Anapol Mgwati
Anapol Mgwati
1. Soeharto telah mewariskan utang luar negeri (pemerintah dan swasta) sebesar US $
150.80 milyar. Kebijakan Presiden Megawati mencoba mengatasinya dengan meminta
penundaan pembayaran utang luar negeri pada pertemuan Paris Club ke-3 pada tanggal
12 April 2002.
Pada tahun 2003 mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
Melalui kebijakan tersebut, utang luar negeri Indonesia berkurang menjadi US $ 134
milyar. Salah satu keputusan Presiden Megawati yang sangat penting adalah diakhirinya
hubungan kerja sama Indonesia dengan IMF.
2. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan
pendapatan perkapita. Pada tahun 1997, pendapatan perkapita Indonesia tinggal US $
465. Melalui kebijakan pemulihan keamanan, situasi Indonesia menjadi tenang dan
Presiden megawati berhasil menaikkan pendapatan perkapita cukup signifikan, yaitu
sekitar US $ 930.
3. Ketenangan Megawati disambut baik oleh pasar. Tidak sampai sebulan setelah dilantik,
kurs melonjak ke Rp 8.500 perdolar AS. Indeks saham gabungan juga terus membaik
hingga melejit ke angka 800.
4. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, Presiden
Megawati menempuh langkah yang sangat kontroversial, yaitu melakukan privatisasi
terhadapa BUMN. Pemerintah menjual Indosat pada tahun 2003. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4.1 % dan inflasi hanya
5.06 %.
5. Mampu memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002, nilai ekspor US $ 57.158 milyar
dan impor tercatat US $ 31.229 milyar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak ke angka
US $ 61.02 milyar dan impor meningkat ke angka US $ 32.39 milyar.
6. Kebijakan Presiden Megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi adalah dengan
merealisasikan berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang masih eksis
hingga sekarang. Sekalipun telah didirikan, KPK tidak memiliki gebrakan konkrit yang
menonjol. Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk.
Pada tahun 2002, dari 102 negara menduduki peringkat ke-4. Tahun 2003, Indonesia
menduduki peringkat-6 dari 113 negara. Pengangkatan MA Rachman sebagai jaksa
Agung juga tidak memberikan arti yang signifikan bagi penegakan hukum, karena tidak
ada retorika yang tegas terhadap penindakan korupsi. (https://www.sejarah-
negara.com/2016/03/6-kebijakan-megawati-ketika-menjadi.html)
Kebijakan luar negeri Megawati yang menarik adalah kerjasama dengan Rusia melalui
pembelian pesawat Sukhoi. Kebijakan yang lain adalah pemutusan hubungan dengan
International Monetary Fund (IMF). Dalam kedua hal tersebut, terbukti bahwa Megawati
mereduksi kecenderungannya pada Barat dan berusaha bertindak netral. Meskipun demikian
banyak yang menyebut era kepemimpinan Megwati seperti mendayung yang menabrak karang
terus menerus. Hutang Indonesia pada saat itu masih belum bisa tertanggulangi dengan baik.
Megawati menjalankan strategi poltik luar negeri yang cenderung low profile.
Pada masa Megawati ini, terjadi peristiwa Bom Bali yang menjadi ujian bagi politik luar negeri
Indonesia. Semenjak peristiwa tersebut, isu terorisme menjadi perhatian Indonesia di forum
internasional dan lagi- lagi mencoreng citra baik yang sedang dibangun Indonesia. Akan tetapi
berkat kepiawaian Departemen Luar Negeri yang saat itu menjabat, maka permasalahan ini tidak
berdampak sangat serius terhadap hubungan internasional Indonesia. Sayangnya, di tengah-
tengah usaha untuk membangun kembali diplomasi Indonesia, justru terjadi kegagalan diplomasi
terkait sengketa pulau Sipadan dan Ligitan dengan Malaysia yang berakibat terhadap lepasnya
kedua pulau out dari NKR
Politik
Ekonomi
1. krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan
pendapatan perkapita. Pada tahun 1997 pendapatan perkapita indonesia tinggal US$465.
melalui kebijakan pemulihan keamanan situasi indonesia menjadi tenang. Presiden
megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita cukup signifikan yaitu sekitar
US$930.
2. ketenangan megawati disambut oleh pasar, tak sampai sebulan dilantik kurs melonjak ke
Rp 8500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terus membaik hingga
melejit ke angka 800.
3. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, presiden
megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi
terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu
berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya
5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalamperiode krisis. Tujuannya
adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik dan
melunasi pembayaran utang luar negri.
4. Memperbaiki kinerja ekspor. Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158 miliar
dan import tercatat US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak keangka
US$61,02 miliar dan import meningkat keangka US$32,39 miliar.
5. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
6. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
7. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi
belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi
membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.
8. Secara faktual, pemerintahan Megawati menjalankan kebijakan privatisasi berdasarkan
desakan dari luar, khsusunya IMF dan bank dunia. Bedanya, jika Megawati hanya
melanjutkan kesepakatan yang dibuat pemerintahan sebelumnya, Habibie, melalui
stuctrual adjustment program (SAP).
9. Selain itu, pertimbangan melakukan privatisasi dijaman megawati adalah untuk mencari
pendanaan untuk menutupi deficit APBN. Seperti diketahui, Megawati mewarisi sebuah
kondisi ekonomi yang compang camping akibat krisis ekonomi 1997.
10. Pada periode 1991-2001, pemerintah Indonesia 14 kali memprivatisasi BUMN. Yang
terprivatisasi 12 BUMN.
11. Pada masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik luar negeri tidak
begitu determinis di bawah kendali sebuah negara.
12. Di masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik juga dilakukan diluar
blok AS dan sekutunya, seperti kerjasama pembelian pesawat Sukhoi dengan Rusia dan
kerjasama perdagangan dengan China.
13. Selain itu, pemerintahan Megawati berusaha keras untuk keluar dari jebakan IMF. Hanya
saja, usaha itu dibiaskan oleh Budiono, menteri keuangan waktu itu, dengan
menandatangi post program monitoring (PPM) yang berarti melanjutkan campur tangan
IMF secara sembunyi-sembunyi.
14. Untuk perlindungan terhadap perempuan dan TKI di luar negeri, pemerintahan megawati
pernah mengajukan tiga RUU, yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan di Lingkungan Kerja dan Rumah Tangga,
RUU Pekerja di Luar Negeri, dan RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang
Sosial
Depdiknas telah merekrut 4110 guru baru untuk persiapan ditempatkan di Aceh dan menyiapkan
sekitar 3000 guru aktif dari daerah lain untuk mengajar di daerah konflik seluruh Aceh.
Sedikitnya 506 bangunan sekolah di seluruh MAD terbakar, atau 10% dari total bangunan
sekolah di seluruh NAD. Rehabilitasi fisik sekolah baru akan dimulai awal 2004 dan
diperkirakan membutuhkan waktu satu tahun serta dana lebih dari Rp 300 miliar untuk
menyelesaikannya.
JADI, kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri
dalam meminimalisir utang negara. Yakni:
Megawati dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001. Pada awal
pemerintahannya, suasana politik dan keamanan menjadi sejuk dan kondusif. Walaupun ekonomi
Indonesia mengalami perbaikan, seperti nilai tukar rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada
masa pemerintahannya tetap saja tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-
bidang lainnya. Belajar dari pemerintahan presiden yang sebelumnya, Megawati lebih
memperhatikan dan mempertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan luar negeri dan
diplomasi seperti diamanatkan dalam UUD 1945.
Megawati juga lebih memprioritaskan diri untuk mengunjungi wilayah-wilayah konflik di Tanah
Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan atau Timor Barat. Dengan kata lain,
anggaran presiden ke luar negeri dapat dihemat dan dialokasikan untuk membantu mengurangi
penderitaan rakyat di daerahdaerah itu, tanpa harus mengabaikan pelaksanaan politik luar negeri
dan diplomasi sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan pemerintah yang
pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Dan yang lebih penting, untuk
membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintahan Megawati memiliki sense of urgency dan
sense of crisis yang belum berhasil dibangun pemerintahan sebelumnya.
Pada era Megawati, disintegrasi nasional masih menjadi ancaman bagi keutuhan teritorial. Selain
itu, ada situasi khas era Megawati, yakni serangkaian bom di tanah air. Sehingga dapat dipahami,
jika isu terorisme menjadi perhatian serius bagi pemerintahan Megawati (Wuryandari, 23 2008).
Pada masa pemerintahan Megawati, banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah satu
permasalahan yang krusial adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-
kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan tersebut antara lain :
1. Pemerintahan Soeharto telah mewariskan hutang luar negeri (pemerintah dan swasta)
sebesar US $ 150.80 miliar. Kebijakan Presiden Megawati dalam mengatasi masalah ini
adalah meminta penundaan pembayaran hutang sebesar US $ 5.8 miliar pada pertemuan
Paris Club ke-3 tanggal 12 April 2012. Salah satu kebijakan Presiden Megawati yang
sangat penting adalah diakhirinya hubungan kerja sama Indonesia dengan IMF.
2. Mampu memperbaiki kinerja ekspor.
3. Ketenangan Megawati disambut baik oleh pasar. Tidak sampai sebulan setelah dilantik,
kurs melonjak ke Rp 8.500 per dollar AS. Indeks harga saham gabungan juga terus
membaik hingga melejit ke angka 800.
4. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan
pendapatan per kapita. Pada tahun 1997, pendapatan per kapita Indonesia tinggal US $
465. Melalui kebijakan pemulihan keamanan, situasi Indonesia menjadi tenang dan
Presiden Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita cukup signifikan, yaitu
sekitar US $ 930.
Megawati tampak tidak berusaha mencitrakan dirinya, tetapi memberikan peran utama
kepada Menlu. Megawati mengangkat diplomat karir sebagai Menlu (Hasan Wirayuda) yang
kepadanya dunia diplomasi ditumpukan. Dapat dipahami jika berbeda dengan pemerintahan
Wahid, gaya dan pola diplomasi era Megawati sifatnya sangat konservatif di tengah kekuatan
domestik yang sudah rapuh dan konstelasi politik global yang telah berubah. Akibatnya,
Sipadan dan Ligitan lepas dari rengkuhan Indonesia. Megawati mengikuti gaya
pendahulunya, Wahid, baik dalam 24 sikap keras kepala maupun secara intensif melakukan
kunjungan ke luar negeri (Wuryandari, 2008).
Dari tiga pemerintahan pasca reformasi tahun 1998 terdapat beberapa kesimpulan atas kebijakan
luar negeri yang diambil. Pertama, kebijakan luar negeri lebih diarahkan kepada pembangunan
kembali citra Indonesia yang terpuruk akibat krisis ekonomi moneter tahun 1997 dan krisis
politik domestik sejak runtuhnya Orde Baru tahun 1998. Kedua, karena arah kebijakan kepada
perbaikan citra maka Indonesia berusaha untuk mencari partner di dunia internasional, sehingga
terkesan pemimpin negara berputar-putar mencari teman, dan kadang justru tidak fokus. Ketiga,
beberapa kebijakan sebenarnya juga diarahkan pada pelepasan ketergantungan dengan Amerika
Serikat, seperti pada masa Abdurrahman Wahid yang mencoba mendekatkan diri dengan China
dalam konteks ekonomi dan juga pada Megawati yang mendekatkan diri dengan Rusia dalam
konteks pertahanan. Keempat, pemerintahan yang berlangsung relatif singkat (Habibie sebagai
pemerintahan transisi sekitar 2 tahun, Abdurrahman Wahid juga sekitar 2 tahun dan Megawati
sekitar 3 tahun) juga cukup memengaruhi optimalisasi pencapaian tujuan politik luar negeri
Indonesia. Berdasarkan kebiasaan yang terjadi, perubahan pemerintahan akan membawa
perubahan kebijakan. Kelima, kurangnya koordinasi masing-masing elemen dalam
pemerintahan. Reformasi yang membawa perubahan dalam pola pemerintahan Indonesia yang
desentralisasi membawa dampak pada kurangnya koordinasi antar elemen dipemerintahan baik
antar departemen maupun antara pemerintah pusat dengan daerah. Beberapa kebijakan yang
berkaitan dengan luar negeri dipahami berbeda oleh beberapa departemen terkait, misalnya
antara Departemen Luar Negeri dengan Departemen Perdagangan dan Perindustrian kadang-
kadang dalam masalah yang sama namun memiliki persepsi yang berbeda. Selain itu, munculnya
otonomi daerah juga memunculkan pandangan baru bahwa daerah berhak melakukan hubungan
dengan luar negeri yang seharusnya tetap berada dibawah koordinasi Departemen Luar Negeri.
Permasalahan kelima ini terus berlanjut pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
(Jurnal “Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan Presiden 2009” Tonny Dian
Effendi)
Mengapa orientasi polugri megawati berubah dari awalnya lebih pro “timur” kemudian bergeser
pro “barat”?
1. Perspektif domestik
Awalnya ingin melanjutkan polugri ayahnya(soekarno) yg pro sosialis
Maraknya aksi terorisme mendorong berpaling kebarat (as) utk minta bantuan
tangan iterorisme
Adanya tim ekonomi cabinet megawati yg neolib /pro barat
Privatisasi bumn yg butuhkan investor asing
2. Perspektif global
Tekanan as agr supaya tegas dlm hadapi aksi terorisme
Bantuan negara2 barat (as & australia) dlm tangani bom bali dan peristiwa bom
lainnya
Kepentingan utk negosiasi agr embargo militer dicabut
Asean yg kurang peduli terhdp pemulihan krisis ekonomi dibandingkan dgn barat
(https://anzdoc.com/analisis-politik-luar-negeri-politik-luar-negeri-indonesia-p.html)