Hemoragic Cystitis Pada Anak
Hemoragic Cystitis Pada Anak
Stacy Vania
102012043/ E4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
Stacyvania@yahoo.co.id
Abstrak
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran kemih bagian atas (pyelonefritis)
atau infeksi saluran kemih bagian bawah (Cystitis). Kedua penyakit infeksi ini hampir 90 persen
didapatkan dari ascending infection yang awalnya berada di bagian distal uretra. Ada beberapa
mikroorganisme yang berperan dalam infeksi ini tapi pada umumnya infeksi ini disebabkan dari flora
normal usus sehingga sebenarnya penyembuhan penyakit ini dengan hygiene akan sangat membantu
dan mencegah dari infeksi saluran kemih ini. Pada penyakit infeksi saluran kemih 50% pasien
mengalami penyakit berulang. Sehingga pengobatan profilaksis sangat dibutuhkan.
Abstract
Urinary tract infections can be classified into upper urinary tract infection (pyelonephritis) or lower
urinary tract infections (cystitis). Both of these infectious disease almost 90 percent derived from
ascending infection that was originally located at the distal urethra. There are several
microorganisms that play a role in this infection but most of infections are caused from the normal
intestinal flora so that is actually recovery of this disease with hygiene will greatly assist and prevent
urinary tract infections. In urinary tract infections 50% of patients had recurrent disease. So the
prophylactic treatment much needed.
Kasus
seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang dibawa ibunya ke klinik dengan keluhan
kencing berwarna merah. Keluhan tersebut disertai nyeri perut dan rasa panas saat berkemih. Ibunya
mengatakan bahwa anak tersebut sering menahan buang air kecil saat di sekolah karena takut
meminta izin. Pada pemeriksaan fisik didapati normal kecuali nyeri tekan pada daerah suprapubik.
Anamnesis
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh seorang dokter ketika pasien datang adalah melakukan
anamnesis. Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien. Riwayat
pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala hal yang
diceritakan oleh penderita.2
Anamnesis atau medical history adalah informasi yang dikumpulkan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu
terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun dari orang yang dianggap dapat memberikan
keterangan yang berhubungan dengan keadaan pasien (allo-anamnesis/hetero-anamnesis). 2
Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter biasanya akan menanyakan identitas dan
keadaan pasien meliputi: 2
- Nama lengkap
- Jenis kelamin
- Umur
- Tempat tanggal lahir
- Alamat tempat tinggal
- Status perkawinan
- Pekerjaan
- Suku bangsa
- Agama
- Pendidikan
Hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien. Riwayat
pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa penting pasien dimulai
dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk dalam riwayat pribadi
adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan, riwayat pendidikan dan masalah
keluarga. 2
Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan keluhan
utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
sosial. 2
Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita
sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang
2
lamanya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.
Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita
merasakan keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah: 2
- Tempat
- Kualitas penyakit
- Kuantitas penyakit
- Urutan waktu
- Situasi
- Faktor yang memperberat atau yang mengurangi
- Gejala-gejala yang berhubungan
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau yang
mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. 2
Riwayat keluarga merupakan segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan
kontak antar anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor
sosial keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita. 2
Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas di
luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, perkawinan, tanggungan keluarga, dan lain-lain. Perlu
ditanyakan pula tentang kesulitan yang dihadapi pasien. 2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut berdasarkan
anamnesis adalah inspeksi, palpasi, dan TTV. 1
Pada skenario tersebut dilakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi
terutama pada daerah genital serta daerah pubik. Inspeksi dimaksudkan untuk mencari tanda-tanda
adanya peradangan ataupun infeksi lokal pada daerah genital. Palpasi untuk mencari lokasi nyeri yang
berdasarkan letak anatomis dapat kita temukan bagian yang bermasalah. Pada skenario ini ditemukan
nyeri hanya di suprapubik. Adapun kita dapat melakukan palpasi ginjal dengan teknik bimanual dan
ballotement untuk melihat apakah terjadinya kelainan pada ginjal, namun pada kasus ini tidak
dilaporkan adanya nyeri. Perkusi CVA dapat dilakukan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding
berupa masalah pada ginjal atau pielonefritis. 1
Pemeriksaan TTV terutama melihat tanda-tanda adanya infeksi dari data-data yang ada seperti
penaikan suhu tubuh, tekanan darah serta frekuensi napas juga diperhatikan untuk melihat adanya
kelainan atau penurunan fungsi ginjal.1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang paling utama pada kasus ini adalah urinalisis. Adapun urinalisis
yang dilakukan adalah pemeriksaan urin rutin ditambah pemeriksaan mikroskopik urin untuk melihat
adanya eritrosit, leukosit, silinder dan mikro-organisme dalam hal ini adalah apakah terdapat
bakteriuria dalam urin beserta jumlah koloninya. Pemeriksaan biokimia urin juga dapat dilakukan,
yakni pemeriksaan nitrit untuk melihat apakah terdapat bakteri yang dapat merubah nitrat menjadi
nitrit.3
Apabila pada anamnesis ditemukan bahwa ISK yang terjadi berulang dan menetap dengan
terapi yang adekuat dapat dilakukan USG untuk melihat kelainan anatomis pada sistem kemih dan
VCUG atau MCUG untuk melihat adanya vesico ureteral refluks. 3
Differential Diagnostic
1. IgA nefropati
Nefropati IgA biasanya muncul sebagai serangan hematuria makroskopis rekuren yang
dicetuskan oleh suatu kondisi infeksi. Proteinuria, hipertensi, nyeri panggul atau gagal ginjal akut
dapat menyertai atau tidak menyertai hematuria dan sedimen urine dapat terus menunjukan
kelainan atau dapat bersih diantara periode serangan. Diagnosis nefropati IgA disuga berdasarkan
riwayat penyakit tetapi hanya dapat dipastikan dengan temuan deposit IgA glomerulus pada
biopsy ginjal. Pada 10-20% anak anak terdapat peningkatan IgA didalam sirkulasi peredaran
darah. Prognosis jangka panjang penyakit ini umunya baik walaupun 5-10 % pasien terus
berlanjut hingga stadium akhir penyakit ginjal. Dewasa ini, tidak ada terapi spesifik atau terapi
yang terbuktik berhasil walaupun obat-obat kortikosteroid dan imunosupresan telah dicoba pada
anak yang menderita penyakit berat.7
2. Acute Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akit sering terlihat setelah infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A
pada anak-anak yang berusia 5 sampai 15 tahun. Setelah 7 sampai 14 hari terjadi faringitis atau
kurang lebih 6 minggu setelah lesi impetigo kulit, anak yang terkena akan memperlihatkan urine
yang berwarna the atau coke, penurunan volume urine, edema dan hipertensi.
Tanda lain gagal ginjal akut dan kelebihan beban volume adalah gagal jantung dan dapat
terjadi ensefalopati hipertensi. Pemeriksaan labolatorium dapat menunjukan kultur kulit atau
kultur tenggorok yang positif terhadap bekteri tersebut atau tes serologi terhadapt streptokokus
beta hemolitikus grup A yang positif dengan menggunakan pemeriksaan ASTO atau ASTZ. Kadar
komplemen (C3) menurun drastis tetapi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Dapat di
jumpai hiperkalemia, hiponatremia, hiperfosfatemia dan asidemia. Pengobatannya suportif berupa
restriksi cairan, pemberian diuretic, dan obat-obat anti hipertensi atau dialysis jika diperlukan dan
bisa ditambah dengan antibiotic yaitu penisilin G atau penisilin V injeksi. 7
Secara umum, prognosis penyakit ini dalam keadaan akut adalah sangat baik. Walaupun
hematuria mikroskopis dapat menetap kurang lebih selama 1 tahun, kemungkinan timbulnya
disfungsi ginjal secara permanen sangatlah kecil. 7
3. Pyelonefritis
Pyelonefritis adalah salah satu manifestasi dari infeksi saluran kemih, infeksi mengenai ginjal.
Gambaran umunya pada bayi muncul secara nonspesifik sebagai demam, rewel, sulit makan,
muntah dan diare. Pada anak yang berusia lebih tua ditemukan nyeri abdomen, disuria, sering
berkemih, urgensi atau inkontinensia. 7
Urinalisis menunjukan adanya lekosit dan bakteri disamping mungkin terdapat hematuria.
Pada anak yang lebih tua kultur urin diperoleh dari pengambilan urin bersih, atau pada bayi dan
anak yang lebih kecil dapat dilakukan aspirasi suprepubik atau kateterisasi. Infeksi paling sering
disebabkan oleh Escherichia coli. Agen penyebab lain adalah streptococcus grup B, Klebsiella dan
staphylococcus koagulase negative. Pengobatannya adalah dengan memberikan antionitikyang
tepat seperti yang yang ditetapkan oleh tes sensitivitas. 7
Sistitis kadang-kadang dapat dibedakan dengan pyelonefritis berdasarkan berat gejala,
demam, nyeri kostovetebra dan keluhan sistemik lain lebih sering terjadi pada infeksi saluran
kemih bagian atas atau pyelonefritis. Adanya darah secara makroskopis di urine anak yang
simtomatik dengan hasil kultur urine negative sering merupakan petunjuk adanya infeksi virus
pada kandung kemih. Disamping pengobatan dengan antibiotic, diperlukan pemeriksaan yang
lebih jauh untuk mencari etiologinya. Pyelonefritis yangterjadi berulang ulang dapat
menumbulkan jaringan parut pada ginjal dan mungkin disertai hipertensi dan insufisiensi pada
ginjal.7
4. Vesicolithiasis
Vesicolithiasis adalah salah satu penyakit pada vesica urinaria dengan didapatinya batu.
Gejala klinis vesicolithiasis muncul sebagai nyeri pada suprapubic yang hilang timbul, bisa juga
terdapat hematuria makroskopis atau hematuria mikroskopis dan keluarnya batu pada saat buang
air kecil. Pada riwayat kesehatan keluarga biasanya di dapati adanya riwayat batu. Kandungan
mineral batu bervariasi bergantung pada etiologi yang mendasarinya. 7
Batu yang mengandung kalsium berkaitan dengan hiperkalsiuria idiopatik, asidosis tubulus
ginjal bagian distal, penggunaan diuretic kuat dan keadaan hiperkalsemia. Batu yang mengandung
oksalat merupakan komplikasi penyakit usus meradang dan dapat diwariskan sebagai suatu
kelianan metabolic yang menyebabkan hiper oksauria. Litiasis asam urat terhitung kurang dari 8%
kasus batu pada anak-anak dan penyabab-penyebabnya adalah idiopatik familial, kelainan
metabolism bawaan seperti sindrom lesch-nyhan dan diet tinggi purin. 7
Sistinuria adalah gangguan resesif autosomal herediter yang ditandai dengan kelainan
pengankutan asam amino disertai produksi batu sistin yang rekuren. Adanya vesicolithiasis dapat
diketahui dari pemeriksaan rontgen abdomen jika batu radio opak ( kalsium oksalat, sistin) dan
USG. Anak-anak yang pasti mengidap batu sebaiknya dilakukan pengumpulan urine untuk
mengukur kadar kalsium, sistin, oksalat dan asam urat. Setiap batu yang keluar sebaiknya dikirim
ke labolatorium untuk dianalisis kandungan mineralnya. 7
Penanganan medis meliputi meningkatkan volume urine dengan meningkatkan asupan cairan,
menyesuaikan pH urine untuk meningkatkan kelarutan mineral dan tindakan diet. Pengobatan
penyakit ini dengan litotripsi atau prosedur pembedahan diindikasikan pada saat terjadi infeksi
atau obstrusi rekuren. Tersedia terapi spesifik untuk beberapa penyakit seperti penisilamin untuk
batu sistin.7
Pengobatan
1. Medikamentosa
Sistitis akut sebaiknya diobati untuk mencegah kemungkinan berkembang menjadi
pyelonefritis. Jika gejala-gejala perat, specimen dari vesica urinaria hanya diambil untuk biakan
dan mulai segera dengan pengobatan. Bila gejala ringan atau diagnosis meragukan, pengobatan
dapat ditunda sampai hasil biakan diketahui dan biakan dapat diulang bila hasilnya tidak pasti. 5
Preventif
Harus ditekankan tentang betapa pentingnya usaha pencegahan umum bagi anak-anak dengan infeksi
saluran kemih. Dapat dianjurkan intruksi dalam hygiene perineum, setelah defekasi, sisa feses yang
tertinggal harus dibersihkan dari anus kearah posterior lalu dibuang. Lalu baru dilakukan pembersihan
ostium uretra eksternus. Peningkatan pembersihan vagina dengan sabum dan air atau larutan povidon-
iodin mungkin bermanfaat.4,5
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari sistitis adalah bakteremia dan syok septic yang
didapatkan dari ascending infection yang sampai ke ginjal dan menjadi pyelonefritis. 6
Prognosis
Sistitis memilikin kemungkinan kambbuh atau berulang yang sangat tinggi yaitu sekitar 50%
sehingga perlu dilanjutkan dengan profilaksis antibiotic biasanya yang dipakai sulfametoksazol atau
trimetoprim dosis rendah. Penggunaan antibiotic spectrum luas biasanya tidak efektif untuk
prifilaksis, karena bakteri kolon yang menyebabkan reinfeksi dengan cepat menjadi resisten terhadap
agen-agen tersebut. 4
Prognosis jangka panjang infeksi saluran kemih biasanya baik, bila segera di obati dengan
adekuatt setelah diagnosis ditegakkan. Beberapa anak dengan infeksi saluran kemih yang berat juga
mengalami konstipasi yang berat pula. Penyuluhan kepada orang tua untuk mencoba menentukan pola
berkemih dan defekasi yang lebih normal mungkin bermanfaat dalam mengendalikan kekambuhan. 4
Kesimpulan
Perempuan berusia 8 tahun tersebut menderia cystitis hemoragica yang etiologinya belum
diketahui. Untuk mengetahui etiologinya harus dailakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
seperti urinalisis. Jika sudah diketahui etiologinya dengan pasti pengobatan dengan antibiotic bagi
sistitis bakteriologi adalah hal yang sangat tepat.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. p. 10-8, 31-5.
2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes Indonesia;
2004.h.1-4, 6, 13-5, 20, 98.
3. Cystitis in females. 2013. Diunduh dari www.medscape.com pada tanggal 24 Oktober 2013.
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 15. Vol 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h. 1864-8.
5. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatric. Edisi 3 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008. h. 179-82.
6. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2013. h. 227-9, 448
7. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatric. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 365-7