Anda di halaman 1dari 10

296

PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014

OPTIMALISASI PIT DESIGN HIGHWALL BERDASARKAN HASIL


PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK

Hidayatullah Sidiq1), Supandi2), Andyono B Santoso3)


1)
DnP MineConsult, Yogyakarta
2)
STTNAS Yogyakarta
3)
PT Andalan Tangguh Madiri, Jakarta

ABSTRAK

Jumlah cadangan tergantung dari beberapa hal diantaranya harga komoditas dan
faktor geoteknik. Perubahan harga akan berpengaruh terhadap desain tambang yang akhrinya
sangat dipengaruhi oleh kondisi geoteknik. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka pada saat
merancang desain, seorang mine plan engineer harus memperhatikan parameter geoteknik.
Mengacu pada kebutuhan ini maka peran geotechnical engineer sangat diperlukan sehingga
output yang dihasilkan mampu menjawab pertanyaan engineer saat membuat desain. Untuk
menjawab kondisi tersebut maka pemodelan parameter geoteknik harus dilakukan untuk
merespon perubahan desain akibat beberapa hal tersebut.
Konsep pemodelan parameter geoteknik adalah melakukan analisa secara menyeluruh
dengan memasukan parameter geoteknik yang benar. Parameter geoteknik harus
memperhatikan kondisi properties material yang dikoreksi terhadap kondisi rockmass nya
sehingga parameter yang dipergunakan dalam analisa memiliki keakuratan yang lebih baik.
Metode yang dipergunakan dalam melakukan pemodelan parameter dapat menggunakan
metode yang ada. Konsep analisa stabilitas lereng highwall cenderung melakukan untuk
mengetahui geometri lereng dengan mempertahankan nilai lainnya, dalam hal ini
mempertahankan nilai kohesi dan sudut geser dalam. Berdasarkan pada kondisi tersebut
maka untuk mengetahui geometri lereng optimum dapat dilakukan dengan mempertahankan
sifat fisik dan mekanik material.
Proses analisa dilakukan untuk mendapatkan nilai Factor of Safety (FoS) pada
geometri tertentu dimana didalam geometri tersebut ada faktor tinggi dan faktor overall
slope. Dengan mengunci faktor optimum FoS pada angka tertentu, katakanlah pada FoS 1.2
maka dapat dibuat korelasi antara overall slope dan ketinggian lereng. Hal ini sesuai konsep
dasar bahwa semakin dalam pit maka akan semakin kecil overall slope dan begitu sebaliknya.
Dengan adanya korelasi antara overall slope dan ketinggian akan memberikan
beberapa benefit pada saat ada perubahan cadangan karena beberapa faktor. Dengan
parameter geoteknik berupa model akan sangat membantu dalam proses pembuatan design
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi optimalisasi pit dengan tetap memperhatikan faktor
stabilitas lereng.

Kata kunci :Kesetabilan Lereng, Faktor Keamanan, Optimalisasi pit


297

1. PENDAHULUAN
Kegiatan operasi penambangan secara terbuka perlu merancang ukuran dan bentuk
akhir dari pit untuk menentukan cadangan tertambang dan jumlah lapisan penutup yang akan
dipindahkan. Karena jumlah cadangan dan lapisan penutup akan mempengaruhi nilai
pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Jumlah cadangan tertambang tergantung dari beberapa hal diantaranya harga komoditas
serta faktor geoteknik. Perubahan harga akan berpengaruh terhadap desain tambang yang
akhrinya sangat dipengaruhi oleh kondisi geoteknik. Berdasarkan pada kondisi tersebut maka
pada saat merancang desain, seorang mine plan engineer harus memperhatikan parameter
geoteknik. Mengacu pada kebutuhan ini maka peran geotechnical engineer sangat diperlukan
sehingga output yang dihasilkan mampu menjawab pertanyaan engineer saat membuat design.
Untuk menjawab kondisi tersebut maka pemodelan parameter geoteknik harus dilakukan
untuk merespon perubahan design akibat beberapa hal tersebut.

2. Pemodelan Parameter Geoteknik


Lereng merupakan suatu permukaan tanah atau batuan yang miring dan memiliki suatu
sudut tertentu terhadap bidang horisontal. Lereng pada umumnya dapat terbentuk secara
alamiah maupun secara buatan. Kemantapan suatu lereng tergantung terhadap besarnya gaya
penahan dan gaya penggerak yang terdapat pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan
merupakan gaya yang menahan terjadinya suatu longsoran sedangkan gaya penggerak
merupakan gaya yang menyebabkan terjadinya suatu longsoran. Kemantapan suatu lereng
dapat dinyatakan dengan suatu nilai faktor keamanan (Factor of Safety) yang merupakan
perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak. Apabila besarnya gaya
penggerak lebih besar daripada besar gaya penahan maka lereng akan mengalami longsoran,
dan sebaliknya bila besarnya gaya penahan lebih besar daripada gaya penggeraknya maka
lereng tersebut akan stabil atau tidak mengalami longsoran.
Pemodelan parameter geoteknik merupakan grafik hasil analisis perbandingan antara
tinggi jenjang dan overall slope. Analisa dilakukan dengan memperhatikan kondisi geologi
material penyusun lereng dan faktor stabilitas lereng. Proses awal pemodelan diawali dengan
melakukan analisa ketinggian tertentu pada beberapa nilai lereng keseluruhan yang berbeda-
beda sehingga dapat diperoleh nilai ketinggian lereng dan nilai sudut lereng keseluruhan yang
optimum.
Analisa stabilitas highwall dilakukan dengan mengkombinasikan antara data
laboratorium dan data rockmass yang diperoleh dari kegiatan pemboran maupun pada saat
pengukuran dari beberapa singkapan. Analisa stabilitas lereng berdasarkan situasi dan usaha
stabilisasi untuk memperoleh nilai stabilitas yang optimum. Analisa stabilitas lereng highwall
dilakukan dengan metode Limit Equilibrium Method (LEM) dengan slip surface berupa
normal circular. Bidang slip surface memotong perlapisan batuan dari bidang tertinggi
kebagian dibawahnya membentuk sebuah circular. Perhitungan stabilitas highwall dilakukan
dengan tujuan akhir membuat parameter geoteknik dalam bentuk model sehingga masih dapat
diaplikasikan ketika ada perubahan model geologi atau perubahan yang di dorong oleh
faktor-faktor lainnya. Data-data sifat fisik mekanik dan data muka air tanah menjadi dasar
dalam analisa. Dengan kedudukan sumberdaya pada kedalaman tertentu maka dilakukan
analisa stabilitas lereng dengan menggunakan beberapa asumsi.
Dari hasil optimasi awal yang telah dibuat oleh mine plane engineer, maka dibuat satu
buah titik ketinggian dilakukan analisa dengan menggunakan minimal 3 nilai overall slope
yang berbeda sehingga hasil akhir dapat ditarik dalam korelasi. Pada kasus ini analisa yang
dilakukan adalah pada ketinggian awal 30 m. Pada ketinggian 30 m dilakukan analisa pada
298

nilai overal slope sebesar 300,450,500. Dari masing-masing overal slope diperoleh nilai faktor
keamanan dari lereng terkecil berturut-turut adalah 1.597, 1.243, 1.1149. Lihat gambar 3.

Gambar 3. Analisa kesetabilan lerang pada ketinggian 30m dengan overall slope 300,450,500

Lakukan analisa pada ketinggian pit yang berbeda sesuai optimasi pit design yang
direncanakan, dalam kasus ini didesign pada ketinggian 68 m dan 90 m sesuai dengan kondisi
kedalaman seam batubara. Dan masing-masing ketinggian menggunakan overal slope yang
berbeda-beda.

Gambar 4. Korelasi overall slope terhadap faktor keamanan lereng


pada ketinggian lereng 30 m.
299

Gambar 5. Korelasi overall slope terhadap faktor keamanan lereng


pada ketinggian lereng 68 m.

Gambar 6. Korelasi overall slope terhadap faktor keamanan lereng


pada ketinggian lereng 90 m.

Gambar diatas (Gambar 4-6) menginformasikan besaran overall slope berada pada
bagian X dan faktor keamanan pada bagian Y. Titik-titik hasil korelasi dapat dilihat pada titik
warna biru pada gambar, dimana terlihat dengan semakin besar nilai lereng keseluruhan maka
akan diperoleh nilai faktor keamanan lereng yang menurun. Dari titik-titik biru pada gambar
terlihat pola liniear antara faktor keamanan dan overall slope sehingga dapat ditarik sebuah
garis intepretasi berdasarkan hasil analisa (garis biru).
Penentuan lereng optimum berdasarkan pada nilai faktor keamanan lereng optimum.
Pada penelitian ini nilai faktor keamanan lereng optimum ditentukan pada nilai 1.2. Untuk
memperoleh kelerengan optimum pada ketinggian lereng 90 m dapat dilakukan dengan
menarik garis dari sisi Y (garis merah) sebesar 1.2 dan dipotongkan dengan garis persamaan
dan ditarik ke sumbu X sehingga diperoleh besaran lereng keseluruhan optimum. Dari gambar
6, diperoleh informasi bahwa dengan ketinggian 90 m nilai overall slope optimum pada 29
derajat. Dari data ini maka dapat menjadi dasar rekomendasi dalam membuat desain tambang.
Kegiatan penambangan tidak akan lepas dari harga komoditas sehingga proses kegiatan
penambangan juga sejalan dengan harga pasar. Pada saat harga turun maka effiensi harus
dilakukan maka salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi biaya operasional
300

dalam hal ini biaya pengupasan batuan penutup. Menurunkan biaya operasional batuan
penutup dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah OB dengan menaikan kedalaman
tambang. Dengan kedalamam yang berkurang maka ketinggian lereng akan berkurang dan
seharusnya akan memperngaruhi stabilitas lereng dimana lereng keseluruhan dapat lebih
tegak.
Berdasarkan kondisi ini maka perlu dilakukan analisa untuk setiap ketinggian yang
berbeda sehingga dapat merespon kondisi lapangan. Salah satu hal yang dapat dilakukan
adalah melakukan analisa dengan ketinggian lereng yang berbeda dimana dalam penelitian ini
dilakukan pada ketinggian 30m, 68m, dan 90m. Dari masing-masing ketinggian dilakukan
analisa yang sama seperti penjelasan diatas sampai menghasilkan gambar 7 dimana satu titik
ketinggian dilakukan analisa terhadap berbagai macam nilai lereng keseluruhan yang berbeda
sehingga dapat diperoleh nilai lereng keseluruhan optimum. Dengan analisa ini maka setiap
ketinggian akan diperoleh suatu nilai lereng keseluruhan optimum sehingga dapat ditarik
korelasi nilai ketinggian terhadap nilai lereng keseluruhan optimum pada nilai faktor
keamanan optimum dimana dalam hal ini 1.2.
Hasil analisa dapat diperoleh sebuah korelasi seperti pada gambar 7. Pada sisi X
menginformasikan nilai lereng keseluruhan dan sisi Y menginformasikan ketinggian lereng.
Titik-titik bulat warna merah menginformasikan sebuah nilai hasil korelasi dan garis merah
merupakan perilaku sebuah korelasi untuk dipergunakan dalam memprediksi kondisi lain
namun masih dalam satu kondisi. Dari gambar tersebut dapat diperoleh informasi bahwa
semakin tinggi lereng maka akan semakin landai nilai lereng keseluruhan optimum dan begitu
sebaliknya.

Gambar 7. Korelasi overal slope (Derajat) terhadap ketinggian lereng pada faktor keamanan
lereng 1.2

Hasil pemodelan parameter menunjukan semakin tinggi lereng yang dibentuk maka
overall slope yang direkomendasikan akan semakin landai. Jika semakin landai overal slope
yang direkomendasikan desertai dengan ketinggian lereng maka overburden yang diambil
akan semakin besar, maka nilai SR akan semakin besar.
301

3. Optimasi Pit design


Optimasi pit adalah usaha untuk menentukan batas tambang terbaik (ultimate pit limit)
dan mentukan cadangan optimum yang memberikan keuntungan yang maksimal. Metode
yang sering diterapkan dalam optimasi pit adalah metoda Leareh-Grossman, kerucut
mengambang (floating cone), dan metode Cross section Manual. Dalam hal ini penulis
menggunakan metode cross section manual dibantu dengan software tambang.

Cross section Manual


Pembuatan pit dengan batasan stripping ratio, bisa dikelompokkan menjadi dua,
pertama adalah pada bahan galian yang mempunyai kemiringan landai dan bahan galian
dengan kemiringan terjal. Untuk bahan galian dengan kemiringan landai maka salah satu sisi
pit limit akan mengikuti lantai bahan galian dan akan lebih mudah dalam penentuan pit limit
nya karena perthitungan hanya pada satu sisi, sedangkan untuk yang terjal tidak ada sisi pit
limit yang mengikuti lantai bahan galian sehingga penentuan SR akan dihitung dari dua sisi.

Keterangan gambar :
Single SR yang dimaksud adalah SR per individual blok, sedangkan comulative SR adalah SR kumulatif
dari individual blok.
Gambar 8 Penentuan SR

Untuk perhitungan ini dilakukan untuk bahan galian batubara dan batuan penutup
(overburden). SR dicari dengan dibantu software tambang sehingga diperoleh SR yang
diharapkan. Batasan pit limit menggunakan sudut yang sudah direkomendasikan oleh
geoteknik (overall slope). Pit limit ditentukan pada masing-masing sayatan. Parameter
penentuan SR adalah harga batubara, biaya operasi penambangan, pengolahan, pendapatan
dan royalty.
Contoh kasus sederhana perhitungan SR dengan pit limit salah satunya mengikuti
Floor batubara. Penentuan pit limit untuk bahan galian dengan kemiringan landai sebagai
berikut (Lihat Gambar 9):
302

Gambar 9
SR dengan pit limit salah satunya mengikuti Floor

Parameter Penentuan Pit Limit BESR


Pengupasan OB $ (4)/bcm
Penggalian Batubara $ (5)/ton
Royalty 5%
Pendapatan
Harga Batubara $ 60 //ton

Coal
C1 C2 C3 C4
Per Block 25 40 40 45
Commulative 25 65 105 150
Overburden
OB1 OB2 OB3 OB4
Per Block 60 150 300 670
Commulative 60 210 510 1180
SR
Per Block 2.4 4 7.5 15
Commulative 2.4 3.2 4.9 7.9
*volume coal dan overburden dalam satuuan 1000 ton

Pendapatan Coal ($/ton)


C1 C2 C3 C4
Per Block $ 1,500 $ 2,400 $ 2,400 $ 2,700
Commulative $ 1,500 $ 3,900 $ 6,300 $ 9,000
Biaya Coal
C1 C2 C3 C4
Per Block $ (125) $ (200) $ (200) $ (225)
Commulative $ (125) $ (325) $ (525) $ (750)
Biaya Overburden ($/BCM)
OB1 OB2 OB3 OB4
Per Block $ (240) $ (600) $ (1,200) $ (2,680)
Commulative $ (240) $ (840) $ (2,040) $ (4,720)
303

Royalty Coal ($/ton)


C1 C2 C3 C4
Per Block $ (75) $ (120) $ (120) $ (135)
Commulative $ (75) $ (195) $ (315) $ (450)
Keuntungan
C1 C2 C3 C4
Per Block $ 1,060 $ 1,480 $ 880 $ (340)
Commulative $ 1,060 $ 2,540 $ 3,420 $ 3,080
*harga coal dan overburden dalam satuan 1000 dolar

Gambar 10
Grafik Pit Limit Optimization

Perhitungan diatas menunjukan penentuan SR optimasi dimana biaya pengeluaran


(Cost) yang digunakan adalah Pembongkaran, penggalian dan pemindahan overburden,
penggalian dan pengangkutan batubara, dan royalty. Sedangkan unsur pendapatan berasal dari
harga batubaranya. Dari contoh perhitungan dan gambar grafik menunjukan bahwa SR yang
optimum ada pada SR 4,9 dengan ketinggian lereng 40m, volume cadangan batubara 105.000
ton dan overburden 510.000 BCM, keuntungan yang didapat sebesar $ 3.420.000. Sedangkan
jika menggunakan maksimum di SR 7,9 dengan ketinggian lereng 60m, volume batubara
yang didapat lebih besar dan overburden yang yang dibongkar juga lebih besar, tetapi
keuntungan yang didapat lebih kecil yaitu $ 3.080.000.
SR optimal sebagai pit limit dapat berubah tergantung harga jual batubara dan biaya
yang dikeluarkan. SR 7,9 bisa saja dipilih apabila harga batubara naik. Sebaliknya jika harga
batubara turun dan biaya operasi tetap, maka tidak dapat memaksakan untuk memilih SR 4,9
sebagai batasan pit limit.
304

Gambar 11. 3D optimasi pit sesuai SR optimum dan rekomendasi model parameter geotek

Gambar 12. 2D optimasi pit sesuai SR optimum dan rekomendasi model parameter geoteknik.
4. Kesimpulan
a. Analisis yang dilakukan pada ketinggian 30 m, 68 m, dan 90 m. Sesuai kedalaman
sumberdaya batubara.
b. Optimasi pit design yang direkomendasikan adalah pada SR 4,9 dengan ketinggian
lereng 40m. Pit limit dapat berubah tergantung harga jual batubara dan biaya yang
dikeluarkan. SR 7,9 bisa saja dipilih apabila harga batubara naik. Sebaliknya jika
harga batubara turun dan biaya operasi tetap, maka tidak dapat memaksakan untuk
memilih SR 4,9 sebagai batasan pit limit.
c. Pemodelan parameter geoteknik dapat membantu perancangan design tambang dengan
baik dalam merespon perubahan design dengan berbagai alasan. Kegiatan
penambangan yang dinamis perlu didukung faktor geoteknik sehingga semua kegiatan
penambangan mampu dilakukan dengan baik dan optimalisasi sumberdaya dapat
tercapai.
305

d. Pemodelan parameter geotek ini harus didukung dengan data lapangan yang baik dan
hasil uji laboratorium mekanika yang valid. Dengan demikian maka resiko longsor
akan kecil, dan pekerjaan rehandling overburden akibat longsor juga kecil. Maka
biaya oprasional juga akan optimal.

5. Daftar Pustaka
1. Abramson, L.W., Lee, S.T., Sharma, S., Boyce, G.M. (1995). Slope Stability And
Stabilization Methods, John Willey & Sons, inc, New York.
2. Bruce A. Kennedy, 1990, Surface Mining 2nd Edition, port city press, Inc. Baltimore,
Maryland.
3. Deere, D.U. 1964. Technical description of rock cores for engineering, Rock
Mechanics & Engineering Geology, Vol. 1, No. 1, 1964, p. 17 - 22.
4. Howard L. Hartman, 1992, SME Mining Engineering Handbook 2nd Edition volume 1.
5. Hustrulid, William dan Kuchta, Mark, 1995, Open Pit Mine Planning & Design.
Rotterdam : A. A. Balkema.
6. Hoek, E dan Bray, J.W.,1981. Rock slope engineering civil and mining 4Th edition,
2005,
7. RJ Thomson, 2005, Surface strip coal mining handbook, South African Colliery
Managers Association.
8. Supandi, 2013, Pemodelan Parameter Geoteknik Dalam Merespon Perubahan Desain
Tambang Batubara Dengan sistem Tambang Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai