Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang di sebabkan baik
oleh faktor alam dan / atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Wilayah Negara kesatuan republik indonesia secara geografis terletak pada
wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik berupa gempa bumi, tanah
longsor, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan lain – lain. Hal ini menuntut
peran Rumah Sakit yang harus makin aktif sebagai ujung tombak dari pelayanan
medik pada saat bencana, juga sebagai mata rantai dari sistem penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT ) dalam keadaan sehari – hari dan bencana,
seharusnya pelayanan medis menjadi makin cepat dan tepat mulai awal masuk
Rumah Sakit berupa pertolongan pertama penderita gawat darurat dan di Rumah
Sakit termaksud pelayanan antar Rumah Sakit sebagai jaringan rujukan bila
membutuhkan pelayanan spesiaistik.
Memperhatikan hal tersebut diatas, Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Banyuwangi
menghadapi bencana agar setiap karyawan mampu menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya pada saat terjadi bencana, baik bencana internal maupun
eksternal Rumah Sakit.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan pedoman kesiapan menghadapi bencana di Rumah
Sakit adalah untuk
1. Meningkatkan kesiapan Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Banyuwangi dalam
menangani bencana baik bencana internal maupun eksternal.
2. Menjadi pedoman bagi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Banyuwangi dalam
membuat perencanaan dan penanganan bencana.
1.3 Ruang Lingkup
Pedoman kesiapan Menghadapi Bencana Rumah Sakit Nahdlatul Ulama
Banyuwangi meliputi :
a. menentukan jenis,kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya,ancaman
dan kejadian
b. menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien yang
ada dan bila terjadi bencana
c. menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut
d. menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian
e. mengelola sumber daya selama kejadian,termasuk sumber-sumber
alternative
f. mengelola kegiatan klinis selama kejadian,termasuk tempat pelayanan
alternative pada waktu kejadian
g. mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf selama
kejadian
h. mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab
pribadi staf dengan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap
menyediakan pelayanan pasien

1.4 Batasan Operasional


1 Bencana Internal
Bencana Internal adalah bencana yang terjadi didalam Rumah Sakit. Potensi
bencana ( Hazard)yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama
Banyuwangi adalah :
a. Kebakaran
Sumber Kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di
luar gedung antara lain yang menyebabkan kebakaran adalah korsleting
listrik dan putungan rokok yang msih mengandung api, reaksi bahan
mudah menyala ( flammabel ), dll.

b Gempa Bumi
Lokasi kepulauan di indonesia berada pada area lempengan bumi di
bawah laut yang sewaktu – waktu dapat bergerak dan menghasilkan
gempa, dan kepulauan di indonesia memiliki banyak gunung berapi yang
sangat memungkinkan terjadinya gempa bumi. Dampak terjadinya
gempa ini dapat terjai di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Banyuwang
( bencana internal ) atau di luar Rumah Sakit ( lingkungan sekitar )
yang akan merupakan bencana external.

c Kebocoran Gas / bahan mudah menyala ( flammabel )

Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung – tabung besar gas maupun
central gas ( gas medis maupun non media ) Rumah Sakit yang dapat
disebabkan adanya kecelakaan maupun kerusakan dan sabotase.

d Ledakan

Ledakan dapat disebabkan oleh kebocoran gas maupun karena ledakan


bahan berbahaya yang ada lainnya di Rumah Sakit serta bom yang
dengan sengaja dipasang/di letakkan didalam Rumah Sakit oleh oknum
dari luar.

e Penyakit menular.

Penyakit menular dapat terjadi akibat pengelolaan sanitasi Rumah Sakit


yang kurang baik seperti pengelolaan air bersih yang baik memenuhi
syarat kesehata, makanan yang tidak sehat, pengelolaan sampah baik
medis maupun non medis yang kurang baik, ruangan yang tidak higienis,
perkembangbiakan vektor penyakit ( nyamuk, lalat, kecoa ) dan
pencemaran air limbah. Penyakit menular dikategorikan menjadi bencana
pada saat penyakit tersebut menjadi kejadian Luar Biasa ( KLB )

2 Bencana Eksternal

Bencana eksternal adalah bencana yang terjadi di luar lingkungan Rumah


Sakit Nahdlatul Ulama Banyuwangi sangat memungkinkan untuk menerima
korban bencana eksternal, maupun memberikan bantuan terhadap korban
bencana di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama maupun diluar Rumah Sakit
Nahdlatul Ulama. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada Rumah
Sakit adalah : ledakan/bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi,
tsunami,banjir, kebakaran, tanah longsor dan letusan gunung berapi.

1.5 Landasan Hukum

1. Undang – Undang RI No. 23 tahun 2004 tentang pemerintah daerah


2. Undang – Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang praktik Kedokteran
3. Undang – Undang RI No. 24 tahun 2007 tentang Penaggulangan
Bencana
4. Undang – Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang – Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Kep. Menkes RI No. 448/Menkes/SK/VI/1993 tentang Pembentukan Tim
Kesehatan penanggulangan Bencana Di setiap Rumah Sakit.
7. Kep. Menkes RI No. 28/Menkes/SK/I/1995 tentang petunjuk
pelaksanaan Umum penanggulangan Medik Korban Bencana.
8. Kep. Menkes RI No. 205/Menkes.SK/III/1999 tentang petunjuk
pelaksanaan permintaan dan pengiriman Bantuan Medik dari Rumah
Sakit Rujukan saat Bencana.
9. Kep. Menkes RI No. 1653/Menkes/SK/XII/2005 tentang pedoman
Penangana Bencana Bidang Kesehatan

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1 Struktur Organisasi
ketua

Humas

Logistik Keuangan Operasional

Fasilitas Pembiayaan Medis Penunjang Lapangan


Medis
Assesment
Klaim Pengobatan Evakuasi
Kerusakan
Radiologi

Triage Transportasi
Sanitasi Admin Laboratorium
IGD Keamanan
Penyediaan
Makanan Farmasi
Perawatan Pemadam

Penyaediaan Ibu & Anak


material

NICU
ICU

Bedah
Perawatan
Umum

Gb. 1 Struktur Organisasi Penanganan bencana

2 Uraian tugas dan tanggung jawab

a. Ketua.
Kualifikasi : Dijabat Direktur Rumah Sakit pada saat jam kerja atau lepas
jaga di luar jam kerja dengan uraian tugas :

 Bertanggung Jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan penanganan


bencana.

 Bertanggung Jawab dalam tanggap darurat dan pemulihan.

 Melakukan koordinasi secara vertikal ( Badan Penanggulangan


Bencana Daerah TK I, II/BNPB/ dan horizontal ( Rumah Sakit lain.
PMI, ddl )

 Memberikan arahan pelaksanaan operasional kepada tim lapangan.

 Memberikan informasi kepada pejabat dan staf internal Rumah Sakit


dan instansi terkait yang membutuhkan serta media massa.

 Mengkoordinasikan sumber daya, bantuan SDM dan fasilitas dari


internal Rumah Sakit/dari luar Rumah Sakit.

b. Logistik

Kualifikasi : Manajer Rumah Tangga

 Bertanggung jawab terhadap kesediaan fasilitas dalam penanganan


bencana

 Menyediakan fasilitas ( peralatan medis, APD, obat – obatan,


kendaraan, dll )

 Menyediakan sarana sanitasi ( penyediaan air bersih, wc, dll )

 Menyediakan makanan dan minuman untuk korban bencana dan tim


penanggulangan bencana

c. Keuangan

Kualifikasi : Manajer Keuangan

 Bertanggung jawab terhadap biaya yang di butuhkan untuk


penanganan bencana
 Merencanakan anggaran biaya penyiagaan penanganan bencana
( pelatihan, penyiapan, fasilitas penanggulangan bencana )

 Melaksanakan administrasi keuangan penanganan bencana.

 Melaksanakan pengadaan biaya untuk membeli barang yang


dibutuhkan.

d. Operasional

Kualifikasi : Manajer Pelayanan medik

 Bertanggung Jawab terhadap operasional penanganan bencana

 Menganalisa informasi yang diterima.

 Melakukan identifikasi kemampuan yang tersedia

 Melaksanakan pengelolaan sumber daya yang ada.

 Memberikan pelayanan medis ( triage, pertolongan pertama,


identifikasi korban bencana, stabilisasi korban cedera)

 Menyiapkan tim evakuasi, transportasi, keamanan dan pemadam api (


bencana kebakaran )

 Menyiapkan lokasi penampungan korban bencana ( tempat evakuasi )

e. Humas :

Kualifikasi : Manager Marketing

 Melaksanakan pendataan pelaksanaan kegiatan

 Menjadi penghubung pihak Rumah Sakit dengan berbagai instansi


lain

 Memberikan keterangan pers.


2.2 Distribusi Ketenagaan

Pada saat terjadi bencana semua karyawan di Rumah Sakit Nahdlatul Ulama
memiliki tugas masing-masing yaitu :

1. Kelompok Pemadam : Teknisi, karyawan urusan pelayanan gizi dan tataboga,


laundry.

2. Kelompok Evakuasi Pasien : Perawat, petugas cleaning service, care giver,


petugas administrasi ruangan, sopir.

3. Kelompok Evakuasi Dokumen dan barang : Staff personalia, keuangan, rekam


medis,farmasi, laboratorium, front office

4. Kelompok Pengatur lalu lintas dan pengamanan : Satpam, petugas parker

2.3 Pengaturan Jaga

1. Komandan disaster tiap lantai/instalasi adalah kepala perawatan/kepala


instalasi/kepala urusan masing-masing unit kerja
2. Semua karyawan yang berdinas pada saat kejadian bencana harus menjalankan
tugas sesuai pengelompokan tugas.
3. Tugas ketua disaster di luar jam kerja Direktur adalah Kepala Jaga.
4. Jika direktur atau tenaga lainnya sedang cuti/tidak masuk maka tugasnya
digantikan oleh karyawan yang diberi wewenang sesuai pendelegasian.

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Rumah Sakit


Denah rumah sakit terlampir

3.2 Standar Fasilitas


Standar fasilitas kesiapan dan penanggulangan bencana di Rumah Sakit Nahdlatul
Ulama adalah sebagai berikut :
1. APAR
2. Fire Alarm
3. Heat Detector
4. Smoke Detector
5. Bell Alarm
6. Tombol alarm
7. Selasar
8. Tandu kasur

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Peran Rumah Sakit pada penanganan bencana

Peran Rumah Sakit pada saat terjadi bencana ditentukan berdasarkan


jenis bencana yang terjadi, apakah bencana eksternal atau internal.

1. Bencana eksternal

Pada kejadian eksternal, maka Rumah Sakit Nahdlatul Ulama memberikan


dukungan eksternal dan internal.

a. Menyiapkan daerah triase, lanel dan rambu – rambu.

b. Menyiapkan peralatan pertolongan dari peralatan life saving sampai


peralatan terapi definitif.

c. Menyiapkan fasilitas logistik seperti makanan dan minuman, obat –


obatan, pakaian dan transportasi.
d. Menyiapkan SDM sesuai denan standar pelayanan dan kompetensi.

e. Menyiapkan prosedur – prosedur khusus dalam pelayanan medis.

2. Bencana Internal.

Pada kejadian internal, maka Rumah Sakit Nahdlatul Ulama memberikan


dukungan pelayanan medis ( medical support ) dan manajerial (
managerial support ) Mencakup :

a. medical support :

 Menyiapkan daerah triase, label dan rambu – rambu.

 Menyiapkan peralatan pertolongan dari, peralatan life saving sampai


peralatan terapi definitif.

 Menyiapkan fasilitas logistik seperti makanan dan minuman, obat –


obatan, pakaian dan transportasi

 Menyiapkan SDM sesuai dengan standar pelayanan dan kompetensi

 Menyiapkan prosedur – prosedur khusus dalam pelayana medis

b. managerial support

 Menyiapkan pos komando

 Menyiapkan SDM

 Menyiapkan logistik

 Menyiapkan alur evakuasi, titik kumpul penampungan korban yang


aman.

 Jika diperlukan menyiapkan okasi dekontaminasi

 Melakukan pendataan pasien dan pengiriman pasien ( rujukan )

 Menetapkan masa pengakhiran penanganan bencana.

 Menyiapkan fasilitas komunikasi didalam dan di luar Rumah Sakit.

 Menangani masalah pemberitaan media dan informasi bagi korban.


 Menyediakan fasilitas transportasi untuk petugas dan korban.

Managerial Support

Rumah Sakit
Bencana
Nahdlatul Ulama
Internal

Medical Support

Gb. 4.1 peran Rumah Sakit pada bencana internal


Bencana Rumah Sakit
Esternal Nahdlatul Ulama

Medical Support
Gb. 4.2 peran Rumah Sakit pada keadaan bencana external

3 Komunikasi
Sistem komunikasi merupakan sistem esensial dalam pengorganisassian
penanganan bencana. Dalam keadaan bencana diperlukan sistem komunikasi
terpadu yang terdiri dari :

1. Komunikasi penyampaian informasi


Informasi kejadian dilakukan pertama kali oleh petugas yang mengetahui
kejadian bencana kepada petugas satpam melalui alat komunikasi yang ada /
terdekat dengan petugas penyampai informasi harus menjamin bahwa
informasi kejadian bencana tersebut sampai kepada ketua tim penanganan
bencana dengan menggunakan teknologi komunikasi seperti telephone,
Hanphone
Penyampaian informasi dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pada jam kerja, satpam langsung menghubungi direktur sebagai ketua tim
penanganan bencana
b. Diluar jam kerja, satpam langsung menghubungi kepala jaga sebagai ketua
tim penanganan bencana. Kepala jaga langsung menghubungi direktur untuk
mendapatkan petunjuk dan arahan selanjutnya
Untuk menjamin terlaksananya komunikasi secara cepat, maka petunjuk
atau sarana lain seperti daftar no. Telepon ketua penangana bencana ( direktur
dan kepala jaga harus tersedia dimeja satpam).

2. Komunikasi koordinasi
Merupakan komunikasi menggunakan sistem yang telah disepakati dalam
pelayanan administrasi ( umum, keuangan ) dan logistik koordinasi dapat
dilakukan internal antar Rumah Sakit atau eksternal. Untuk menjamin
komunikasi koordinasi secara cepat, disediakan daftar no. Telpon di tiap unit
kerja di dalam rumah sakit.
3. Komunikasi pengendalian
Merupakan komunikasi yang dilakukan pada operasional penangana bencana
untuk menjamin terlaksananya komunikasi pengendalian secara cepat,
diperlukan alat komunikasi seperti HT dan Hanphone, dll

secara sistematis komunikasi penanganan bencana disajikan gambar 3,1

Petugas Satpam Ketua tim penanganan


pertama bencana

Kejadian
Bencana Tim penanganan
Bencana
Komunikasi Pengendalian

Gb. 4.1 Alur sistem komunikasi penanganan bencana

4 Penanganan Bencana
Pada situasi bencana aspek koordinasi kolaborasi untuk mengatur proses pelayanan
terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses pelayanan
sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya Pengelolaan bencana di Rumah Sakit
pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan sumber daya
a. Pengelolaan SDM
Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang di perlukan saat penangana
bencana Tenaga yang dimaksud adalah SDM Rumah Sakit yang harus
disiagakan serta pengelolaannya saat situasi bencana.
Proses :
 Manager personalia mengarahkan Ka. Instalasi dan urusan yang terkait
untuk kesiapan tenaga
 Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan dari luar
RS.
 Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift
b. Pengelolaan Makanan Korban Dan Petugas
Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan didistribusinya
dikoordinir oleh instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang
disampaikan oleh kepala ruangan maupun penanggung jawab pos. Makanan
yang dipersiapkan dengan memperhitungkan sejumlah makanan cadangan
untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru / relawan.
Proses :
 Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban petugas yang ada
keruangan /posko. Sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu
makan.
 Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan /
posko.
 Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan
pposko donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makan yang
akan/dapat didistribusikan.
c. Pengelolaan Obat Dan Bahan/ Alat Habis Pakai
Penyediaan obat dan bahan/alat habis pakai dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat
habis pakai sebagai penunjang pelayanan korban.
Proses :
 Menyiapkan persediaan oabat & bahan/alat habis pakai untuk keperluan
penanganan korban bencana.
 Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan / alat habis pakai sesuai
dengan permintaan unit pelayanan.
 Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat &
bahan / alat habis pakai mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan
atau Departemen kesehatan RI.
 Bantuan obat & bahan / alat habis pakai kepada LSM / lembaga donor
adalah pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada
permintaan, buatka kriteria dan persyaratan.
 Siapkan tempat penyimpanan yang memedai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan / alat habis pakai.
 Buatkan pencatatan pelaporan harian.
 Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah
kadaluarsa dan atau tidak di perlukan sesuai dengan persyatan.
d. Pengelolaan sumber daya alternatif.
Sumber daya alternatif diantaranya adalah relawan Keberadaan relawan
sangat diperlukan pada situasi bencana Individu/ kelompok organisasi yamg
berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan
diregistrasi secara baik oleh bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan
dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan jenis ketenagaan yang di
butuhkan.
Proses :
 Lakukan ropid assesment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah
tenaga yang di perlukan.
 Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang di perlukan.
 Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan
keterampilan yang dimiliki dan pastikan bahwa identiras tersebut benar (
identitas organisasi profesi )
 Dokumntasikan seluruh data relawan
 Buatkan tanda pengenal resmi / name tag
 Informasikan tugas dan kewajibannya.
 Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya.
 Pastikan relawan tersebut pada daftar jaga ruangan / unit dimaksud
 Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari.
 Siapkan penghargaan / sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas
2. Pengelolaan Medis
Proses penanganan yang di berikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi
kejadian, proses evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul.
Kegiatan di muali sejak korban tiba di Instalasi Gawat Darurat.
Proses :
a. Di lapangan :
 Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus ( Hijau, Kuning,
Merah )
 Menentuka prioritas penanganan
 Evakuasi korban ketempat yamg lebih aman.
 Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
 Transportasi korban ke IGD
b. Di Rumah Sakit ( IGD )
 Lakukan triage oleh tim medik
 Penempatan korban sesuai hasil teriage.
 Lakukan stabilisasi korban.
 Berikan timdakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
( Merah, Kuning, Hijau)
 Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus ( ruang perawatan dan OK )
 Lakukan rujukan bila diperluakan baik karena pertimbangan medis
maupun tempatperawatan.

3. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.


Kesehatan Lingkungan tetap di jaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mecegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Proses :
 Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Catat dan laporkan hasil sampah medis kepada dinas terkait.
 Kontrol seluruh pipa dan alat yang di pakai untuk pengelolaan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
 Koordinasi kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah
umum dengan petugas ruangan.
4. Pengelolaan listrik, Telepon, Dan Air
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan
telepon saat disaster membutuhkan kesiap siagaan dari tenaga yang
melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di Rumah Sakit.
Proses :
 Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aman.
 Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman.
 Siapkan penambahan line telepon untuk SLI maupun sambungan keluar
lainnya.
 Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih
dan hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan.
 Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait ( PLN , OT TELKOM, PDAM )
untuk menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan
listrik, telepon, maupun Air.
 Distribusikan kebutuhan listrik, telepon dan air ke area yang membutuhkan.
 Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
 Lakukan Monitoring.

5. Pengelolaan Informasi.
Informasi, baik berupa data maupun laporan di buat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik
korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban, SDM
dan fasillitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
Proses :
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan
alamat/asal negara, adri korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta
evakuasi dan lengkapi dengan data tindakan yang telah di lakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama ( jam 08,00 dan jam
20,00 ) dan 24 jam untuk hari – hari berikutnya ( jam 08,00 ).
3. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditanda tangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab
pos informasi

6. Pengelolaan Barang Milik Korban.


Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar, Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh
koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisian yang
bertugas diforensik.
Proses :
1. Buku pencatatan barang yang di lepaskan dari korban atau di bawah oleh
korban.
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut di serahkan kepada keluarga korban
dengan menandatangani form catatan.
3. Tempat barang milik korban pada kantong plastic dan di simpan di lemari/
locker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum di ambil baik boleh pasien
sendiri sendiri maupun keluarganya,maka barang-barang tersebut
diserahkan ke polres setempat.
7. Pengelolaan Donasi
Pada keadaan bencana Rumah Sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat,bahan/ alat habis pakai ,makanan, alat medis/non medis,makanan,
maupun financia
Proses:
1. catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa
obat,makanan ,barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tanggal kadaluarsa
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos – pos yang bertanggung jawab
a. obat dan bahan / alat habis pakai ke Ka.Instalasi Farmasi
b. Makanan / minuman ke Ka. Instalasi Gizi.
c. Barang non medis ke ka. Bag Rumah Tangga.
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi ( yang masuk, yang
didistribusikan dan sisanya )

8. pengedalian korban bencana dan pengunjung


Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS di
tertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang di tentukan yaitu 1di
bagian depan & 1 di bagian belakang.
Demikian pula korban diarahkan untuk di kumpulkan pada ruangan / area
tempat berkumpul yang di tentukan.
Proses
1. Umum kan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan
informasikan agar korban di pindahkan dan diarahkan ke area yang di
tentukan sampaikan kode darurat.sbh :\
2. Perintahkan Ka. Ruangan terkait untuk memindahkan korban
3. proses pemindahan dan alur pengunjung ke area di maksud.

9. Koordinasi dengan instalasi lain.


Diperlukannya dari instatasi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek
dari bencana yang ada.
Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi. Instalasi terkait
yang di maksud adalah satkorla, Dinas kesehatan profinsi, kepolisian, Dinas
pemadam kebakaran,SAR,PDAM,PLN,Telkom, PMI,dan RS jejaring intitusi
pendidikan kesehatan
Proses
1. persiapan rapat koordinasi dan komunukasikan kejadian yang sedangdialami
serta bantuan yang diperlukan
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan intansi terkait dapat diminta kepada pemerintah propinsi
kabupaten/kota dan pusat,termasuk lembaga / instansi /militer/polisi dan atau
organisasi profesi
10 .Penangana keamanan
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area – area transportasi
korban dari lokasi ke IGD , penanganan sekitar triage. dan IGD pada umumnya
serta pengaman pada unit perawatan dan pos – pos yang didirikan .
Proses .
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian
Atur dan arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan kepada saat
bencana internal.
3. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
4. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.
11.Pengelolaan media cetak dan elektronik
Wartawan dari media cetak dan elektroni akan berada hamper 24 jam di sekitar
Rumah Sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga
internasional sehingga perlu di kelola dengan baik.
Proses .
1. Registrasi dan berikan kartu identitas semua media serta wartawan yang
datang.
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamana Rumah Sakit untuk
pengaturannya.
4. Liputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu
identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bemcana atas seijin yang bersangkutan.

12. Pengelolaan Rekam Medis


Semua korban bencana yang memerlukan perawatan di buatkan rekam medis
sesuai dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada Rekam Medis di berikan
tanda khusus untuk mengidentifikasi data korban dengan segera

Proses.
1. Siapakan jumlah form Rekam Medis korban bencana untuk persiapan
kedatangan korban
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medic
3. Registrasi semua korban pada sistem biling setelah di lakukan penanganan
emergency

13. Identifikasi korban


Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID yang dipasangkan
pada pasien berisi identitas dan hasil triage.setelah melakukan tindakan
lifesaving, label ID akan dilepaskan dan disimpan pada rekam medic yang
bersangkutan.
Proses
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat
masuk ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar
jenazah, serta dibuatkan rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID

14. Pengelolaan Tamu / Kunjungan


Tamu dan kunjungan Rumah Sakit untuk menunjau pelaksanaan pelayanan
terhadap korban di lakukan berupa kunjungan formal / non formal ke negaraan
atau pun oleh institusi, LSM, Partai politik maupun perseorangan.
Pengelolaannya iatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan
pengupayaan prifasi korban.tamu kenegaraan dari nengara lain maupun tamu ke
negaraan RI dan tamu gubernur akan di damping oleh direktur utama dan para
direktur. Tamu dari organisasi partai politik , LSM,Institusi, LSM dll diterima
dan di dampingi oleh direktur RS.
Proses
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada Bagian Hukum dan Humas
2. Hubungi Direktur Utama dan para Direktr, Dewan Pengawasan, Pejabat
Struktural terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau
tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya ( makanan,
minuman ) bila dibutuhkan.
4. Siapkan informasi / data korban dan perkembangannya, data kesiapan
Rumah Sakit dan proses pelayanannya.
5. Koordinasi ke Ka. Instalasi Pengamanan Rumah Sakit untuk persiapan
pengamanannya
6. Koordinasi Ka Bag RT dan Bidang Keperawatan untuk kebersihan uni
terkait.
7. Siapkan dokumentasi team dokumentasi RS.
15. Pengelolaan jenazah
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung di kirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan
menentukan jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah
dilakukan di kamar jenazah.
Proses.

1. Registrasi semua jenazah korban bencana yang masuk ke RS melalui


kamar jenazah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan
sebab kematian.
3. Identifikasi korban sesuai dengan guide line dari DVI – Interpol
4. Siapkan surat – surat yang diperlukan untuk identifkasi, penyerahan ke
keluarga, pengeluaran jenazah dan evakuasi dari Rumah Sakit serta
sertifikat kematian.
5. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support.

16. Rujukan Korban ke luar Rumah Sakit


Atas indikasi medis atau atas permintaan keluarga seringkali pasien / korban
pindah ataupun keluar dari Rumah Sakit Hermina untuk dilakukan perawatan
Rumah Sakit tertentu di luar RS Hermina. Perpindahan / evakuasi korban ini
dilakukan atas persetujuan tim medi dengan keluarga. Kelengkapan dokumen
medic sera persetujuan keluarga korban diperlukan untuk pelaksanaan proses
rujukan.

Proses.
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga yang
bersangkutan sebelum proses rujukan dilakukan.
2. Koordinasikan rencana rujukan korban kepada pihak / Rumah Sakit
penerima.
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dirujuk
4. Siapakan ambulance sesuai standar untuk rujukan pasien
5. Bila diperluakan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan transportasi
pasien
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses rujukan.

BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pencatatan
a. Inventarisasi korban personel
1. Jumlah Pasien
2. Jumlah Korban dan keadaan korban dari yang luka, meninggal dan
hilang
3. Jumlah petugas
b. Inventaris Material
1. Dokumen
2. Uang
3. Bangunan
4. Alat kesehatan dan material lain

c. Inventaris Fungsi
1. Fungsi Listrik, AC, Gas untuk keperluan
pasien
2. Fungsi peralatan dan Umum
3. Fungsi Komunikasi, Logistik pendukung
paisen
4. Fungsi perawatan dan pelayanan jasa
kesehatan untuk pasien
B. Pelaporan
Tim penanggulangan bencana membuat laporan rinci dan lengkap dari
penanggulangan bencana srta akibat yang di timbulkan menyangkut kerugian
jiwa, harta dan prasarana yang lain berkaitan langsung dengan
operasionalisasai Rumah Sakit. Laporan diserahkan ke Direktur maksimal 1 X
24 jam setelah kejadian.

BAB VII
PENUTUP

Buku pedoman kesiapan menghadapi Bencana ini di buat dengan tujuan


agar dapat melakukan diagnosis dengan cepat dan menentukan
penanggulangannya. Agar korban bencana dapat ditangani atau dicegah serta
tepat dan cepat sesuai dengan kondisinya.
Demikian pedoman Kesiapan Menghadapi Bencana ini di buat. Semoga
bermanfaat.

Banyuwangi

Ketua Tim Penyiagaan Bencana

Anda mungkin juga menyukai