Disusun Oleh :
ARFIANI RACHMAWATI
NIM. P27220018229
F. Komplikasi Kehamilan
Macam-macam komplikasi kehamilan Menurut Depkes RI (2007) yaitu,
jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi
komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :
Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)
4) Hidramnion
5) Ketuban Pecah Dini
Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :
1) Penyakit Jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Diet dan Pengawasan Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan
dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk
pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan
sebagainya. Sedangkan makanan berlebihan karena dianggap untuk 2
orang (ibu dan janin), dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-
eklamsi, janin besar dan sebagainya (Mochtar, 19998). Anjurkan wanita
tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlu mahal, akan
tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun nabati. Seperti
diketahui, kebutuhan akan gizi selama kehamilan meningkat. Adapun
kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan
volume darah, mammae yang membesar, dan metabolisme basal yang
meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai
kenaikan berat badan wanita hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita
hamil rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro, 2002).
2. Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun
tidak hamil dan baik merokok secara pasif maupun aktif. Adalah kenyataan
bahwa wanita-wanita yang terlalu banyak merokok melahirkan anak yang
lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus. Maka
dari itu, sebaiknya wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).
3. Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutama pada triwulan I
dan II kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat menimbulkan
kelainan teratogenik pada janin, misalnya thalidomide, yang sekarang telah
ditarik dari peredaran (Wiknjosastro, 2002).
4. Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan
untuk kebersihan/ hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi
dan keringat bertambah. Dianjurkan menggunakan sabun yang lembut/
ringan. Mandi berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998). Baju hendaknya
yang longgar dan mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit
yang tinggi sebaiknya jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita
hamil berubah, sehingga mudah tergelincir atau jatuh (Wiknjosastro, 2002).
5. Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu
plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam
rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan (Wiknjosastro, 2002).
6. Perawatan Gigi
Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek dan muntah (morning
sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan
dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Bila
kerusakan gigi ini tidak diperhatikan dengan baik, hal itu dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti nefritis, septicemia sepsis peurperalis,
oleh karena infeksi di rongga mulut, misalnya pulpitis yang telah menahun,
dapat menjadi sarang infeksi yang dapat menyebar kemana-mana. Maka
dari itu bila keadaan mengijinkan, tiap wanita hamil harus memeriksakan
giginya secara teratur sewaktu hamil (Wiknjosastro, 2002).
7. Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dan di dalam negeri
dibolehkan mengambil vaksinasi ulangan terhadap cacar, kolera, dan tifus.
Dahulu di Indonesia pencacaran merupakan suatu keharusan, maka untuk
wanita hamil pencacaran merupakan pencacaran ulang dan tidak
membahayakan. Tapi bila ada wabah, maka pencacaran walaupun untuk
pertama kali tetap dilakukan untuk melindungi ibu dan janin. Virus vaksin
dapat melintasi plasenta dan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan
pada macam-macam alat dan plasenta. Biasanya infeksi transplasenta
hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama sekali dicacar. Maka dari
itu, dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya dilakukan sebelum tua
kehamilan melewati 20 minggu. Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan
terhadap tetanus neonatonum dewasa ini dianjurkan untuk diberikan toxoid
tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2002).
8. Perawatan Payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan
utama bagi bayi, karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang
yang dipakai harus sesuai besar payudara, yang sifatnya adalah menyokong
payudara dari bawah, bukan menekan dari depan. Dua bulan sekali
dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan.
Untuk mencegah putting susu kering dan mudah pecah, maka putting susu
dan areola payudara dirawat baik-baik dengan dibersihkan menggunakan air
sabun dan biocream atau alcohol. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini
diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar (Mochtar, 2008).
Leopold 2
Menemukan batas samping rahim kanan-kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala
janin
Leopold 3
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah
masuk atau masih goyang
Leopold 4
Pemeriksa menghadap ke kaki ibu hamil
Bisa juga menentukan bagian terbawah
janin apa dan berapa jauh janin sudah mask
pintu atas panggul
Auskultasi
Digunakan stetoskop atau Doppler, untuk mendengan bunyi
jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi
aorta, dan bising usus.
2) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama
pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada
kehamilan trimester III untuk menentukan keadaan panggul
3. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Trimester I Tujuan : Manajemen Nutrisi
Perubahan Setelah dilakukan intervensi 1. Anjurkan masukan kalori
nutrisi keperawatan selama 2x24 sesuai kebutuhan
kurang dari jam kekurangan nutrisi klien 2. Ajari klien tentang diet yang
kebutuhan tercukupi benar sesuai kebutuhan
Kriteria hasil : tubuh
Nafsu makan klien 3. Monitor catatan makanan
meningkat yang masuk atas
Klien tidak mual dan kandungan gizi dan jumlah
muntah kalori
Nilai laboratorium 4. Timbang berat badan
(transferin, albumin, dan secara teratur
elektrolit) dalam batas 5. Anjurkan penambahan
normal intake protein, zat besi dan
vit C yang sesuai
6. Pastikan bahwa diet
mengandung makanan
yang berserat tinggi untuk
mencegah sembelit
7. Beri makanan protein
tinggi, kalori tinggi dan
makanan bergizi yang
sesuai
8. Pastikan kemampuan klien
untuk memenuhi
kebutuhan gizinya.
4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
5. Evaluasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
berdasarkan SOAP (Subject, Objective, Assesment, and Planning).
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan kebidanan : masa kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hadi, R. A. 2009. Kupas tuntas kehamilan dan melahirkan. Ungaran: Vivo Publisher.
Manuaba. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Muchtar R. 2008. Sinopsis Obstetri fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson & Judith, M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta. EGC.