ABSTRAK
Jumlah cadangan tergantung dari beberapa hal diantaranya harga komoditas dan
faktor geoteknik. Perubahan harga akan berpengaruh terhadap desain tambang yang akhrinya
sangat dipengaruhi oleh kondisi geoteknik. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka pada saat
merancang desain, seorang mine plan engineer harus memperhatikan parameter geoteknik.
Mengacu pada kebutuhan ini maka peran geotechnical engineer sangat diperlukan sehingga
output yang dihasilkan mampu menjawab pertanyaan engineer saat membuat desain. Untuk
menjawab kondisi tersebut maka pemodelan parameter geoteknik harus dilakukan untuk
merespon perubahan desain akibat beberapa hal tersebut.
Konsep pemodelan parameter geoteknik adalah melakukan analisa secara menyeluruh
dengan memasukan parameter geoteknik yang benar. Parameter geoteknik harus
memperhatikan kondisi properties material yang dikoreksi terhadap kondisi rockmass nya
sehingga parameter yang dipergunakan dalam analisa memiliki keakuratan yang lebih baik.
Metode yang dipergunakan dalam melakukan pemodelan parameter dapat menggunakan
metode yang ada. Konsep analisa stabilitas lereng highwall cenderung melakukan untuk
mengetahui geometri lereng dengan mempertahankan nilai lainnya, dalam hal ini
mempertahankan nilai kohesi dan sudut geser dalam. Berdasarkan pada kondisi tersebut
maka untuk mengetahui geometri lereng optimum dapat dilakukan dengan mempertahankan
sifat fisik dan mekanik material.
Proses analisa dilakukan untuk mendapatkan nilai Factor of Safety (FoS) pada
geometri tertentu dimana didalam geometri tersebut ada faktor tinggi dan faktor overall
slope. Dengan mengunci faktor optimum FoS pada angka tertentu, katakanlah pada FoS 1.2
maka dapat dibuat korelasi antara overall slope dan ketinggian lereng. Hal ini sesuai konsep
dasar bahwa semakin dalam pit maka akan semakin kecil overall slope dan begitu sebaliknya.
Dengan adanya korelasi antara overall slope dan ketinggian akan memberikan
beberapa benefit pada saat ada perubahan cadangan karena beberapa faktor. Dengan
parameter geoteknik berupa model akan sangat membantu dalam proses pembuatan design
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi optimalisasi pit dengan tetap memperhatikan faktor
stabilitas lereng.
1. PENDAHULUAN
Kegiatan operasi penambangan secara terbuka perlu merancang ukuran dan bentuk
akhir dari pit untuk menentukan cadangan tertambang dan jumlah lapisan penutup yang akan
dipindahkan. Karena jumlah cadangan dan lapisan penutup akan mempengaruhi nilai
pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Jumlah cadangan tertambang tergantung dari beberapa hal diantaranya harga komoditas
serta faktor geoteknik. Perubahan harga akan berpengaruh terhadap desain tambang yang
akhrinya sangat dipengaruhi oleh kondisi geoteknik. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka
pada saat merancang desain, seorang mine plan engineer harus memperhatikan parameter
geoteknik. Mengacu pada kebutuhan ini maka peran geotechnical engineer sangat diperlukan
sehingga output yang dihasilkan mampu menjawab pertanyaan engineer saat membuat design.
Untuk menjawab kondisi tersebut maka pemodelan parameter geoteknik harus dilakukan
untuk merespon perubahan design akibat beberapa hal tersebut.
nilai overal slope sebesar 300,450,500. Dari masing-masing overal slope diperoleh nilai faktor
keamanan dari lereng terkecil berturut-turut adalah 1.597, 1.243, 1.1149. Lihat gambar 3.
Gambar 3. Analisa kesetabilan lerang pada ketinggian 30m dengan overall slope 300,450,500
Lakukan analisa pada ketinggian pit yang berbeda sesuai optimasi pit design yang
direncanakan, dalam kasus ini didesign pada ketinggian 68 m dan 90 m sesuai dengan kondisi
kedalaman seam batubara. Dan masing-masing ketinggian menggunakan overal slope yang
berbeda-beda.
Gambar diatas (Gambar 4-6) menginformasikan besaran overall slope berada pada
bagian X dan faktor keamanan pada bagian Y. Titik-titik hasil korelasi dapat dilihat pada titik
warna biru pada gambar, dimana terlihat dengan semakin besar nilai lereng keseluruhan maka
akan diperoleh nilai faktor keamanan lereng yang menurun. Dari titik-titik biru pada gambar
terlihat pola liniear antara faktor keamanan dan overall slope sehingga dapat ditarik sebuah
garis intepretasi berdasarkan hasil analisa (garis biru).
Penentuan lereng optimum berdasarkan pada nilai faktor keamanan lereng optimum.
Pada penelitian ini nilai faktor keamanan lereng optimum ditentukan pada nilai 1.2. Untuk
memperoleh kelerengan optimum pada ketinggian lereng 90 m dapat dilakukan dengan
menarik garis dari sisi Y (garis merah) sebesar 1.2 dan dipotongkan dengan garis persamaan
dan ditarik ke sumbu X sehingga diperoleh besaran lereng keseluruhan optimum. Dari gambar
6, diperoleh informasi bahwa dengan ketinggian 90 m nilai overall slope optimum pada 29
derajat. Dari data ini maka dapat menjadi dasar rekomendasi dalam membuat desain tambang.
Kegiatan penambangan tidak akan lepas dari harga komoditas sehingga proses kegiatan
penambangan juga sejalan dengan harga pasar. Pada saat harga turun maka effiensi harus
dilakukan maka salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi biaya operasional
300
dalam hal ini biaya pengupasan batuan penutup. Menurunkan biaya operasional batuan
penutup dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah OB dengan menaikan kedalaman
tambang. Dengan kedalamam yang berkurang maka ketinggian lereng akan berkurang dan
seharusnya akan memperngaruhi stabilitas lereng dimana lereng keseluruhan dapat lebih
tegak.
Berdasarkan kondisi ini maka perlu dilakukan analisa untuk setiap ketinggian yang
berbeda sehingga dapat merespon kondisi lapangan. Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah melakukan analisa dengan ketinggian lereng yang berbeda dimana dalam penelitian ini
dilakukan pada ketinggian 30m, 68m, dan 90m. Dari masing-masing ketinggian dilakukan
analisa yang sama seperti penjelasan diatas sampai menghasilkan gambar 7 dimana satu titik
ketinggian dilakukan analisa terhadap berbagai macam nilai lereng keseluruhan yang berbeda
sehingga dapat diperoleh nilai lereng keseluruhan optimum. Dengan analisa ini maka setiap
ketinggian akan diperoleh suatu nilai lereng keseluruhan optimum sehingga dapat ditarik
korelasi nilai ketinggian terhadap nilai lereng keseluruhan optimum pada nilai faktor
keamanan optimum dimana dalam hal ini 1.2.
Hasil analisa dapat diperoleh sebuah korelasi seperti pada gambar 7. Pada sisi X
menginformasikan nilai lereng keseluruhan dan sisi Y menginformasikan ketinggian lereng.
Titik-titik bulat warna merah menginformasikan sebuah nilai hasil korelasi dan garis merah
merupakan perilaku sebuah korelasi untuk dipergunakan dalam memprediksi kondisi lain
namun masih dalam satu kondisi. Dari gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa
semakin tinggi lereng maka akan semakin landai nilai lereng keseluruhan optimum dan begitu
sebaliknya.
Gambar 7. Korelasi overal slope (Derajat) terhadap ketinggian lereng pada faktor keamanan
lereng 1.2
Hasil pemodelan parameter menunjukan semakin tinggi lereng yang dibentuk maka
overall slope yang direkomendasikan akan semakin landai. Jika semakin landai overal slope
yang direkomendasikan desertai dengan ketinggian lereng maka overburden yang diambil
akan semakin besar, maka nilai SR akan semakin besar.
301
Keterangan gambar :
Single SR yang dimaksud adalah SR per individual blok, sedangkan comulative SR adalah SR kumulatif
dari individual blok.
Gambar 8 Penentuan SR
Untuk perhitungan ini dilakukan untuk bahan galian batubara dan batuan penutup
(overburden). SR dicari dengan dibantu software tambang sehingga diperoleh SR yang
diharapkan. Batasan pit limit menggunakan sudut yang sudah direkomendasikan oleh
geoteknik (overall slope). Pit limit ditentukan pada masing-masing sayatan. Parameter
penentuan SR adalah harga batubara, biaya operasi penambangan, pengolahan, pendapatan
dan royalty.
Contoh kasus sederhana perhitungan SR dengan pit limit salah satunya mengikuti
Floor batubara. Penentuan pit limit untuk bahan galian dengan kemiringan landai sebagai
berikut (Lihat Gambar 9):
302
Gambar 9
SR dengan pit limit salah satunya mengikuti Floor
Coal
C1 C2 C3 C4
Per Block 25 40 40 45
Commulative 25 65 105 150
Overburden
OB1 OB2 OB3 OB4
Per Block 60 150 300 670
Commulative 60 210 510 1180
SR
Per Block 2.4 4 7.5 15
Commulative 2.4 3.2 4.9 7.9
*volume coal dan overburden dalam satuuan 1000 ton
Gambar 10
Grafik Pit Limit Optimization
Gambar 11. 3D optimasi pit sesuai SR optimum dan rekomendasi model parameter geotek
Gambar 12. 2D optimasi pit sesuai SR optimum dan rekomendasi model parameter geoteknik.
4. Kesimpulan
a. Analisis yang dilakukan pada ketinggian 30 m, 68 m, dan 90 m. Sesuai kedalaman
sumberdaya batubara.
b. Optimasi pit design yang direkomendasikan adalah pada SR 4,9 dengan ketinggian
lereng 40m. Pit limit dapat berubah tergantung harga jual batubara dan biaya yang
dikeluarkan. SR 7,9 bisa saja dipilih apabila harga batubara naik. Sebaliknya jika
harga batubara turun dan biaya operasi tetap, maka tidak dapat memaksakan untuk
memilih SR 4,9 sebagai batasan pit limit.
c. Pemodelan parameter geoteknik dapat membantu perancangan design tambang dengan
baik dalam merespon perubahan design dengan berbagai alasan. Kegiatan
penambangan yang dinamis perlu didukung faktor geoteknik sehingga semua kegiatan
penambangan mampu dilakukan dengan baik dan optimalisasi sumberdaya dapat
tercapai.
305
d. Pemodelan parameter geotek ini harus didukung dengan data lapangan yang baik dan
hasil uji laboratorium mekanika yang valid. Dengan demikian maka resiko longsor
akan kecil, dan pekerjaan rehandling overburden akibat longsor juga kecil. Maka
biaya oprasional juga akan optimal.
5. Daftar Pustaka
1. Abramson, L.W., Lee, S.T., Sharma, S., Boyce, G.M. (1995). Slope Stability And
Stabilization Methods, John Willey & Sons, inc, New York.
2. Bruce A. Kennedy, 1990, Surface Mining 2nd Edition, port city press, Inc. Baltimore,
Maryland.
3. Deere, D.U. 1964. Technical description of rock cores for engineering, Rock
Mechanics & Engineering Geology, Vol. 1, No. 1, 1964, p. 17 - 22.
4. Howard L. Hartman, 1992, SME Mining Engineering Handbook 2nd Edition volume 1.
5. Hustrulid, William dan Kuchta, Mark, 1995, Open Pit Mine Planning & Design.
Rotterdam : A. A. Balkema.
6. Hoek, E dan Bray, J.W.,1981. Rock slope engineering civil and mining 4Th edition,
2005,
7. RJ Thomson, 2005, Surface strip coal mining handbook, South African Colliery
Managers Association.
8. Supandi, 2013, Pemodelan Parameter Geoteknik Dalam Merespon Perubahan Desain
Tambang Batubara Dengan sistem Tambang Terbuka.