Anda di halaman 1dari 15

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi lokasi Penelitian

Puskesmas Mabelopura merupakan salah satu Puskesmas di


wilayah di Kota Palu, yang terletak di Kelurahan Tatura Selatan yang
beralamat di Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 18 Kecamatan Palu Selatan
Provinsi Sulawesi Tengah
a. Visi
Visi adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam
jangka waktu tertentu, yang realistis dan dapat menyemangati upaya
untuk mewujudkannya. Sejalan dengan kedudukan tugas pokok dan
fungsinya. Visi UPTDD Urusan Puskesmas Mabelopura
“Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan
Profesional Menuju Palu Kota Jasa Yang Lebih Sehat”.
b. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi
tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan
dapat mengenal instansi pemerintah dan mengenal program-
programnya serta hasil yang akan diperoleh diwaktu yang akan
datang. Untuk mencapai visi tersebut UPTD Puskesmas Mabelopura
mempunyai misi sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau.
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif bagi masyarakat.
31

3. Mendorong peran serta masyarakat dalam kemandirian


berperilaku hidup bersih dan sehat,
4. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam bidang kesehatan.
5. Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM tenaga kesehatan
yang profesional.

2. Deskripsi Karakteristik Umum Responden


Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari
rekam medik penderita Tuberkulosis Paru dewasa tahun 2017-2018. Pada
penelitian ini jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yaitu 63 sampel dengan rincian sebagai berikut :
a. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis
Paru dewasa berdasarkan umur
Tabel 4.1. Distribusi Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa
Berdasarkan Kelompok Umur
Usia Frekuensi Presentase (%)
Dewasa Awal
30 47,6
18-40 tahun
Dewasa Madya
23 36,5
41-60 tahun
Dewasa Lanjut
10 15,9
>60 tahun
Total 63 100
Sumber : Data sekunder, 2017-2018
32

35
30
30

25 23

20
Jumlah
Dewasa Awal
15 Dewasa Madya
10 Dewasa Lanjut
10

0 Kategori Umur

Berdasarkan tabel 4.1 memberikan gambaran Distribusi karakteristik


pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan
umur. Dari 63 responden, berdasarkan usia didapat kelompok umur
terbanyak ialah pada usia dewasa awal yaitu sebanyak 30 orang
(47,6%), dewasa madya 23 orang (36,5) sedangkan untuk kelompok
usia yang paling sedikit pada usia dewasa lanjut yaitu 10 orang
(15,9%)
b. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis
Paru dewasa berdasarkan Jenis kelamin
Tabel 4.2. Distribusi Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa
Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 38 60,3

Perempuan 25 39,7

Total 63 100

Sumber : Data sekunder, 2017-2018


33

40 38

35
30
25
Jumlah 25
20 Laki=Laki

15 Perempuan

10
5
0
Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4.2 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan Jenis
kelamin. Dapat diketahui bahwa presentase Tuberkulosis Paru dewasa
berdasarkan Jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu 38 orang
(60,3) dan perempuan 25 orang (39,7%)
c. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis
Paru dewasa berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa
Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
PNS 6 9,5
Swasta 8 12,7
Wiraswasta 12 19,0
Nelayan 2 3,2
Buruh 6 9,5
Mahasiswa 5 7,9
IRT/Tidak bekerja 24 38,1
Total 63 100
Sumber : Data Sekunder, 2017-2018
34

30

25 24
PNS
20 Swasta
Jumlah
Wiraswasta
15
12
Nelayan
10 8 Buruh
6 6
5
5 Mahasiswa
2
IRT/Tidak Bekerja
0
Jenis Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.3 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan
Pekerjaan. Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel penderita Tuberkulosis
paru paling banyak adalah penderita yang tidak bekerja/IRT yaitu 24
orang (38,5%), Wiraswasta 12 orang (19,0), Swasta 8 orang (12,5)
Buruh 6 orang (9,5%), Mahasiswa 5 orang (7,9%) dan yang paling
sedikit yaitu penderita tuberkulosis paru dewasa yang bekerja sebagai
Nelayan yaitu 2 orang (3,2%) .
d. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis
Paru dewasa berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Penderita Tuberkulosis Paru Dewasa
Berdasarkan Kelompok Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Sarjana 11 17,5
Diploma 1 1,6
SMA 30 47,6
SMP 15 23,8
SD 5 7,9
Tidak sekolah 1 1,6
Total 63 100
35

Sumber : Data sekunder, 2017-2018

35
30
30

25 Sarjana
Diploma
20
Jumlah

15 SMA
15 SMP
11
10 SD
5 Tidak Sekolah
5
1 1
0
Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan
Pendidikan . Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel penderita Tuberkulosis
paru paling banyak adalah penderita yang berpendidikan SMA yaitu 30
orang, SMP 15 orang, Sarjana 11 orang, SD 5 orang, dan yang paling
sedikit yaitu penderita tuberculosis paru dewasa yang berpendidikan
Diploma yaitu 1 orang (1,6%) dan tidak sekolah yaitu 1 orang (1,6%)
e. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru
dewasa berdasarkan Hasil pemeriksaan BTA
Tabel 4.5. Distribusi penderita tuberkulosis paru dewasa Berdasarkan
Kelompok Hasil pemeriksaan BTA
Hasil pemeriksaan Frekuensi Presentase (%)
BTA
Negatif 18 28,6
Positif 45 71,4
Total 63 100
Sumber : Data sekunder, 2017-2018
36

50 45
45
40
35
Negatif (-)
Jumlah
30
25
18 Positif (+)
20
15
10
5
0
Hasil Pemeriksaan BTA

Berdasarkan tabel 4.3 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan Hasil
pemeriksaan BTA . Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel penderita
Tuberkulosis paru paling banyak adalah penderita yang memiliki Hasil
BTA Positif yaitu 45 orang (71,4%) dan yang sedikit penderita yang
memiliki hasil pemeriksaan BTA negative (-) yaitu 18 orang (28,6%).
f. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru
dewasa berdasarkan Status penyakit
Tabel 4.6. Distribusi penderita tuberkulosis paru dewasa Berdasarkan
Kelompok Status penyakit
Status penyakit Frekuensi Presentase (%)
Baru 52 82,5
Kambuh 10 15,9
Gagal berobat 0 0
Putus berobat 1 1,6
Lainnya 0 0
Total 63 100
Sumber : Data sekunder, 2017-2018
37

60
52
50
Baru
40
Kambuh
Jumlah

30
Gagal
20 Pengobatan
Putus Berobat
10
10
Lainnya
0 1 0
0

Status Penyakit

Berdasarkan tabel 4.3 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan Status
penyakit . Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel penderita Tuberkulosis
paru paling banyak adalah penderita yang memiliki Status penyakit Baru
yaitu 52 orang (82,5%), Kambuh 10 orang (15,9%) dan yang sedikit
penderita yang memiliki status penyakit putus berobat yaitu 1 orang
(1,6%).
g. Distribusi karakteristik pada subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru
dewasa berdasarkan OAT yang dikonsumsi
Tabel 4.7. Distribusi penderita tuberkulosis paru dewasa Berdasarkan
Kelompok OAT yang dikonsumsi
OAT yang Frekuensi Presentase (%)
dikonsumsi
Kategori 1
52 82,7
(2HRZE/4H3R3)
Kategori 2
11 17,5
(2HRZES/5H3R3E3
Total 63 100
38

60
52
50

40

Kategori 1
Jumlah

30

Kategori 2
20
11
10

0
OAT yang Dikonsumsi

Berdasarkan tabel 4.3 memberikan gambaran karakteristik pada


subjek penelitian pasien Tuberkulosis Paru dewasa berdasarkan Obat anti
tuberkulosis (OAT) yang dikonsumsi. Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel
penderita Tuberkulosis paru paling banyak adalah penderita yang
mengkonsumsi Obat anti tuberkulosis (OAT) kategori 1 yaitu 52 orang
(82,5%) dan yang paling sedikit adalah penderita yang mengkonsumsi
Obat anti tuberkulosis (OAT) kategori 2 yaitu 11 pasien (17,5%).
39

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk me Untuk mengetahui karakteristik


penderita Tuberkulosis Paru di puskesmas Mabelopura palu tahun 2017-2018.
Adapun karakteristik yang diteliti meliputi Umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, hasil pemeriksaan BTA, Status penyakit, Obat anti
tuberkulosis (OAT) yang dikonsumsi. Dari penelitian ini didapatkan 63 kasus
tuberculosis paru dewasa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi .
1. Distribusi berdasarkan Usia
Dari 63 responden, berdasarkan usia didapat kelompok umur tertingi
ialah pada usia dewasa awal yaitu sebanyak 30 orang (47,6%), dewasa
madya 23 orang (36,5) sedangkan untuk kelompok usia yang paling sedikit
pada usia dewasa lanjut yaitu 10 orang (15,9%). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anton tri wibowo (2015) pada penderita TB
paru dewasa di balai besar kesehatan paru masyarakat Surakarta, hasil
penilitian menyatakan bahwa penderita penyakit Tuberkulosis Paru terbanyak
66,7% pada kelompok umur produktif 18-50 tahun.
Penelitian sesuai dengan penelitian Eka Dkk (2017) menyatakan bahwa
penderita TB Paru berdasarkan umur adalah penderita dengan umur 21-45
tahun sebesar 50,2%. Hal ini diasumsikan karena kelompok usia produktif
yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga kemungkinan
terpapar kuman mycrobacterium Tuberculosis Paru lebih besar.
Penyakit TB Paru merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang
semua lapisan usia, sebagian besar terjadi pada usia dewasa karena
dihubungkan dengan dengan tingkat aktivitas, mobilitas serta pekerjaan
sebagai tenaga kerja produktif sehingga memungkinkan untuk mudah
tertular dengan kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya
penderita BTA positif. Selain itu, meningkat kebiasaan merokok pada
usia muda di negara-negara berkembang juga menjadi salah satu faktor
banyaknya kejadian TB Paru pada usia produktif (Panjaitan, 2012).
40

2. Distribusi berdasarkan Jenis kelamin


Dapat diketahui bahwa presentase anak penderita Pneumonia
berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu 38 orang (60,3) dan
perempuan 25 orang (39,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anton tri wibowo (2015) pada penderita TB paru dewasa di
balai besar kesehatan paru masyarakat Surakarta, Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan banyaknya penderita laki-laki lebih besar dari pada penderita
perempuan, diketahui 43 responden penelitian adalah berjenis kelamin laki-
laki (59,7%), sementara 29 responden adalah perempuan (40,3%).
Hasil penelitian Panjaitan (2012) menyatakan jenis kelamin pada laki-laki
penyakit TB Paru lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan, karena
kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan mengkonsumsi minuman
beralkohol yang dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga wajar
bila perokok dan peminum alkohol sering disebut sebagai agen dari penyakit
TB Paru. Hal tersebut juga berkaitan dengan pola hidup dan aktivitas laki-laki
lebih aktif dari pada perempuan sehingga laki-laki dapat lebih mudah terpajan
dengan kuman M. Tuberculosis.

3. Distribusi berdasarkan pendidikan


Dari 63 responden, berdasarkan tingkat pendidikan didapat penderita
Tuberkulosis paru paling banyak adalah penderita yang berpendidikan SMA
yaitu 30 orang, SMP 15 orang, Sarjana 11 orang, SD 5 orang, dan yang
paling sedikit yaitu penderita tuberculosis paru dewasa yang berpendidikan
Diploma yaitu 1 orang (1,6%) dan tidak sekolah yaitu 1 orang (1,6%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2012) di Balai
Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran, didapat
sebanyak 46% responden berpendidikan tamat SLTA.
Hasil yang sama juga didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Anton tri
wibowo (2015) pada penderita TB paru dewasa di balai besar kesehatan paru
41

masyarakat Surakarta, Menurut Hasil penelitian diketahui sebagian besar


responden berpendidikan SMA/ sederajat sebesar 32 responden (44,4%).
Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah dan lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan, sehingga dengan pengetahuan yang cukup
maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin
dan sehat. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi
terhadap jenis pekerjaannya (Masrin, 2008)

4. Distribusi berdasarkan pekerjaan


Berdasarkan pekerjaan dapat dilihat bahwa dari 63 sampel penderita
Tuberkulosis paru yang diteliti paling banyak adalah penderita yang tidak
bekerja/IRT yaitu 24 orang (38,5%), Wiraswasta 12 orang (19,0), Swasta 8
orang (12,5) Buruh 6 orang (9,5%), Mahasiswa 5 orang (7,9%) dan yang
paling sedikit yaitu penderita tuberkulosis paru dewasa yang bekerja sebagai
Nelayan yaitu 2 orang (3,2%) . Hasil penelitian yang dilakukan Eka Dkk
(2016) pada Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rujukan Mikroskopis
Kabupaten Aceh Besar menyebutkan sebanyak 56,0% penderita TB paru
kelompok IRT atau tidak bekerja.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihantana AS, dkk (2016) dalam
penelitiannya juga mendapatkan sebanyak 45% responden penderita TB paru
bekerja sebagai IRT atau tidak bekerja.

5. Distribusi berdasarkan pemeriksaan BTA


Berdasarkan pemeriksaan BTA, Dapat dilihat bahwa dari 63 sampel
penderita Tuberkulosis paru paling banyak adalah penderita yang memiliki
Hasil BTA Positif yaitu 45 orang (71,4%) dan yang sedikit penderita yang
memiliki hasil pemeriksaan BTA negative (-) yaitu 18 orang (28,6%). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilayanti EY di Padang
menunjukkan bahwa mayoritas hasil pemeriksaan dahak pasien TB paru
mempunyai hasil BTA positi (+) terutama 3+.
42

Hasil penelitian yang dilakukan Dian wahyu laily (2015) menunjukan


BTA sputum pada pasien TB paru di Puskesmas Tuminting Manado
mayoritas memiliki hasil positif (+) terutam +3 yaitu sebanyak 106 pasien
(54,1%). Hal ini berarti bahwa sputum pada pasien ditemukan >10 Basil
Tahan Asam (BTA) dalam 1 lapang pandang. Faktor yang berpengaruh dalam
hal ini yaitu sering terlambatnya penderita untuk memeriksakan diri sehingga
bakteri telah berkembang lebih banyak.

6. Distribusi berdasarkan Status penyakit


Dapat diketahui bahwa dari 63 sampel penderita Tuberkulosis paru
paling banyak adalah penderita yang memiliki Status penyakit Baru yaitu 52
orang (82,5%), Kambuh 10 orang (15,9%) dan yang sedikit penderita yang
memiliki status penyakit putus berobat yaitu 1 orang (1,6%). Hal ini sesuai
dengan Penelitian yang dilakukan oleh Sihotang RH (2012) di Puskesmas
Bahu Malalayang I Manado menemukan bahwa sebanyak 91,38% pasien
yang datang untuk berobat merupakan pasien dengan kasus baru.
Pada penelitian yang dilakukan Dian wahyu laily (2015) menunjukan
Seluruh pasien TB paru merupakan tipe pasien dengan kasus baru. Tidak
terdapat pasien dengan tipe relaps, default, failure, transfer in, dan kasus lain.

7. Distribusi berdasarkan OAT yang dikonsumsi


Dapat diketahui bahwa dari 63 sampel penderita Tuberkulosis paru paling
banyak adalah penderita yang mengkonsumsi Obat anti tuberkulosis (OAT)
kategori 1 yaitu 52 orang (82,5%) dan yang paling sedikit adalah penderita
yang mengkonsumsi Obat anti tuberkulosis (OAT) kategori 2 yaitu 11 pasien
(17,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitompul AI
(2014) pada pasien paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
Medan menunjukkan bahwa mayoritas pasien TB paru memperoleh
pengobatan Kategori I dengan persentase 97,1%.
Hasil penelitian yang sama juga didapat oleh Dian wahyu laily (2015)
pada pasien dipuskesmas tuminting manado diman seluruh pasien yang
43

berobat mendapatkan pengobatan Kategori I yang merupakan kategori


pengobatan untuk pasien baru. Adapun pemilihan kategori pengobatan harus
disesuaikan dengan tipe pasien dan hasil pemeriksaan BTA.
44

DAFTAR PUSTAKA

1) Ratnasari Y, N. 2012. “Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas


Hidup Pada Penderita Tuberculosis Paru (TB Paru) di Balai Pengobatan
Penyakit Paru (Bp4) Yogyakarta Unit Minggiran”. Jurnal Tuberculosis
Indonesia, Vol.8 Vol. 8 - Maret 2012 ISSN 1829 - 5118
2) Masrin. 2008. Tuberculosis Paru. Jurnal. Universitas Muhammadiyah
Semarang
3) Anton tri wibowo. 2015. Karakteristik Tb Paru Dewasa Di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Universitas muhamadiya Surakarta.
4) Panjaitan. 2012. “Karakteristik penderita Tuberculosis Paru Dewasa rawat
inap di RS umum DR. Soedarso periode September-November 2010.
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tanjung Pura Pontianak”.
Naskah publikasi Universitas Tanjung Pura Pontianak
5) Eka Fitria,. Raisuli Ramadhan,. Rosdiana. 2017. Karakteristik Penderita
Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh
Besar. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 4 No.1, Juli 2017, 13-20.
6) Prihantana AS, Wahyuningsih SS. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat
Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen. J Farm Sains dan Prakt. 2016;II(1).
7) Dian Wahyu Laily. 2015. Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Di
Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Tropik
: Vol. 3 No. 1 Februari 2015.
8) Susilayanti EY. Profil Penderita Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif
yang ditemukan di BP4 Lubuk Alung periode Januari 2012 – Desember
2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2):153-4
9) Sihotang RH. Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru yang Berobat
Menggunakan DOTS di Puskesmas Bahu Malalayang I Periode
JanuariDesember 2012. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2013;
1(1):701.

Anda mungkin juga menyukai