Jawaban :
1. Manfaat aplikasi SIM dalam proses pelelangan pekerjaan khususnya dalam bentuk e-
procurement adalah:
a. Tujuan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengadaan barang/jasa pemerintah
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah
memudahkan sourcing dalam memperoleh data dan informasi tentang
barang/jasa dan penyedia barang/jasa
menjamin proses pengadaan barang/jasa pemerintah berjalan lebih cepat
dan akurat
menjamin persamaan kesempatan, akses dan hak yang sama bagi para pihak
pelaku pengadaan barang/jasa
menciptakan situasi yang kondusif agar terjadi persaingan yang sehat antar
penyedia barang/jasa
menciptakan situasi yang kondusif bagi aparatur pemerintah dan menjamin
terselenggaranya komunikasi online untuk mengurangi intensitas
pertemuan langsung antara penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan
dalam mendukung pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme.
b. Manfaat
meminimalisasi faktor kesalahpahaman yang terjadi dalam proses
pengadaan barang/jasa
meminimalisasi kecurigaan masyarakat terhadap proses pengadaan
barang/jasa
membantu proses pengendalian administrasi proyek terutama pada proses
pengadaan barang/jasa
1
memudahkan bagi peserta lelang untuk mengikuti semua tahapan lelang
sesuai regulasi yang ada dengan pemanfaatan teknologi informasi (internet)
memberi keadilan bagi seluruh peserta lelang baik peserta dari penyedia
barang/jasa dengan kualifikasi kecil atau non kecil.
Sumber : https://eprocdenpasarkota.wordpress.com/tujuan-dan-manfaat-e-procurement/
2
untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan Konsultan
dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.
Peranan MK pada tahapn proyek konstruksi dapat dibagi menjadi :
a. Agency Construction Management (ACM)
Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik
dan berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara perancangan
dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan
mulai dari fase perencanaan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung
dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah
disiapkan.
b. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor.
Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-
kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan
oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu
kelemahan pada sistem ini. Pada type yang lain kemungkinan melakukan jasa
Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
c. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional
yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.
3
proyek dengan mengunkan sumber daya yang ada secara efktif dan efisien agar tercapai
tujuan proyek secara optimal.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan keputusan berhadapan
dengan pilihan-pilihan.
b. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan yang
dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan kegiatan-kegiatan
tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah ditangani oleh bawahan.
c. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan orang-
orang yang tepat di dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah didisain lebih awal
dalam organisasi.
d. Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan motivasi dan
pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai tujuan utama.
e. Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan secara
pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol yang efektif. Proses
kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur: perencanaan yang diterapkan, analisa
atas deviasi atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan menentukan
langkah-langkah yang perlu untuk dikoreksi.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. manajemen
material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan
manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen pelaksanaan
termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek.
4
Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.
Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk
menganalisis performa dilapangan.
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan,
namun dapat juga pada tahap-tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek
tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap-tahap proyek sebagai berikut
Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek
dengan sistem Manajemen Konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional
proyek, dalam bentuk masukan-masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan
teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai
dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek.
Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan
pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (‘feasible“) mulai
dari tahap disain.
Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
penyempurnaan disain sampai proyek selesai.
Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan
melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan.
Sumber : http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/06/peranan-manajemen-konstruksi-dalam.html
5
3. Peranan SIM dalam pengambilan keputusan di perusahaan konsultan
Pada perusahaan konsultan mempunyai jenis pekerjaan yang membutuhkan banyak
perhitungan dan analisis konstruksi. Sedangkan pada saat ini banyak program-program
yang mempermudah dalam perhitungan dan analisis konstruksi. Hal ini akan sangat
membantu jika penggunaan teknologi informasi diterapkan dengan baik oleh
perusahaan konsultan.
Tolak ukur dari kesuksesan perusahaan konsultan dapat diukur dengan konerja
perusahaan yang diasilkan. Adapun indikator perusahaan tersebut sukses dapat dilihat
dari kemampuannya mendapatkan laba (profitable), kemampuan untuk mendapatkan
proyek secara berkelanjutan (sustainable) , dan kemampuan untuk terus berkembang
(growth) , serta kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain (competitive)
dengan perusahaan lain baik dari dalam maupun luar negeri. (Porter, 2004)
Pengukuran kinerja pegawai digunakan untuk penilaian keberhasilan atau kegagalan
kegiatan / program / kebijaksanaan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.
Hasil penelitian tentang studi karakteristik penggunaan teknologi informasi diperole
bahwa manfaat penggunaan komputer berpengaruh positif terhhadap kinerja perusaaan
konsultan dan dari perhitungan statistik terbukt bahwa kemudahan penggunaan
komputer berpengaruh dengan berkurangnya usaa pengguna karena menggunakan
komputer. (Yuniar, 2010)
Pemanfaatan teknologi informasi menurut Thomson et al. (1991) dalam Tjhai (2003:3)
merupakan manfaat yang diharapkan oleh para pengguna teknologi nformasi dalam
melaksanakan tugasnya. Pengukuran dari pemanfaatan teknologi informasi adala
berdasarkan intensitas pemakaian, jumlah aplikasi yang digunkaan yang didukung
dengan individu yang memakainya dapat meningkatkan kinerja perusahaan maupun
kinerja individu yang bersangkutan.
Mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya sekedar terbatas pada teknologi
komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirimkan informasi (Martin, 1999). Teknologi informasi adalah semua bentuk
teknologi yang digunakan dan diterapkan untuk mengolah dan mengirim informasi.
Menurut model yang dikembangkan Thompson et al. (1991) dalam Tjhai (2003:5),
yang mengadopsi sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis (1980), faktor-faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi adala sebagai berikut:
6
a) Faktor Sosial
Faktor sosial diartikan perasaan dimana orang lain atau lingkungan
mengharuskan memakai teknologi informasi. Dukungan rekan kerja, atasan,
organisasi dan lingkungan.
b) Affect (perasaan individu)
Affect diartikan perasaan individu, dimana seseorang merasakan nyaman
dengan menggunakan teknologi informasi.
c) Kesesuaian Tugas
Kesesuaian tugas dengan teknologi informasi secara spesifik menunjukkan
hubungan pemanfaatan teknologi informasi dengan kebutuhan tugas.
d) Konsekuensi Jangka Panjang
Konsekuensi jangka panjang diukur dari output yang dihasilkan apakah
memunyai keuntungan pada masa yang akan datang, seperti peningkatan karier
dan peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih penting.
Untuk beberapa individu, motivasi untuk menggunakan teknologi informasi
dapat dihubungkan dengan rencana pada masa yang akan datang dan tidak
hanya memenuhi kebutuhan saat ini. Beatty (1986) dalam Tjhai (2003:9)
menemukan hubungan positif antara konsekuensi jangka panjang dengan
pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan
meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi jika output yang dihasilkan dari
pemanfaatan teknologi informasi dapat memberikan keuntungan pada masa
yang akan datang seperti peningkatan karier dan kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih penting.
e) Kondisi yang memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi
Menurut Triandis (1980) dalam Tjhai (2003:9) kondisi yang memfasilitasi
pemanfaatan teknologi informasi meliputi faktor objektif yang ada di
lingkungan kerja yang memudahkan pemakai dalam melakukan suatu
pekerjaan. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, kondisi yang
memfasilitasi dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan teknologi informasi.
f) Kompleksitas
Kompleksitas diartikan sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sesuatu yang
relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Jika pemanfaatan teknologi
informasi dapat ditunjukkan dalam konteks penerimaan atas inovasi, maka hasil
7
ini mendukung sebuah hubungan yang negatif antara kompleksitas dengan
pemanfaatan teknologi informasi. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Thompson et al (1991) dalam Tjhai (2003:18) dan Agus (2006) yang
memperoleh hasil bahhwa kompleksitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin kompleks teknologi informasi maka semakin rendah tingkat
pemanfaatan teknologi informasi.
Sumber : M, Dian Fajri, 2011. Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja
Karyawan Konsultan Perencana di Surakarta