Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN TEKNIS MINE DEWATERING UNTUK PERENCANAAN LIMA

TAHUN PENAMBANGAN DI PT. BARA MUTIARA PRIMA KECAMATAN


SUNGAI LILIN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh:
Yhouhanes Zulkarnaen
03021281320012

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul : Kajian Teknis Mine Dewatering Untuk Perencanaan


Lima Tahun Penambangan Di PT. Bara Mutiara Prima
Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin
2. Pengusul
a. Nama : Yhouhanes Zulkarnaen
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIM : 03021281320012
d. Semester : VII (Tujuh)
e. Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Pertambangan
f. Alamat e-mail : yhouhanesz@gmail.com/ yhouhaneszul@gmail.com
g. Contact Person : 0821 7549 8722
3. Waktu Pelaksanaan : 22 Januari – 4 Maret 2017
4. Lokasi Penelitian : PT Bara Mutiara Prima, Kecamatan Sungai Lilin,
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Indralaya, Januari 2017


Pengusul,

Yhouhanes Zulkarnaen
NIM. 03021281320012

Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Pembimbing Proposal,

Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, ST, MT Ir. Djuki Sudarmono, DESS
NIP. 196902091997032001 NIP. 195305241985031001
A. JUDUL
Kajian Teknis Mine Dewatering Untuk Perencanaan Lima Tahun
Penambangan Di PT. Bara Mutiara Prima Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten
Musi Banyuasin

B. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan

C. LATAR BELAKANG
Pertambangan batubara merupakan hal yang sangat fundamental bagi
ketersediaan energi pada saat ini. Baik sebagai pembangkit tenaga listrik. industri
pembuatan semen. peleburan bijih besi. dan lain-lain.
PT. Bara Mutiara Prima adalah salah satu perusahaan tambang batubara
yang terletak di Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin. Perusahaan
yang sekarang sedang memproduksi batubaranya harus meningkatkan aktivitas
penambangannya akibat permintaan produksi batubara yang meningkat di sektor
kebutuhan energi. Peningkatan aktivitas penambangan dengan penambahan jam
kerja dan jumlah alat berat yang beroperasi di lapangan. Selain itu, peningkatan
produksi dapat dilihat pada rencana jangka panjang produksi lima tahunan di PT.
Bara Mutiara Prima.
Untuk mencapai target produksi yang sesuai dengan rencana lima tahunan
tambang terdapat aspek yang perlu diperhatikan dengan baik ialah penyaliran
tambang. Penyaliran tambang yang baik tidak akan menghambat pencapai target
rencana produksi. Untuk saat ini keadaan penyaliran tambang di perusahaan PT.
Bara Mutiara Prima hanya mengantisipasi jumlah air yang masuk di tambang per-
rencana produksi tahun ini. Peningkatan jumlah pengupasan overburden dan
batubara mengkibatkan terjadinya perubahan dimensi front tambang yang
semakin dalam serta arah penambangan yang menuju penyebaran batubara. Hal
ini berdampak pada jumlah air yang masuk. head pompa dan dimensi kolam
pengendapan yang berubah. Selain itu seringnya terjadi hambatan kerja selama
kegiatan penambangan di perusahaan PT. Bara Mutiara Prima akibat keadaan
jalan yang becek menyebabkan dibutuhkan penanggulangan penyaliran tambang
agar target produksi rencana tambang lima tahunan tercapai. Untuk mencegah
pengurangan jumlah jam hambatan kerja yang terjadi selama ini dalam rencana
aktivitas penambangan lima tahunan dibutuhkan evaluasi penyaliran terhadap
sump, saluran terbuka, kebutuhan pompa, dan kebutuhan kolam pengendapan air
tambang (settling pond). Melalui upaya ini, maka diharapkan dapat menghasilkan
perencanaan mine dewatering yang baik dan tidak terjadi halangan dan hambatan
guna meningkatkan produksi tambang lima tahunan di PT Bara Mutiara Prima.

D. Perumusan Masalah
Penelitian ini akan membahas mengenai system penyaliran tambang
dengan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan sistem mine dewatering saat ini di PT Bara Mutiara
Prima?
2. Bagimana cara mengatasi sistem mine dewatering yang buruk dan berdampak
negatif terhadap pekerjaan penambangan di PT Bara Mutiara Prima?
3. Bagaimana pengaruh perubahan rencana mine dewatering terhadap rencana
penambangan lima tahunan di PT Bara Mutiara Prima?

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keadaan sistem mine dewatering saat ini di PT Bara Mutiara
Prima.
2. Merencanakan sistem mine dewatering yang baik di PT Bara Mutiara
Prima.
3. Mengevaluasi perencanaan mine dewatering untuk mengakomodir
pengoptimalan rencana lima tahunan tambang di PT. Bara Mutiara Prima.

F. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengevaluasi dari sistem mine
dewatering yang sedang digunakan saat ini agar dapat menentukan perubahan
mine dewatering yang dapat menunjang perencanaan lima tahunan tambang selain
itu juga dapat mengantisipasi hambatan rencana produksi lima tahunan akibat
penyaliran yang tidak baik. dan mengoptimalkan produksi tambang sesuai dengan
rencana lima tahunan tambang.

G. METODE PENELITIAN
Metode yang akan dilakukan dalam pengambilan data yang dibutuhkan
untuk keperluan penyelesaian penulisan laporan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur. dilakukan dengan mempelajari teori-teori. rumusan-rumusan
dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini
2. Data Lapangan Primer
Jenis kegiatan ini mencakup pengamatan langsung dari lapangan berupa peta
kondisi lapangan. .pengamatan jumlah air masuk berdasarkan keadaan
cacthment area aktual . perhitungan debit air yang keluar dari pompa aktual .
luasan settling pond aktual dan lainnya yang mungkin didapatkan di
lapangan.
3. Data Lapangan Sekunder
Jenis kegiatan ini adalah melakukan penngumpulan data curah hujan di area
tambang pada periode tertentu. data spesifikasi unit pompa yang aktual
dipakai. Data perencanan lima tahunan produksi batubara dan overburden .
data rencana penyaliran aktual.
4. Analisa Data
Data – data yang diperoleh diolah dengan analisa matematis. dan statistik
serta disajikan dalam bentuk tabel. dan perhitungan penyeleisaian.
Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menghitung perkiraan curah hujan dan intensitas hujan selama lima tahun
kedepan.
b. Menentukan luas daerah tangkapan hujan dan perkiraan debit air limpasan
yang masuk ke dalam main sump sesuai dengan rencana penambangan
lima tahunan tambang di PT. Bara Mutiara Prima.
c. Mengamati keadaan mine dewatering di PT. Bara Mutiara Prima saat ini
dengan melakukan perhitungan dan pengamatan kapasitas head pompa.
saluran terbuka. sump dan kolam pengendapan lumpur.
d. Mengevaluasi mine dewatering dengan menghitung keseuaian debit air
masuk selama lima tahun dengan mine dewatering saai ini di PT. Bara
Mutiara Prima.
e. Memberikan hasil evaluasi dengan mengusulkan elemen-elemen mine
dewatering yang tidak efektif dengan perencanaan lima tahunan tambang
berupa spesifikasi pompa. bukaan sump baru. dan bukaan kolam
pengendapan lumpur baru.
5. Penyusunan laporan dilakukan dengan bimbingan secara berkala dan
pembuatan laporan secara sistematis.

H. TINJAUAN PUSTAKA
H.1. Siklus Hidrologi
Masalah utama yang sering dihadapi dalam industri pertambangan adalah
air. Indonesia yang merupakan iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan
dan musim panas menjadi musuh besar bagi perjalanan industri pertambangan.
Hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi pada musim penghujan yang terjadi
selama kurun waktu enam bulan berturut-turut mengharuskan engineer memutar
otak untuk merancanakan sistem mine dewatering yang baik dan effektif agar
target produksi tambang tahunan dapat tercapai. Untuk dapat menghasilkan sistem
mine dewatering yang effektif dan effisien diperlukan pengamatan terhadap total
jumlah air yang masuk di dalam daerah front penambangan yaitu dengan cara
pengamatan terhadap siklus hidrologi.
Siklus Hidrologi adalah suatu gerakan air laut ke udara, yang kemudian
jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali (C.D. Soemarto,
1999). Siklus ini memiliki pengecualian yang artinya kegiatanya tersebut tidaklah
sesederharna dibayangkan, karena:
a. Bukan merupakan siklus singkat dimana air hujan yang jatuh semuanya akan
kembali ke laut.
b. Siklus tidak memiliki keseragaman waktu,
c. Tergantung pada letak geografi dan keadaan iklim suatu lokasi.
d. Mengalami proses yang kompleks dimana proses akhir berupah hujan.
Siklus hidrologi yang kompleks telah disederhanakan dan memeberikan
gambaran proses-proses penting dalam siklus hidrologi yang dapat dimengerti dan
di pelajari oleh para ahli (Gambar 1), sehingga proses siklus itu dibagi menjadi
empat macam, yaitu:
a. Presipitasi
b. Evaporasi
c. Infiltrasi
d. Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air tanah (subsurface
runoff)

Gambar 1. Siklus Hidrologi (C.D. Soemarto, 1999)

Air laut menguap karena radiasi matahai membentuk titik-titik uap air
menjadi awan, kemudian awan yang terjadi akibat penguapan air bergerak di atas
daratan karena terbawa oleh hembusan angin. Lalu Presipitasi terjadi karena
adanya tabrakan antara butir-butir uap air di awan akibat desakan angin,
presipitasi dapat berbentuk hujan atau salju. Setelah itu air jatuh kepermukaan
tanah, akan menimbulakan limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke laut.
Selama proses air mengalir kembali ke laut beberapa diantaranya masuk kedalam
tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) menuju daerah jenuh air
(staturated zone) yang terdapat dibawah permukaan air tanah atau yang juga
dinamakan permukaan permukaan freatik. Air dalam daerah ini bergerak
perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke suangai atau kadan-kadang langsung
masuk ke laut (C.D. Soemarto, 1999).
Penafsiran kuantitatif dari daur hidrologi juga dicapai dengan suatu
persamaan neraca air, ini merupakan persamaan yang menggambarkan prinsip
bahwa selama selang wakktu tertentu, masukan air total pada suatu ruang tertentu
harus sama dengan keluaran total ditambah perubahan bersih dalam cadangan
(Ersin Seyhan terjemahan Sentot Subagyo, 1990). Salah satu persamaan neraca air
dengan menganggap daerah aliran drainase yang tidak menerima atau kehilagan
air ke daerah aliran disekitarnya, kecuali dari pintu utama (outlet). maka :

P = Ea + Q + ∆S ................................................................(1)

Keterangan:
P = Presipitasi
∆S = Cadangan dalam permukaan dan bawah permukaan
Ea = evapotranspirasi
Q = debit aliran limpasan

H.2. Presipitasi
Presipitasi adalah kedalaman cairan yang terakumulasi di atas permukaan
bumi bila seandainya tidak terdapat kehilangan. Semua air yang bergerak di dalam
bagian lahan lahan dari daur hidrologi secara langsung maupun tidak langsung
berasal dari presipitasi dan sumber presipitasi adalah laut, udara membawa titi-titk
uap air laut bergerak menuju daerah dataran tinggi yang dapat menyebabkan air
mendingin sampai dibawah titik embun dan menyebabkan presipitasi berupa air
hujan, salju, dan bentuk presipitasi lainnya (Ersin Seyhan terjemahan Sentot
Subagyo, 1990).
Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan.
Jika membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus ditinjau, yaitu:
a. Intensitas (i), adalah laju curah hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya
mm/menit, mm/jam, mm/hari
b. Lama waktu atau durasi (t), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam
c. Tinggi hujan (d) adalah banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air
diatas permukaan datar, dalam mm.
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan
dengan waktu ulang (retrun periode) T, misalnya sekali dalam T tahun.
e. Luas, adalah luas geografis curah huna A, dalam km2
Tahapan menentukan kuantitatif data presipitasi atau curah hujan (C.D.
Soemarto, 1999).
a. Pengukuran presipitasi atau curah hujan
Pengukuran peresipitasi dapat dilakukan dengan alat pengukur curah hujan
yaitu penangkar hujan dan pencatat hujan. Penangkar hujan untuk menampung
hujan yang jatuh dikawasan tersebut, sedang pencatat hujan untuk mencatat tinggi
hujan dari alat penangkar hujan. Tujuan utama setiap pengukuran presipitasi
adalah untuk mendapatkan contoh yang benar-benar mewakili curah hujan
diseluruh kawasan tempat pengukuran dilakukan WMO (world meteorological
Office) (Ersin Seyhan,ter Sentot Subagyo, 1990).
b. Frekuensi pengukuran
Frekuensi pencatatan dan pengukuran terhadap curah hujan yang jatuh di
suatu kawasan dapat dilakukan sebanyak sekali dalam sehari, dilakukan dengan
alat pengukur manual yang mengukur tiap hari wadah penangkar hujan dengan
waktu yang teratur. Pencatatan juga dalam dilakukan sekali dalam seminggu atau
sebulan, namun dilakukan dengan alat pengukur otomatis yang mana menhasilkan
data curah hujan setiap saat dan di hubungkan dengan komputer di pusat
komputer.
c. Memproses data curah hujan
Menentukan curah hujan areal dengan melakukan penakran atau pencatata.
Jika dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan,
maka dapat diambil nilai rata-rata. Untuk mendapatkan nilai curah hujan real
dengan cara nilai rata-rata hitung (arithmetic mean) dapat dicari dengan
persamaan (C.D. Soemarto, 1999):

d 1 +d 2 +d 3 +…+d n n d i
d= =∑ .......................................................(2)
n i=l n
Keterangan:
d = tinggi curah hujan rata-rata
d1, d2, d3, .., dn = tinggi curah hujan pada pos penangkar 1,2,.. n
n = banyak pos penangkar

Perhitungan perkiraan curah hujan pada tahun n (periode ulang hujan pada
tahun n). Jika suatu data curah hujan mencapai harga tertentu (x) yang
diperkirakan terjadi satu kali dalam n tahun, maka n tahun dapat dianggap sebagai
periode ulang dari x. Perhitungan periode ulang dapat dilakukan dengan beberapa
metode, tetapi metode yang paling banyak dipakai di Indonesia adalah Metode
Extreem Gumbel atau lebih lazim disebut Metode Gumbel (Sudjana, 1992).
a. Reduced Variate (Y)
Untuk menghitung nilai reduce variate dapat menggunakan persamaan
berikut :

{
Y =−ln −ln
T −1
T } ........................................................................(3)

Keterangan:
Y= Reduced Variate
T= Periode ulang (tahun)

b. Reduced Mean atau Koreksi Rata-rata (Yn)


Untuk menentukan nilai koreksi rata-rata dapat menggunakan persamaan
berikut :

Y n =−ln −ln
[ { (n+ 1−m)
n+1 }] ..........................................................(4)

Rata-rata Yn,
Yn =
∑ Yn
n .....................................................................................(5)

Keterangan:
Yn = Koreksi rata-rata
n = jumlah sample
m = urutan sample (m = 1,2,3,…)

c. Reduce Standard Deviation atau Koreksi Simpangan (Sn)


Untuk menghitung nilai koreksi Simpangan dapat menggunakan
persamaan berikut :

Sn=
√ ∑ ( Y n−Y n )2
n−1 ......................................................................(6)

Keterangan:
Sn = Koreksi Simpangan
Yn = Koreksi rata-rata per sampel
Yn = Koreksi rata-rata seluruh sampel

Dari hubungan ketiga variabel diatas dapat ditentukan nilai perkiraan


curah hujan yang diharapkan dengan persamaan :

S
X= x + (Y-Yn) ...................................................................(7)
Sn

Keterangan:
X = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
tahun
x = Harga rata – rata sampel data curah hujan (dalam hal ini
curah hujan bulanan maksimum)
S = Simpangan baku (standar deviasi) data sampel curah hujan
Y = Reduce variate, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode
ulang (Tabel III.5)
Yn = Reduced mean, yang tergantung pada jumlah sample
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah
sample
Nilai curah hujan maksimum rata-rata ( x ) dapat dihitung dengan rumus

∑X
x = n ................................................................................(8)

Keterangan:
X = Curah hujan maksimum pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan

Intensitas Hujan, Menurut Ersin Seyhan (ter Sentot Subagyo, 1990)


Intensitas hujan adalah jumlah presipitasi atau curah hujan yang jatuh pada saat
tertentu (mm/menit, cm/jam, dan lain-lain). Intensitas hujan dapat dihitung dengan
persamaan monobe (C.D. Soemarto, 1999) :

d 24 24 2
I=
24
x( )
t
3
...............................................................................(9)

Keterangan:
I = intensitas (mm/jam)
d24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam
t = waktu konsentrasi (jam)

H.3. Infiltrasi
Air cair yang jatuh pada permukaan bumi akhirnya, jika permukaannya
tidak kedap air, dapat bergerak kedalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan
kapiler dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Laju infiltrasi aktual adalah laju
air berpenetrasi ke permukaan tanah pada setiap waktu dengan gaya-gaya
kombinasi gravitasi, viskositas dan kapilaritas (Fac). Laju maksimum presipittasi
dapat diserap oleh tanah pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (F c)
untuk suatu intensitas curah hujan diambangkan i. Jika intensitas curah hujan
lebih kecil dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi aktual lebih kecil dari
kapasitas infiltrasi (i < Fc, Fac < Fc) dan sebaliknya jika intensitas curah hujan lebih
besar dari kapasitas infiltrasi, maka kecepatan infiltrasi lebih kecil dari dari
kapsitas infiltras (i < Fc, Fac < Fc) i. Hal ini dikarenakan pada saatu hujan, tidak ada
waktu air untuk terserap kedalam permukaan, karena debit air hujan yang tinggi
membawa partikel-partikel tertentu yang menutupi rongga-rongga pori tanah
(Ersin Seyhan, terjemahan Sentot Subagyo, 1990).

Gambar 2. Perkiraan Permeabilitas Material (Anang Suwandi, 2004)

Tanah memiliki sifat poreous (memiliki rongga-rongga dapat di isi atau


dilalui air dan udara) sehingga tanah memilikih kapasitas untuk menyimpan air.
Kapaitas air tanah adalah jumlah maksimum yang dapat disimpan dalam tanah
pada mintakat tak jenuh melawan gaya gravitasi (Ersin Seyhan, terjemahan Sentot
Subagyo, 1990). .
Perhitungan debit air tanah biasnya dilakukann pad kondoso pengontrolan
air tanah yang sulit diatasi. Menurut Anang Suwandi (2004) Persama theim sering
digunakan untuk menghitung debit air tanah yang dasar perhitungannya adalah
pengurangan air dalam kapiler adalah sebgai berikut:

K 2 π m(s 1−s 2)
Q=
R ...................................................................(10)
C μ log 10 ( )
r

Keterangan rumus diatas dapat dilihat pada tabel II.

Table 1. Keterangan Rumus


Variable Keterangan Meninzer Darcy
Q Laju aliran Galoon/menit Ml/det
K Permeabilitas (tabel 1) Meinzer Darcy
M Ketebalan kjeneuhan rata-rata dari Feet Cm
akuifer yang di ukur melalui dua
titik pengamatan
R Jari-jari titik pengamatan yang jauh
Dapat digunakan dengan
dari sumur
satuan sejenis karna perupa
R Jari-jari sumur atau titik
perbandingan
pengamatan terdekat
C Konstanta 528 2,3
μ Viskositas Centipoise Centipoise
S1 Penurunan air tanah pada titik Feet Atm
terdekat sumur pengamatan
S2 Penurunan air tanah pada titik Feet Atm
terdekat sumur pengamatan
Sumber: Anang Suwandi, 2004

H.4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evapotranspirasi menurut Ven T.C, David R.M dan Larry W.S (1988) dapat
dihitung dengan rumus Turc sebagai berikut :
P
2 0. 5

E=
[ ( )]
0 .9+
P
L(T )
...............................................................(11)

Keterangan:
E = Evapotranspirasi actual (mm/thn)
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun)
T = Temperatur rata-rata (oC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0.05T3

H.5. Curah Hujan


Curah hujan adalah banyaknya hujan yang terjadi pada suatu daerah.
Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam perencanaan sistem
penirisan. karena besar kecilnya curah hujan pada suatu daerah tambang akan
mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi. Catchment
area merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah
tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya
merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi
topografi, dengan mengikuti kecendrungan arah gerak air. Dengan pembatasan
catchment area maka diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan
terkonsentrasi pada elevasi yang terendah pada catch ment area tersebut.
Pembatasan catchment area biasanya dilakukan pada peta topografi, dan untuk
perencanaan sistem penyaliran di anjurkan dengan menggunakan peta rencana
penambangan dan peta situasi tambang.

H.6. Sistem Penyaliran


Teknik penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian air masuk
ke lokasi penambangan. Perusahaan cendrung memutuskan teknik penyaliran
dengan memepertimbangkan biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi
keselamatan kerja. Selain itu dalam pemilihan teknik oenyaliran harus
memperhatikan prediksi cuaca ekstrim yang akan terjadi di front penambangan
agar mengurangi resiko bahaya akibat tingginya debit air limpasan (Awang
Suwandhi, 2004).
Terdapat dua cara pengendalian air yang sudah telanjur masuk ke dalam
front penambangan, yaitu dengan sistem kolam terbuka (sump) atau membuat
paritan dan memebuat adit. Sisitem penyaliran dengan membuat kolam terbuka
dan paritan biasanya ideal diterapkab pada tambang open cast atau kuari, karena
dapat memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan airnya dari bagian puncak atau
lokasi yang tinggi ke tempat yang rendah. Pompa digunakan pada posisi ini lebih
efisien, efektif dan hemat energi. Pada tambang open pit penggunaan pompa
menjadi sangat vital untuk menaikan air dari dasar tambang ke permukaan dan
kerja pompa pun cukup berat. Kadang-kadang tidak cukup digunakan hanya 1 unit
pompa, tetapi harus beberapa pompa yang dihubungkan seri untuk membantu
daya dorong dari dasar sampai permukaan. Artinya unsur biaya pemompaan harus
diperhatikan. Sedangkan sisitem adit lebih ideal diterapkan pada tambang terbuka
open pit denga syarat lokasi penambangan harus mempunyai lembah tempat
sumuran dan adit agar air dapat keluar.

H.7. Bentuk Kolam Pengendapan


Walaupun bentuknya dapat bermacam-macam. namun pada setiap kolam
pengendap akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk karena proses
pengendapan material padatan (State of Alaska Depertement Of Enivirontental
Conservastion,1983). Keempat zona yang ditunjukkan pada gambar 3.3 adalah :

a. Zona masukan Adalah tempat masuknya aliran air berlumpur kedalam


kolam pengendapan dengan anggapan campuran antara padatan dan cairan
terdistribusi secara merata.
b. Zona Pengendapan adalah Tempat dimana partikel akan mengendap.
material padatan disiniTempat dimana partikel akan mengendap. material
padatan disini akan mengalami proses pengendapan disepanjang saluran
masing-masing ceck dam.
c. Zona Endapan Lumpur adalah Tempat dimana partikel padatan dalam
cairan mengalami sedimentasi dan terkumpul pada bagian bawah saluran
pengendap.
d. Zona Keluaran adalah Tempat keluarnya buangan cairan yangt relative
bersih zone ini terletak pada akhir saluran.

H.8. Ukuran Kolam Pengendapan


Luas kolam pengendapan menurut Sengupta (1993) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

A = Q total/V ......................................................................................(12)

Keterangan :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk kolam pengendapan (m3/detik)
v = Kecepatan pengendapan (m/detik)

Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


“Stokes” dan hukum “Newton”. Hukum “Stokes” berlaku bila padatanya kurang
dari 40%. sedangkan bila persen patan lebih dari 40% berlaku hukum “Newton”.
Persamaan Hukum Newton untuk perhitungan kecepatan pengendapan partikel
(Chih Ted, 1996) adalah sebagai berikut :

2
g⋅D ⋅( ρp− ρa )
=
V 18 μ .................................................................(13)

Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

rp = berat jenis partikel padatan


ra = berat jenis air (kg/m3)
m = kekentalan dinamik air (kg/mdetik)
D = diameter partikel padatan (m)

persamaan Hukum Stokes untuk perhitungan kecepatan pengendapan


partikel (Chih Ted, 1996) adalah sebagai berikut :

0,5

V
= {
4 xgxD x ( ρp−ρa )
3 xFgx ρa } ........................................................(14)

Keterangan :
V = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)

rp = berat jenis partikel padatan


ra = berat jenis air (kg/m3)
D = diameter partikel padatan (m)
Fg = nilai koefisien tahanan

H.9. Perhitungan Prosentase Pengendapan


Perhitungan Prosentase pengendapan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kolam pengendapan yang akan dibuat dapat berfungsi untuk
mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air tambang. Waktu yang
dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap dengan kecepatan (v m/s) sejauh (h),
(Sengupta,1993) adalah :

H
t= ..............................................................................................(15)
Vp

Keterangan :

t = Waktu pengendapan partikel (menit)


Vp = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
H = Kedalaman Saluran (m)

Gambar 2. Aliran Air Di Kolam Pengendapan (Anang Suwandi, 2004)

I. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tugas akhir ini rencananya akan dilaksanakan di PT. Bara
Mutiara Prima Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada tanggal
22 Januari 2017 – 4 Maret 2017 dengan perincian kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir Di PT. Bara Mutiara
Prima Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin

Minggu
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Referensi dan Data
Pengolahan Data. Konsultasi dan
3
Bimbingan
Penyusunan dan Pengumpulan
4
Laporan
Keterangan:
: Ada kegiatan
: Tidak ada kegiatan
J. Penutup
Demikianlah proposal permohonan Penelitian Tugas Akhir yang
direncanakan dilakukan di PT. Bara Mutiara Prima Kecamatan Sungai Lilin,
Kabupaten Musi Banyuasin. Harapan saya untuk dapat melakukan Penelitian
Tugas Akhir dan mendapat sambutan yang baik dari pihak perusahaan. Melihat
keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki. maka saya sangat mengharapkan
bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari pihak perusahaan untuk
kelancaran Penelitian Tugas Akhir ini.
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak
institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara harmonis
demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industri pertambangan
Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan. saya ucapkan terima kasih.

K. Daftar Pustaka

Anonim (1983). Placer Mining Settling Pond Design Handbook. Alaska: Alaska
depertement Of Environmental Conservation.

Chih Ted Yang. (1996). Sediment Transport :Theory and Practice. New york:
McGraw-Hill.

Goerge Tchobanoglous. (1981). Wastewater Engineering: Collection and


Pumping of Wastewater. New York: McGraw-Hill Book Company.

Sengupta, M. (1993). Environmental Impacts of Mining. Monitoring. Restoration.


and Control. USA: Lewis Publisher.

Soemarti, CD. (1999). Hidrologi Teknik (Edisi Perbaikan). Jakarta: Erlangga

Suwandhi, A. (2004). Perencaanaan Sistem penyaliran Tambang Terbuka. Diklat


Perencanaan Tambang Terbuka .

Syehan Erisin. (1990). Dasar-Dasar hidrologi Terjemahan Sentot Subagyo.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai