Anda di halaman 1dari 17

KEPATUHAN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

USULAN SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD AL AYUBI

K 100150045

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


SURAKARTA SURAKARTA

2018
ii

PENGESAHAN USULAN SKRIPSI

KEPATUHAN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE 2 DI RSUD dr. MOEWARDI TAHUN 2018

Oleh :

MUHAMMAD AL AYUBI
K100150045

TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL


HARI :
TANGGAL :

Pembimbing

(Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.)


iii

DAFTAR ISI
USULAN SKRIPSI .................................................................................................. i
PENGESAHAN USULAN SKRIPSI .................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
A. JUDUL USULAN SKRIPSI .......................................................................... 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH .............................................................. 1
C. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 1
D. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 2
E. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2
1. Diabetes Melitus ..................................................................................................... 2
a. Definisi diabetes melitus ..................................................................................... 2
b. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 ....................................................................... 2
c. Patogenesis.......................................................................................................... 3
d. Patofisiologi ........................................................................................................ 3
e. Faktor resiko ....................................................................................................... 4
f. Diagnosis............................................................................................................. 4
g. Tatalaksana ......................................................................................................... 5
2. Kepatuhan ............................................................................................................... 7
a. Definisi ................................................................................................................ 7
b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ............................................................... 7
2. Faktor Pendukung ............................................................................................... 8
3. Faktor pendorong ................................................................................................ 8
c. Ketidakpatuhan ....................................................................................................... 8
3. Kulitas hidup ........................................................................................................... 9
a. Definisi ................................................................................................................ 9
b. Kualitas hidup pasien DM................................................................................... 9
F. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 9
G. HIPOTESIS .................................................................................................. 10
H. METODE PENELITIAN ............................................................................ 10
1. Rancangan penelitian ............................................................................................ 10
2. Waktu dan tempat penelitian................................................................................. 10
3. Populasi dan sampel .............................................................................................. 10
iv

4. Metode pengambilan data ..................................................................................... 11


5. Metode analisis data .............................................................................................. 11
6. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 12
I. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
1

A. JUDUL USULAN SKRIPSI


KEPATUHAN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RSUD dr.MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2018

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Diabetes Melitus(DM) merupakan penyakit yang terjadi akibat
produksi insulin yang tidak efektif sehingga menggangu keseimbangan gula di
dalam tubuh. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh insulin di dalam tubuh
yang kurang stabil .presentase penderita diabetes melitus tipe 2 mencapai 90%
dari penderita diabetes melitus yang ada. ( Depkes RI,2014). Menurut survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 penderita DM pada usia 25-64
tahun, 7,5% di Jawa dan Bali. Jumlah kasus penderita DM tipe 2 pada usia 25-
64 tahun sebesar 12,8% dan 11,2% pada tahun 2003 setelah dilakukannya
penanggulangan terhadap pasien (Depkes RI, 2008). Terdapat beberapa
penyebab terjadinya ketidakpatuhan antara lain masalah ekonomi, efek
samping obat dan sulit dalam mengelola obat. Ketidakpatuhan menyebabkan
meningkatnya risiko komplikasi penyakit kronis seperti
neuropati,retinopati,dan penyakit ginjal. (Miller dan Di Matteo ,2013).
Komplikasi dapat dicegah dengan mengendalikan kadar gula dalam darah
dengan berbagai kegiatan nonfarmakologis maupun farmakologis (Waspadji,
S, 2009 didalam Rantung, J., Yetti, K., Herawati, T., 2015). Diabetes melitus
juga menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang menyebabkan
pengolaan dan perawatan yang tepat menjadi sangat penting agar kualitas
hidup pasien terpelihara dengan baik. (Mandagi, 2010 didalam Hartanto, D,
2016).

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana hubungan antara kepatuhan dan kualitas hidup pasien diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Moewardi Surakarta pada tahun 2018?
2

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kepatuhan pasien dalam pengobatan DM tipe 2 terhadap kualitas hidup pasien
di RSUD dr. Moewardi Surakarta tahun 2018.

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Melitus
a. Definisi diabetes melitus
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan ciri hiperglikemia
yang terjadi karena penurunan sekresi insulin dan atau penurunan fungsi ginjal,
dan lebih dari 90% pasien yang terjangkit diabetes melitus merupakan pasien
dengan diabetes tipe 2(Societies, 2005). Diabetes melitus tipe 2 merupakan
suatu penyakit gangguan metebolik yang ditandai dengan adanya kenaikan
gula darah karena turunnya sekresi insulin pada sel beta pankreas dan atau
gangguan fungsi pada ginjal(Fatimah, 2015).
b. Prevalensi diabetes melitus tipe 2
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS,
DTM&H tahun 2009 mengutip laporan dari Diabetes Care tahun 2004,
diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta
jiwa. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula penduduk pada usia >15 tahun di perkotaan 5,7%. Prevalensi
nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebanyak 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan
sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi diatas nasional. Sedangkan
prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun
di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi memiliki prevalensi diatas
prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%,
dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%.
Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10
3

tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan
terakhir adalah 4,6%(Kemenkes, 2017).
c. Patogenesis
Diabetes mellitus disebabkan oleh kekacauan dalam sekresi insulin,
glukagon, dan hormon lainnya yang menghasilkan metabolisme karbohidrat
dan lemak yang tidak normal. Dalam kondisi puasa 75% dari total pembuangan
glukosa tubuh terjadi di jaringan, termasuk pada otak dan saraf perifer yang
tidak membutuhkan insulin. Pengambilan glukosa otak terjadi pada tingkat
yang sama selama periode makan maupun puasa. Sisa 25% metabolisme
glukosa terjadi di hati dan otot, yang bergantung pada insulin. Dalam keadaan
puasa, sebanyak 85% produksi glukosa berasal dari hati, dan sisanya
diproduksi oleh ginjal. Glukagon, diproduksi oleh sel α pankreas, disekresikan
dalam keadaan puasa untuk melawan aksi insulin dan menstimulasi produksi
glukosa hati dan glikogenolisis. Glukagon dan sekresi insulin terkait erat.
Sekresi yang tepat dari kedua hormon diperlukan untuk menjaga kadar glukosa
plasma normal. Dalam keadaan makan, konsumsi karbohidrat meningkatkan
konsentrasi glukosa plasma dan merangsang pelepasan insulin dari sel β
pankreas. Hiperinsulinemia yang dihasilkan (1) menekan produksi glukosa
hepar, (2) merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, dan (3)
menekan pelepasan glukagon (bersamaan dengan hormon incretin). Mayoritas
(sekitar 80% -85%) glukosa diambil oleh otot. Sejumlah kecil (sekitar 4% -5%)
dimetabolisme oleh adiposit (DeFronzo, 2004).
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh beberapa kecacatan yaitu: (1)
gangguan sekresi insulin; (2) kekurangan dan resistensi terhadap hormon
incretin; (3) resistensi insulin yang melibatkan otot, hati, dan adiposit; (4)
sekresi glukagon berlebih; dan (5) upregulasi cotransporter natrium-glukosa di
ginjal(DeFronzo, 2004).
d. Patofisiologi
Ada beberapa keadaan yang berpengaruh pada DM tipe 2 yaitu:
(1)Resistensi Insulin; dan (2)Disfungsi sel β pancreas. Diabetes melitus tipe 2
tidak disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel sel sasaran
insulin gagal atau tidak bisa merespon insulin secara normal. Kondisi ini lazim
4

disebut sebagai “resistensi insulin”. Dalam beberapa kasus resistensi insulin


diakibatkan oleh obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada
pasien diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak menimbulkan pengrusakan sel-sel β langerhans secara
autoimun. Defisiensi fungsi insulin bagi pasien diabetes melitus tipe 2 hanya
bersifat relatif dan tidak absolut(Fatimah, 2015)
e. Faktor resiko
Faktor resiko utama pasien DM tipe 2 ialah: (1) Hipertensi; (2)
Merekok; (3) Riwayat penyakit jantung coroner; (4) Obesitas; (5) Riwayat
penyakit keluarga. Adapun faktor resiko lainnya yang mungkin dapat
menyebabkan DM tipe 2 yaitu : (1) Riwayat pengobatan penyakit diluar DM;
(2) Pola hidup; (3) Budaya, psikososial; (4) Pendidikan; (5) Status ekonomi;
(6) Kehidupan seksual; dan (7) Kehamilan (Association of Indonesian
Endocrinology, 2011).
f. Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Untuk penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena, ataupun
kapiler tetap bisa digunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk
pemantauan hasil pengobatan bisa digunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler dengan glucometer (Association of Indonesian Endocrinology, 2011).
Keluhan klasik yang sering dialami penyandang DM berupa: poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
(Association of Indonesian Endocrinology, 2011).
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
1. Jika ditemukan keluhan klasik, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL sudah bisa menegakkan diagnosis DM
5

2. Pemeriksaan pada glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL disertai adanya


keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Walaupun TTGO dengan beban 75
g glukosa memiliki sensitif dan spesifik yang lebih dibandingkan
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, tetapi pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO tidak muda untuk dilakukan
berulang dan dalam pelaksanaanya sangat jarang dilakukan karena
membutuhkan persiapan khusus.
g. Tatalaksana
Tujuan penaklasanaan secara umum yaitu untuk meningkatkan kualitas
hidup penyandang DM dan dibagi dalam 2 jenis : (1) Jangka pendek,
menghilangkan keluhan dan tanda dari DM, dan (2) Jangka Panjang,
menghambat dan mencegah pengembangan penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati .
Terapi farmakologis diberikan disertai dengan pengaturan pola makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari OHO
(Obat Hipoglikemik Oral) dan bentuk suntikan (Association of Indonesian
Endocrinology, 2011).

Tabel 1. Perbandingan OHO dan suntikan (Association of Indonesian


Endocrinology, 2011)

Cara kerja Efek Keuntungan Kerugian


utama samping
utama
Sulfonilurea Meningkatkan BB naik, Sangat efektif Meningkatkan
sekresi insulin hipoglike berat badan,
mia hipoglikemia
(glibenklamid
dan
klorpropamid)
6

Glinid Meningkatkan BB naik, Sangat efektif Meningkatkan


sekresi insulin hipoglike berat badan,
mia pemberian
3x/hari,
harganya mahal
dan
hipoglikemia
Metformin Menekan Dispepsi Tidak ada Efek samping
produksi a, kaitan gastrointestinal,
glukosa hati & diare, dengan berat kontraindikasi
menambah asidosis badan pada insufisiensi
sensitifitas laktat renal
terhadap
insulin
Penghambat Menghambat Flatulens Tidak ada Sering
Glukosidase absorpsi , tinja kaitan menimbulkan
alfa glukosa lembek dengan berat efek
badan gastrointestinal,
3x/hari dan
mahal
Tiazolidindio Menambah Edema Memperbaiki Retensi cairan,
n sensitifitas profil lipid CHF,
terhadap berpotensi fraktur,
insulin menurunkan berpotensi
infark menimbulkan
miokard infark
miokard, dan
mahal
DPP-4 Meningkatkan Sebah, Tidak ada Penggunaan
inhibitor sekresi insulin, muntah kaitan jangka
menghambat dengan berat panjang tidak
sekresi badan disarankan,
7

glukagon mahal
Inkretin Meningkatkan Sebah, Penurunan Injeksi 2x/hari,
analog/mimeti sekresi insulin, muntah berat penggunaan
k menghambat badan jangka panjang
sekresi tidak
glukagon disarankan, dan
mahal
Insulin Menekan Hipoglik Dosis tidak Injeksi 1-4
produksi emi, BB terbatas, kali/hari, harus
glukosa hati, naik memperbaiki dimonitor,
stimulasi profil meningkatkan
pemanfaatan Lipid dan berat badan,
glukosa sangat efektif hipoglikemia
dan analognya
mahal

2. Kepatuhan
a. Definisi
Kepatuhan adalah sebuah perilaku dalam menepati anjuran
terhadap kebiasaan dan bisa dinilai dengan score penelitian. Kepatuhan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, di mana pendidikan merupakan
dasar utama keberhasilan pencegahan atau pengobatan (Tjokroprawiro,
2006).
Kepatuhan didefinisikan sebagai tingkatam perilaku seseorang yang
mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau melakukan gaya hidup
sesuai dengan anjuran pemberi pelayanan kesehatan (WHO, 2015)
b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
pasien agar menjadi taat/tidak taat pada rancangan pengobatan, yang
diantaranya dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor pendorong , yaitu
1. Faktor Predisposisi
8

Faktor presisposisi merupakan faktor utama yang ada didalam


diri individu yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
kepercayaan dan keyakinan, nilai-nilai serta sikap.

2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan faktor yang diluar individu
seperti pendidikan, akomodasi, perubahan lingkungan dan social,
perubahan model terapi, meningkatkan interaksi professional
kesehatan dengan pasien, penting untuk memberikan umpan balik
pada pasien setelah

3. Faktor pendorong
Faktor pendorong terjadi dalam sikap dan perilaku tenaga
kesehatan atau petugas yang lain.

c. Ketidakpatuhan
Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan
menjadi empat kegiatan (Knussen and Niven, 1999):
1. Pemahaman tingkat instruksi
Seseorang tidak dapat mengikuti instruksi apabila salah dalam
memahami isi instruksi yang diberikan. Hal ini disebabkan karena
kegagalan petugas kesehatan dalam memeberikan informasi.
2. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang sangat penting untuk menentukan derajat
kepatuhan.
3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
keyakinan dan nilai kesehatan individu selain itu dapat menentukan
program pengobatan.
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
9

Orang yang mengalami depresi dan ansietas dapat mempengaruhi


kepatuhan dalam pengobatan.
3. Kulitas hidup
a. Definisi
Kualitas hidup didefinisikan sebagai pandangan individual
terhadap kedudukan mereka di dalam kehidupan dalam konteks budaya
dan nilai tempat mereka tinggal yang berhubungan dengan tujuan hidup,
harapan, standar dan perhatian (OMS, 1995).

b. Kualitas hidup pasien DM


Hal-hal yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien DM
adalah usia, jenis kelamin (kualitas hidup perempuan lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki), status perkawinan, status sosioekonomi.
Kadar HbA1c yang tinggi dapat menjadi parameter untuk menunjukkan
penurunan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Terdapat hubungan yang
negatif pula antara tekanan darah, kadar lemak dan BMI dengan kualitas
hidup pasien(Kiadaliri, Najafi and Mirmalek-Sani, 2013).

F. LANDASAN TEORI
Penelitian yang dilakukan (Tombokan, 2015) tentang Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Pasien Diabetes Melitus pada
Praktek Dokter Keluarga di Kota Tomohon menunjukan bahwa keberhasilan
kontrol terhadap penyakit diabetes melitus sangat ditentukan oleh kepatuhan
berobat, agar dapat mencegah komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh
penyakit diabetes melittus. Penelitian lain yang dilakukan (Ningtyas, 2013)
tentang analisis kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD BANGIL Kabupaten
Pasuruan menyatakan kualitas hidup pasien DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh
beberapa factor yang sangat signifikan seperti tingkat pendidikan, status sosial
ekonomi berdasarkan pendapatan, lama menderita dan komplikasi yang
dialami pasien.
10

G. HIPOTESIS
Kepatuhan pasien DM tipe 2 dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien
DM tipe 2 di RSUD Moewardi Surakarta.

H. METODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan
cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan dan kualitas
hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan februari 2018, bertempat di
RSUD Moewardi Surakarta.
3. Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 rawat jalan
di RSUD Moewardi Surakarta. Pemelihan sampel memenuhi kriteria
pemilihan yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Felicia, 2017).
1. Kriteria Inklusi
1. Wanita/Pria dewasa penderita DM Tipe 2 (rekam medis)
2. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
3. Mampu membaca, menulis, dan berbahasa Indonesia
4. Bersedia menjadi responden
5. Mampu datang ke RSUD Moewardi secara mandiri atau didampingi
keluarga
2. Kriteria Ekslusi
1. Penderita DM yang mengalami keterbatasan fisik sehingga tidak
mampu datang berobat ke RSUD Moewardi secara mandiri atau
didampingi keluarga
2. Penderita DM yang menolak menjadi sampel penelitian
Besar sampel yang dibutuhkan berdasarkan rumus pengiraan
besaran sampel menurut penelitian analitik cross-sectional :
11

n : besar sampel minimum


z : nilai z pada derajat kepercayaan (1,96)
P : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui (0,5)
1-P : 1-P= 1-0,5=0,5
d : presisi mutlak (10%)

n= (1,962 𝑥 0,5 𝑥 0,5)/0,12=96,04

berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang dibutuhkan


dapat dibulatkan menjadi 100 sampel.

4. Metode pengambilan data


Jenis data berupa data primer, yaitu data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik wawancara dengan instrumen yaitu kuesioner kualitas hidup
diadopsi dari short form-36 (SF-36) dan kuesioner kepatuhan pasien
diadopsi dari Medication Adherence Rating Scale (MARS).
5. Metode analisis data
Data yang telah didapatkan akan diolah dengan bantuan computer
program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) (Felicia, 2017)
a. Analisis unvariat
Analisis ini akan mendiskripsikan masing-masing variabel dengan
menghitung frekuensi dan presentase hasil analisis numerik maupun
kategorik.
b. Analisis bivariat
Analisis ini akan menjelaskan hubungan antara kepatuhan dan
kualitas hidup dengan menggunakan uji chi-squere.
12

6. Jadwal Penelitian
Tabel Jadwal penelitian

Tahap Uraian Kegiatan Bulan ke-


Penelitian 1 2 3 4 5 6
Persiapan Permohonan Proposal ✓ ✓

Permohonan izin ke RSUD ✓


Moewardi Surakarta

Pelaksanaan Pengambilan data ✓ ✓

Analisis data ✓ ✓
Penyelesaian Penyusunan Laporan akhir ✓

I. DAFTAR PUSTAKA
Association of Indonesian Endocrinology (2011) ‘Consensus of Management
and Prevention of Diabetes Melitus Type 2 in Indonesia (in
Indonesian)’, Perkeni, 1. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Felicia. (2017),Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Pukesmas Amplas Medan. Universitas
Sumatera Utar: Medan. General, 136(1), pp. 23–42.
DeFronzo, R. A. (2004) ‘Pathogenesis of type 2 diabetes mellitus’, Medical
Clinics of North America. doi: 10.1016/j.mcna.2004.04.013.
Fatimah, R. N. (2015) ‘Diabetes Melitus Tipe 2’, Endurance Journal. doi:
10.1029/2010GL043158.
Kemenkes, , (2017) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://kemkes.go.id/.
Kiadaliri, A. A., Najafi, B. and Mirmalek-Sani, M. (2013) ‘Quality of life in
people with diabetes: A systematic review of studies in Iran’, Journal of
Diabetes and Metabolic Disorders. doi: 10.1186/2251-6581-12-54.
Knussen, C. and Niven, C. A. (1999) ‘HIV/AIDS and Health Care Workers:
Contact with Patients and Attitudes Towards Them’, Psychology and
Health. doi: 10.1080/08870449908407334.
OMS (1995) WHO | WHOQOL: Measuring Quality of Life, OMS. doi:
10.1016/j.orgdyn.2010.07.005.
Societies, A. D. (2005) ‘Diabetes Mellitus and Other Categories of
Description of Diabetes’, World Health. doi:
10.2337/diacare.27.2007.S5.
Tjokroprawiro, A. (2006) ‘New approach in the treatment of T2DM and
13

metabolic syndrome (focus on a novel insulin sensitizer)’, Acta Medica


Indonesiana. doi: 040579197 [pii]\r10.1267/science.040579197.
Tombokan, V. and Ch, A. J. M. R. (2015) ‘Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan berobat Pasien diabetes melitus pada praktek dokter
keluarga di Kota Tomohon’, Jikmu, 5, pp. 260–269.
Utara, U. S. (2017) ‘Hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas amplas medan skripsi’.
WHO (2015) WHO | Diabetes, World Health Organization. doi:
10.1098/rspb.2010.0960.

Anda mungkin juga menyukai