Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Holcim Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di industri semen. PT. Holcim Indonesia, Tbk memiliki tambang batugamping yang
terletak di Desa Tambakreja, Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
Tengah. PT. Holcim Indonesia, Tbk melakukan penambangan batugamping dengan
target produksi 1.600 ton/jam. Pada kegiatan penambangan batugamping dilakukan
oleh PT. Holcim Indonesia Tbk dengan bantuan PT. Trisaka.
Penambangan batugamping dilakukan dengan sistem tambang terbuka (surface
mining) metode kuari (quarry) Side hill. Penelitian dilakukan di kuari
Nusakambangan. Kegiatan utama pada penambangan tersebut terdiri dari
pengupasan lapisan tanah penutup, pembongkaran batugamping dengan peledakan,
pemuatan dan pengangkutan dari loading point ke Hopper.
Saat ini PT. Holcim Indonesia, Tbk sedang membuka kuari baru yaitu kuari XII
yang akan dibagi menjadi 4 bagian dan telah melakukan penambangan pada
sebagian kuari XII B. Oleh karena itu dengan jarak yang semakin jauh dari kuari
XII ke Hopper maka diperlukan kombinasi yang sesuai antara alat muat dan alat
angkut.
Perlu dilakukan perhitungan kebutuhan jumlah alat muat dan alat angkut yang akan
digunakan, agar target produksi dapat tercapai untuk memenuhi batugamping pada
unit peremuk, maka Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung produksi alat
muat dan alat angkut yang digunakan serta menghitung keserasian antara alat muat
dan alat angkut.

1.2. Permasalahan
1. Berapa kemampuan produksi dan kebutuhan alat muat serta alat angkut untuk
mencapai target produksi 1.600 ton/jam.
2. Berapa keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut.

1
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menentukan kemampuan produksi dan kebutuhan alat muat serta alat angkut
untuk mencapai target produksi 1.600 ton/jam.
2. Menghitung keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut.

1.4. Batasan Masalah


1. Penelitian hanya menghitung produksi sesuai dengan alat muat dan alat
angkut yang sudah ada dan digunakan yaitu Wheel Loader Caterpillar 990 H
dan Dump Truck Caterpillar 773 E serta menilai keserasian kerja dari kedua
alat mekanis tersebut di dalam mencapai target produksi 1.600 ton/jam.
2. Penelitian yang dilakukan yaitu tidak menghitung aspek ekonomi.
3. Tidak menghitung produksi pengupasan, pemuatan dan pengangkutan lapisan
tanah penutup.

1.5. Metode Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu
penelitian langsung (primer) dan penelitian tidak langsung dengan pencarian,
pengumpulan dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan (sekunder). Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur.
Studi Literatur dilakukan untuk mencari informasi-informasi yang berkaitan
dengan penelitian yang bisa di dapatkan melalui buku-buku literatur, brosur, dan
laporan-laporan penelitian sebelumnya dari instansi terkait di PT. Holcim
Indonesia, Tbk.
2. Penelitian di Lapangan.
Penelitian di lapangan terbagi menjadi dua tahap, yaitu :
a. Orientasi di Lapangan.
Melakukan pengamatan secara menyeluruh dengan ara mengunjungi tempat-
tempat yang berada di PT. Holcim Indonesia, Tbk, seperti mengamati lokasi kantor,
lokasi workshop, dan lokasi kegiatan penambangan.
b. Pengamatan Rinci di Lapangan.
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang akan dibahas
didalam penelitian, yaitu pengamatan kondisi jalan angkut, alat muat dan alat

2
angkut yang digunakan saat ini, dan kegiatan pemuatan dan pengangkutan. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh keakuratan data yang akan digunakan
3. Pengambilan Data.
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data prmer
merupakan data yang diambil langsung dari pengukuran atau pengamatan
dilapangan. Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur atau laporan
perusahaan. Pengelompokan data primer dan sekunder sebagai berikut :
a. Data primer yang dibutuhkan antara lain waktu edar alat muat dan alat angkut,
produksi alat muat dan alat angkut, data kapasitas nyata alat muat dan lebar dan
kemiringan jalan angkut.
b. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain profil perusahaan, tinjauan umum
daerah penelitian, kondisi geologi, data curah hujan, kesediaan alat mekanis, jumlah
alat dan spesifikasinya, target produksi, peta topografi dan layout tambang dari
perusahaan
4. Pengolahan Data.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokan sesuai dengan kegunaannya
untuk lebih memudahkan dalam mengkajinya, yang selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel dan perhitungan penyelesaian. Lalu hasil pengolahan data digunakan
untuk mengetahui produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan.
5. Kajian Hasil Pengolahan Data.
Hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan kajian yaitu menghitung
keserasian kerja alat muat dan alat angkut dalam mencapai target produksi dan
menentukan jumlah alat muat Wheel Loader Caterpillar 990 H dan alat angkut
Dump Truck Caterpillar 773 E agar target produksi tercapai
6. Kesimpulan.
Diperoleh kesimpulan setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data
yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.

1.6. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan oleh PT. Holcim
Indonesia, Tbk, dalam menyediakan jumlah alat muat dan alat angkut agar target
produksi dapat tercapai.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


PT. Holcim Indonesia, Tbk terletak di Desa Karang Talun, Cilacap Utara,
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penambangan kuari
batugamping PT. Holcim Indonesia, Tbk secara administratif terletak di
Nusakambangan yaitu di Dusun Sodong Limusbuntu, Desa Tambakreja,
Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Secara
astronomis kuari tersebut pada koordinat 7o 44’ 07” LS - 7o 45’ 03” LS dan 109o
00’ 11” BT - 109o 00’ 41” BT. PT. Holcim Indonesia, Tbk mengelola wilayah
pertambangan batugamping berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) No.
503/IUP-OP|3301.4.40.16 Tahun 2015 tertanggal 22 Mei 2015 yang berlaku s/d 19
September 2023.
Batas kuari PT.Holcim Indonesia Tbk secara geografis sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Segara Anakan
2. Sebelah Timur berbatasan dengan hutan milik Departement Kehakiman dan
HAM Republik Indonesia.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan hutan milik Departement Kehakiman dan
HAM Republik Indonesia.
4. Sebelah Barat berbatasn dengan hutan milik Departement Kehakiman dan
HAM Republik Indonesia.
Lokasi penambangan PT. Holcim Indonesia Tbk, berjarak 7 km sebelah Barat
Daya Kota Cilacap, jika menggunakan kendaraan bermotor ± 15 menit. Lokasi
kuari batugamping PT. Holcim Indonesia, Tbk hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan kapal motor dari dermaga penyebrangan Wijayapura milik PT.
Holcim Indonesia, Tbk dengan penjagaanrelatif ketat. Jarak yang ditempuh untuk
menyebrangi Segara Anakan sejauh kurang lebih 800 meter. Kapal penyebrangan
beroperasi selama 24 jam dalam sehari. Peta lokasi kuari batugamping PT. Holcim

4
Indonesia, Tbk dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1
Peta Lokasi Kuari Batugamping PT. Holcim Indonesia, Tbk
(Quarry Department PT. Holcim Indonesia, Tbk)

2.2. Iklim dan Curah Hujan


Kabupaten Cilacap mempunyai iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Kondisi curah hujan digambarkan dalam curah
hujan pada tahun 2007-2016.

Gambar 2.2
Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2007-2016

5
Grafik curah hujan diatas menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan selama 10
tahun. Curah hujan tertinggi selama periode 10 tahun (2007-2016) terdapat pada
bulan November yaitu sebesar 104,81 mm/bulan (lihat Gambar 2.2).

Gambar 2.3
Grafik Hari Hujan Rata-rata Bulanan Tahun 2007-2016
Grafik hari hujan diatas menunjukkan rata-rata hari hujan bulanan selama 10 tahun.
Hari hujan tertinggi selama periode 10 tahun (2007-2016) terdapat pada bulan
November yaitu sebanyak 16 hari (lihat Gambar 2.3).

2.3. Keadaan Geologi


2.3.1.Fisiografi.
Menurut Van Bemmelen (1949) daerah Jawa Tengah dibagi menjadi 6 zona
fisiografi, yaitu Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunung Api Kuarter, Zona Serayu
Utara, Zona Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Selatan Jawa, dan Pegunungan
Serayu Selatan. Daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan
Jawa.
Secara umum morfologi di daerah penelitian merupakan satuan morfologi
perbukitan bergelombang curam. Satuan morfologi daerahnya dibentuk oleh satuan
batugamping terumbu dan batugamping lunak berumur miosern. Satuan morfologi
pedataran menempati sebagian besar pantai selatan Nusakambangan dengan
ketinggian di bawah permukaan air laut hingga 10 meter di atas permukaan air laut.
Satuan morfologi pedataran terdiri dari batupasir, kalkarenit, napal, stuf,
batulempung, dan batugamping. Satuan morfologi perbukitan bergelombang
sedang terdapat di perbukitan daerah bagian tengah Nusakambangan dan sekitarnya

6
dengan ketinggian hingga 100 meter dari permukaan air laut. Satuan morfologi
perbukitan bergelombang curam sebagian besar terdapat di bagian tengah dan Utara
dari satuan morfologi pedataran dan satuan morfologi perbukitan bergelombang
sedang dengan ketinggian 100 sampai 180 meter dari permukaan air laut.
2.3.2.Stratigrafi.
Tatanan stratigrafi daerah Nusakambangan tersusun oleh litologi berurutan
dari batugamping yang berumur oligosen sampai miosen dan termasuk periode
tersier. Secara ringkas urutan stratigrafi daerah Nusakambangan dapat diuraikan
sebagai berikut (lihat Gambar 2.4).

Utara
Pulau Nusakambangan.

Gamping koral.
Bagian bawah Lempung

Selatan
Pulau Nusakambangan
Napal,
B

Kalipucang.

Andesit sampai

Gambar 2.4
Stratigrafi Daerah Pulau Nusakambangan
(Quarry Department PT. Holcim Indonesia, Tbk)

7
1. Formasi Gabon.
Formasi Gabon terbentuk pada akhir zaman Oligosen dan zaman Miosen.
Formasi ini ditindih selaras Formasi Pamutuan dan ditindih tidak selaras oleh
Formasi Kalipucang. Formasi ini terdiri dari Breksi gunung api, Tuff, dan Lava.
2. Formasi Pamutuan.
Formasi Pemutuan terbentuk pada zaman Miosen awal dan tersingkap
dibagian Selatan Pulau Nusakambangan. Formasi ini terbentuk dari batupasir,
Napal, Tuff, dan batugamping.
3. Formasi Kalipucang.
Formasi Kalipucang terbentuk pada zaman miosen tengah dan tersingkap
dibagian utara Nusakambangan. Formasi ini terbentuk dari batugamping koral dan
batugamping yang bercampur dengan lempung berwarna kelabu.
Batugamping di Nusakambangan pada umumnya berwarna putih keabu-abuan,
putih kekuning-kuningan, dan putih kecoklatan. Batugamping yang keras sering
dijumpai batugamping yang lunak yaitu batugamping yang telah mengalami
pelapukan dan retakan, serta terdapat sisipan tanah liat. Batugamping di
Nusakambangan termasuk batuan sedimen non klasik yang merupakan batuan
sedimen yang berasal dari organisme laut yang telah mati dan terendapkan.
Penemuan fosil-fosil cangkang, binatang laut dan karang membuktikan bahwa
daerah penambangan batugamping PT. Holcim Indonesia, Tbk pada
Nusakambangan masuk kedalam formasi Kalipucang. Penyebaran batugamping ini
dari Timur ke Barat sepanjang Patai Utara yaitu daerah Sodong sampai Candi yang
panjangnya sekitar 8.000 m dan lebarnya sekitar 1.400 m.
2.3.3.Struktur Geologi.
Struktur geologi yang terdapat di Nusakambangan termasuk ke dalam depresi Jawa.
Secara umum, terdapat tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timut Laut – Barat
Daya, arah Utara – Selatan, dan arah Timur – Barat. Lembah – lembah sungai yang
cukup lebar yang terletak di sebelah Barat yaitu Sungai Bisikan. Struktur geologi
di Nusakambangan berupa patahan, kekar dan liputan. Bidang ketidakmenurusan
yang dominan adalah diaklas dengan arah relatif Barat Laut – Tenggara dan Barat
Daya – Timur Laut.

8
2.4. Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan batugamping pada tambang terbuka diawali dengan
kegitan pembersihan lahan (land clearing). Setelah itu dilanjutkan dengan
pengupasan tanah penutup (Overburden). Setelah top soil dan overburden berhasil
dikupas, maka penambangan batugamping dapat dilakukan.
2.4.1.Land Clearing.
Rona awal lokasi penambangan berupa hutan hujan tropis, berupa pohon dan
semak, maka terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan (land clearing), berupa
penebangan pohon, pembersihan rumput, semak, langkap, dan pencabutan akar.
2.4.2.Overburden Stripping.
Pekerjaan selanjutnya adalah pengupasan tanah pucuk. Ketebalan rata-rata
tanah pucuk yang ada sekitar 50 cm, tanah pucuk yang dikupas selanjutnya
disimpan di area penyimpanan tanah pucuk. Pencegahan erosi dilakukan dengan
cara ditanami tanaman penutup seperti rumput. Pekerjaan pengupasan tanah pucuk
dilakukan dengan alat mekanis untuk lereng dengan kemiringan ≤ 45º dan ≥ 45º
dilakukan dengan tenaga manusia atau kombinasi dengan alat mekanis.
2.4.3.Penambangan Batugamping.
Penambangan diawali dari atas bukit seterusnya turun sampai dengan elevasi
10 meter diatas permukaan laut. Tahapan penambangan adalah sebagai berikut:
1. Pemberaian.
Dilakukan dengan dua cara, yaitu pemboran-peledakan dan penggaruan-
penggusuran.
a. Pemboran dan Peledakan.
Kegiatan pemboran dilakukan untuk membuat lubang ledak (blast hole)
dengan diameter 3.5 dan 4.5 inch. Arah pemboran yang dibuat pada kuari kurang
lebih 70° terhadap bidang horisontal. Selanjutnya lubang ledak diisi dengan bahan
peledak. Bahan peledak yang digunakan adalah danfo, detonator listrik, non elektrik
detonator dan dinamit Power Gel Magnum 3151. Pekerjaan pemboran dilakukan
pada pagi sampai sebelum jam istirahat. Sedangkan peledakan dilakukan pada saat
jam istirahat. Hal ini dilakukan agar pada saat peledakan tidak ada karyawan yang
beroperasi di lingkungan sekitar. Adapun jarak aman pada saat peledakan minimal
500 meter dari titik peledakan.

9
Gambar 2.5
Kegiatan pemboran batugamping dengan alat bor Furukawa
b. Penggaruan dan Penggusuran.
Kegiatan penggaruan dan penggusuran dilakukan dengan alat Bulldozer untuk
area yang tersusun oleh batugamping lunak. Kegiatan penggaruan dilakukan
menggunakan Ripper pada Bulldozer untuk menghancurkan material keras
sehingga akan lebih mudah untuk didorong/digusur maupun dimuat. Adapun
kegiatan penggusuran dilakukan menggunakan blade pada Bulldozer untuk
mendorong material dengan tujuan untuk mengumpan material hasil peledakan
maupun mendorong material dan meratakan material.

Gambar 2.6
Kegiatan Penggaruan dan Penggusuran Batugamping

10
c. Pemuatan Batugamping.
Kegiatan pemuatan material batugamping yang telah diberaikan dilakukan
oleh Whell Loader 990 H merk Caterpillar dengan kapasitas bucket 8,6 m3.
Pemuatan material batugamping kurang lebih 4 kali pemuatan.

Gambar 2.7
Kegiatan pemuatan batugamping dengan cara V-shape Loading
d. Pengangkutan Batugamping.
Kegiatan pengankutan material batugamping menggunakan Dump Truck 773
E merek Caterpillar dengan kapasitas maksimum 35,2 m3. Pengangkutan dilakukan
dari Loading Area kuari XII B menuju Hopper yang berjarak 2.221 meter

Gambar 2.8
Kegiatan pengangkutan batugamping

11
2.5. Kualitas Batugamping
Kualitas batugamping sangat mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan.
Selain kandungan CaO (Kalsium Oksida), kandunga MgO (Magnesium Oksida)
juga mempengaruhi kualitas batugamping yang akan digunakan untuk bahan baku
pembuatan semen. Batugamping dengan kandungan MgO yang tinggi akan
menyebabkan kualitas semen menjadi rendah. Penerapannya akan mengakibatkan
pemuaian saat semen digunakan sehingga hasilnya akan pecah-pecah. Kandungan
MgO dalam batugamping juga akan memberikan efek warna gelap pada semen
yang dihasilkan.
Tabel 2.1
Sifat Kimia Batugamping di Kuari XII
Sifat Kimia Kadar (%)
CaO 49,74 – 53,48
MgO 0,33 – 0,78
H2O 5,72 – 6,71
Al2O3 1,62 – 2,77

PT. Holcim Indonesia, Tbk telah menentukan standar kualitas batugamping


yang akan digunakan sebagai bahan baku semen yang baik yaitu dengan kadar CaO
> 48 % dan kadar MgO < 1,8 %. Berdasarkan hasil analisis conto laboratorium PT.
Holcim Indonesia, Tbk kualitas batugamping di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

12
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis


Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut
dalam penggunaannya di lapangan. Kondsi di lapangan sangat mempengaruhi
kemampuan produksi alat muat dan alat angkut. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah :
3.1.1.Pola Pemuatan.
1. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk
dimuati terhadap posisi alat muat :
a. Single Back Up.
Alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada satu tempat sedangkan alat
angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah
alat angkut pertama berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati
sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya. ( lihat Gambar 3.1).

Keterangan :

1 = Excavator
2 = Dump Truck

Gambar 3.1
Pola Pemuatan Single Back Up
(Nichols Helbert L, 1955)

13
b. Double Back Up.
Alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat
muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut
kedua yang sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi,
alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut
pertama dan seterusnya. (lihat Gambar 3.2).

Keterangan :
1 = Excavator, 2 = Dump Truck

2 2

Gambar 3.2
Pola Pemuatan Double Back Up
(Nichols Helbert L, 1955)
c. Triple Back Up.
Alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat. (lihat
Gambar 3.3).

1 2

Keterangan :
2 1 = Excavator
2 = Dump Truck

Gambar 3.3
Pola Pemuatan Triple Back Up
(Nichols Helbert L, 1955)

14
Berdasarkan posisi penggalian alat muat, pemuatan dibagi menjadi 4 pola yaitu :
a. V-shape Loading.
Pola pemuatan ini untuk menggali, maka harus didorong ke arah permuka
kerja. Jika mangkuk telah penuh “prime mover” mundur dan mangkuk diangkat ke
atas untuk selanjutnya material diangkut kesuatu tempat penimbunan atau
dimuatkan ke atas alat angkut. Gerakan yang dilakukan membentuk huruf “V”
(lihat Gambar 3.4).

Keterangan :
1 = Wheel Loader

2 = Dump Truck
1

1
2 2 2 2
2 2
1

Gambar 3.4
V-shape Loading
(Nichols Helbert L, 1955)
b. I-shape Loading.
Pola pemuatan ini gerakan dari Wheel Loader hanya maju mundur, sedangkan
gerakan dari Dump Truck juga maju mundur tetapi memotong arah gerakan dari
wheel loader. Gerakan yang dilakukan membentuk huruf “I” (lihat Gambar 3.5).

2
2 1 2
1

Keterangan :
1 = Wheel Loader 1
2 = Dump Truck

Gambar 3.5
I-shape Loading
(Nichols Helbert L, 1955)

15
c. Cross Loading.
Pola pemuatan ini gerakkan dari Wheel Loader hanya maju dan mundur,
sedangkan gerakkan dari Truck adalah maju dan memotong arah gerakkan dari
Wheel Loader (lihat Gambar 3.6).

2 1
1 1 2

Keterangan :
1 = Wheel Loader 2
2 = Dump Truck

Gambar 3.6
Cross Loading
(Nichols Helbert L, 1955)
d. Chain Loading.
Pola pemuatan ini gerakan dari alat muat maju mundur, sedangkan gerakan
dari Truck setelah dilakukan pengisian bergerak maju secara terus-menerus.
Biasanya diterapkan pada tambang terbuka dengan produksi perhari yang relatif
tinggi (lihat Gambar 3.7).

2 2 2 2
1 1 1 1 2 2

Keterangan :
1 = Wheel Loader 1 1
2 = Dump Truck

Gambar 3.7
Chain Loading
(Nichols Helbert L, 1955)
3.1.2.Faktor Pengisian (Fill Factor).
Faktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas nyata muat dengan
kapasitas baku alat muat yang dinyatakan dalam persen. Semakin besar faktor
pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Menurut

16
Eugene P. Pfleider dalam bukunya Surface Mining, menghitung faktor pengisian
digunakan persamaan sebagai berikut :
Vn
Fp = x 100% ....................................................................................... (3.1)
Vb
Keterangan :
Fp = Faktor pengisian (%).
Vn = Kapasitas nyata alat muat (m3).
Vb = Kapasitas teoritis alat muat (m3).
Beberapa faktor yang mempengaruhi faktor pengisian suatu alat yaitu :
1. Ukuran material.
Ukuran material yang umumnya lebih besar menyebabkan banyak ruangan di
dalam bucket yang tidak terisi material, sehingga faktor pengisian menjadi lebih
kecil.
2. Kandungan air.
Makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor pengisiannya makin
kecil. Sebab dengan adanya air mengakibatkan ruang yang seharusnya terisi oleh
material diisi oleh air.
3. Kelengketan material.
Jika material yang lengket banyak menempel pada bucket baik di sisi dalam
maupun luarnya, maka akan mengurangi faktor pengisian alat karena volume
bucket menjadi lebih kecil.
4. Keterampilan dan pengalaman operator.
Jika operator semakin terampil dan berpengalaman, maka pengisian bucket
semakin banyak, sehingga dapat memperbesar angka faktor pengisian.
3.1.3.Faktor Pengembangan Material (Swell Factor).
Swell Factor adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari
tempat aslinya (insitu). Di alam, material diperoleh dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void)
yang terisi udara di antara butir-butirnya. Apabila material tersebut digali dari
tempat aslinya maka terjadi pengembangan volume (swell). Istilah swell factor
digunakan untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume material
tersebut.

17
Rumus untuk menghitung swell factor menurut R.L Peurifoy ada dua, yaitu :
a. Berdasarkan volume (pada berat yang tetap) :

 Vloose  Vbank 
Persen Pengembangan =   100% ............................. (3.2)
 V bank 
Vbank
Faktor Pengemangan = ............................................................ (3.3)
Vloose
b. Berdasarkan densitas (pada volume yang tetap) :

  bank   loose 
Persen Pengembangan =   100% .............................. (3.4)
  loose 
 loose
Faktor Pengembangan = .......................................................... (3.5)
 bank
Keterangan :
Vbank = Volume dalam keadaan asli di alam (m3).
Vloose = Volume dalam keadaan lepas (m3).
 bank = Densitas dalam keadaan lepas (ton/m3).
 loose = Densitas dalam keadaan asli di alam (ton/m3).
3.1.4.Kesediaan Alat (Equipmment Availability).
Salah satu hal yang terpenting dalam pengaturan peralatan mekanis dalam
pengoperasiannya adalah mengenai kesediaan mekanis dari alat tersebut. Beberapa
pengertian yang menunjukkan tingkat kesediaan alat mekanis sebagai berikut :
1. Mechanical Availability (MA).
Faktor kesediaan alat yang menunjukan kesiapan suatu alat dari waktu yang
hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat (mechanical reasons). Persamaan
yang digunakan untuk menghitung kesedian mekanik (MA), sebagai berikut :

𝑊
MA = x 100 % ............................................................................. (3.6)
𝑊+𝑅
Keterangan :
W = Jumlah jam kerja alat, yatu waktu dibebankan kepada seorang operator suatu
alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap waktu hambatan yang ada, seperti waktu untuk pulang pergi ke pemuka

18
kerja, waktu pelumasan dan penisian bahan bakar, waktu hambatan akibat cuaca,
dan waktu untuk safety meeting.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang
karena saat perbaikan termasuk juga waktu unttuk penyediaan suku cadang serta
waktu untuk perawatan pencegahan.
2. Physical Availability (PA).
Faktor kesediaan alat yang menunjukkan berapa jam atau waktu suatu alat
dipakai selama jam total kerjanya (schedul hours). Jam total ini meliputi Working
hours + repair hours + standby hours. Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai
berikut :
𝑊+𝑆
PA = x 100 % ......................................................................... (3.7)
𝑊+𝑅+𝑆
S = Waktu dimana alat siap dioperasionalkan, namun oleh sesuatu hal tidak
dipergunakan ketika operasi, namun oleh sesuatu hal tidk dipergunakan ketika
operasi penambangan sudah berjalan.
3. Use of Availability (UA).
Faktor yang menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat
untuk beroperasi pada saat alat tersebut dipergunakan. Persamaan dari kesediaan
pemakaian (UA), sebagai berikut
𝑊
UA = x 100 % .............................................................................. (3.8)
𝑊+𝑆
Angka dari kesedian pemakaian (UA) biasanya dapat memperlihatkan seberapa
efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi
ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang dipergunakan.
4. Effective Utilization (EU).
Yaitu faktor yang menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia
dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif.
𝑊
EU = x 100 % ......................................................................... (3.9)
𝑊+𝑅+𝑆
3.1.5.Waktu Edar (Cycle Time).
Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik alat
gali-muat maupun alat angkut untuk melakukan satu siklus kegiatan dari awal
sampai akhir dan siap untuk memulai lagi.

19
1. Waktu Edar Alat Muat.
Waktu edar alat muat merupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai
dari waktu mengisi muatan, waktu ayunan bermuatan, waktu untuk menumpahkan
muatan, waktu ayunan kosong. Rumusan untuk menghitung waktu edar alat muat
sebagai berikut :
Ctm = Tm1 + Tm2+ Tm3 + Tm4 (detik) .......................................... (3.10)
Keterangan:
Ctm = Total waktu edar alat muat (detik).
Tm1 = Waktu untuk mengisi mangkuk (detik).
Tm2 = Waktu memutar dengan mangkuk bermuatan (detik).
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (detik).
Tm4 = Waktu memutar dengan mangkuk kosong (detik).
Waktu edar alat angkut ini merupakan waktu keseluruhan dari satu siklus
produksi yang terdiri dari :
a. Waktu untuk mengisi mangkuk.
Waktu yang dibutuhkan untuk menggali material hasil pembongkaran dengan
peledakan.
b. Waktu memutar dengan mangkuk bermuatan.
Waktu yang dibutuhkan unuk menempatkan posisi alat muat siap menumpahkan
material.
c. Waktu untuk menumpahkan muatan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menumpahkan muatan ke dalam bak.
d. Waktu memutar dengan mangkuk kosong.
Waktu memtar dalam keadaan mangkuk kosong setelah penumpahan muatan.
2. Waktu Edar Alat Angkut.
Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu mengambil posisi siap
dimuati, waktu pengisian, waktu bermuatan,waktu mengambil posisi untuk
penumpahan, waktu penumpahan, dan waktu kembali kosong. Rumusan untuk
menghitung waktu edar alat angkut sebagai berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 (detik) .......................... (3.11)
Keterangan :
Cta = Waktu edar alat angkut (detik).

20
Ta1 = Waktu mengambil posisi siap dimuati (detik).
Ta2 = Waktu pengisian (detik).
Ta3 = Waktu mengangkut muatan (detik).
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (detik).
Ta5 = Waktu menumpahkan muatan (detik).
Ta6 = Waktu kembali kosong (detik).
Waktu edar alat angkut ini merupakan waktu keseluruhan dari satu siklus
produksi yang terdiri dari :
a. Waktu mengambil posisi siap dimuati.
Waktu yang diperlukan oleh alat angkut untuk menempatkan posisi sampai siap
untuk dimuati.
b. Waktu pemuatan.
Waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi bak alat angkut sampai penuh.
c. Waktu pengangkutan.
Merupakan waktu yang digunakan untuk pengangkutan material sampai ke
tempat penimbunan atau unit peremuk.
d. Waktu mengambil posisi untuk penumpahan.
Merupakan waktu yang diperlukan oleh alat angkut untuk menempatkan posisi
sebelum penumpahan muatan.
e. Waktu penumpahan.
Merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menumpahkan muatan ditempat
penimbunan atau unit peremuk.
f. Waktu kembali kosong.
Merupakan waktu yang diperlukan alat angkut untuk kembali ketempat pemuatan
setelah melakukan penumpahan muatan.

3.2. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut


Kemampuan produksi alat dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat muat dan
alat angkut. Semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin besar produksi
yang dihasilkan. Didalam mencapai target produksi yang diharapkan, maka harus
mengetahui produksi dari masing-masing alat mekanis baik itu dari alat muat
maupun alat angkut.
3.2.3.Produksi Alat Muat

21
Rumus yang umum dipakai untuk perhitungan produktivitas Wheel Loader adalah
:
3.600
Pm = ( ) x Kb x Ff x PA x UA x Sf ........................................... (3.12)
𝐶𝑡𝑚
Keterangan :
Pm = Produksi alat muat (BCM/jam).
Ctm = Waktu edar alat muat (detik).
Kb = Kapasitas bucket (m3).
Ff = Fill factor (%).
PA = Kondisi Ketersedian Fisik (Physical availability) (%).
UA = Kondisi Pemakaian Ketersediaan (Use of availability) (%).
Sf = Swell factor.
3.2.4.Produksi Alat Angkut
Rumus yang umum dipakai untuk perhitungan produktivitas Dump Truck adalah :
3.600
Pa = ( 𝐶𝑡𝑎 ) x n x Kb x Ff x PA x UA x Sf ...................................... (3.13)

Keterangan :
Pa = Produksi Alat Angkut (BCM/jam).
Cta = Waktu edar Alat Angkut (menit).
Kb = Kapasitas bucket (m3).
n = Banyaknya pengisian mangkok ke dalam bak Alat Angkut.
Ff = Fill factor (%).
PA = Kondisi Ketersedian Fisik (Physical availability) (%).
UA = Kondisi Pemakaian Ketersediaan (Use of availability) (%).
Sf = Swell factor.

3.3. Jumlah Kebutuhan Alat


Cara mendapatkan estimasi jumlah alat yang diperlukan, maka harus diketahui
terlebih dahulu target produksi dan produksi alat sehingga dapat dirumuskan :
𝑇𝑝
N= .............................................................................. (3.14)
𝑃
keterangan :
N = Jumlah alat (unit).
Tp = Target produksi (ton/jam).

22
Kp = Produksi alat (ton/jam).

3.4. Match Factor


Faktor keserasian (match factor) adalah angka yang menunjukkan tingkat
keserasian kerja antara dua macam alat, yaitu alat muat dan alat angkut. Faktor
keserasian alat muat dan alat angkut didasarkan pada produksi alat muat dan
produksi alat angkut
Apabila produksi alat angkut sama dengan produksi alat muat, maka dapat
diartikan bahwa kedua alat tersebut sudah serasi atau match. Menyatakan faktor
keseraisan kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Na × n × Ctm
MF = ........................................................................... (3.15)
Nm × Cta
Keterangan :
MF = Match Factor.
Na = Jumlah alat angkut.
n = Banyak pengisian.
Ctm = Waktu edar satu kali pemuatan (detik).
Nm = Jumlah alat muat (unit).
Cta = Waktu edar alat angkut (detik).
Bila hasil perhitungan diperoleh :
1. MF < 1.
a. Produksi alat angkut lebih kecil dari produksi alat muat.
b. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0.
c. Waktu tunggu alat muat (Wtm).
Cta ×Nm
Wtm = (
Na
) − Ctm ................................................................ (3.16)
d. Faktor kerja alat angkut (Fka) = 100 %.
e. Faktor kerja alat muat (Fkm) = MF × 100 %.
2. MF > 1.
a. Produksi alat angkut lebih besar dari produksi alat muat.
b. Waktu alat muat (Wtm) = 0.
c. Waktu tunggu alat angkut (Wta).
Ctm ×Na
Wtm = (
Nm
) − Cta .................................................................. (3.17)

23
d. Faktor kerja alat muat (Fkm) = 100 %.
e. Faktor kerja alat angkut (Fka) = (1 / MF) × 100 %.
3. MF = 1.
a. Produksi alat angkut sama dengan produksi alat muat.
b. Waktu tunggu alat muat (Wtm) = 0.
c. Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0.
d. Faktor kerja alat muat sama dengan faktor kerja alat angkut (Fkm = Fka).
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor kerja
dimana hubungan yang tidak srasi tersebut akan menurunkan faktor kerja itu
sendiri. Adapun cara untuk menyimpulkan tingkat keserasia kerja sebagai berikut :
1. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang 100 %, sedangkan alat angkut 100 %
sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat angkut yang
belum datang.
2. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100 % sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100 %, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
3. MF = 1, artinya keserasian kerja sempurna, faktor kerja alat muat dan alat
angkut 100 %.

24
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di PT. Holcim Indonesia yang berada di Pulau


Nusakambangan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini
dilakukan untuk merencanakan kebutuhan alat muat dan alat angkut agar target
produksi dapat tercapai. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan kebutuhan alat muat dan alat angkut seperti dibawah ini.

4.1. Kondisi Tempat Kerja


Kegiatan penambangan batugamping yang dilakukan PT. Holcim Indonesia,
Tbk di kuari XII B Pulau Nusakambangan berada di daerah perbukitan. Kondisi
lapangan seperti keadaan jalan angkut, metode pemuatan serta sistem kerja alat
muat dan alat angkut berpengaruh terhadap waktu edar alat muat dan alat angkut.
Ketika musim kemarau permukaan jalan angkut berdebu sehingga dapat
mengganggu pandangan operator sehingga diperlukan tiap beberapa jam untuk
permukaan jalan angkut disiram dengan menggunakan mobil tangki. Saat musim
penghujan permukaan menjadi licin sehingga operator harus berhati-hati dan
mengurangi kecepatan kendaraan.
Penambangan batugamping yang dilakukan PT. Holcim Indonesia, Tbk
menggunakan alat muat Wheel Loader Caterpillar 990 H sebanyak 2 unit. Hasil dari
pembongkaran batugamping diangkut menggunakan 9 unit Dump Truck Caterpillar
773 E menuju Hopper.

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Muat dan Alat


Angkut
Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut
dalam penggunaannya dilapangan. Faktor yang mempengaruhi produksi dalam
kegiatan pemuatan dan pengangkutan batugamping sangat berpengaruh dalam

25
pencapaian target produksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
alat muat dan alat angkut seperti :
4.2.1.Pola Pemuatan.
Pola Pemuatan yang digunakan untuk pemuatan batugamping di PT. Holcim
Indonesia Tbk, menggunakan pola pemuatan V-shape Loading. Pola pemuatan V-
shape Loading yaitu gerakan dari Wheel Loader hanya maju mundur, sedangkan
pada saat pengisian Dump Truck dalam posisi diam. Gerakan Wheel Loader yang
dilakukan membentuk huruf V.
Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut, maka
PT.Holcim Indonesia Tbk, menggunakan pola pemuatan single back up. Pola
pemuatan single back up yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
satu tempat, sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama
dimuati sampai penuh. Setelah alat angkut pertama berangkat, maka alat angkut
kedua memposisikan diri untuk dimuati dan begitu seterusnya.
4.2.2.Faktor Pengembangan (Swell Factor).
Berdasarkan data densitas material lepas (losse) dan densitas material asli (bank),
dapat dicari besarnya faktor pengembangan material. Berdasarkan uji fisik PT.
Holcim Indonesia, Tbk nilai densitas untuk batugamping dalam keadaan asli (bank)
adalah 2,3 dan densitas untuk batugamping dalam keadaan terbongkar (losse)
adalah 1,6. Didapatkan faktor pengembangan (SF) batugamping yang ada adalah
sebesar 0,7 (Lampiran E).
4.2.3.Faktor Pengisian ( Fill Factor).
Faktor pengisian merupakan suatu faktor yang menunjukan besarnya kapasitas
nyata dengan kapasitas teoritis dari mangkuk (bucket) alat muat. Kapasitas bucket
Wheel Loader Caterpillar 990 H adalah 8,6 m3. Nilai fill factor Wheel Loader
Caterpillar 990 H adalah 89 %. (Lampiran F).
4.2.4.Waktu Edar (Cycle Time).
Waktu edar adalah besarnya waktu yang digunakan alat untuk bekerja dalam
setiap siklus kerja. Waktu edar alat, baik alat muat maupun alat angkut sangat
berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan oleh alat. Semakin kecil waktu edar
suatu alat, maka produksi yang dihasilkan juga akan semakin besar.

26
1. Waktu Edar Alat Muat.
Wheel Loader akan melayani pemuatan ke Dump Truck Caterpillar 773 E
dengan jumlah pemuatan untuk mengisi bak Dump Truck rata-rata adalah 4 kali.
Satu siklus kerja ala muat dalam memuat batugamping ke Dump Truck
meliputi : waktu untuk mengisi mangkuk, waktu untuk berputar (bermuatan), waktu
untuk menumpahkan muatan dan waktu untuk berputar (kosong). (Lampiran G)
Tabel 4.1
Waktu Edar Alat Muat
Jenis Alat Waktu Edar (detik)
Wheel Loader Caterpillar 990 H 54

2. Waktu Edar Alat Angkut.


Satu siklus alat angkut untuk mengangkut batugamping menuju Hopper
meliputi : Waktu mengambil posisi untuk pemuatan, waktu untuk pemuatan, waktu
pengangkutan bermuatan, waktu mengambil posisi untuk penumpahan, waktu
penumpahan, waktu kembali kosong. (Lampiran H)
Tabel 4.2
Waktu Edar Alat Angkut
Kuari Jarak (m) Waktu Edar (detik)
XII A 2796 909
XII B 2673 878
XII C 3005 962
XII D 3222 1017

4.2.5.Ketersediaan Alat dan Pemakaian Alat.


Ketersediaan alat merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat muat dan alat
angkut yang digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan
kehilangan waktu selama waktu kerja alat yang tersedia. Faktor koreksi yang
diperoleh dari hasil perhitungan (Lampiran I) dapat digunakan untuk menghitung
Produksi alat muat Wheel Loader 990 H dan alat angkut Dump Truck 773 E.
Ketersediaan alat dapat dilihat pada Tabel 4.3.

27
Tabel 4.3
Ketersediaan dan Pemakaian Alat Muat dan Alat Angkut
Jenis Alat MA PA UA EU
Wheel Loader Caterpillar 990 H 90 % 91 % 82 % 75 %
Dump Truck Caterpillar 773 E 92 % 93 % 83 % 77 %

4.3. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut


Berdasarkan hasil perhitungan di kuari XII yang menggunakan Wheel Loader
Caterpillar dan Dump Truck Caterpillar 773 E produksi alat mekanis tersebut seperti
pada tabel 4.4. (lihat Lampiran J dan Lampiran K).
Tabel 4.4
Produksi Alat Muat
Produksi
Jenis Alat
(ton/jam)
Wheel Loader Caterpillar 990 H 613

Tabel 4.5
Produksi Alat Angkut
Produksi
Jenis Alat Kuari
(ton/jam)
XII A 151
Dump Truck
XII B 156
Caterpillar
XII C 143
773 E
XII D 135

4.4. Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut


Kegiatan penambangan batugamping di kuari XII menggunakan alat muat Wheel
Loader 990 H dan alat angkut Dump Truck 773 E. Kebutuhan alat muat dan alat
angkut didapatkan dari perhitungan produksi perunit alat muat dan alat angkut di
dalam mencapai target produksi 1600 ton/jam. Setiap kuari kebutuhan alat muat
tidak mengalami penambahan, sedangkan untuk alat angkut mengalami.
penambahan alat angkut untuk setiap kuari dikarenakan jalan angkut yang berubah.
Kebutuhan alat muat dan angkut untuk masing-masing kuari yaitu kuari XII A,
kuari XII B, kuari XII C, dan kuari XII D dapat dilihat pada Tabel 4.6.

28
Tabel 4.6
Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut
Alat Muat Alat Angkut
Jumlah Jumlah
Kuari
Nama Alat Muat Alat Nama Alat Angkut Alat
(unit) (unit)
Kuari
Wheel loader 990 H 3 Dump truck 773 E 11
XII A
Kuari
Wheel loader 990 H 3 Dump truck 773 E 11
XII B
Kuari
Wheel loader 990 H 3 Dump truck 773 E 12
XII C
Kuari
Wheel loader 990 H 3 Dump truck 773 E 12
XII D

4.5. Keserasian Kerja (Match Factor)


Keserasian kerja (match factor) merupakan keserasian kerja antara alat muat
dengan alat angkut. Nilai keserasian kerja ditentukan berdasarkan data waktu edar
dan jumlah alat muat dan alat angkut yang digunakan dalam setiap rangkain kerja.
Berdasarkan hasil perhitungan waktu edar dan jumlah alat yang digunakan, maka
besarnya faktor keserasian kerja alat muat dan alat angkut dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut
Faktor
Kuari Na Cta Nm Ctm n
Keserasian
Kuari XII A 11 909 3 54 4 0,87
Kuari XII B 11 878 3 54 4 0,9
Kuari XII C 12 962 3 54 4 0,89
Kuari XII D 12 1017 3 54 4 0,85

29
BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan pemuatan dan pengangkutan batugamping di PT. Holcim Indoesia,


Tbk. mempunyai target produksi 1600 ton/jam. Perlu adanya penilaian terhadap
kemampuan produksi, kebutuhan alat muat dan alat angkut, serta keserasian antara
keduanya, untuk mencapai target produksi tersebut,. Penilaian tersebut dilakukan
dengan cara pengamatan dan penelitian terhadap keadaan di lapangan dan faktor
yang mempengaruhi kemampuan alat tersebut.

5.1. Menentukan Kemampuan Produksi dan Kebutuhan Alat Muat serta Alat
Angkut untuk Mencapai Target Produksi
Kondisi dilapangan penambangan dalam kegiatan pemuatan dan
pengangkutan batugamping dapat mempengaruhi kinerja alat muat, alat angkut.
Namun faktor-faktor produksi dan kemampuan alat muat dan alat angkut dalam
berproduksi juga perlu diperhatikan, begitu juga dengan faktor lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi dan kebutuhan alat
mekanis antara lain :
5.1.1.Pola Pemuatan.
Produksi dapat dipengaruhi oleh pola pemuatan yang digunakan. Pola
pemuatan yang digunakan pada kegiatan penambangan batugamping berdasarakan
jumlah penempatan posisi truck, yaitu single back up. Pola pemuatan ini merupakan
pola pemuatan yang paling efisien mengingat keterbatasan gerak dari alat muat dan
alat angkut dikarenakan loading point yang sempit. Metode double back up tidak
tepat diterapkan karena membutuhkan loading point yang luas dan jumlah Dump
Truck yang cukup banyak yang tidak tersedia saat ini dibandingkan dengan metode
single back up yang membutuhkan jumlah truck yang lebih sedikit. Sedangkan
metode pemuatan berdasarkan posisi penggalian alat muat Wheel Loader adalah V-
shape loading yaitu dimana posisi wheel loader bergerak maju mundur sedangkan
alat angkut hanya diam ditempat dan siap untuk dimuati dan dari pergerakan

30
Wheel Loader tersebut bergerak seperti membentuk huruf “V” dan siap untuk
menumpahkan material.
5.1.2.Faktor Pengisian (Fill Factor).
Faktor pengisian (fill factor) mempengaruhi produksi dari bucket alat muat
yaitu untuk menentukan seberapa besar material yang mampu dimuat dibandingkan
dengan kemampuan bucket itu sendiri. Faktor pengisian bucket adalah 89 % yang
didapatkan dari tumpukan material hasil peledakan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengisian bucket alat muat adalah
keseragaman ukuran dari hasil peledakan. Jika material ukurannya besar-besar,
maka menyebabkan banyak ruang di dalam bucket yang tidak terisi material. Hal
tersebut menyebabkan angka faktor pengisian menjadi kecil. Selain itu,
keterampilan dan pengalaman operator mempengaruhi angka faktor pengisian (fill
factor). Operator yang berpengalaman dan terampil dapat menghasilkan angka
faktor pengisian yang besar, sehingga pengisian bucket akan semakin banyak.
5.1.3.Waktu Edar (Cycle Time).
Pengambilan waktu edar (cycle time) dari alat muat dan alat angkut dilakukan
pada saat pemindahan material batugamping hasil peledakan yang telah dilakukan
oleh PT. Holcim Indonesia, Tbk di area penambangan. Material ini kemudian
diangkut oleh menuju Hopper yang sudah ada. Waktu edar mempengaruhi produksi
dari alat muat maupun alat angkut. Hal ini dikarenakan perhitungan waktu edar
dapat menentukan seberapa besar kemampuan produksi dari alat tersebut.
Waktu edar alat muat Wheel Loader Caterpillar 990 H yang beroperasi pada
kuari XII B tercatat sebesar 54 detik (Lampiran D). Waktu edar alat angkut Dump
Truck Caterpillar 773 E dari loading point kuari XII B ke Hopper dengan jarak
2.221 kilometer dengan kecepatan rata-rata saat pengakutan 27 km/jam dan
kecepatan saat kembali sebesar 31 km/jam tercatat sebesar 765 detik.
Adapun waktu edar dari alat muat dan alat angkut dipengaruhi oleh keahlian
operator. Semakin ahli operator dalam mengoperasikan alat muat maupun alat
angkut, maka semakin cepat waktu edarnya. Pola pemuatan yang disesuaikan
dengan kondisi loading point dan alat muat yang digunakan, maka dapat
mempercepat waktu edar dari alat muat. Kondisi jalan angkut yang baik dapat

31
mempercepat waktu edar dari alat angkut pada saat mengangkut muatan dan
kembali kosong.
5.1.4.Ketersediaan Alat.
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan ala gali-muat dan
alat angkut adalah masalah kesediaan (availability) alat. Ketersediaan alat
merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat mekanis yang digunakan
dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama
waktu kerja dari alat. Terdapat beberapa faktor koreksi yaitu MA (Mechanical
Availability) kesediaan alat dilihat dari sisi mekanis, PA (Physical Availability)
kesediaan alat dilihat dari sisi fisik, UA (Used Availability) waktu bekerja alat dari
jadwal kerja alat yang tersedia, EU (Efective Utilisation) waktu efektif penggunaan
alat. (Lampiran I).
5.1.5.Kemampuan Produksi dan Kebutuhan Alat.
Kemajuan penambangan berpengaruh terhadap panjang jarak angkut dari
loading point ke Hopper. Bertambah panjangnya jarak angkut akan mempengruhi
waktu edar dari alat angkut yang nantinya berdampak terhadap produksi
batugamping dan kebutuhan alat muat dan alat angkut.
Tabel 5.1
Pengaruh Panjang Jarak Angkut Terhadap Waktu Edar, Produksi Alat, dan
Kebutuhan Alat
Kuari XII
Tipe Alat
A B C D
Jarak angkut
dari loading Dump Truck
2796 2673 3005 3222
point ke Hopper 773 E
(meter)
Wheel
Loader 54 54 54 54
Waktu Edar 990 H
(deik)
Dump Truck
909 878 962 1017
773 E
Wheel
Loader 613 613 613 613
Produksi 990 H
(Ton/jam)
Dump Truck
151 156 143 135
773 E

32
Kuari XII
Tipe Alat
A B C D
Wheel
Loader 3 3 3 3
Kebutuhan Alat
990 H
(unit)
Dump Truck
11 11 12 12
773 E

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat untuk kebutuhan alat muat pada
masing-masing kuari XII sebanyak 3 unit dan untuk kebutuhan alat angkut pada
kuari XII A 11 unit, kuari XII B 11 unit, kuari XII C 12 unit, dan kuari XII D 12
unit. Alat muat Wheel Loader Caterpillar 990 H yang tersedia saat ini belum sesuai
dengan hasil perhitungan kebutuhan alat muat maka perlu menambah 1 alat muat
untuk mencapai target produksi pada kuari XII. Alat angkut Dump Truck Caterpillar
773 E yang tersedia saat ini belum sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan alat
angkut maka perlu menambah 2-3 alat angkut untuk dapat mencapai target produksi
pada kuari XII.
5.2. Menghitung Keserasian Kerja antara Alat Muat dengan Alat Angkut
Keserasian kerja (match factor) merupakan faktor penting yang digunakan
dalam penentuan jumlah alat muat maupun jumlah alat angkut. Nilai match factor
di kuari XII apabila digunakan kombinasi antara alat muat Wheel Loader Caterpillar
990 H dan alat angkut Dump Truck Caterpillar 773 E dalam proses produksi adalah
sebesar :
Tabel 5.2
Faktor Keserasian kerja Alat Muat dan Alat Angkut
Kuari XII
A B C D
Faktor
0,87 0,9 0,89 0,85
Keserasian Kerja

Berdasarkan tabel di atas, pada kuari XII A, kuari XII B, kuari XII C, dan
kuari XII D nilai match factor kurang dari 1, berarti produksi alat angkut lebih kecil
daripada alat muat. Hal ini menyebabkan terdapat waktu tunggu pada alat muat
masing-masing sebesar 32 detik, 23, detik, 25 detik, dan 38 detik. Alat muat Wheel
Loader Caterpillar 990 H dapat memanfaatkan waktu tunggu tersebut untuk
mengumpulkan material hasil peledakan dan penggaruan sebelum dimuatkan
kedalam bak Dump Truck Caterpillar 773 E.

33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.a. Di dalam mencapai target produksi 1.600 ton/jam, maka kemampuan produksi
alat muat Wheel Loader Caterpillar 990 H sebesar 613 ton/jam. Kemampuan
produksi dari alat angkut Dump Truck Caterpillar 773 E sebesar 151 ton/jam
untuk kuari XII A, 156 ton/jam utnuk kuari XII B, 143 ton/jam untuk kuari
XII C, dan 135 ton/jam untuk kuari XII D.
b. Kebutuhan Wheel Loader Caterpillar 990 H di kuari XII untuk masing-masing
kuari yaitu sebanyak 3 unit.
c. Kebutuhan Dump Truck Caterpillar 773 E untuk kuari XII A dan kuari XII B
sama yaitu 11 unit, sedangkan untuk kuari XII C dan kuari XII D sama yaitu
12 unit.
2. Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut yang digunakan untuk
penambangan batugamping di kuari XII A sebesar 0,87, kuari sebesar XII B
0,9, kuari XII C sebesar 0,89, dan kuari XII D sebesar 0,85.

6.2. Saran
Perlu adanya penambahan 1 unit pada alat muat dan 2-3 unit pada alat angkut
sehingga target produksi yang telah ditetapkan dapat tercapai.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Caterpillar, 2015, Caterpillar Performance Handbook Edition 45, USA.


Content 23 halaman 255.
2. Hartman, H. L. dan Mutmansky, J. M, 1987, Introductory Mining Engineering,
A Wiley Interscience Publication, New York. Halaman 187-194.
3. Nichols L. Herbert, 1955, Moving The Earth, The Workbook of Excavation,
Second Edition, Galgotia Publishing House, New Delhi. Chapter 10 halaman
31, Chapter 16 halaman 10.
4. Peurifoy, R.L., (1998), Construction Planning Equipment and Methods, 4
Edition, Jilid I. Halaman 85, Halaman 245-247, Halaman 292-296.
5. Pfleider P Eugene, 1992, Surface Mining. 1 Edition, The American Institute of
Mining, New York, USA. Halaman 665-670.
6. PT. Holcim Indonesia, Tbk, 2016, Data-data Laporan-Laporan dan Arsip
Bagian Penambangan, PT. Holcim Indonesia Tbk, Pabrik Cilacap.
7. Yanto Indonesianto, 2014, Pemindahan Tanah Mekanis, Penerbit Seri Tambang
Umum, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
“Veteran” Yogyakarta. Halaman 179.

35
LAMPIRAN

1
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN

Tabel A.1
Curah Hujan di Pulau Nusa Kambangan
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2007 6,4 39,5 52,2 107 206 106 13 11,8 12,5 142 252 78
2008 52,6 78,3 56,8 24,2 3,8 0 0 0 31,1 42,6 112 115
2009 124 100 49,1 68,8 70,1 50,6 107 0 11,2 151 107 92,6
2010 41,6 23,4 80,3 56,4 90,4 70,4 98,2 135 91,4 87,2 55,1 0
2011 36,5 88,6 64,1 55,4 80,2 88,8 28 0 0 54,8 65,8 60,3
2012 64,3 84,8 48,4 134 56 10,6 0 0 0 6,4 50,3 55,6
2013 8,9 28,6 28,7 50,8 127 144 170 62,8 50 90,8 130 117
2014 98,2 66,9 164 162 74,2 336 103 57 8,2 53,2 154 197
2015 60,3 30 26,1 19 60 70 0,5 20,5 1 0 77,9 50
2016 37 6,8 26 42 32 50 36 48 65 44 44 62
Rata-
53 54,7 59,6 72 79,9 92,7 55,5 33,5 27 67,2 105 82,8
rata

Tabel A.2
Hari Hujan di Pulau Nusa Kambangan
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2007 6 6 11 17 12 6 1 3 1 6 10 16
2008 12 9 10 9 3 0 0 0 1 13 17 11
2009 11 6 5 9 9 8 1 0 3 10 13 11
2010 9 9 10 6 14 15 12 10 20 18 12 0
2011 6 9 8 10 11 3 2 0 0 2 16 10
2012 11 9 6 10 6 2 0 0 0 2 20 16
2013 6 8 7 15 15 18 19 5 1 6 14 14
2014 18 16 10 15 10 17 12 5 1 7 13 11
2015 14 18 15 15 6 5 1 1 1 0 14 19
2016 9 14 14 16 17 13 20 15 13 22 22 16
Rata-
11 11 10 13 11 9 7 4 5 9 16 13
rata

36
LAMPIRAN B
JUMLAH JAM KERJA

PT. Holcim Indonesia, Tbk menerapkan waktu kerja 3 shift kerja setiap
harinya. Dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Minggu. Pengamatan waktu
kerja dapat dilihat pada Tabel B.1 dibawah ini.
Tabel B.1
Jadwal Waktu Kerja PT. Holcim Indonesia, Tbk

Total
Waktu Kerja
Hari Kerja Waktu
(jam)
Shift I Shift II Shift III
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Senin 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Selasa 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Rabu 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Kamis 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Jumat 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Sabtu 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
07.30 – 11.00 15.30 – 18.00 23.30 – 03.00
Minggu 15
13.00 – 14.30 20.00 – 22.30 05.00 – 06.30
Total Waktu Kerja 105

37
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI ALAT MUAT WHEEL LOADER

Wheel Loader CAT – 990 H


Jenis : Wheel Loaders
Type : CAT – 990H
Merk : Caterpillar
Kapasitas mangkuk : 8,6 m3
Daya : 687 HP
Model mesin : Cat C27 ACERT
Kecepatan putar mesin : 2000 RPM
Jumlah silinder : 12
Kapasitas penuh tangki bahan bakar :1074 L
Bore : 137 mm
Stroke : 152 mm
Kecepatan maju
Gigi 1 : 7 km/h
Gigi 2 : 12,8 km/h
Gigi 3 : 22,4 km/h
Kecepatan mundur
Gigi 1 : 7,9 km/h
Gigi 2 : 12,8 km/h
Gigi 3 : 24,8 km/h

38
Gambar C.1
Dimensi Wheel Loader Caterpillar 990 H
Keterangan :
1. Height to Top ROPS/FOPS = 5.070 mm
2. Height to Top of Exhaust Stacks = 4.726 mm
3. Height to Top of Hood = 3.515 mm
4. Center Line of Rear Axle to Front of Front Tires = 3.615 mm
5. Center Line of Front Axle to Hitch = 2.300 mm
6. Ground Clearance = 478 mm
7. Wheel Base Lenght = 4.600 mm
8. Center Line Front Axle to Front of Front Tires = 1.289 mm
9. Overall Lenght-Standard Lift = 12.787 mm
10. Clearance at Maximum Lift/Dump-Standard Lift = 4.026 mm
11. B-Pin Height at Full Lift-Standard Lift = 5.921 mm
12. Overall Height with Bucket Raised-Standard Lift = 8.127 mm
13. Reach at Maximum Lift/Dump-Standard Lift = 2.211 mm

39
LAMPIRAN D
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT DUMP TRUCK

1. Caterpillar 773 E
Merk : Caterpillar 773 E
Berat operasional kosong : 39410
Kecepatan maksimum bermuatan : 62,2 km/h
Berat kotor kendaraan : 99300 kg
Tenaga : 710 HP
Distribusi beban
Depan : 47 %
Belakang : 53 %
Kapasitas maksimum : 54,4 ton
Kapasitas press : 26,6 m3
Kapasitas munjung : 35,2 m3
Jumlah silinder : 12
Bore : 137 mm
Stroke : 152 mm
Displacement : 27 L
Rem
Depan : Tabung Expender
Belakang : Cakram berpendingin
Ukuran ban standard
Depan : 24.00-R35 (E4)
Belakang : 24.00-R35 (E4)
Tekanan ban : 110 psi
Kapasitas tangki bahan bakar : 700 L
Sudut penyimpangan roda depan : 31o

40
Kecepatan
Gigi 1 : 9,9 km/h
Gigi 2 : 13,9 km/h
Gigi 3 : 18,8 km/h
Gigi 4 : 25,2 km/h
Gigi 5 : 34,1 km/h
Gigi 6 : 45,9 km/h
Gigi 7 : 62,2 km/h
Reverse : 13,1 km/h

Gambar D.1
Dimensi Dump Truck Caterpillar 773 E
Keterangan :
1. Height, top of ROPS, empty = 4.000 mm
2. Height, top of ROPS, loaded = 3.900 mm
3. Length, overall = 9.120 mm
4. Length, inside body = 6.400 mm
5. Length, overall body = 8.535 mm
6. Whellbase = 4.191 mm
7. Rear axle to tail = 2.782 mm
8. Dump clearence, empty = 676 mm
9. Dump clearence, loaded = 566 mm
10. Height, loading – empty = 3.773 mm
11. Depth, inside body – maximum = 1.805 mm

41
12. Height overall, body raised = 8.787 mm
13. Width, left railing to right side body = 4.316 mm
14. Width, operating = 5.076 mm
15. Engine, guard clearence = 667 mm
16. Width, front tire centerline = 3.275 mm
17. Width, outside front tires = 3.966 mm
18. Width, cab = 4.040 mm
19. Width, overall canopy = 4.398 mm
20. Width, outside body = 3.910 mm
21. Width, inside body = 3.658 mm
22. Height, front canopy, empty = 4.393 mm
23. Height, front canopy, loaded = 4.350 mm
24. Rear axle clearance = 591 mm
25. Width, rear dual tire centerline = 2.927 mm
26. Width, overall tire = 4.457 mm

42
LAMPIRAN E
FAKTOR PENGEMBANGAN
(SWELL FACTOR)

Faktor pengembangan material adalah perbandingan antara volume material


dalam keadaan asli dengan volume material dalam keadaan lepas (loose). Kondisi
batugamping yang dihitung saat ini adalah dalam kondisi padat (compct), oleh
karena itu untuk perhitungan faktor pengembangan digunakan densitas
batugamping dalam keadaan padat (compact), berdasarkan data yang dimiliki
perusahaan, perhitungan faktor pengembangan adalah sebagai berikut :
Densitas padat (compact) batugamping : 2,3 ton/m3
Densitas lepas (loose) batugamping : 1,6 ton/m3
Rincian perhitungan sebagai berikut :
1. Faktor pengembangan (Swell Factor) batugamping dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )
𝑆𝐹 =
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑐𝑡 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )
1,6 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
𝑆𝐹 =
2,3 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
= 0,7
2. Persen pengembangan (percent swell) batugamping dapat dihiutng dengan
menggunakan rumus :
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑎𝑐𝑡 (𝑡𝑜𝑛 / 𝑚3 )−𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )
% Swell = × 100%
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )

2,3 (𝑡𝑜𝑛 / 𝑚3 )−1,6 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )


% Swell = × 100%
1,6 (𝑡𝑜𝑛/𝑚3 )

% Swell = 43,75 %

43
LAMPIRAN F
FAKTOR PENGISIAN BUCKET

Faktor pengisian bucket merupakan perbandingan antara volume nyata


dengan volume baku alat yang dinyatakan dalam %. Kemampuan alat akan besar
jika faktor pengisian besar. Tinggi rendahnya tergantung sifat material dan keahlian
operator.
Hal-hal yang berpengaruh :
 Ukuran material, semakin besar ukuran material maka semakin kecil faktor
pengisian karena banyak ruang kosong antar material.
 Kelengketan material, semakin lengket maka faktor pengisiannya semakin
besar.
 Keahlian operator
Untuk dapat mengetahui faktor pengisian mangkuk dengan rumus sabagai
berikut :
Vn
Bff = x 100 %
Vb
Dimana:
Bff = Faktor pengisian
Vn = Volume nyata alat muat, m3
Vb = Volume teoritis alat muat, m3

44
Tabel F.1
Faktor Pengisian Bucket Wheel Loader Caterpillar 990 H
Volume Teoritis Volume Nyata Faktor Pengisian
No
m3 m3 %
1 8,6 7,45 86,63
2 8,6 7,75 90,12
3 8,6 7,46 86,74
4 8,6 7,56 87,91
5 8,6 7,46 86,74
6 8,6 7,55 87,79
7 8,6 7,47 86,86
8 8,6 8,15 94,77
9 8,6 7,56 87,91
10 8,6 8,16 94,88
11 8,6 7,48 86,98
12 8,6 7,66 89,07
13 8,6 7,63 88,72
14 8,6 7,73 89,88
15 8,6 7,46 86,74
16 8,6 7,44 86,51
17 8,6 7,41 86,16
18 8,6 7,54 87,67
19 8,6 7,65 88,95
20 8,6 8,16 94,88
21 8,6 7,76 90,23
22 8,6 7,62 88,60
23 8,6 7,53 87,56
24 8,6 7,52 87,44
25 8,6 7,56 87,91
26 8,6 8,15 94,77
27 8,6 7,85 91,28
28 8,6 8,12 94,42
29 8,6 7,54 87,67
30 8,6 7,56 87,91
Rata-rata 8,6 7,65 89

Pada Tabel F.1 dapat dilihat hasil pengukuran di lapangan terhadap volume
nyata. Dari pengukuran tersebut didapatkan nilai faktor pengisian bucket untuk
Wheel Loader Caterpillar 990 H sebesar 89 %.

45
LAMPIRAN G
PENGAMATAN WAKTU EDAR ALAT MUAT

Waktu edar alat muat adalah waktu yang diperlukan alat angkut dalam
melakukan satu siklus pemuatan. Alat muat yang diamati adalah Wheel Loader
Caterpillar 990 H. Pengamatan waktu edar alat muat dilakukan sebanyak 30 kali
siklus pemuatan. Pengamatan dilakukan disetiap lokasi penambangan batugamping
Kuari Nusakambangan.
Waktu edar (cycle time) untuk alat muat dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ctm = Tm1 + Tm2+ Tm3 + Tm4
Dimana :
CTm = Total waktu edar alat muat (detik).
Tm1 = Waktu untuk mengisi mangkuk (detik).
Tm2 = Waktu untuk berputar isi (detik).
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (detik).
Tm4 = Waktu untuk berputar kosong (detik).

46
Tabel G.1
Pengamatan Waktu Edar Alat Muat Wheel Loader 990 H
Waktu
Waktu Waktu Waktu Waktu
Berputar
No Mengisi Berputar Isi Penumpahan Edar
Kosong
(detik) (detik) (detik) (detik)
(detik)
1 13 19 8 15 55
2 13 19 9 14 55
3 11 18 8 15 52
4 13 17 9 15 54
5 13 19 7 14 53
6 12 18 7 15 52
7 13 18 8 15 54
8 12 20 8 14 54
9 13 18 7 14 52
10 13 19 8 15 55
11 12 17 9 16 54
12 13 19 7 15 54
13 12 18 7 15 52
14 13 19 8 15 55
15 14 19 8 14 55
16 15 19 8 16 58
17 12 18 7 15 52
18 13 17 8 15 53
19 12 18 8 14 52
20 13 17 7 15 52
21 12 18 9 14 53
22 12 17 8 15 52
23 13 18 8 16 55
24 13 18 8 16 55
25 12 19 7 16 54
26 13 19 8 16 56
27 14 18 7 15 54
28 15 18 9 15 57
29 13 17 8 15 53
30 14 18 7 16 55
Total 386 546 235 450 1617
Rata-Rata 13 18 8 15 54

47
LAMPIRAN H
PENGAMATAN WAKTU EDAR ALAT ANGKUT

Waktu edar alat angkut adalah waktu yang diperlukan alat angkut dalam
melakukan satu siklus pengangkutan. Alat angkut yang diamati adalah Dump Truck
Caterpillar Tipe 773 E. Pengamatan waktu edar alat angkt dilakukan sebanyak 30
kali siklus pengangkutan. Pengamatan dilakukan disetiap lokasi penambangan
batugamping
Waktu edar (cycle time) untuk alat angkut Dupm Truck dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6
Cta = Total waktu edar alat angkut (detik).
Ta1 = Waktu untuk diisi muatan (detik).
Ta2 = Waktu untuk pengangkuutan isi (detik).
Ta3 = Waktu untuk manufer penumpahan (detik).
Ta4 = Waktu untuk menumpahkan (detik).
Ta5 = Waktu untuk kembali ke lokasi penambangan (detik).
Ta6 = Waktu untuk mengambil posisi untuk dimuati (detik).

48
Tabel H.1
Pengamatan Waktu Edar Alat Angkut Dump Truck 773 E
Waktu Waktu Manufer Waktu Waktu Manufer Waktu
No Loading Pengangkutan Dumping Dumping Kembali Loading Edar
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
1 144 300 20 18 257 21 760
2 149 294 20 18 251 23 755
3 147 294 20 18 255 22 756
4 142 299 23 17 257 23 761
5 140 298 21 18 256 24 757
6 143 292 20 18 257 22 752
7 142 310 22 18 261 22 775
8 140 293 23 17 257 22 752
9 141 294 24 18 252 24 753
10 142 296 23 17 263 23 764
11 141 293 20 17 258 24 753
12 141 297 21 17 255 23 754
13 150 299 21 18 257 21 766
14 152 302 22 17 250 24 767
15 148 303 22 17 256 21 767
16 148 304 22 20 261 21 776
17 150 306 22 17 263 20 778
18 152 308 20 20 259 22 781
19 151 302 21 19 257 23 773
20 150 313 21 18 259 22 783
21 143 293 22 17 259 23 757
22 151 307 22 19 263 21 783
23 149 294 20 18 257 20 758
24 152 300 21 17 262 20 772
25 153 302 23 19 249 22 768
26 154 311 22 17 245 21 770
27 152 306 21 17 247 21 764
28 152 303 21 17 243 20 756
29 148 302 23 17 265 21 776
30 146 302 20 18 261 20 767
Total 4413 9017 643 533 7692 656 22954
Rata -
147 301 21 18 256 22 765
Rata

49
Dari data hasil pengamatan di kuari XII B diperoleh :
Jarak tempuh Dump truck 773 E dari kuari XII B ke Hopper : 2.221 m.
Waktu tempuh rata-rata dump truck 773 E dari kuari XII B ke Hopper :
Waktu pengangkutan : 301 detik.
Waktu kembali : 256 detik.
Kecepatan rata – rata :
Kecepatan saat pengangkutan : 7,38 m/s = 26,57 km/jam.
Kecepatan saat kembali : 8,67 m/s = 31,21 km/jam.

Jarak pengangkutan dari loading point ke Hopper pada kuari XII didapat dengan
melakukan pengukuran jarak loading point di kuari XII ke Hopper dengan
menggunakan software AutoCAD.

1. Perhitungan waktu edar alat angkut di kuari XII A :


Jarak tempuh Dump truck 773 E dari kuari XII A ke Hopper: 2796,38 m.
Kecepatan rata – rata alat angkut :
Kecepatan saat pengangkutan : 7,38 m/s = 26,57 km/jam.
Kecepatan saat kembali : 8,67 m/s = 31,21 km/jam.
Waktu tempuh diperoleh :
Waktu pengangkutan : 379 detik.
Waktu kembali : 322 detik.
Tabel H.2
Waktu edar alat angkut di kuari XII A

Waktu Waktu Manufer Waktu Waktu Manufer Waktu


No loading pengangkutan dumping dumping kembali loading Edar
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Rata
147 379 21 18 322 22 909
-rata

2. Perhitungan waktu edar alat angkut di kuari XII B :


Jarak tempuh Dump truck 773 E dari kuari XII B ke Hopper : 2673,16 m.
Kecepatan rata – rata alat angkut :
Kecepatan saat pengangkutan : 7,38 m/s = 26,57 km/jam.
Kecepatan saat kembali : 8,67 m/s = 31,21 km/jam.

50
Waktu tempuh diperoleh :
Waktu pengangkutan : 362 detik.
Waktu kembali : 308 detik.
Tabel H.3
Waktu edar alat angkut di kuari XII Tahun Ke-2

Waktu Waktu Manufer Waktu Waktu Manufer Waktu


No loading pengangkutan dumping dumping kembali loading Edar
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Rata
147 362 21 18 308 22 878
-rata

3. Perhitungan waktu edar alat angkut di kuari XII C :


Jarak tempuh Dump truck 773 E dari kuari XII C ke Hopper : 3005,02 m.
Kecepatan rata – rata alat angkut :
Kecepatan saat pengangkutan : 7,38 m/s = 26,57 km/jam.
Kecepatan saat kembali : 8,67 m/s = 31,21 km/jam.
Waktu tempuh diperoleh :
Waktu pengangkutan : 407 detik.
Waktu kembali : 347 detik.
Tabel H.4
Waktu edar alat angkut di kuari XII Tahun Ke-3

Waktu Waktu Manufer Waktu Waktu Manufer Waktu


No loading pengangkutan dumping dumping kembali loading Edar
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Rata
147 407 21 18 347 22 962
-rata

4. Perhitungan waktu edar alat angkut di kuari XII D :


Jarak tempuh dump truck 773 E dari kuari XII D ke Hopper : 3222,49 m.
Kecepatan rata – rata alat angkut :
Kecepatan saat pengangkutan : 7,38 m/s = 26,57 km/jam.
Kecepatan saat kembali : 8,67 m/s = 31,21 km/jam.
Waktu tempuh diperoleh :
Waktu pengangkutan : 437 detik.
Waktu kembali : 372 detik.

51
Tabel H.5
Waktu edar alat angkut di kuari XII D

Waktu Waktu Manufer Waktu Waktu Manufer Waktu


No loading pengangkutan dumping dumping kembali loading Edar
(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
Rata
147 437 21 18 372 22 1017
-rata

52
LAMPIRAN I
KETERSEDIAAN ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

Tabel I.1
Kesediaan Alat Muat Wheel Loader Caterpillar 990 H
Repair Stand by Working Total
No MA PA UA EU
hours hours hours hours
1 1 3 11 15 92% 93% 79% 73%
2 1 0 14 15 93% 93% 100% 93%
3 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
4 2 3 10 15 83% 87% 77% 67%
5 0 3 12 15 100% 100% 80% 80%
6 3 2 10 15 77% 80% 83% 67%
7 4 2 9 15 69% 73% 82% 60%
8 0 3 12 15 100% 100% 80% 80%
9 2 4 9 15 82% 87% 69% 60%
10 4 2 9 15 69% 73% 82% 60%
11 1 4 10 15 91% 93% 71% 67%
12 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
13 2 3 10 15 83% 87% 77% 67%
14 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
15 2 3 10 15 83% 87% 77% 67%
16 5 1 9 15 64% 67% 90% 60%
17 1 4 10 15 91% 93% 71% 67%
18 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
19 2 3 10 15 83% 87% 77% 67%
20 0 3 12 15 100% 100% 80% 80%
21 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
22 2 3 10 15 83% 87% 77% 67%
23 1 2 12 15 92% 93% 86% 80%
24 0 1 14 15 100% 100% 93% 93%
25 0 3 12 15 100% 100% 80% 80%
26 0 3 12 15 100% 100% 80% 80%
27 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
28 2 2 11 15 85% 87% 85% 73%

53
Repair Stand by Working Total
No MA PA UA EU
hours hours hours hours
29 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
30 5 1 9 15 64% 67% 90% 60%
Rata-rata 90% 91% 82% 75 %

Tabel I.2
Kesediaan Alat Angkut Dump Truck Caterpillar 773 E
Repair Stand by Working Total
No MA PA UA EU
hours hours hours hours
1 1 4 10 15 91% 93% 71% 67%
2 2 1 12 15 86% 87% 92% 80%
3 1 5 9 15 90% 93% 64% 60%
4 0 4 11 15 100% 100% 73% 73%
5 2 5 8 15 80% 87% 62% 53%
6 0 5 10 15 100% 100% 67% 67%
7 0 4 11 15 100% 100% 73% 73%
8 0 5 10 15 100% 100% 67% 67%
9 1 4 10 15 91% 93% 71% 67%
10 0 2 13 15 100% 100% 87% 87%
11 0 5 10 15 100% 100% 67% 67%
12 1 2 12 15 92% 93% 86% 80%
13 2 1 12 15 86% 87% 92% 80%
14 0 1 14 15 100% 100% 93% 93%
15 1 1 13 15 93% 93% 93% 87%
16 1 0 14 15 93% 93% 100% 93%
17 3 2 10 15 77% 80% 83% 67%
18 1 3 11 15 92% 93% 79% 73%
19 0 0 15 15 100% 100% 100% 100%
20 4 4 7 15 64% 73% 64% 47%
21 5 2 8 15 62% 67% 80% 53%
22 0 1 14 15 100% 100% 93% 93%
23 0 0 15 15 100% 100% 100% 100%
24 1 1 13 15 93% 93% 93% 87%
25 0 0 15 15 100% 100% 100% 100%
26 0 1 14 15 100% 100% 93% 93%
27 2 1 12 15 86% 87% 92% 80%
28 3 1 11 15 79% 80% 92% 73%
29 1 1 13 15 93% 93% 93% 87%
30 0 5 10 15 100% 100% 67% 67%
Rata - rata 92% 93% 83% 77%

54
LAMPIRAN J
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT MUAT

1. Produksi Alat Muat


Untuk menghitung produksi alat muat 1 unit Wheel Loader 990 H digunakan
rumus :
3600
Pm = × 𝐶𝑏 × 𝐹𝑓 × 𝑃𝐴 × 𝑈𝐴
𝐶𝑡𝑚
Keterangan :
Pm : Produksi alat muat, LCM / jam.
Cb : Kapasitas bucket alat muat, 8,6 m3.
Ff : Faktor Pengisian, 89 % = 0,89.
PA : Kesediaan fisik, 91 % = 0,91.
UA : Kesediaan pemakaian, 82 % = 0,82.
SF : Faktor pengembangan, 0,7.
: Density Insitu, 2,3.
Maka kemampuan produksi satu unit Wheel Loader 990 H adalah
3600
𝑃𝑚 = × 8,6 𝑚3 × 0,89 × 0,91 × 0,82
54
= 380,7 LCM/jam x Swell Factor
= 380,7 LCM/jam x 0,7
= 266,49 BCM/jam x Density Insitu
= 266,49 BCM/jam x 2,3
= 613 ton/jam

55
LAMPIRAN K
PERHITUNGAN PRODUKSI ALAT ANGKUT

1. Produksi Alat Angkut


Untuk menghitung produksi alat angkut 1 unit Dump Truck Caterpillar 773E
digunakan rumus :
3600
𝑃𝑎 = × 𝐶𝑎 × 𝐹𝑓 × 𝑃𝐴 × 𝑈𝐴
𝐶𝑡𝑎
Keterangan :
Pa : Produksi alat angkut, LCM/jam
Ca : Kapasitas bak (vessel) truck, n x Cb
FF : Faktor pengisian, 89% = 0,89
PA : Kesediaan mekanik, 93% = 0,93
UA : Kesediaan pemakaian, 83% = 0,83
SF : Faktor Pengembangan, 0,7
: Density Insitu, 2,3
Maka kemampuan produksi 1 unit Dump Truck Caterpillar 773 B
Ca = 4 x 8,6 m3
= 34,4 m3
3600
𝑃𝑎 = × 34.4 𝑚3 × 0,89 × 0,93 × 0,83
765
= 111,21 LCM/jam x Swell Factor
= 111,21 LCM/jam x 0,7
= 77,84 BCM/jam x Density Insitu
= 77,84 BCM/jam x 2,3
= 179 ton/jam

56
2. Perhitungan produksi alat angkut pada kuari XII A, XII B, XII, C, dan XII D
a. Kuari XII A
3600
𝑃𝑎 = × 34,4 𝑚3 × 0,89 × 0,93 × 0,83
909
= 93,59 LCM/jam x Swell Factor
= 93,59 LCM/jam x 0,7
= 65,51 BCM/jam x Density Insitu
= 65,55 BCM/jam x 2,3
= 151 ton/jam
b. Kuari XII B
3600
𝑃𝑎 = × 34,4 𝑚3 × 0,89 × 0,93 × 0,83
878
= 96,89 LCM/jam x Swell Factor
= 96,89 LCM/jam x 0,7
= 67,82 BCM/jam x Density Insitu
= 67,82 BCM/jam x 2,3
= 156 ton/jam
c. Kuari XII C
3600
𝑃𝑎 = × 34,4 𝑚3 × 0,89 × 0,93 × 0,83
962
= 88,43 LCM/jam x Swell Factor
= 88,43 LCM/jam x 0,7
= 61,9 BCM/jam x Density Insitu
= 61,9 BCM/jam x 2,3
= 143 ton/jam
d. Kuari XII D
3600
𝑃𝑎 = × 34,4 𝑚3 × 0,89 × 0,93 × 0,83
1017
= 83,65 LCM/jam x Swell Factor
= 83,65 LCM/jam x 0,7
= 58,55 BCM/jam x Density Insitu
= 58,55 BCM/jam x 2,3
= 135 ton/jam

57
LAMPIRAN L
PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT MUAT DAN
ALAT ANGKUT

1. Kebutuhan Alat Muat Wheel Loader 990 H.


Diketahui : Target Produksi = 1600 ton/jam.
Produktifitas Wheel Loader 990 H = 613 ton/jam.
Jumlah Wheel Loader Caterpillar 990 H yang diperlukan yaitu :
1600 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Nm = = 2,6 = 𝟑 𝑾𝒉𝒆𝒆𝒍 𝑳𝒐𝒂𝒅𝒆𝒓.
613 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Untuk Jumlah Wheel Loader 990 H di kuari XII A, kuari XII B, kuari XII C dan
kuari XII D relatif sama yaitu 3 buah. Karena cycle time Wheel Loader tidak
terpengaruh dengan jarak angkut.
2. Kebutuhan Alat Angkut Dump Truck 773 E.
a. Kuari XII A.
Diketahui : Target Produksi = 1600 ton/jam.
Produktifitas Dump Truck 773 E = 151 ton/jam.
Jumlah Dump Truck Caterpillar 773 E yang diperlukan yaitu :
1600 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Na = = 10,6 = 𝟏𝟏 𝑫𝒖𝒎𝒑 𝑻𝒓𝒖𝒄𝒌.
151 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Jadi jumlah dump truck yang dibutuhkan untuk mengangkut material batugamping
dari loading point kuari XII A ke depan Hopper sejauh 2796,38 meter dibutuhkan
11 dump truck.
b. Kuari XII B.
Diketahui : Target Produksi = 1600 ton/jam.
Produktifitas Dump Truck 773 E = 156 ton/jam.
Jumlah Dump Truck Caterpillar 773 E yang diperlukan yaitu :
1600 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Na = = 10,2 = 𝟏𝟏 𝑫𝒖𝒎𝒑 𝑻𝒓𝒖𝒄𝒌.
156 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚

58
Jadi jumlah dump truck yang dibutuhkan untuk mengangkut material batugamping
dari loading point kuari XII B ke depan Hopper sejauh 2673,16 meter dibutuhkan
11 dump truck.
c. Kuari XII C.
Diketahui : Target Produksi = 1600 ton/jam.
Produktifitas Dump Truck 773 E = 143 ton/jam.
Jumlah Dump Truck Caterpillar 773 E yang diperlukan yaitu :
1600 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Na = = 11,1 = 𝟏𝟐 𝑫𝒖𝒎𝒑 𝑻𝒓𝒖𝒄𝒌.
143 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Jadi jumlah dump truck yang dibutuhkan untuk mengangkut material batugamping
dari loading point kuari XII C ke depan Hopper sejauh 3005,02 meter dibutuhkan
12 dump truck.
d. Quarry XII D.
Diketahui : Target Produksi = 1600 ton/jam.
Produktifitas Dump Truck 773 E = 135 ton/jam.
Jumlah Dump Truck Caterpillar 773 E yang diperlukan yaitu :
1600 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Na = = 11,8 = 𝟏𝟐 𝑫𝒖𝒎𝒑 𝑻𝒓𝒖𝒄𝒌.
135 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Jadi jumlah dump truck yang dibutuhkan untuk mengangkut material batugamping
dari loading point kuari XII D ke depan Hopper sejauh 3222,49 meter dibutuhkan
12 dump truck.

59
LAMPIRAN M
PERHITUNGAN MATCH FACTOR ALAT MUAT DENGAN
ALAT ANGKUT

Match Factor (MF) yaitu faktor keseraisn kerja untuk menghitung tingkat
keselarasan kerja antara alat muat dan alat angkut untuk setiap kondisi kegiatan
pemuatan dan pengangkutan.
1. Perhitungan Match Factor
Perhitungan Match Factor didapatkan dari perhitungan produksi dan kebutuhan
alat mekanis baik produksi alat muat maupun alat angkut untuk mencapai target
produksi 1600 ton/jam .
Faktor keserasian alat muat dengan alat angkut dapat dihitung dengan rumus
berikut :
Na x (n x CTm)
Faktor Keserasian =
Nm x CTa

Keterangan :
Na = Jumlah alat angkut, (unit).
CTm = Waktu edar alat muat, (detik).
n = Jumlah pengisian.
Nm = Jumlah alat muat, (unit).
Cta = Waktu edar alat angkut, (detik).
Perhitungan faktor keserasian pada :
a. Kuari XII A
𝑁𝑎 × 𝑛 × 𝐶𝑡𝑚 11 × 4 × 54
MF = = = 0,87
𝑁𝑚 × 𝐶𝑡𝑎 3 ×909
Dikarenakan Match Factor = 0,87, maka Match Factor < 1, oleh karena itu
produksi alat muat lebih besar daripada produksi alat angkut dan terdapat waktu
tunggu dari alat muat (Wtm) dan faktor kerja alat muat (Fkm) yaitu :
𝐶𝑡𝑎 × 𝑁𝑚 909 × 3
Wtm = ( ) – Ctm = ( ) – 54 × 4 detik = 32 detik
𝑁𝑎 11

60
Fka = 0,87 x 100 % = 87 %

b. Kuari XII B
𝑁𝑎 × 𝑛 × 𝐶𝑡𝑚 11 × 4 × 54
MF = = = 0,9
𝑁𝑚 × 𝐶𝑡𝑎 3 ×878

Dikarenakan Match Factor = 0,9, maka Match Factor < 1, oleh karena itu
produksi alat muat lebih besar daripada produksi alat angkut dan terdapat waktu
tunggu dari alat muat (Wtm) dan faktor kerja alat angkut (Fkm) yaitu :

𝐶𝑡𝑎 × 𝑁𝑚 878× 3
Wtm = ( ) – Ctm = ( ) – 54 × 4 detik = 23 detik
𝑁𝑎 11

Fkm = 0,9 x 100 % = 90 %

c. Kuari XII C
𝑁𝑎 × 𝑛 × 𝐶𝑡𝑚 12 × 4 × 54
MF = = = 0,89
𝑁𝑚 × 𝐶𝑡𝑎 3 ×962
Dikarenakan Match Factor = 0,89, maka Match Factor < 1, oleh karena itu
produksi alat muat lebih besar daripada produksi alat angkut dan terdapat waktu
tunggu dari alat muat (Wtm) dan faktor kerja alat angkut (Fkm) yaitu :
𝐶𝑡𝑎 × 𝑁𝑚 962 × 3
Wtm = ( ) – Ctm = ( ) – 54 × 4 detik = 25 detik
𝑁𝑎 12
Fkm = 0,89 x 100 % = 89 %

d. Kuari XII D
𝑁𝑎 × 𝑛 × 𝐶𝑡𝑚 12 × 4 × 54
MF = = = 0,85
𝑁𝑚 × 𝐶𝑡𝑎 3 ×1017
Dikarenakan Match Factor = 0,85, maka Match Factor < 1, oleh karena itu
produksi alat muat lebih besar daripada produksi alat angkut dan terdapat waktu
tunggu dari alat muat (Wtm) dan faktor kerja alat angkut (Fkm) yaitu :
𝐶𝑡𝑎 × 𝑁𝑚 1017 × 3
Wtm = ( ) – Ctm = ( ) – 54 × 4 detik = 38 detik
𝑁𝑎 12
Fkm = 0,85 x 100 % = 85 %

61
LAMPIRAN N
PETA JALAN ANGKUT
PADA PENAMBANGAN BATUGAMPING
DI PULAU NUSAKAMBANGAN

62
63

Anda mungkin juga menyukai