Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian


asma meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk
Indonesia. Peningkatan ini berhubungan dengan meningkatnya industri dan pola
hidup, sehingga tingkat polusi cukup tinggi, walaupun hal ini masih perlu
dibuktikan. Prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10 % pada anak usia 6-7
tahun, dan sekitar 6,5 % pada anak usia < 14 tahun, dan terjadi 2 kali lebih sering
pada laki-laki daripada perempuan.1,2
Asma adalah suatu penyakit obstruksi jalan napas yang bersifat intermiten
yang bisa mengalami reversibel secara menyeluruh atau sebagian. Patogenesis
dari asma mencakup inflamasi, bronkospasme, peningkatan produksi mukus dan
edema jalan napas. Faktor presipitasinya bersifat multifaktorial, yang paling
sering adalah infeksi saluran napas atas dan alergen lingkungan.3
Penyebab asma yang pasti belum jelas. Terdapat beberapa teori yang
meliputi teori imunologik dan kombinasi. Yang berhubungan dengan imunologik
mengaitkan asma dengan faktor ekstrinsik sehingga dikenal dengan asma
ekstrinsik dan yang berhubungan dengan faktor non imunologik dikaitkan dengan
faktor intrinsik atau asma idiopatik.4
Faktor pencetus asma dapat berupa infeksi saluran pernapasan, cuaca,
tungau/debu rumah, serbuk bunga, bulu anjing/kucing, asap, latihan berlebihan
dan emosi yang berlebihan.4
Dasar penanganan asma pada unit gawat darurat antara lain: oksigen,
resusitasi cairan, nebulisasi bronkodilator, beta 2 agonis, epinefrin, kortikosteroid
dan intubasi yang tepat pada kegagalan napas, lebih ditekankan pada faktor
edukasi mengenai kontrol lingkungan yang menekankan pada tindakan untuk
menghindari alergi dan pemicu lainnya.5,6,7
Tujuan terapi asma adalah untuk mengontrol gejala-gejala yang kronik,
untuk mempertahankan aktivitas yang normal dan untuk mencegah serangan
episode akut dan untuk memenuhi harapan dan kepuasan penderita dan
keluarganya atas perawatan pasien.7

1
Bronkitis adalah suatu inflamasi bronkus non spesifik yang sering
didiagnosis pada anak dan dapat merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri
maupun bagian dari suatu kondisi sistemik seperti fibrosis kistik, asma, atau
keadaan defisiensi imun.8
Penyebab bronkitis adalah:
1. Infeksi: virus, bakteri non spesifik, bakteri spesifik seperti: pertusis,
tuberkulosis dan mikoplasma.
2. Reaktivitas: asma
3. Kimiawi: inhalasi asap rokok dan gas iritatif.
Bronkitis asmatis yaitu suatu peradangan bronkus yang ditandai dengan
adanya mengi, ditemukan secara integral pada asma dan eksaserbasi asma
umumnya dipicu oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas.9
Berikut ini adalah laporan kasus bronkitis asmatis pada anak di Bagian
Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof.DR. R. D. Kandou Manado.

2
LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan, umur 8 tahun 9 bulan, BB=19 kg, suku


Sangihe, kebangsaan Indonesia, alamat Karombasan Selatan, masuk rumah sakit
tanggal 18 Juni 2012, jam 04.15 Wita, dengan keluhan utama : Sesak napas.

ANAMNESIS UTAMA

Riwayat Penyakit Sekarang


- Sesak napas dialami penderita sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit,
sesak dialami saat penderita tidak melakukan aktivitas. Saat sesak penderita
hanya dapat berbicara beberapa kata saja, namun penderita masih bisa sedikit
beraktivitas diatas tempat tidur seperti mambaca. Saat sesak penderita tidak
bisa tidur berbaring, hanya bisa duduk bersandar.
- Batuk dialami penderita sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, hilang
timbul, lendir (+) warna putih, darah (-), batuk selalu diikuti dengan sesak.
- Panas dialami penderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, panas
sumer-sumer pada perabaan, panas turun sampai normal pada pemberian obat
penurun panas.
- Penderita memiliki riwayat sesak berulang sejak 1 tahun yang lalu dan
dirawat di RS. Dalam sebulan hanya sekali mendapat serangan.
- Menggigil tidak dialami penderita
- Kejang tidak dialami penderita
- Keringan tengah malam tidak dialami penderita
- BAB dan BAK biasa normal

Anamnesis Antenatal
Pemeriksaan ANC teratur 6 kali di RS, saat hamil ibu sehat, suntikan TT 2 kali.

3
Penyakit Yang Pernah Diderita
- Morbili (-)
- Varicella (-)
- Pertusis (-)
- Diare (-)
- Cacing (-)
- Batuk Pilek (+)
- Asma bronkiale (+) tahun 2003
- Bronkopneumonia (+) tahun 2004

Kepandaian / Kemajuan bayi :


- Pertama kali membalik : 3 bulan

- Pertama kali tengkurap : 4 bulan

- Pertama kali duduk : 8 bulan

- Pertama kali merangkak : 10 bulan

- Pertama kali berdiri : 14 bulan

- Pertama kali berjalan : 18 bulan

- Pertama kali tertawa : 6 bulan

- Pertama Kali Berceloteh : 8 bulan

- Pertama kali memanggil mama : 12 bulan

- Pertama kali memanggil papa : 12 bulan

Anamnesis Makanan
- ASI : Lahir – 14 bulan
- PASI : 4 bulan
- Bubur susu : -
- Bubur saring : 4 bulan – 6 bulan
- Bubur halus : 6 bulan – 1 tahun
- Nasi + lauk : 1 tahun - sekarang

4
Imunisasi
- BCG I
- Polio I, II, III
- DPT I, II, III
- Campak I
- Hepatitis I, II, III

Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga

Keadaan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan :


Tinggal bersama keluarga dirumah permanen, dinding beton, atap seng. Terdiri
dari 5 buah kamar dihuni oleh 4 orang ( dewasa 2, anak-anak 2 ), WC/KM
didalam rumah, sumber air minum dari air sumur, penerangan PLN, sampah di
buang di tempat sampah.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 18 Juni 2012, jam 17.30 Wita


Berat badan : 19 Kg
Panjang badan : 117 cm
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : kompos mentis
Gizi : Cukup
Tanda vital : T:100/70,N:88 x/m,reguler isi cukup,RR:34 x/m,SR:37,00C
Kulit : Sawo matang, effloresensi, pigmentasi, jaringan parut dan
edema tidak ada, lapisan lemak cukup, turgor kembali cepat.
Kepala : Bentuk mesosefal, ubun-ubun besar menutup, rambut hitam
sukar dicabut.
Mata : Tekanan bola mata normal pada perabaan, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterus -/- lensa jernih, refleks kornea +/+

5
normal, gerakan normal, pupil bulat isokor, kiri sama dengan
kanan, refleks cahaya +/+ normal, fundus dan visus tidak
dievaluasi, mata cowong -/-, air mata +/+.
Telinga : Sekret tidak ada
Hidung : Septum tidak deviasi, epistaksis atau sekret tidak ada
Mulut : Bibir tidak sianotis, lidah kotor (-), karies pada gigi (-),
perdarahan gusi (-), bau pernapasan normal.
Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Leher : Trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening kiri dan
kanan (-).
Dada : Bentuk simetris normal, ruang interkostal retraksi (+) IC
Paru : Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Sp. bronkovesikuler, ekspirium memanjang,
ronki -/-, wheezing +/+
Jantung : Denyut jantung 100 x/mnt, iktus tak tampak, batas-batas
jantung normal, bunyi jantung I dan II murni, bising (-)
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, hepar/lien tak
teraba, turgor kembali cepat
Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
Anggota gerak : Bagian akral hangat, edema (-).
Tulang-belulang : Deformitas (-)
Otot : Atrofi (-)
Refleks-refleks : RF (+) N , RP (-)

DIAGNOSIS KERJA
- Asma episodik sering serangan berat.

PENATALAKSANAAN
- O2 1 – 2 liter / menit

- Bolus Aminofilin 126 mg dalam D5% sebanyak 20 mL: selama 30 menit

- IVFD Aminofilin 83mg in D5% 500mL →21-22gtt/mnt

6
- Inj Dexamethason 3x3,5mg IV

- Nebulisasi Combivent 1 respul / 4 jam

- Sporetik 2 x 1 cth

- Sanmol 3 x 1 cth

- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

ANJURAN PEMERIKSAAN:
- Darah Lengkap
- DDR
- Na, K, Cl
- Foto Thorax

FOLLOW UP
19 Juni 2012 ( hari I )
S : Batuk (+), Sesak berkurang, Demam (↓)
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/60, N : 88 x/m R : 34 x/m SR : 36,7OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (+) minimal, Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P :

- O2 2 – 4 liter / menit

- IVFD Aminofilin 83mg in D5% 500mL : 21-22 gtt/mnt

- Inj Dexamethason 3x3,5mg IV (I)

- Nebulisasi Combivent 1 respul/4 jam

7
- Sporetik 2 x 1 cth

- Sanmol 3 x 1 cth

- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

Rencana:
- Foto toraks AP
Hasil Lab :
DDR : - Ur : 15,2 Na : 137 Batang : 2
HCT : 34,7 Cr : 0,41 K : 2,7 Segmen : 70
HB : 11,7 SGOT : 26 Cl : 104 Lymp : 18
Leu : 12.900 SGPT : 16 Eos : 3 Monosit : 7
Trombo : 276.103 Ca : 9 Bas : 0 Montoux test : (-)

20 Juni 2012 ( hari II )


S : Batuk (-), Sesak (-), Demam (-), intake (+) baik
O : KU : cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 90/60, N : 120 x/m R : 34 x/m SR : 37,5OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P :
- IVFD NaCl 0,45% in 5% → 8 gtt/mnt

- Inj Deksametason 3x3,5 mg IV (II)

- Nebulisasi Combivent/ 4 jam

- Sanmol 3 x 1 cth

- Sporetik 2 x 1 cth

8
- Epexol 3 x ¾ cth

- Ventolin syr 3 x 1 cth

21 Juni 2012 ( hari III )


S : Batuk (-), Sesak (-), Panas (-)
O : KU : cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/50, N : 100 x/m R : 34 x/m SR : 37,4OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering serangan berat.
P : - Inj Dexametasone 3x3,5mg IV (III)
- Sporetik 2 x 1cth
- Epexol syr 3 x ¾ cth
- Ventolin syr 3 x 1cth
- Sanmol syr 3x2cth

22 Juni 2012 ( hari IV )


S : Batuk (-), Sesak (-), Panas (-), intake baik.
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/60, N : 100 x/m R : 32 x/m SR : 37,6OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.

9
P : - Inj Dexametasone 3x3,5mg IV (III)
- Sporetik 2 x 1cth
- Epexol syr 3 x ¾ cth
- Ventolin syr 3 x 1cth
- Sanmol syr 3x2cth

23 Juni 2012 ( hari V )


S : (-)
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 90/60, N : 96 x/m R : 32 x/m SR : 37,3OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P : - Sporetik 2 x 1cth
- Epexol syr 3 x ¾ cth
- Ventolin syr 3x1cth
- Sanmol syr 3x2 cth k/p
Hasil Lab :
LED : 13 Trombo : 317.10 Leu : 11.200
HB : 13,7 Na : 141 Cl : 107
Erit : 3,20 K : 4,0
24 Juni 2012 ( hari VI )
S : (-)
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/70, N : 120 x/m R : 34 x/m SR : 36,4OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki +/+ basah kasar, wheezing +/+.

10
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar/ lien: tak
teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P : - Ambroksol 10 mg + CTM 2 mg + Salbutamol ½ tablet (3 x 1 pulv)
- Amoxan 4 x 250 mg

- Sanmol 3 x 250 mg (kp)

- R/: Cek hasil foto toraks

25 Juni 2012 ( hari VII )


S : Batuk (±), Sesak (+) malam, Panas (-)
O : KU : Cukup; Kes. : kompos mentis
Tanda vital : T: 100/60, N : 100 x/m R : 32 x/m SR : 36,4OC
Kepala : Konj an -/-, Skl. Ikt. -/-, PCH (-)
Toraks : Retraksi (-), Jantung : Bising (-), Paru : Sp.
Bronkovesikuler, ronki +/+ basah kasar, wheezing +/+.
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik usus (+) normal, Hepar: jpp, lien:
tak teraba
Ekstremitas : Akral hangat.
A : Asma episodik sering post serangan berat.
P : - Sporetik 2 x 1cth
- Epexol syr 3 x ¾ cth
- Ventolin syr 3x1cth
- Sanmol syr 3x2 cth k/p Hasil foto: Cor dan pulmo tidak ada kelainan

11
DISKUSI

Diagnosis bronkitis asmatis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada penderita ini dari anamnesis didapatkan adanya gejala bronkitis dan
asma, tapi yang lebih berperan yaitu gejala asma berupa sesak napas yang
berulang disertai batuk lebih dari 2 minggu dan adanya panas sumer-sumer.
Sehari sebelum MRS, penderita merasa sesak napas, namun berkurang setelah
minum obat sesak. Serangan selanjutnya penderita langsung dibawa ke rumah
sakit. Selain itu, penderita ini juga didapatkan gejala sesak napas episodik, mengi
(wheezing berulang), rasa dada tertekan, dimana gejala timbul bila penderita
terpajan dengan faktor pencetus.9,10
Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan penderita sudah sering mendapat
serangan asma sejak 1 tahun yang lalu. Penderita hanya sekali dalam sebulan
mendapat serangan asma dan biasanya terjadi bila penderita dimarahi. Ini berarti
sesuai literatur dikatakan asma penyebabnya bisa faktor non-imunologik yaitu
infeksi virus atau bakteri, olahraga dan emosi yang berlebihan, pada penderita ini
adalah emosi yang berlebihan.11
Asma ditandai oleh 3 kelainan utama pada bronkus yaitu: konstriksi otot
bronkus, inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret jalan napas. Stadium awal
mukosa jalan napas pucat, terdapat edema dan sekresi lendir bertambah, lumen
bronkus dan bronkioli menyempit karena spasme. Terlibat kongesti pembuluh
darah, infiltrat eosinofil bahkan juga dalam lumen saluran napas. Selain itu juga
sel mast memberi peranan penting dimana mengalami degranulasi dan
mengeluarkan berbagai mediator yang menyebabkan bronkonstriksi dan
mengiritasi reseptor iritan.12
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi traktus respiratorius bagian
atas oleh virus. Umumnya anak-anak datang dengan gejala infeksi saluran napas
atau yang tidak spesifik seperti rinitis. Tiga sampai 4 hari kemudian timbul batuk
kering yang cukup sering. Timbulnya batuk menunjukkan adanya perluasan
infeksi kearah trakea dan bronkus.13

12
Batuk merupakan gejala klinis pasien, batuk kemudian menjadi produktif.
Setelah beberapa hari sputum mungkin menjadi purulen. Nyeri dada dapat
dikeluhkan oleh anak yang lebih besar yang diperberat oleh adanya batuk.
Mukusnya kemudian menjadi lebih encer, biasanya berlangsung sekitar 2 minggu
dan jarang sampai melebihi 3 minggu.14
Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita cukup, dalam keadaan sesak,
ada pernapasan cuping hidung, takipnea, takikardi dengan tekanan darah normal.
Dari hal ini dikategorikan asma sedang. Menurut literatur asma dapat dibagi
dalam beberapa kategori yaitu dapat dilihat pada tabel I (pembagian derajat
penyakit asma pada anak).
Tabel I: Pembagian derajat penyakti asma pada anak.15

Parametri klinis, Asma episodik Asma episodik


Asma persisten
Kebutuhan obat dan faal jarang (asma sering (asma
(asma berat)
paru ringan) sedang)
1. Frekuensi serangan < 1 x / bulan > 1 x/ bulan Sering
2. Lama serangan < 1 minggu = 1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
3. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
5. Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
6. Pemeriksaan fisis Normal Ditemukan Tidak pernah
kelainan normal
7. Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid Perlu steroid
(anti inflamasi)
8. Uji Faal paru (diluar PEF/FEVI > 80% PCP/FEVI PEF/FEVI < 60%,
serangan) 60-80% variabilitas20-
30%
9. Variabilitas faal paru Variabilitas>15% Variabilitas > 30% Variabilitas> 50%
(bila ada serangan)

Pada dinding toraks terlihat retraksi interkostal, gerakan pernapasan sama


kiri dan kanan dan tidak tampak pelebaran sela iga, stem fremitus sama di kedua

13
lapangan paru, sonor pada perkusi paru dan pada auskultasi didapatkan wheezing
pada kedua paru dan setelah diterapi wheezing menghilang. Ditemukan adanya
ronki basah kasar pada kedua paru. Dari pemeriksaan tersebut diatas, didapatkan
kesan terjadi perubahan anatomis yang besar pada paru dan dinding toraks diluar
serangan.
Ini sesuai literatur baik bronkitis maupun asma ditemukan adanya ronki basah
kasar disertai mengi.
Pemeriksaan foto toraks berupa corakan corakan paru yang meningkat bisa
terjadi hiperaerasi (hiperinflasi pada serangan asma kronik dan pada bronkitis
biasanya normal) atau kadang-kadang terlihat penebalan peribronkial.
Hiperinflasi menunjukkan adanya keterlibatan saluran napas yang lebih perifer.16
Pada penderita ini hasil foto toraks cor dan pulmo tidak ada kelainan.
Pemberian oksigen 2-4 liter/ menit dimaksudkan untuk mengurangi sesak
napas yang ditandai dengan takipnea dan pernapasan cuping hidung. Obat asma
ada 2 kelompok besar yaitu: obat pereda (relieveri) dan obat pengendali
(controller). Pada penderita ini hanya diberikan obat pereda asma yaitu :17
1. Aminofilin.
Status asmatikus seharusnya dipandang sebagai keadaan emergensi. Terapi
optimal untuk pasien asma umumnya memerlukan obat yang diberikan secara
parenteral, monitoring ketat dan perawatan intensif. Berikut adalah dosis untuk
pasien yang belum menggunakan teofilin.
Pasien Dosis awal Dosis
Pemeliharaan
Anak 1-9 tahun 6,3 mg/kg a 1 mg/kg/jam a
Anak 9-16 tahun dan perokok dewasa 6,3 mg/kg a 0,8 mg/kg/jam a
Dewasa bukan perokok 6,3 mg/kg a 0,5 mg/kg/jam a
Orang lanjut usia dan pasien dengan 6.3 mg/kg a 0,3 mg/kg/jam a
gangguan paru-paru
Pasien gagal jantung kongestiv 6.4 mg/kg a 0,1-0,2
mg/kg/jam a
Tabel 5 Dosis Aminofilin
Untuk pasien yang sudah menggunakan teofilin, pastikan jika
memungkinkan, waktu, jumlah, bentuk sediaan dan rute pemberian dari dosis
terakhir yang diterima pasien. Pemberian dosis awal dari aminofilin dapat

14
diberikan melalui intravena lambat atau diberikan dalam bentuk infus (biasanya
dalam 100-200 mL) dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl 0,9%. Kecepatan pemberian
jangan melebihi 25mg/mL. Setelah itu terapi pemeliharaan dapat diberikan
melalui infus volume besar untuk mencapai jumlah obat yang diinginkan pada
setiap jam. Terapi oral dapat langsung diberikan sebagai pengganti terapi
intravena, segera setelah tercapai kemajuan kesehatan yang berarti.

2. Teofilin
Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis berdasarkan
respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru. Dosis ekivalen
berdasarkan teofilin anhidrat yang dikandung. Monitor level serum untuk level
terapi dari 10-20 mcg/mL.
Berikut adalah dosis yang direkomendasikan untuk pasien yang belum
menggunakan teofilin.

Pasien Dosis Oral Dosis Pemeliharaan


Awal
Anak 1-9 tahun 5 mg/kg 4 mg/kg setiap 6 jam
Anak 9-16 tahun dan dewasa perokok 5 mg/kg 3 mg/kg setiap 6 jam
Dewasa bukan perokok 5 mg/kg 3 mg/kg setiap 8 jam
Orang lanjut usia dan pasien dengan 5 mg/kg 2 mg/kg setiap 8 jam
gangguan paru-paru
Pasien gagal jantung kongestive 5 mg/kg 1-2 mg/kg setiap 12
jam

Pada prinsipnya pemberian antibiotik tidak diperlukan karena bronkitis pada


penderita ini disebabkan oleh reaktivasi asma, tapi apabila bronkitis sudah
disertai infeksi sekunder maka pemberian antibiotik diindikasikan. Pada penderita
ini diberikan antibiotik spektrum luas seperti amoksan mengingat batuk penderita
sudah lama dan sputum purulen disertai dengan panas.12 Selain itu diberikan obat
oral lain seperti Epexol 3 x ¾ cth, Ventolyn syr 3x1cth, dan Sanmol 3 x 2cth
kalau perlu.
Penderita memberikan respon yang baik terhadap terapi yang diberikan
dimana keluhan sesak napas menghilang, batuk sudah sembuh, tidak panas lagi

15
setelah diberikan terapi, PCH (-), Wheezing (-), respirasi kembali normal,
sehingga terapi dilanjutkan sampai penderita pulang.
Pencegahan bronkitis asmatis pada penderita ini yaitu dengan menghindari
faktor-faktor pencetus seperti alergen, infeksi, iritan, cuaca, kegiatan fisik yang
berat, ISPA, obat-obatan dan faktor emosi. Pada penderita ini diharapkan
menghindari emosi yang berlebihan, dimana orang tua turut berperan dengan
mendidik anak tidak terlalu keras dan memberi waktu yang cukup untuk rekreasi
dan suasana yang tenang.
Sebagian besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya
umur. Faktor yang mempengaruhi prognosis asma anak ialah: umur, banyak
sedikitnya faktor atopi pada anak dan keluarganya, usaha pengobatan dan
penanggulangannya. Pada bronkitis dapat sembuh sendiri karena bersifat self
limiting.16,17
Apabila pasien terus mengalami gangguan pernapasan walaupun telah
ditangani dengan obat-obat simpatomimetik dengan atau tanpa teofilin, maka
harus dipikirkan diagnosis asma bronkial dengan serangan berat. Status
asmatikus adalah suatu asma bronkial dengan serangan berat.
Status asmatikus adalah diagnosis klinis yang ditandai dengan meningkatnya
serangan asma yang tidak responsif terhadap obat-obat yang biasa diberikan atau
dengan terapi adrenalin 1/ 1000; 0,01 ml/ kgBB secara subkutan yang diberikan
setiap 15-20 menit 3 kali pemberian. Pasien yang telah didiagnosis dengan status
asmatikus harus dirawat di Unit Gawat Darurat dimana keadaan pasien dapat
dimonitor dengan seksama.17,18
Prognosis pada pasien ini baik, pasien ini pulang dalam keadaan sembuh dan
dianjurkan kontrol ke poli anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyanto B. Tatalaksana serangan asma pada anak. Updates in Pediatric


Emergencies. Jakarta: FKUI, 2003: 57-72
2. Kelly CS, Morrow AL, et al. Outcomes Evaluation of a comprehensive
intervention program for asthmaticus children enrolled in medical.
Pediatrics, 2000: 105, 1029-35
3. Gausche M. The pediatric emergency medicine course. 3 rd ed. Dallas:
American College of Emergency Physicians and American Academy of
Pediatrics, 1998: 57-8
4. Heru & Sundaru, Staf Pengajar IKA FKUI. Asma bronkial. Dalam: Ilmu
kesehatan anak. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI, 1995: 1203-28
5. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional asma anak. In meet the
expert respirologi anak IV dan tatalaksana mutakhir penyakit respiratorik
pada anak. Medan: PP-IDAI UKK Pulmonologi, 2003: 1-11
6. Sly RM. Asthma. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds.
Nelson textbook of pediatrics; 16th ed. Philadelphia: WB Saunders
Company, 2000: 664-79.
7. Santoso G, Setyawati L, Makmuri MS. Tatalaksana serangan asma.
Dalam: Permong B, Soeprapto HP, Kapsari FM, dkk. Editor. Continuing
education ilmu kesehatan anak. Kapita selekta ilmu kesehatan anak II.
Surabaya: Laboratorium/ SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, 2003: 107-20
8. Bierman CW, Pearlman DS. Asthma. In: Chernick V, Kendig EL, eds.
Kendig’s disorders of the respiratory tract in children; 14th ed.
Philadelphia: WB saunders Company, 1990: 557-96
9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Status asmatikus. Dalam: Buku Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Manado, 2001: 200-1.
10. Sly MR. Gangguan alergi. Dalam: Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu
Kesehatan Anak. Nelson vol.3. Jakarta: EGC, 1996: 82.

17
11. Harsono A. Asma bronkiale. In: Nuer SM, Ismoedjianto, Untario CM,
Bunga rampai pediatri. Surabaya: Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo,
2002: 1-19.
12. Mills J, Luce JM. Seri diagnosis dan pengobatan darurat paru-paru.
Jakarta: EGC. 1993: 22-6.
13. Setiawan L, Makmuri MS, Santoso G. Inhalasi steroid pada
penatalaksanaan asma anak. Buletin ilmu kesehatan anak. Divisi
pulmonologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / RSUD Dr.Sutomo. 2003: 402-16.
14. Goodman D. Inflamatory disorder of the small airways. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson textbook of pediatrics; 16th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company, 2000: 1414-5.
15. Loughlin GM. Bronkhitis. In: Chernick V, Boat TF, Kendig EL, eds.
Kendig’s disorder of the respiratory tract in children, sixth ed.
Philadelphia: WB Saunders Company, 1998: 461-72.
16. Said M. Pendekatan diagnostik bronkitis pada anak. Dalam: Rahajoe N,
Budiman I et al, Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian
Pulmonologi Bagian IKA FK UI, 1984: 193-204
17. Mellis CM. Bronchitis in children. Dalam: Rahajoe N, Budiman I et al,
Bronkitis dan asma pada anak. Jakarta: Sub Bagian Pulmonologi Bagian
IKA FK UI, 1984: 51-7
18. Wantania JM. Bronkitis akuta. Dalam: Mantik MFJ, Runtunuwu A,
Wantania JM, ed. Buku pedoman diagnosis dan terapi. Manado: Bagian
IKA FK Unsrat, 2001: 208.

18

Anda mungkin juga menyukai