kedua dilakukan.
2.16.5. Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas setiap
akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan
pekerjaan diluar jam kerja (kerja lembur).
2.16.6. Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan.
Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan izin tersebut
harus dibayar oleh Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak gambar yang
diperlukan untuk pengurusan IMB.
2.17. Korelasi Pekerjaan.
2.17.1. Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan instalasi Mekanikal/
Elektrikal, dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus sudah memperhitungkan
pengangkutan tanah bekas galian/pembersihan.
2.17.2. Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada dinding,
lantai, langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan oleh Kontraktor
berikut perapihan/finishing-nya kembali.

2.17.3. Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari peralatan-
peralatan ke panel yang disediakan oleh Kontraktor Listrik sesuai dengan gambar
dokumen tender.
Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut, apakah sudah
sesuai dengan peralatan yang akan disambungkan. Segala akibat yang timbul akibat
penyambungan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.17.4. Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus memberikan data-data, kuran-ukuran, gambar-gambar dan
peralatan yang diperlukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
2.17.5. Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan yaitu air, listrik, saniter
darurat harus disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar
untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
2.17.6. Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus diberi
lapisan isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan
perbaikan dan pemeliharaan dari segi teknis.
Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus
sudah diperhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.
2.17.7. Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus ditutup
kembali seperti semula dan dirapikan / di-finish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi
bekas-bekas pembobokan.
2.17.8. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus menyerahkan
gambar/data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan dipasang,
agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik berikut pengamanannya.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2.18. Sub Kontraktor.
2.18.1. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus karena tenaga-tenaga pelaksana yang
ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan, pengujian dan lain-lain,
Kontraktor dapat menyerahkan sebagian instalasinya kepada Sub Kontraktor lain
setelah mendapatkan persetujuan secara tertulis dari Konsultan Pengawas.
2.18.2. Sub Kontraktor harus memenuhi syarat seperti tercantum dalam Pasal 2 butir 2.10.3.
pada Bab ini.
2.18.3. Kontraktor masih harus bertanggung jawab sepenuhnya atas segala lingkup
pekerjaannya, baik yang dilaksanakan sendiri maupun terhadap pekerjaan yang
diserahkan kepada Sub Kontraktor (di-sub-kontrakkan).
2.19. Site Manager.
2.19.1. Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh seorang yang
cukup berpengalaman dan diberi wewenang oleh Penanda- tangan kontrak, untuk
mengambil keputusan di lapangan.
Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan instalasi pada proyek ini
dan selalu berada di lapangan (on site). Bila ia akan meninggalkan site harus ada
orang lain yang secara tertulis diberikan wewenang untuk mewakilinya.
2.19.2. Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh Kontraktor
pada saat penawaran dilakukan.
2.19.3. Bilamana menurut pendapat pihak Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau
pihak yang berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang cakap menjalankan
tugasnya, Kontraktor harus menggantinya dengan orang lain.
2.19.4. Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus bertindak
sebagai Site Manager.
2.20. Bahan.
2.20.1. Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan
utama Mekanikal/Elektrikal, juga brosur asli pipa, kabel, pipa konduit, katup-katup,
detektor, sensor dan lainnya beserta data-data teknis dan mengisi daftar skedul dari
peralatan tersebut. Pada brosur-brosur peralatan/bahan yang ditawarkan harus
diberi tanda dengan warna yang jelas.
2.20.2. Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang
disebutkan didalam gambar dan spesifikasinya, maka nilai evaluasi penawaran
Kontraktor tersebut akan dikurangi dan Kontraktor tetap harus menggantinya sesuai
dengan gambar dan spesifikasinya.
2.20.3. Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa
persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang harus diperbaiki dan dirubah sesuai
dengan spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas tanggungan
biaya Kontraktor.
2.20.4. Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan baik,
tidak bercacat, sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga
kebersihan serta melindungi semua bahan-bahan yang digunakan dalam instalasi ini
sebelum dipasang.
2.20.5. Bilamana ternyata dipakai/digunakan bahan/peralatan sama, bekas dipergunakan
bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan bahan-bahan atau
peralatan yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atas biaya
tanggungan Kontraktor.
2.20.6. Tidak diperkenankan mendatangkan bahan/peralatan masuk ke site sebelum contoh
atau brosur disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua bahan yang telah masuk di
site dan menyimpang dari ketentuan dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang
telah disetujui, maka bahan/peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam
waktu 3 x 24 jam sejak diketahuinya penyimpangan itu oleh Konsultan Pengawas.
Bila hal ini belum dilakukan maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.

Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta
peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja, pembuatan alat-
alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan pengujian dan keperluan kerja.
Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi
perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
pekerjaan ini.
Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat dilihat pada
Syarat-syarat Khusus Teknis):
3.1. Sistim Mekanikal.
3.1.1. Instalasi Plumbing air bersih, air kotor dan air bekas beserta pemompaannya.
3.1.2. Instalasi Tata Udara (ventilasi dan air conditioning)
3.2. Sistim Elektrikal.
3.2.1. Instalasi Sistim Distribusi Listrik berikut panel-panel daya.
3.2.2. Instalasi Penerangan dan Stop Kontak.
3.2.3. Instalasi Penangkal Petir.
3.2.4. Instalasi Telepon.
3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.
3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Mekanikal/Elektrikal sesuai dengan gambar
dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.
3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat lebih
lanjut kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk
ini.
3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas
kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal/Elektrikal harus
berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknis serta addendum
lainnya.
3.8. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul/butir-butir yang ditulis atau disebutkan kembali,
hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.
BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Pasal 1
UMUM
Syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh
pekerjaan listrik di dalam maupun di luar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis
Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Khusus Teknis ini.

Pasal 2
PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK
Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah PLN dengan daya terpasang
sebesar 197 kVA.
Dari jaringan tegangan menengah 20 kV PLN, daya dari PLN tersebut disalurkan ke trafo distribusi 20
kV / 400 V berkapasitas 250 kVA untuk dirubah menjadi daya bertegangan rendah LVMDP sampai
dengan panel ukur (KWH meter).
Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya/penerangan gedung secara
radial.
Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi 3 (tiga) fase-empat kawat 220/380
V mengikuti sistim PP (Pentanahan Pengaman).

Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistim listrik sebagai suatu sistim
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi, testing/pengujian, pengesahan
terhadap seluruh material berikut pemasangan/instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan atau
Badan Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan/garansi selama 12 bulan. Ketentuan-
ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi
perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistim listrik sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjukkan
pada Syarat-syarat Umum untuk menunjang bekerjanya sistim/peralatan, walaupun tidak tercantum
pada Syarat-syarat Khusus Teknis atau gambar dokumen.
Pekerjaan ini meliputi:
3.1. Pekerjaan di dalam Gedung.
3.1.1. Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya/penerangan termasuk
di dalam pekerjaan ini adalah penarikan kabel/konduktor pentanahan netral/badan
panel.
3.1.2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel jenis NYY untuk penghubung antar panel
daya/penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa
dan lain-lain).
3.1.3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak. Termasuk
pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, baik
penerangan normal maupun darurat.
3.1.4. Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray lengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.
3.1.5. Pengadaan dan pemasangan instalasi under floor duct lengkap dengan material bantu
yang dibutuhkan.
3.2. Pekerjaan di luar Gedung.
3.2.1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi daya.
3.2.2. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar/ taman, termasuk lampu sorot
bangunan.

Pasal 4
GAMBAR-GAMBAR
Gambar-gambar Elektrikal menunjukan secara khusus teknis pekerjaan listrik yang didalamnya
besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Gambar-gambar Arsitektur, Struktur, Mekanikal/Elektrikal dan kontrak lainnya haruslah menjadi
referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya kembali. Setiap
kekurangan/kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Ahli, Konsultan Pengawas dan atau
pihak lain yang ditunjuk untuk itu.

Pasal 5
KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI
5.1. Peralatan Instalasi Tegangan Rendah.
Meliputi pengadaan dan pemasangan power recepacle outlet (stop kontak), saklar, kontak-kontak
tarik (pull box), cabinet/panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang
diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistim instalasi daya
tegangan rendah 220/380 V dan penerangan.
5.1.1. Kotak-kotak (doos) outlet.
a. Jenis.
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE atau standar
lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single/multi gang box empat persegi atau segi
delapan.
Ceilling ox dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang dengan baik dan
benar.
b. Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang
diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran
conduit, sesuai dengan persyaratan, tetapi kurang dari ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.
c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type).
Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut di bawah ini harus dari tipe yang diberi
gasket tahan cuaca:
ƒ Tempat-tempat yang kena matahari.
ƒ Tempat-tempat yang kena hujan.
ƒ Tempat-tempat yang kena minyak.
ƒ Tempat-tempat yang kena udara lembab.
ƒ Tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.
d. Outlet Pada Permukaan Khusus.
Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok
beton, marmer, frame besi, dinding bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi
dan harus mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.
5.1.2. Saklar dan Stop Kontak.
a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding
dan receptables outlet harus galvanized steel dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1
x 10,1 cm. untuk peralatan tunggal dan 11,9 x 11,9 cm. untuk dua peralatan dan kotak-
kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan.
b. Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanic dengan rating minimum 10A/250V.
Saklar pada umumnya dipasang terhadap permukaan tembok, kecuali bila ditentukan
lain pada gambar.
Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140 cm. di
atas lantai yang sudah selesai.
Saklar-saklar tersebut harus dipasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya
diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 110
cm. (di ruang basah dan pantry) dan 30 cm. (selain di ruang basah dan pantry) dari
permukaan lantai yang sudah selesai (finished) sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Saklar dan stop kontak ex MK.
c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan) dengan
rating minimum 10A/220V.
Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi saluran
pentanahan.
d. Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak plat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai bentuk
yang tetap.
5.1.3. Kabel-Kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi: kabel tegangan
rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang
diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua sistim dan peralatan.
a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600V).
Kabel tegangan rendah digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE,
SPLN, LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin), kecuali
untuk peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak dan
dipilin (stranded).
Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm2, kecuali untuk
pemakaian kontrol pada sistim remote control yang panjangnya kurang dari 30 meter
bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2.
Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel instalasi di dalam
bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kabel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam conduit atau
dipasang di atas cable tray/cable rack dan di-klem/diikat dengan pengikat kabel (cable
tie) sesuai dengan kebutuhannya.
Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam
bangunan harus diadakan secara lengkap.
Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40%. Kabel merk
SUPREME/KABELINDO atau setara.
b. Kabel Tanah Tegangan Rendah.
Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanam
langsung di dalam tanah.
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 ke atas harus berurat banyak dan
dipilin (stranded).
Ukuran kabel daya/instalasi terkecil adalah 2,5 mm2. Cara penanaman kabel secara
langsung di dalam tanah (direct burial) harus sesuai dengan gambar rencana,
termasuk cara persilangan dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kabel
tegangan menengah 20 kV.
Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah, harus dilakukan dengan alat
penyambung khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-cold pour system.
Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar
ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti anjuran pabrik pembuat
jointing kit yang digunakan, sehingga diperoleh hasil penyambungan yang andal,
tahan terhadap lembab, mempunyai sifat isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan
mekanis yang tinggi.
Kabel merk SUPREME/KABELINDO atau setara.
c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.
Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk ekstension dan daya harus
diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke saklar dan titik
lampu serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar.
Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari
jenis NYM dan diletakan di dalam PVC high impact heavy gauge.
Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm2. Kecuali tercatat lain.
Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 V yang panjangnya lebih dari 40
meter dari panel daya ke stop kontak pertama harus mempunyai luas penampang
minimum 4 mm2 (kapasitas hantar arus minimum 20 A).
d. Splice/Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan-sambungan
di dalam pipa konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak cabang atau
kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
Sambungan pada kabel harus dibuat secara mekanis dan harus kuat secara elektris
dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered.
Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus dihubungkan pada
konduktor-konduktor dengan baik sedemikian rupa, sehingga semua konduktor
tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas
oleh getaran.
e. Kabel kontrol.
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel kontrol motor,
starter dan peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed annealed
copper yang fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating tegangan sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 sqmm. Untuk
panjang lebih dari 30 m.) untuk mendapatkan operasi yang memuaskan dari peralatan
yang dikontrol, dengan pertimbangan- pertimbangan mengenai panjang circuit dan
sebagainya.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.
f. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
vernished cambric, asbes, gelas, tape syntetic, splice case, composition dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain
yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut anjuran
perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.
g. Pemasangan Kabel.
g.1. Pemasangan di Permukaan.
g.1.1. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.
Semua kabel harus dipasang didalam konduit PVC high impact heavy
gauge, dipasang di permukaan plat beton langit-langit dengan klem
pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus dicat dengan cat anti karat.
Semua kabel harus dipasang lurus/sejajar dengan rapi dan teratur.
Pembelokan kabel harus dilakukan dengan jari-jari lengkungan tidak boleh
kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali diameter kabel).
Konduit ex CLIPSAL/EGA.
g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel.
Kabel-kabel daya yang diletakan di atas cable tray, di-klem pada cable
tray dengan cable ties (pita plastik pengikat kabel). Pemasangan cable
tray harus mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan digantung
atau disangga secara kokoh dengan penggantung/penyangga besi yang
di-klem ke plat beton.
Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan
sendiri peralatan penunjang seperti tray, klem, besi penunjang,
penggantung dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang dipasang
horizontal maupun vertikal.
Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya
pemasangan kabel tersebut.
g.1.3. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-Motor Pompa.
Jenis kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam
konduit metal tahan karat (galvanized/white metal conduit) yang
diletakkan di atas plat lantai.
Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan
faktor pengisian 40%.
Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju motor, kabel ditarik ke
terminal motor dengan memakai flexible metal conduit yang juga tahan
karat.
Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit dan
disambungkan dengan cara sedemikian rupa, sehingga benar-benar
kedap air. Demikian juga penyambungan pipa fleksibel terhadap box
terminal motor. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan
contoh konduit fleksibel serta cara penyambungannya terlebih dahulu
kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
g.2. Pemasangan di Permukaan.
Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang di dalam dinding harus
diletakkan di dalam konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran
minimum ¾”.
Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan setelah pipa
selesai ditanam.
g.3. Pemasangan Menembus Dinding.
Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang terbuat
dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel.
h. Penggunaan Warna Kabel.
Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa, netral dan
ground harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL2000, yaitu:
h.1. Sistim Tegangan 220 V, 1 Fasa: Hitam: Fasa
Biru: Netral
Kuning/Hijau: Pentanahan (G).
h.2. Sistim Tegangan 220/380 V, 3 Fasa: Merah: Fasa R
Kuning Fasa S Hitam : Fasa T Biru Netral (N)
Kuning/Hijau Pentanahan (G).
i. Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas daya dan panel daya
motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan,
sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.
j. Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam/tersembunyi harus juga dipasang
secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.
5.1.4. Kabinet Panel Daya.
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1,7mm untuk panel
yang dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm. untuk jenis floor standing,
kecuali yang sering terkena basah/hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang tahan
kelembaban atau konstruksi khusus.
Kabinet untuk panel daya/kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk
frame/rangka panel harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel
panel daya serta penutupnya.
Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi dan benar.
a. Finishing.
Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat
tahan karat dengan cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing
paint). Penentuan warna cat sebelumnya harus dimintakan persetujuan ke Konsultan
Pengawas.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium platting
atau dengan zinchromate dan dicat dengan cat akhir sistim oven.
b. Kunci
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci “flat lock” jenis kunci untuk setiap
kabinet harus dari tipe “common key”, sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah
sama.
Pada masing-masing kabinet harus disediakan 2 (dua) anak kunci.
c. Tinggi Pemasangan Panel.
Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel
dengan mudah masih dapat dijangkau.
Tergantung pada tipe/macam panel, bila dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/
penggantung, Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera
pada gambar.
d. Label.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group,
pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan
fungsinya untuk mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.
5.1.5. Sistim “Race Way”.
Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta
perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.
a. Ukuran.
Semua race way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani dengan
baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL dan lain-lain. Diameter
minimum konduit adalah ¾” menurut ukuran pasaran dengan faktor pengisian kabel
maksimum 40 %.
b. Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high
impact heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal
untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis heavy gauge galvanized
walded steel yang memenuhi persyaratan BS4568: part I & II class 4.
c. Pemasangan.
c.1. Race Way yang ditanam di dinding.
Pananaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan jalan
membobok beton dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai
dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan
untuk mengembalikan kondisi dinding dengan kondisi semula.
Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit ditutup
untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.
c.2. Race Way yang dipasang di permukaan.
Race Way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang
sejajar atau tegak lurus dengan dinding bagian struktur atau permukaan
bidang-bidang vertikal dengan langit-langit.
Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-langit, harus
digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar.
Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup dengan kuat.
Semua ujung pipa yang bebas harus ditutup atau dilengkapi dengan plat
kuningan yang sesuai.
Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting- fitting, klem dan
lain-lain harus digalvanisir atau dicat tahan karat dan harus digunakan
pendukung supaya pipa bebas dari permukaan korosif.
Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus dicat satu
jalan sebelum dipasang dan sekali lagi sesudah dipasang dengan warna yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat
dengan warna sebagai berikut:
ƒ Pipa penerangan dan daya Orange
ƒ Pipa telepon Hijau
c.3. Race Way yang dipasang di dalam tanah.
Race Way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus
mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum
dipasangkan di atas Race Way tersebut diberi patok petunjuk.
Pipa Race Way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi
standar SII.
c.4. Race Way melintas/menembus dinding.
Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai, langit-langit dan lain-lain,
maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui
oleh debu, lembab (uap air) api dan asap.
c.5. Cable Trench.
Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman di bawah tanah
minimal 80 cm. dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya
saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan tanah.
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah
pengerasan badan jalan atau bila sebelumnya harus lebih dari 110 cm. atau
atas persetujuan Konsultan Pengawas.
c.6. Konduit Logam Fleksibel Tahan Air.
Konduit logam fleksibel yang tahan air harus dipakai pada kondisi dimana ada
kemungkinan pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir yang
korosif, lembab atau berupa minyak, termasuk dalam hal ini adalah pemakaian
pada kabel masuk ke terminal motor pompa.
Suatu bungkus (shealth) yang tahan cairan dari plyvinil chloride (PVC) harus
menonjol pada inti baja yang fleksibel.
Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan
(earth continuity) harus pula dimiliki oleh Race Way/konduit ini.

c.7. Pengakhiran dan Sambungan.


Race Way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan lain-
lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating insert yang harus terbuat dari
thermoplastic atau “fire minded” yang dimatikan untuk mencegah rusaknya
kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari sistim grounding dari
Race Way.
Sambungan untuk Race Way/pipa logam elektrikal harus dari jenis yang tahan
hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistim penguncian interlock
compressed.
c.8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan
ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif. Bahan-bahan
logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung
kabel (shealth/armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak,
armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu
untuk pentanahan.
Penggunaan conduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan tidak
diperbolehkan.
Dalam hal ini harus digunakan konduktor tersendiri yang terbuat dari tembaga
dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm. dan
dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus
menggunakan penyambung mekanis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
ƒ Pentanahan netral bus-bar dan panel, maksimum 2 ohm.
ƒ Pentanahan netral generator, maksimum 2 ohm.
5.1.6. Cable Tray.
a. Bahan.
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari bahan besi
lunak dengan sisi-sisi ditekuk ke dalam dengan ketebalan plat tidak kurang dari 2,0
mm. Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir.
Cable tray ex TRI ABADI atau setara.
b. Penggantung/Penyangga.
Untuk cable tray yang dipasang menggantung, penggantung cable tray harus
dibuat dari batang besi lunak yang digalvanisir dengan diameter minimum 6 mm.
ujung penggantung di-ulir untuk memungkinkan pengaturan levelling cable tray.
Ukuran penyangga dan penumpu (bracket) harus dipilih agar menghasilkan
penyangga / penumpuan yang kokoh.
5.1.7. Underfloor Cable Duct.
a. Bahan.
Underfloor cable duct yang digunakan harus dari bahan pregalvanized steel terdiri
atas dua kanal, lebar 120 mm + 70 mm. (total lebar 190 mm) dan tinggi 28 mm.
Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm. Keseluruhan cable duct harus digalvanisir.
Satu kanal akan digunakan untuk kabel daya jenis NYM 3 x 2,5 mm2 (kanal
selebar 120 mm.) dan kanal lainnya (kanal selebar 70 mm.) akan digunakan untuk
kabel data komputer jenis UTP-Cat6E (Gigabit Ethernet) bersama dengan kabel
telepon jenis ITC 2 x 2 x 0,6 mm2 (2 pairs). Pemasangan duct harus dilengkapi
dengan alat bantu yang diperlukan, antara lain U-bracket, duct connector dan end
cover serta pentanahan.
Keseluruhan alat bantu tersebut harus dari bahan pre-galvanized steel. Cable duct
ex THREE STAR atau setara.
b. Intersection Box.
Box base dari intersection box yang digunakan harus dari bahan pre- galvanized
steel dengan ukuran bukaan 4 (empat) arah yang sesuai dengan pemasangan
underfloor duct yang digunakan (lebar 2 x 70 mm. dan tinggi 28 mm.). Tebal plat
tidak kurang dari 1,5 mm, ukuran box base 270 x 170 mm. Frame dari intersection
box harus dari bahan die-cast aluminium dengan ukuran 200 mm. x 110 mm.
Setiap intersection box harus dilengkapi dengan base plate untuk pemasangan 2
(dua) buah stop kontak, 2 (dua) buah female socket RJ-45 untuk saluran data
komputer dan 2 (dua) buah female socket RJ-11 untuk saluran telepon. Cover dari
intersection box harus dari bahan die-cast aluminium yang dilengkapi dengan
engsel. Ketebalan cover harus cukup menahan beban pada saat ditutup.
Intersection box ex THREE STAR atau setara.
5.1.8. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.
a. Umum.
Panel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker, indikator,
magnetic connector, accessories, peralatan dan barang-barang lain yang
diperlukan untuk pemasangan dan operasi yang sempurna dari segenap sistim dan
peralatan-peralatannya.
Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman yang luas
di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tersebut telah beroperasi
dengan baik selama paling sedikit 3 (tiga) tahun. Penawaran harus meliputi
reference list sebagai suatu bukti.
b. Panel-Panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba, dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan
minimum dengan penyesuaian dan / atau penambahan seperti disyaratkan di
bawah ini:
b.1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead front, terbuat dari plat
baja (metal cled).
Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka profil
baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam
pengiriman atau pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromagnetis serta thermal
akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik).
Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan sisi-
sisinya dengan plat-plat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai
dari depan maupun belakang. Semua alat ukur dan atau tombol pemilih yang
dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel. Tutup
yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan
gerendel/kunci. Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan
lain- lain harus dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel
tersebut.
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres) ventilasi untuk
membatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada
nilai-nilai yang dipersyaratkan dalam standar VDE/IEC untuk peralatan yang
tertutup.
Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai
konstruksi sekrup (screwed on/bolted on).
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna
terhadap kemungkinan terkena percikan air.
Tebal pilar baja yang digunakan minimum 2 mm.
b.2. Pull Box.
Bila ditunjukkan dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan,
harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis
konstruksi yang sama dengan switch board pada bagian atas dari switch
board.
Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus dari bagian-bagian yang
bisa dibuka lepas. Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbeston atau
bahan tahan api yang sempurna.
Kabel yang menuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-
lubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang
ditempatkan di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan mudah
agar supaya memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel
yang diperlukan.
Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga
terhindar dari kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing).
Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi
dan pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan
bilamana perlu.
b.3 Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan disini dan seperti ditunjukkan
dalam gambar rencana, untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan.
Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda
menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan
operasi yang dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti
dalam urutan yang tepat, untuk mempermudah pemeriksaan bangunan
(konstruksi).
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun dan
ditunjang untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi
tertentu tersebut.
Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk
menjamin daerah kontak yang baik.
b.4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine,
untuk menjaga benda-benda asing masuk melalui lubang tersebut.
Pada bagian dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-punch).
b.5. Papan Nama.
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama
yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat
dilihat dengan mudah.
Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari
pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan
mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja.
Mini diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan
komponen-komponen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut.
b.6. Cadangan Sambungan dikemudian hari.
Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan- ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-
klem pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk peralatan yang
dipasang dikemudian hari. Kemungkinan penyambungan dikemudian hari
dapatberupa peralatan baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontaktor dan
lain-lain.
b.7. Bus-Bar/Rel Daya.
Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar
dengan rapih sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi. Jarak antar
bus-bar/rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam
PUIL 2000.
Bus-bar harus terbuat dari tembaga jenis “hard drawn high conductivity” yang
memenuhi standar BS 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara
menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150% dari arus
beban terpasang.
Ukuran bus-bar harus disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000. Semua bus-
bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat dari
bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya porselain atau
moulded isulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis
yang terjadi akibat hubung-singkat. Bus-bar dicat dengan warna yang sesuai
dengan penandaan fasa menurut PUIL 2000. Cat tersebut harus tahan
terhadap temperatur sampai 700C.
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full
netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang
telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem
untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini
konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa-4 kawat-5 bus.
Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan
arus lebih besar dari 63 A harus dilakukan melalui batang- batang tembaga
dari jenis yang sama dengan bus-bar. Untuk arus yang lebih kecil, diizinkan
menggunakan kabel berisolasi PVC (NYY atau NYA). Kontraktor diwajibkan
untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan ukuran-ukuran dari bus-
bar dan susunannya.
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan
disediakan cara-cara untuk penyambungan di kemudian hari. Apabila saluran
keluar (outgoing feeder) yang menuju ke satu terminal terdiri atas beberapa
buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu
kabel (cable shoes) pada satu terminal atau bus-bar. Bila terjadi hal demikian,
harus dilakukan dengan cara memasangkan batang tembaga tambahan
untuk menyatukan sepatu kabel (cable shoes) tersebut pada terminal yang
berlainan.
b.8. Alat-alat Ukur.
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti
yang ditunjukkan di dalam gambar rencana. Bila digunakan Ampere meter
selector switch (saklar pindah), pada saat pemindahan pengukuran arus,
saklar untuk Ampere meter harus dalam keadaan terhubung singkat.
Meter-meter harus dari tipe besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang
secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5
dengan penunjukkan melingkar (minimum 90o), skala linier, dipasang secara
flush dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 96 mm. x 96 mm.
Posisi dari saklar putar untuk Volt meter dan Ampere meter harus ditandai
dengan jelas.
b.8.1. Ampere meter (A-m).
ƒ Semua Ampere meter harus mempunyai kemampuan beban lebih
sebesar 120% dari batas atas penunjukannya selama 2 jam dan
dilengkapi dengan penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk
menandai besarnya arus beban penuh.
ƒ Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5
kW atau lebih pada salah satu fasenya.
ƒ Ampere meter harus mampu menahan pergerakan yang timbul
akibat arus start motor dan mempunyai skala overload yang rapat
(compressed) untuk keperluan pembacaan arus start tersebut.
ƒ Pada Ampere meter harus terdapat mekanisme pengatur
penunjukan nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar di bagian
depan.
b.8.2. Volt meter (V-m).
ƒ Volt meter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai
skala penunjukan yang lebar.
ƒ Volt meter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman
jenis HRC dengan arus nominal 3 A.
ƒ Pada volt meter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol
(zero adjusment) berupa sekrup pemutar di bagian depan.
b.9. Trafo Arus.
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor
type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan
standar-standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan harus
dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang timbul
pada waktu terjadinya hubungan singkat 3 fasa simetris. Trafo arus untuk
Ampere meter tidak boleh digunakan bersamaan dengan kWh meter. Trafo
arus harus terpisah dengan trafo kWh meter.
b.10. Kabel-Kabel kontrol.
Kabel kontrol (controlling wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di
pabrik/bengkel secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap
kerusakan mekanis.
Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan tegangan
nominal 600 Volt. Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus
dipasangkan sepatu kabel sesuai dengan ukuran kabelnya dan dikencangkan
dengan alat penekan (press tang/kraft tang) secara baik, sehingga dapat
dicegah terjadinya hubung longgar (lost contact). Setiap pemasangan ujung
kawat kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan harus cukup kencang
dan kokoh.
b.11. Merk Pabrik.
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik. Peralatan-
peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya
pada rangka panel.
b.12. Peralatan Pengaman/Pemutus Daya.
b.12.1. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).
ƒ Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil dari 800 A
digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker –
MCCB) yang memenuhi standar BS 4752 Part 11977 atau IEC 157.1
dan sesuai untuk temperatur operasi 40o C (fully tropicalized) dan
mampu beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan rating 1.000
VAC.
ƒ MCCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed” baik pada
posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.
ƒ Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari
bahan silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk
menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu
(wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis “quick make” dan “quick break”
secara simultan pada ke-tiga/ke-empat kutubnya sewaktu opening,
closing maupun trip.
ƒ Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCCB harus dapat membuka semua kutub (kontak
utama) secara bersamaan (simultan). Bila suatu arus kesalahan
mengalir pada salah satukutub harus menyebabkan ketiga kutub
membuka secara bersamaan.
ƒ MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing- masing
kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih
(overload-inverse time) secara mekanis dengan bimetal, dan arus
hubung-singkat (overcurrent-instaneous) secara mekanis dengan
solenoid (magnetis).
ƒ Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent
protection.
ƒ Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu: ON, OFF
dan TRIP.
ƒ Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting/breaking capacity)
tidak kurang dari 50 kA.
b.12.2. Miniatur Circuit Breaker (MCB).
ƒ MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan BS 4752/Part 1
1977 atau IEC 157.1 (fully tropicalized), mampu beroperasi untuk
tegangan sampai 660 VAC dengan rating 1.000 VAC.
ƒ MCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed”, baik pada
posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance.
ƒ Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari
bahan silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk
menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu
(wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak
utama menutup kembali tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCB tiga fasa harus dapat membuka semua kutub
(kontak utama) secara bersamaan (simultan).
ƒ Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus
menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersamaan.
ƒ MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih
(overload inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan arus
hubung singkat (overcurrent instaneous) secara mekanis dengan
solenoid (magnetis).
ƒ Arus nominal dari draw out ACB, MCCB dan MCB harus sesuai
dengan gambar, dengan kapasitas pemutusan (breaking capacity)
disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.
ƒ Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung
singkat 3 fasa simetris yang mungkin terjadi pada titik - titik beban dan
menganjurkan jenis ACB, MCCB serta MCB yang sesuai.
ƒ Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk
digunakan harus disertakan pada saat penawaran pekerjaan.
b.13. Terminal Pembantu.
Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan beberapa
kabel yang disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor harus juga menyediakan
terminal pembantu yang diperlukan. Terminal pembantu tersebut harus terbuat
dari bahan yang sama dengan terminal utama dengan kapasitas hantar arus
yang sesuai dan dilubangi sesuai dengan ukuran sepatu kabel yang digunakan.
Setiap mur baut yang digunakan harus dikencangkan dengan baik agar terhindar
dari kemungkinan hubungan longgar (lost contact).
5.1.9. Peralatan Penerangan.
a. Umum.
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan
serta alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna
dari semua peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan
ditunjuk pada gambar-gambar.
b. Kualitas dan Pengerjaan
Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun
khusus harus dari kualitas terbaik.
Pengerjaan harus dari kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan
standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul,
atau seperti yang disyaratkan disini.
Semua fixture TL harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja
sehingga mencapai minimum 0,96. Ballast harus dari tipe low losses. Armatur ex
ASAHI.
c. Jenis Armature
c.1. Lampu-Lampu Fluorescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe. Untuk twin lamp
atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan efek
stroboskopis.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus
memenuhi standar PLN/SII/LMK.
c.2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang -ruang tertentu menggunakan
jenis lampu sesuai dengan gambar rencana.
c.3. Lampu Baret.
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca
susu dengan lampu pijar (incandescent) atau lampu TL circle 32 W sesuai
dengan kebutuhan.
c.4. Lampu Taman dan Lampu PJU.
Bentuk lampu taman dan lampu PJU sesuai dengan gambar rencana
lengkap dengan tiang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box
berisi fuse 2 A dan terminal penyambung kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu tanam adalah NYM 3 x 2,5 mm2
dengan salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu untuk
pentanahan.
d. Pemasangan.
ƒ Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh orang
yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
ƒ Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan yang
perlu agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.
ƒ Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa sehingga
betul-betul lurus.
ƒ Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak
boleh mempunyai sela-sela diantara bagian-bagian fixture dan permukaan-
permukaan di sebelahnya.
ƒ Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).
ƒ Pada waktu diselesaikannya pemasangan armatur penerangan, peralatan
tersebut harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi
sempurna serta bebas dari semua cacat/kekurangan.
ƒ Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus
menyala secara lengkap.

Pasal 6
PENGUJIAN/PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM
6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing)
penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.
6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung
dalam pekerjaan renovasi sistim listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga
kerja harus dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik
yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commissioning.
6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan
Pengawas, antara lain:
ƒ Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section) maupun
keseluruhan (overall).
ƒ Pengujian pentanahan panel.
ƒ Pengujian kontinuitas konduktor.
ƒ Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
ƒ Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out).
ƒ Load testing.
ƒ Penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan mencatat data setelan
yang dilakukan.
ƒ Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi yang
ditunjuk Konsultan Pengawas.
6.4. Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas atau
standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.
BAB V
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING/SANITASI

Pasal 1
UMUM
Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan disini adalah persyaratan yang
harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan.
Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-
syarat Teknis ini.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan air
kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem
keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing terhadap
seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas) bulan. Ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan, juga termasuk ke dalam pekerjaan ini. Secara
umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah: Pengadaan dan pengangkutan ke
lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem plumbing/sanitasi
sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk
menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat teknis khusus
atau gambar dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut:
2.1. Instalasi Air Bersih
Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan,
lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya.
Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing serta
peralatan-peralatannya.
Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh pompa yang
disediakan oleh Kontraktor.
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk
seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik
dan aman.
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.
2.2. Instalasi Air Kotor/Air Buangan
2.2.1. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan lengkap dengan peralatan dan
berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan lain
sebagainya.
2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam bangunan menuju
saluran drainase dan septic tank.
2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya.
2.2.4. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
2.2.5. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
2.2.6. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

Pasal 3
TEKNIS UMUM PELAKSANAAN
3.1. Pengecatan.
3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga, semua
unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat
dasar (prime coating).
Bahan cat yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang sesuai
dengan bahan masing-masing.
3.1.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat/bahan-bahan sudah dicat di pabriknya atau
dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
3.1.3. Untuk peralatan/bahan-bahan yang tampak, maka peralatan/bahan-bahan tersebut harus
dicat akhir dengan cat besi merk ICI, sebagai berikut:
Pipa air bersih Biru ( ICI R 404-41001 ) Pipa drain / waste Hitam (ICI R 404-
40009) Gantungan/support Hitam (ICI R 404-40009) Pipa hydrant Merah (ICI R 404-
40005) Panah pengarah Putih (ICI R 404-101)
3.1.4. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi peralatannya
dengan cat.
Sebelum mengerjakannya, Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang
hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada Konsultan Pengawas.
3.2. Peralatan.
3.2.1 Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah tertutup.
3.2.2 Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan alat ukur
yang tidak dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
3.2.3 Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi
serta simetris.
3.2.4 Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di tempat-tempat
tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.
3.2.5 Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve serta
penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya pengumpulan udara.
3.3. Ukuran (Dimensi)
Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus dita’ati oleh
Kontraktor.Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terjadi
perbedaan antara satu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Konsultan
Pengawas.
Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran yang
diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai