Anda di halaman 1dari 9

DINASTI-DINASTI KECIL

(DINASTI AGHLABIYAH, FATIMIYAH, AYUBIAH)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang harus
dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk kemajuan umat manusia. Islam merupakan
agama ynag universal dari segi penyebarannya, sejak berabad-abad yang lalu Islam
telah mengalami pasang surut di bidang peradabannya. Islam mengalami puncak
keemasannya pada saat pemerintahan Abasiyyah yang berada di Baghdag, namun
catatan sejarah pula yang memberikan penjelasan bahwa Islam tidak dinamis
berada pada puncak kejayaan.
Namun itulah realita kehidupan. Untuk lebih mengetahuai historis dan
kronologisnya maka diperlukan pembahasan yang lebih mendalam, namun yang
akan dibahas pada penulisan kali ini yaitu seputar dinasti-dinasti kecil, tetapi
memiliki pengaruh yang besar pada kemajuan umat Islam, baik dari segi ilmu
pengetahuan, dan yang lainnya.
Wilayah tersebut sedikit demi sedikit memperoleh otonomi penuh atau
sengaja melepaskan diri dari pemerintah pusat (disintegration) sehingga oleh para
sejarawan disebut dinasti-dinasti keci (Smaller dynasties).
Oleh karena itu, dinasti-dinasti tersebut secara geografis terletak di sebelah Barat
dan Timur pemerintahan pusat (Baghdad).Makalah ini akan membahas materi
dinasti-dinasti kecil yang merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran
mata kuliah Sejarah Peradaban Indonesia.1

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009.), hlm. 7

1
1.2 Rumusan Masalah Makalah ini Sebagai Berikut
1.2.1. Bagaimana tentang Dinasti Aglabiyah?
1.2.2 . Bagaimana tentang Dinasti Fatimyyah?
1.2.3. Bagaimana tentang Dinasti Ayubiyah?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui tentang Dinasti Aglabiyah
1.3.2. Mengetahui tentang Dinasti Fatimyyah
1.3.3. Mengetahui tentang Dinasti Ayubiyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dinasti Aghlabiyah (184-296 H/808-909M)


Dinasti Aghlabiyah merupakan sebuah dinasti yang pusat pemerintahan
berada di Qayrawan, Tunisia.
2.1.1 Pendirian Dinasti Aghlabiyah.
Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Al-Aghlab pada tahun 184H/800M di
Ifriqiyah dan kota Qairawan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Ayah Ibrahim
adalah seorang keturunan dari turki yang menjadi pejabat di khurasan dalam bidang
militer Abbasiyah.
Dinasti Aghlabiyah dapat bertindak secara bebas, seperti mengatur sistem
pergantian sultan, perluasan wilayah, mengatur sistem ekonomi, melakukan kerja
sama dengan Negara lain.2 Dalam bidang keagamaan, seperti mengangkat seorang
Qhadi, harus mendapat persetujuan oleh khalifah Abbasiyah. Untuk menyatakan
ketundukan Aghlabiyah secara sepiritual kepada Baghdad, ia harus membayar
pajak setiap tahun kepada Baghdad, harus menyebut khalifah (memujinya) pada
waktu khutbah jum’at dan harus mencantukumkan nama khalifah pada mata uang
yang dibuat oleh dinasti Aghlabiyah.3
Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai
berikut:
1. Ibrahim I Ibn al-Aghlab (800-812 M)
2. Abdullah I (8l2-817 M)
3. Ziyadatullah (817-838 M)
4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M)
5. Muhammad I(841-856 M)
6. Ahmad (856-863 M)
7. Ziyadatullah (863- M)
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M)
9. Ibrahim II (875-902 M)

2
Ibn Athir, al-kamil fi al-tarikh, juz VI; Dar al-Fikr, tt, hlm. 238-239.
3
K. Ali, A study of islamic, hlm. 349.

3
10. Abdullah II (902-903 M)
11. Ziyadatullah III (903-909 M)
2.1.2 Perkembangan Dinasti Aghlabiyah.
a. Bidang Politik dan Militer
Setelah dinasti aghlabiyah mendapat pengakuan oleh khalifah di Baghdad,
maka penguasa Aghlabiyah melakukan perluasan wilayah, terutama ke daerah
sekitar afrika utara dan memadamkan pemberontakan kaum Khawarij Barbar.
Kemudian dia mengarahkan armada bajak laut, sehingga membuat Aghlabiyah
unggul di mediterania tengah dan membuat mereka mampu mengusik pantai-pantai
Italia Selatan, Pulau Sardinia, Croasica dan bahkan Maritime Alp.
Pulau Malta dapat direbut pada tahun 255/868M. Pulau ini menjadi pusat
penting bagi penyebaran kultur Islam ke Eropa Kristen melalui Universitas Palermu
yang didirikan oleh pemerintahan Islam di Pulau Silsiliah.4 Pada Universitas ini
orang Italia belajar Ilmu pengetahuan.
b. Bidang Ekonomi
Dibidang Ekonomi Aghlabiyah juga telah mengalami kemajuan yang pesat
yang pernah ditemui sebelumnya di Afrika pada abad ke-3 M. Kemajuan ini
didukung oleh kemajuan di Bidang Pertanian, Perkebunan, Perdagangan,
Perindustrian, Persenjataan dan Kerajinan terutama di daerah Qayrawan, sehingga
nama kota ini terangkat sebagai kota Metropolitan dan “Kota Pakubumi” Afrika.
c. Bidang Seni
Dapat dilihat pada dekorasi dan arsitektur Istana.
d. Bidang Pengetahuan
Membangun Masjid Al-azahar yang didalamnya terdapat kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan sehingga berdirilah dengan dibangunnya
Universitas Al-azahar.
e. Bidang Pemerintahan
Selain penjabat pusat, disetiap daerah memiliki pejabat gubernur yang
diangkat oleh khalifah untuk mengolah daerahnya masing-masing.5

4
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 87.
5
Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 1996) hlm. 437.

4
2.1.3. Kemunduran dan Kehancurannya.
Posisi Aghlabiyah di Ifriqiyah menjadi merosot menjelang akhir abad ke-9.
Propaganda Syi’i Abu Abdullah, perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaydillah memiliki
pengaruh kuat dikalangan Barbar ketama, hal ini menimbulkan pemberontakan
militer, dan Aghlabiyah terakhir, Ziyadatullah III, di usir ke Mesir pada tahun
297/909M, setelah upaya-upaya yang sia-sia untuk mendapatkan bantuan dari
Abbasiyah.6

2.2 Dinasti Fathimiyah (297-567H/909-1171M)


2.2.1 Pendirian Dinasti Fathimiyah
Dinasti Fathimiyah merupakan Dinasti Syi’ah Isma’iliyah yang didirikan
oleh Ubaidillah Al-Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara. Sebelum
berdirinya Dinasti Fathimiyah telah berdiri Dinasti Abbasiyah di Bagdhad dan
Dinasti Umaiyah di Spanyol. Untuk menyaingi kedua Dinasti yang bermahzab
“Sunni” ini, maka Ubaidillah mengambil nama Fathimiyah sebagai nama
dinastinya.
Menurut Von Grunibaum, pada tahun 860M kelompok ini pindah ke daerah
Salamiya di Syria dan disinilah mereka membuat suatu kekuatan dengan membuat
gerakan propaganda-propaganda dengan tokohnya Said ibnu Husein. Mereka
secara rahasia menyusupakan utusan-utusan ke berbagai daerah Muslim, terutama
Afrika dan Mesir untuk menyebarkan Ismailiyat kepada rakyat.7
Selain itu, ia mendapatkan dukungan dari seorang gubernur Ifrikiyah yang
bernama Zirid. Philip K. Hitti menyebutkan bahwa setelah mendapatkan kekuatan
yang diandalkan ia menulis surat kepada Imam Ismailiyat Said ibnu Husein untuk
datang ke Afrika Utara yang kemudian Said diangkat menjadi pimpinan
pergerakan. Pada 909M, Said berhasil mengusir Ziadatullah, seorang penguasa
Aghlabid terakhir untuk keluar dari negerinya. Kemudian Said di proklamasikan
menjadi imam pertama dengan gelar Ubaidullah Al-Mahdi.8 Dengan demikian,
berdirilah pemerintahan Fathimiyah pertama di Afrika dan Al-Mahdi menjadi

6
Hasan, Tarikh al-daulah, hlm. 187.
7
Badri Yatim, Sejarah kebudayaan Islam II (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam, 1996) hlm. 456.
8
Rahmat Susmihara, Sejarah Islam Klasik (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013) hlm 73.

5
khalifah pertama dari Dinasti Fathimiyah yang bertempat di Raqpodah daerah Al-
Qayrawan.
Dalam pemerintahannya, Al-Aziz sangat liberal dan memberikan kebebasan
kepada setiap agama untuk berkembang, bahkan ia telah mengangkat seorang
wazirnya dari pemeluk agama kristen yang bernama Isa Ibnu Nastur.
2.2.2. Kemajuan Dinasti Fathimiyah
a. Bidang Pemerintahan
Bentuk pemerintahan pada masa Fathimiyah merupakan suatu bentuk
pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir. Dalam
pelaksanaanya khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spritual.
Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada dibawah kontrol kekuasaan
khalifah. 9
b. Bidang Politik
 Mencari simpati masyarakat dengan membebaskan tawanan
Ikhsyidiyah dan pengikut Al-kafur.
 Perluasan daerah dari Antlantik, Sisilia dan pulau-pulau lainnya
sampai ke laut merah, Yaman, Suriah dan Mekkah.
 Membentuk angkatan laut untuk mendukung ekspansi ke luar Mesir
dan mengusir pasukan salib.
c. Bidang Agama
 Toleransi terhadap aliran-aliran agama yang ada, pada awal
pemerintahannya, tetapi pada masa selanjutnya Dinasti Fathimiyah
menjadikan Syi’ah sebagai mazhab resmi negara dan bahkan
akhirnya ajaran Syi’ah dipaksakan kepada rakyat, sehingga untuk
penjabat-penjabat pemerintahan harus dari kalangan syi’ah.10
 Perbaikan Masjid Al-Aqsa dan mendirikan masjid Al-Azhar.
d. Bidang pendidikan
Mengembangkan fungsi Masjid Al-Azhar menjadi Universitas Al-
Azhar sebagai tempat pengembangan aliran Syi’ah. Pada masa khalifah Al-

9
Jurji Zaidan, History Of Islamic Civilization (New Delhi: Kitab Bhavan, 1978), hlm.240.
10
G.E Van Grunbaum, Clasical Islam A History (Chicago: Aldime Produshing Company, 1970),
hlm.114.

6
Hakim (996-1021M) didirikan Universitas Dar Al-Ulum (sekarang menjadi
Universitas umum).

e. Bidang Ekonomi
 Dinasti Fathimiyah merupakan penghasil gandum dan kapas
terbesar pada masa itu, karena mesir daerah yang subur, sehingga
mesir dapat mengekspor gandum dan kapas serta kain pada waktu
itu.
 Dinasti Fathimiyah memajukan aneka industri dan kerajinan rakyat,
seperti tenunan, ukir mengukir dan sebagainya.
2.2.3. Kehancuran Dinasti Fathimiyah
Terjadinya kemarau panjang pada masa Al-Mustansir (1036-1094 M) serta
berjangkitnya penyakit menular. Kehidupan di Istana yang berewah-mewah
sementara rakyat menderita karna kelaparan . Tidak adanya kaderisasi pemimpin.11
Masuknya pasukan Salib ke Suriah dan Mesir. Munculnya Dinasti Ayyubiyah yang
bermazhab Sunni, dipimpin oleh Salahuddin Al-Ayyubi.
2.3. Dinasti Ayyubiyah (Akhir Abad ke-9H/1169-akhir abad ke-15 M) di
Mesir, Suriah, Diyarbakr dan Yaman.
2.3.1. Pendirian Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar
Bakir hingga tahun 1429M. Dinasti in didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, wafat
tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal dari suku Kurdi Hadzbani, putra
Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama Nuruddin.
Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi
pembentuk madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafi’i tetap
bertahan dibawah pemerintahan Fathimiyah, sebaliknya Salahuddin
memperlakukan madzhab-madzhab Hanafi (Lapidus ,1999:545). Keberhasilannya
di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.12
Najmudin Ayyub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani
dan menjadi Panglima Turki 1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawah pemerintahan

11
Philip K. Hitti, History of The Arab, (London: The Macmilland Press Ltd, 1974), hlm. 618.
12
Ahmad Amin, Dhuhal al-Islam, Jilid I, (Kairo: Lajnah Ta’lif Wa al-Nasyr, t.t), hlm. 188.

7
Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin,
Putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir Raja Almaric beserta pasukan
salibnya dari Mesir.
2.3.2. Kemajuan Dinasti Ayyubiyah
a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Dibangunnya Dar al-Hadits al-Kamillah (1222 M) untuk mengajarkan
pokok-pokok hukum secara umum terdapat berbagai madzhab hukum Sunni.
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damascus sebagai kota pendidikan.
Ditandai dengan dibangunnya Madrasah Al-Shauhiyyah tahun 1239 M Sebagai
pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah.13
Sedangkan dalam Arsitek pada monumen Bangsa Arab, bangunan Masjid di Beirut
yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
b. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath, karya-karya orang Arab tentang
orang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang
kedokteran kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat
pikiran.
c. Bidang Industri
Dibuatnya kincir oleh orang Syiriya yang lebih canggih di banding dengan
kincir orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
d. Bidang perdagangan
Di Eropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini
menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia
ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank termasuk Letter
of Credit (LC), bahkan ketika saat itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.14
e. Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan
sebagainya, ia juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam
perperangan. Disamping itu adanya perang Salib telah membawa dampak positif,

13
G.E Van Grunebaun, loc. Cit. Hlm. 148.
14
K. Ali. A study of Islamic, hlm. 352.

8
keuntungan dibidang industri, perdagangan dan intelektual, misalnya dengan
adanya irigasi.
2.3.3. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah
Sepeninggal Al-Kamil tahun 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh
pertentangan-pertentangan intern. Sarangan Salib keenam dapat diatasi, dan
pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap.15 Namun pada tahun 1250 M
keluarga Ayyubiyah diruntuhkan karna sebuah peberontakan oleh salah satu
resimen budak (Mamluk)nya yang membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan
mengangkat salah seorang pejabat menjadi sultan baru.
Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah Barat Ayyubiyah berakhir
oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol
(Glasse,1996:552). Dengan demikian berakhirah riwayat Ayyubiyah oleh Dinasti
Mamluk. Dinasti yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari seorang
bangsa Mongol. 16

15
Annan, Gerakan Yang Mengguncangkan, hlm. 131.
16
Hasan, Tarikh Islam, jilid III, hlm. 198.

Anda mungkin juga menyukai