Dokumen - Tips Bronkitis-Asmatik
Dokumen - Tips Bronkitis-Asmatik
1
Bronkitis adalah suatu inflamasi bronkus non spesifik yang sering
didiagnosis pada anak dan dapat merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri
maupun bagian dari suatu kondisi sistemik seperti fibrosis kistik, asma, atau
keadaan defisiensi imun.8
Penyebab bronkitis adalah:
1. Infeksi: virus, bakteri non spesifik, bakteri spesifik seperti: pertusis,
tuberkulosis dan mikoplasma.
2. Reaktivitas: asma
3. Kimiawi: inhalasi asap rokok dan gas iritatif.
Bronkitis asmatis yaitu suatu peradangan bronkus yang ditandai dengan
adanya mengi, ditemukan secara integral pada asma dan eksaserbasi asma
umumnya dipicu oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas.9
Berikut ini adalah laporan kasus bronkitis asmatis pada anak di Bagian
Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof.DR. R. D. Kandou Manado.
2
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS UTAMA
Anamnesis Antenatal
Pemeriksaan ANC teratur 6 kali di RS, saat hamil ibu sehat, suntikan TT 2 kali.
3
Penyakit Yang Pernah Diderita
- Morbili (-)
- Varicella (-)
- Pertusis (-)
- Diare (-)
- Cacing (-)
- Batuk Pilek (+)
- Asma bronkiale (+) tahun 2003
- Bronkopneumonia (+) tahun 2004
Anamnesis Makanan
- ASI : Lahir – 14 bulan
- PASI : 4 bulan
- Bubur susu : -
- Bubur saring : 4 bulan – 6 bulan
- Bubur halus : 6 bulan – 1 tahun
- Nasi + lauk : 1 tahun - sekarang
4
Imunisasi
- BCG I
- Polio I, II, III
- DPT I, II, III
- Campak I
- Hepatitis I, II, III
Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
5
normal, gerakan normal, pupil bulat isokor, kiri sama dengan
kanan, refleks cahaya +/+ normal, fundus dan visus tidak
dievaluasi, mata cowong -/-, air mata +/+.
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Septum tidak deviasi, epistaksis atau sekret tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianotis, lidah kotor (-), karies pada gigi (-),
perdarahan gusi (-), bau pernapasan normal.
Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening kiri dan
kanan (-).
Dada : Bentuk simetris normal, ruang interkostal retraksi (+) IC
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Sp. bronkovesikuler, ekspirium memanjang,
ronki -/-, wheezing +/+
Jantung : Denyut jantung 100 x/mnt, iktus tak tampak, batas-batas
jantung normal, bunyi jantung I dan II murni, bising (-)
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, hepar/lien tak
teraba, turgor kembali cepat
Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
Anggota gerak : Bagian akral hangat, edema (-).
Tulang-belulang : Deformitas (-)
Otot : Atrofi (-)
Refleks-refleks : RF (+) N , RP (-)
DIAGNOSIS KERJA
- Asma episodik sering serangan berat.
PENATALAKSANAAN
- O2 1 – 2 liter / menit
6
- Inj Dexamethason 3x3,5mg IV
- Sporetik 2 x 1 cth
- Sanmol 3 x 1 cth
- Epexol 3 x ¾ cth
ANJURAN PEMERIKSAAN:
- Darah Lengkap
- DDR
- Na, K, Cl
- Foto Thorax
FOLLOW UP
19 Juni 2012 ( hari I )
S : Batuk (+), Sesak berkurang, Demam (↓)
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/60, N : 88 x/m R : 34 x/m SR : 36,7OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (+) minimal, Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P :
- O2 2 – 4 liter / menit
7
- Sporetik 2 x 1 cth
- Sanmol 3 x 1 cth
- Epexol 3 x ¾ cth
Rencana:
- Foto toraks AP
Hasil Lab :
DDR : - Ur : 15,2 Na : 137 Batang : 2
HCT : 34,7 Cr : 0,41 K : 2,7 Segmen : 70
HB : 11,7 SGOT : 26 Cl : 104 Lymp : 18
Leu : 12.900 SGPT : 16 Eos : 3 Monosit : 7
Trombo : 276.103 Ca : 9 Bas : 0 Montoux test : (-)
- Sanmol 3 x 1 cth
- Sporetik 2 x 1 cth
8
- Epexol 3 x ¾ cth
9
P : - Inj Dexametasone 3x3,5mg IV (III)
- Sporetik 2 x 1cth
- Epexol syr 3 x ¾ cth
- Ventolin syr 3 x 1cth
- Sanmol syr 3x2cth
10
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P : - Ambroksol 10 mg + CTM 2 mg + Salbutamol ½ tablet (3 x 1 pulv)
- Amoxan 4 x 250 mg
11
DISKUSI
12
Batuk merupakan gejala klinis pasien, batuk kemudian menjadi produktif.
Setelah beberapa hari sputum mungkin menjadi purulen. Nyeri dada dapat
dikeluhkan oleh anak yang lebih besar yang diperberat oleh adanya batuk.
Mukusnya kemudian menjadi lebih encer, biasanya berlangsung sekitar 2 minggu
dan jarang sampai melebihi 3 minggu.14
Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita cukup, dalam keadaan sesak,
ada pernapasan cuping hidung, takipnea, takikardi dengan tekanan darah normal.
Dari hal ini dikategorikan asma sedang. Menurut literatur asma dapat dibagi
dalam beberapa kategori yaitu dapat dilihat pada tabel I (pembagian derajat
penyakit asma pada anak).
Tabel I: Pembagian derajat penyakti asma pada anak.15
13
lapangan paru, sonor pada perkusi paru dan pada auskultasi didapatkan wheezing
pada kedua paru dan setelah diterapi wheezing menghilang. Ditemukan adanya
ronki basah kasar pada kedua paru. Dari pemeriksaan tersebut diatas, didapatkan
kesan terjadi perubahan anatomis yang besar pada paru dan dinding toraks diluar
serangan.
Ini sesuai literatur baik bronkitis maupun asma ditemukan adanya ronki basah
kasar disertai mengi.
Pemeriksaan foto toraks berupa corakan corakan paru yang meningkat bisa
terjadi hiperaerasi (hiperinflasi pada serangan asma kronik dan pada bronkitis
biasanya normal) atau kadang-kadang terlihat penebalan peribronkial.
Hiperinflasi menunjukkan adanya keterlibatan saluran napas yang lebih perifer.16
Pada penderita ini hasil foto toraks cor dan pulmo tidak ada kelainan.
Pemberian oksigen 2-4 liter/ menit dimaksudkan untuk mengurangi sesak
napas yang ditandai dengan takipnea dan pernapasan cuping hidung. Obat asma
ada 2 kelompok besar yaitu: obat pereda (relieveri) dan obat pengendali
(controller). Pada penderita ini hanya diberikan obat pereda asma yaitu :17
1. Aminofilin.
Status asmatikus seharusnya dipandang sebagai keadaan emergensi. Terapi
optimal untuk pasien asma umumnya memerlukan obat yang diberikan secara
parenteral, monitoring ketat dan perawatan intensif. Berikut adalah dosis untuk
pasien yang belum menggunakan teofilin.
Pasien Dosis awal Dosis
Pemeliharaan
Anak 1-9 tahun 6,3 mg/kg a 1 mg/kg/jam a
Anak 9-16 tahun dan perokok dewasa 6,3 mg/kg a 0,8 mg/kg/jam a
Dewasa bukan perokok 6,3 mg/kg a 0,5 mg/kg/jam a
Orang lanjut usia dan pasien dengan 6.3 mg/kg a 0,3 mg/kg/jam a
gangguan paru-paru
Pasien gagal jantung kongestiv 6.4 mg/kg a 0,1-0,2
mg/kg/jam a
Tabel 5 Dosis Aminofilin
Untuk pasien yang sudah menggunakan teofilin, pastikan jika
memungkinkan, waktu, jumlah, bentuk sediaan dan rute pemberian dari dosis
terakhir yang diterima pasien. Pemberian dosis awal dari aminofilin dapat
14
diberikan melalui intravena lambat atau diberikan dalam bentuk infus (biasanya
dalam 100-200 mL) dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl 0,9%. Kecepatan pemberian
jangan melebihi 25mg/mL. Setelah itu terapi pemeliharaan dapat diberikan
melalui infus volume besar untuk mencapai jumlah obat yang diinginkan pada
setiap jam. Terapi oral dapat langsung diberikan sebagai pengganti terapi
intravena, segera setelah tercapai kemajuan kesehatan yang berarti.
2. Teofilin
Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis berdasarkan
respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru. Dosis ekivalen
berdasarkan teofilin anhidrat yang dikandung. Monitor level serum untuk level
terapi dari 10-20 mcg/mL.
Berikut adalah dosis yang direkomendasikan untuk pasien yang belum
menggunakan teofilin.
15
setelah diberikan terapi, PCH (-), Wheezing (-), respirasi kembali normal,
sehingga terapi dilanjutkan sampai penderita pulang.
Pencegahan bronkitis asmatis pada penderita ini yaitu dengan menghindari
faktor-faktor pencetus seperti alergen, infeksi, iritan, cuaca, kegiatan fisik yang
berat, ISPA, obat-obatan dan faktor emosi. Pada penderita ini diharapkan
menghindari emosi yang berlebihan, dimana orang tua turut berperan dengan
mendidik anak tidak terlalu keras dan memberi waktu yang cukup untuk rekreasi
dan suasana yang tenang.
Sebagian besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya
umur. Faktor yang mempengaruhi prognosis asma anak ialah: umur, banyak
sedikitnya faktor atopi pada anak dan keluarganya, usaha pengobatan dan
penanggulangannya. Pada bronkitis dapat sembuh sendiri karena bersifat self
limiting.16,17
Apabila pasien terus mengalami gangguan pernapasan walaupun telah
ditangani dengan obat-obat simpatomimetik dengan atau tanpa teofilin, maka
harus dipikirkan diagnosis asma bronkial dengan serangan berat. Status
asmatikus adalah suatu asma bronkial dengan serangan berat.
Status asmatikus adalah diagnosis klinis yang ditandai dengan meningkatnya
serangan asma yang tidak responsif terhadap obat-obat yang biasa diberikan atau
dengan terapi adrenalin 1/ 1000; 0,01 ml/ kgBB secara subkutan yang diberikan
setiap 15-20 menit 3 kali pemberian. Pasien yang telah didiagnosis dengan status
asmatikus harus dirawat di Unit Gawat Darurat dimana keadaan pasien dapat
dimonitor dengan seksama.17,18
Prognosis pada pasien ini baik, pasien ini pulang dalam keadaan sembuh dan
dianjurkan kontrol ke poli anak.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
11. Harsono A. Asma bronkiale. In: Nuer SM, Ismoedjianto, Untario CM,
Bunga rampai pediatri. Surabaya: Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo,
2002: 1-19.
12. Mills J, Luce JM. Seri diagnosis dan pengobatan darurat paru-paru.
Jakarta: EGC. 1993: 22-6.
13. Setiawan L, Makmuri MS, Santoso G. Inhalasi steroid pada
penatalaksanaan asma anak. Buletin ilmu kesehatan anak. Divisi
pulmonologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo. 2003: 402-16.
14. Goodman D. Inflamatory disorder of the small airways. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson textbook of pediatrics; 16th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company, 2000: 1414-5.
15. Loughlin GM. Bronkhitis. In: Chernick V, Boat TF, Kendig EL, eds.
Kendig’s disorder of the respiratory tract in children, sixth ed.
Philadelphia: WB Saunders Company, 1998: 461-72.
16. Said M. Pendekatan diagnostik bronkitis pada anak. Dalam: Rahajoe N,
Budiman I et al, Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian
Pulmonologi Bagian IKA FK UI, 1984: 193-204
17. Mellis CM. Bronchitis in children. Dalam: Rahajoe N, Budiman I et al,
Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian Pulmonologi Bagian
IKA FK UI, 1984: 51-7
18. Wantania JM. Bronkitis akuta. Dalam: Mantik MFJ, Runtunuwu A,
Wantania JM, ed. Buku pedoman diagnosis dan terapi. Manado: Bagian
IKA FK Unsrat, 2001: 208.
18