Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani
kehidupan. Sebagai bagian dari mahluk sosial yang sarat dengan keberagaman,
kebutuhan, dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia
tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Profesi perawat merupakan salah satu
profesi yang yang sarat dengan proses komunikasi baik dengan masyarakat pada
lingkungan maupun dengan pasain yang waktu intraksinya paling lama, sehingga
seorang perawat dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang mampu
memberikan hal positif bagi klien.
Skill komunikasi yang memadai, baik dan benar serta efektif akan berdampak
pada kepribadian seorang tenaga kesehatan dan akan menjadi kebiasan yang baik
dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga kesehatan. Upaya untuk
membiasakan diri dengan pola komunikasi, hendaknya kita mengetahui dan
memahami konsep-konsep komunikasi, model-model komunikasi sehingga kita
bisa memberikan pelayanan keperawatan dengan menerapkan konsep-konsep
keperawatan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari komunikasi?
2. Bagaimana bentuk – bentuk komunikasi?
3. Apa saja model-model komunikasi?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari komunikasi
2. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi

1
3. Mengetahui model-model komunikasi
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti
berpartisipasi atau memberitahukan .hingga sekarang definisi komunikasi
masih terus didiskusikan oleh pakar ilmu komunikasi. Namun secara umum
dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah Sesutu yang dapat dipahami,
sebagai hubungan atau saling hubungan, saling pengertian, dan sebagai pesan
(Alo Liliweri 1997)
Namun banyak definisi-definisi dari komunikasi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli komunikasi, antara lain:
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan, dan pesan
yang disampaikan melalui lembaga tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukan kepada penerima pesan
(Edward Depari AW Widjaja, 2000).
2. Komunikasi adalah suatu rangkaian pristiwa yang terkait dalam
penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah
proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan
cara pemindahan pesan (James.A.F.Stoner)
3. Komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non verbal
dikirimkan ,diterima dan diberi arti.(William J Seiiler 1988 )
4. Hovlan, Janis, dan Kelley adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan
bahwa komunikasi adalah proses individual dalam mengirim stimulus
(umumnya dalam bentuk verbal) untuk mengubah tingkah laku orang
lain.(Forsdale, 1981).
5. Louis Forsdale, (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan
mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan

3
signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system
dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
Dari beberappa definisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus,
signal, symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non
verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya
perubahan (baik dalam asfek kongnitif, afektif, maupun pisikomotor)
2.2 Bentuk-Bentuk Komunikasi
Jenis komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Widjaja (2000),
Komunikasi dibagi menjadi 5 bagian yakni:
1) Komunikasi tertulis
Adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik dengan
tulisan manual atau dengan bantuan alat lain,/ditulis dari media. Jenis
komunikasi ini dapat berupa surat,surat kabar/media masa atau media
elektronik yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
Dalam konteks komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat
berupa catatan perkembangan pasien, catatan medis, catatan/laporan
perawat, dan catatan penting lainya.
2) Komunikasi verbal
Adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan dan komunikasi ini
dapat dilaksanakan secara langsung dengan percakapan tatap muka,
ataupun secara tidak langsung melalui telepon dan sebagainya.
Komunikasi secara lisan (verbal) tidak hanya tergantung pada kata-
kata sajak, namun juga sangad dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
paralinguistic misalnya irama, kecepatan, penekanan, intonasi, nada suara
yang digunakan.
Menurut Perry danPotter (1985),dalam penggunaan komunikasi verbal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Makna denotatif dan konotatif

4
Makna denotative adalah makna yang bersifat umum ,dengan
asosiasi primer .
Sedangkan makna konotatif adalah makna yang bersifat khusus
dengan asosiasi sekunder.
2. Vocabulary
Maksudnya komunikasi tidak akan berhasil apabila penerima
pesan tidak mempunyai kemampuan untuk menerjemahkan
kata atau ucapan yang disampaikan pengirim
3. Pacing (kecepatan)
Keberhasilan komunikasi verbal juga sangad dipengaruhi oleh
kecepatan ungkapan yng disampaikan. Contoh sederhana
seorang perawat yang bicara sangat cepat/ lambat, akan
mempengaruhi klien dalam menerima pesan.
4. Intonation
Nada suara yang digunakan pada saat berkomunikasi.
5. Clarity and Brevity
Ungkapan yang sederhana, ringkas, dan singkat tanpa
mengurangi kejelasan dalam menerima pesan komunikator.
6. Timing and Relevance (waktu dan keadaan )
Memperhatikan waktu dan suasana
3) Komunikasi non verbal
Adalah komunikasi secara tidak langsung namun terjadi dengan
mengunakan mimic atau bahasa tubuh ,pantonim, atau bahasa isyarat.
Menurut Dimbley dan Burton (1992) sebagaimana dikutip Roger
B.Ellis dkk, mengatakan bahwa bahasa tubuh memiliki beberapa unsure,
yakni:
1. Gerak tubuh
2. Ekspresi wajah
3. Pandangan

5
4. Postur
5. Jarak tubuh dan kedekatan
6. Sentuhan
7. Pakatan
4) Komunikasi satu arah
Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa
perintah, instruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-
sanksi. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan untuk
memberikan umpan balik karna sifat pesanya mau-tidak mau harus
diterima oleh komunikator.
5) Komunikasi dua arah
Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses
feedback,biasanya bersifat informative atau persuasive.
2.3 Model-Model Komunikasi dalam Pelayanan Keperawatan
Sejauh ini terdapat ratusan komunikasi yang telah dibuat para pakar.
Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang
keilmuan (pembuat) model tersebut. Pradigma yang digunakan, kondisi
teknologi, dan perkembangan zaman yang melingkunginya. Kita akan
membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut,
khususnya model-model yang sangat popular, yaitu :
2.3.1 Model Stimulus-Respons (S-R)
Model Stimulus-Respons adalah komunikasi paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang
beraliran behavioristik. Dalam konsep yang fokusnya pada
lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian yang kita alami selalu
terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang ada menuntut kita untuk
menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar
dengan menggunakan komunikasi intrapersonal dimana dalam jiwa

6
manusia terdiri atas kumpulan bermacam-macam tanggapan yang
terbentuk karena adanya stimulus dan respon.
Stimulus Respons (S-R) yaitu kebutuhan akan pemenuhan
sebuah tuntutan tersebut menjadikan seseorang mengadakan suatu
interaksi yang mendorong individu untuk melihat apakah ada
perbedaan yang nyata atau tidak antara kebutuhan dari suatu situasi
dan sumber daya dari seseorang baik biologis, psikologis, atau system
soasial dan dari sinilah awal timbulnya suatu ketegangan, dimana
penyebab ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkian
peristiwa yang terjadi. Klien yang mendengar akan dilakukan
pemeriksaan fisik oleh karena penyakitnya, dia akan bertanya-tanya
alat yang digunakan itu apa, bagaimana caranya, apa yang dilakukan,
dimana tempatnya, berapa biayanya, siapa yang melakukannya, dan
sebagainya. Kegiatan atau keadaan yang dialami tersebut direspon
sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri klien sehingga
menimbulkan perasaan tegang yang disebut stressor.
Respon tersebut melibatkan berbagai komponen dalam diri
manusia yang berfokus pada dua komponen yang saling berkaitan,
yaitu komponen psikologis yang melibatkan perilaku pola pikir dan
emosi dan komponen fisiologis yang melibatkan peningkatan
rangsangan tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat,
dan lain sebagainya. Respon Psikologis dan Fisiologis seseorang
terhadap stressor disebut Strain. Model Stimulus-Respons yang
melibatkan stressors dan strains ditambah dengan sebuah bentuk
hubungan yang penting karena hubungan antar seseorang dan
lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak
untuk memenuhi tuntutan yang harus dipenuhi.
Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara
berkesinambungan yang disebut Transactions, antara seorang dan

7
lingkungannya, dimana keduannya saling mempengaruhi satu dan
yang lain. Contohnya seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan
terlambat untuk suatu appointment terus melihat jamnya, terus
membunyikan klakson mobilnya, dan menjadi semakin marah setiap
menitnya. Model ini menggambarkan bahwa seseorang akan memulai
sesuatu karena ada kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi,
sekalipun kebutuhan yang sangat primitive, Kesan non verbal menjadi
dasar seseorang bereaksi.
Pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan respon tanggap bagi
seseorang yang diawali adanya kesadaran stimulus yang masuk
kepanca indra (sensasi) dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia
sebagai penopang hidup merupakan stimulus bagi orang yang tergerak
untuk bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan
dikehendaki sehingga timbul reaksi untuk mencapai tujuan. Bila
stimulus yang datang baik, maka akan direspon baik sebaliknya bila
stimulus yang datng negative, maka akan direspon negative sehingga
dalam memicu sebuah stimulus dibutuhkan kesadaran yang tinggi.
Bila seorang perawat mendapati seorang klien dalam keadaan
tegang, wajah murung, dan reaksi menunjukkan kesakitan akibat luka
operasi yang baru dijalaninya, lalu seorang perawat menginginkan
klien agar tidak kesakitan (tujuan baik) maka seorang perawat
mendekat dan bertanya, “apa yang membuat bapak tampak tegang dan
bereaksi seperti orang kesakitan, “ dan klien merasa kesakitan karena
adanya luka operasi, perawat kan mengajari theknik menghilangkan
respons nyeri serta berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan
obat anti nyeri.
Selanjutnya, klien yang merasa tindakan perawat akhirnya
dapat menurunkan respon nyeri yang dirasakan mengucapkan
“terimakasih” atas pelayanan yang diberikan dan perawat merasa puas

8
atas tindakannya yang bisa menurunkan respon nyeri pada klien
sehingga klien tidak murung lagi, wajah tampak berseri-seri dan rileks.
Kesemuaannya itu dapat kita prediksikan bahwa seseorang yang
berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan sebaliknya apa bila kita
berbuat kejelekan akan di balas dengan kejelakan dan bahkan sangat
menyakitkan. Demikian bisa di simpulkan bahwa dalam model S-R
hanya di butuhkan 2 instrumen yaitu Perawat-Klien atau Klien-
Perawat.
2.3.2 Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, sering
juga di sebut Model Retoris( Rhetorical Model) yang kini lebih di
kenal dengan Komunikasi Publik( Public speaking) atau pidato.
Semua bentuk komunikasi publik melibatkan persuasi inti dari model
Aristoteles ini sebagai komunikasi Persuasi di mana berisi suatu
anjuran untuk melakukan dan mengimplementasikan suatu kegiatan
sesuai dengan isi pesan. Untuk itu harus dipersiapkan siapa yang
menyampaikan (etos-kepercayaan pada si penyampai pesan), argument
yang di persiapkan (logos, logika dalam pndapat), dan bagaimana
membawa dan memainkan emosi khalayak untuk tertarik pada isi
pesan (pathos-emosi khalayak). Faktor-faktor yang memainkan peran
dalam menetukan efek persuasi suatu pidato meliputi isi, susunannya,
dan cara penyampainnya.
Menurut Aristoteles dalam Mulyana D (2006) mengemukkan
bahwa dalam komunikasi persuasi dan perubahan perilaku merupakan
tujuan yang paling utaman sehingga di perlukan perandan menyadari
peran khalayak pendengan. Persuasi berlangsung melalui khalayak
ketika mereka diarahkan oleh pidato itu ke dalam suatu keadaan emosi
tertentu. Dengan demikian di perlukan kiat-kiat untuk bisa menarik
perhatian publik.

9
Tiga unsur utama dalam model Aristotel adalah sebagai
berikut:
1. Pembicara (speaker)
2. Pesan ( Message)
3. Pendengar (Listener)
Dengan demikian, model ini terkesan sangat simple dan spatis.
Saat seseorang berbicara, pesannya akan berjalan kepada khalayak,
dan khalayak mendengarkan.
2.3.3 Model Lasswell
1. Who
2. Says What
3. In which channel
4. To Whom
5. With what effect
Model ini umunya digunakan dalam komunikasi massa.
Sumber informasinya didapat banyak dari media massa. Di mana
banyak propaganda-propaganda yang belum tentu tingkat
kebenarannya tinggi. Perlu adanya pakar-pakar untuk menganalisa dan
mengawasi yang akan di sampaikan sebelum di konsumsi publik.
Lasswell 1948, dalam Mulyana D (2006), mengemukakan tiga
fungsi komunikasi : pertama, pengawasan lingkungan yang
mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluabg
dalam lingkungan ; kedua, korelasi berbagai bagaian terpisah dalam
masyarakat yang merespon lingkungan; ketiga transmisa warisan
sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Tidak semua komunikasi bersifat dua arah dengan suatu aliran
yag lancar dan umpan balik terjadi anatar pengirim pesan dan
penerima pesan. Dangan demikian model tersebut mengisyaratkan
bahwa dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who)

10
merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh
“penjaga gerbang”.) sedangkan unsur pesan (says what) merupakan
bahan untuk analisi isi. Saluran komunikasi (to whom) dikaitak
dengan analisi khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect)
jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan
pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca dan pendengar atau
pemirsa.
2.3.4 Model Shannon dan Weaver
Prinsip dari model Claude Shannon dan Warenn Weaver
(1949) dalam Buku The Mathematical Theory of Communication
menitik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan
sebuah pesan. Prinsip tersebut mengatakan bahwa sebuah pesan yang
akan diterima oleh penerima pesan sangat di pengaruhi oleh semua
infrastruktur yang mendukung. Pesan akan diterima oleh penerima
pesan dengan baik mana kala semua perangkat yang mendukung
memberi kontribusi baik serta berfungsi dengan baik. Model ini juga
sering di sebut model Mathematis atau model teori informasi yang
mempunyai pengaruh paling kuat atas model dan teori komunikasi
lainnya.
Untuk membuat agar informasi di terima dengan sangat akurat
perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengganggu dan
menghalangi keakuratan sebuah pesan yang akan di sampaikan.
Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengangasumsikan
bahwa sumber informasi menghasilkan pesan yang di komunikasikan
dari perangkat pesan yang di mungkinkan. Pemancar( transmitter)
mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang di
gunakan. Saluran (channel) adalah media yang mengirimkan sinyal
(tanda) dari transmitter ke penerima. Dalam percakapan sumber
informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang

11
menghasilkan sinyal (kata-kata terucap), yang di transmisikan lewat
udara (sebagai saluran).
Penerima melalui mekanisme pendengaran melakukan operasi
sebaliknya yang di lakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan
dari sinyal. Sasasran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi
tujuan pesan itu. Untuk memproduksi sinyal yang baik, otak yang
sebagai sumber informasi harus mampu memersepsikan isi pesan
sesuai dengan tujuan dan harapan isi pesan tersebut. Hal tersebut di
lakukan agar transmitter yang akan menangkap pesan dari sumber
informasi melalui bahasa verbal yang diucapkan melalui mulut atau
memindahkan isi pesan dalam bentuk sinyal kesaluran untuk di
transmisikan atau di rambatkan pada penerima pesan dan ditangkap
oleh otak penerima pesan yang merupakan sasaran utama.
2.3.5 Model Schramm
Model ini memberikan gambar proses komunikasi dari yang
sederhana sampaiyang kompleks. Dengan menhagadirkan tiga model
yaitu: sumber(source), pesan(message), dan sasaran(destination). Dari
ketiga perangkat tersebut proses komunikasi sudah mampu di jalankan
dengan baik oleh karena sudah terjadi pemindahan sinyal dari sumber
pemberi sinyal ke sasaran yang itu penerima sinyal. Model ini terkesan
sangat sederhana sejkali karena hanya berorentasi pada penyampaian
sinyal saja, tanpa memperhatikan sisi lainnya dan mengesampingkan
unsur lainnya, yang terpenting inti sinyal sudah di komunuikasikan
pada sasaran. Model ini mirip dengan model yang di gagas oleh
Aristoteles. Sumber bertindak juga sebagai pemberi pesan(encoder)
dan sasaran(destination) bertindak sebagai penerima pesan(decoder).
Dalam perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hana
di transmisikan ke sasaran saja, melainkan juga membutuhkan
kesamaan bidang, pengalaman(field of experience) sehimgga dari

12
model yang sederhana tersebut di kembangkan lagi menjadi model
yang kedua dengan menambah unsur bidang pengalaman. Agar sebuah
pesan dapat di terima oleh penerima pesan dengan baik, maka pesan
yang telah di kirimkan ke penerima pesan sesuai dengan apa yang di
sampaikan. Semakin luas bidang pengalaman, maka semakin efektif
hasil yang di peroleh dalam proses komunikasi.
Seorang Mahasiswa Keperawatan yang akan
megomunikasikan sebuah tindakan keperawatan semestinya tidak
menggunakan bahasa-bahasa medis pada pasien. Sebisa mungkin
bahasa yang digunakan bahasa yang sederhana namun tidak
mengurangi arti dari bahasa tersebut, sebagai contoh untuk melakukan
pemeriksaan fisik dengan pengukuran suhu badan semestinya seorang
siswa cukup mengatakan kepada klien dengan “ Mari Bu, Kami
periksa panas badannya dengan menggunakan alat ini, yang di
letakkan di ketiak ibu!”. Coba kita bandingkan bagaimana perasaan
pasien ketika mahasiswa berkata “ Mari Bu, Kami observasi suhu
badannya!”. Sekilas hal tersebut tidak begitu masalah, akan tetapi
bagaimana pun tingkat pemahaman pasien menjadi rujukan ketikan
petugas kesehatan berkomunikasi dengan masyarakat awam atau
pasien.
Hal itu di karenakan bidan pengalaman petugas kesehatan
tentunya tidak sama dengan bidan pengalaman masyarakat. Hal
tersebut yang harus di perhatiakan oleh petugas kesehatan. Bagaimana
pun juga tujuan akhir dari proses komunikasi adalah terjadinya
kesamaan bidang pengalaman antara sumber dan sasaran yang artinya
persepsi dari sumber tentunya sama dengan persepsi dari sasaran.
2.3.6 Model Newcomb
Model ini memandang komunikasi dari perspektif psikologi
sosial. Dalam pandangan model ini, pesan yang disampaikan akan di

13
tangapi baik dan buruk tergantung bagaiman penerima pesan
menganggap. Menurut Mulyana D 2007 model ini mengingatkan kita
akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial
dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam
model komunikasi tersebut yang sering di sebut juga model ABX atau
model Simetri-Newcom menggambarkan bahwa seseorang (A)
menyampaikan informasi kepada seorang lainya(B) mengenai
sesuatu(X). Serta ketiganya merupakan suatu system yang terdiri atas
empat orientasi, yaitu :
1. Orientasi A terhadap X,yang meliputi sikap terhadap X sebagai
objek yang harus di dekati atau di hindari dan atribut kognitif
(kepercayaan dan tatanan kognitif)
2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
3. Orientasi B terhadap X
4. Orientasi B terhadap A
Hal itu dapat memberikan asumsi bahwa seseorang ketika
menerima pesan terkadang ada yang menerima dengan tidak
memandang siapa yang memberikan asalkan realistis, ada juga yang
tidak bersikap realistis,dan cenderung destruktif walaupun pesan itu
baik dan berguna. Dengan demikian pesan tersebut bisa saja di
asumsikan berbalik arah hingga seseorang yang akan mengirimkan
pesan kepada orang lain akan memperhitungkan juga resistensi dari
penerima pesan.
Mulyan D berpendapat bahwa model ini merupakan cara lazim
dan efektif yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri
terhadap lingkungan mereka model ini adalah suatu model tindakan
komunikatif dua orang yang di sengaja (intensional) model ini
mengisyaratkan bahwa setiap system apapun mungkin di tandai oleh
keseimbangan kekuatan dan setiap perubahan dalam bagian manapun

14
dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap
keseimbangan atau simetri karena ketidakseimbangan atau
kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan
menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
Simetri di mungkinkan karena sesorang (A) siap memperhitungkan
perilaku lainya (B). Simetri juga mengesahkan orientasi seseorang
terhadap X. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa kita
memperoleh dukungan sosial dan psikologis bagi orientasi yang kita
lakukan .
2.3.6 Model Berlo
Model ini di temukan pada tahun 1960 oleh David K.Berlo.
Model ini lebih dikenal sebagi model SMCR yaitu kepanjangan dari
Source (sumber),Message (pesan), Channel (saluran), Reseifer
(penerima). Berlo juga menjelaskan bahwa sumber adalah pihak yang
menciptakan suatu pesan dalam bentuk apapun. Pesan adalah
terjemahan akan sesuatu, baik dalam bentuk bahasa ataupun isyarat.
Saluran adalah lintasan yang menjadi perantara atau penghubung
antara sumber dan penerima, lalu penerima adalah pihak yang menjadi
objek atau tujuan komunikasi. Dalam model ini Berlo juga
mengenalkan istilah penyandi (Encoder) dan penyandi balik (Decoder)
dalam proses komunikasi. Encoder berfungsi menunjukkan maksud
dari sumber mengenai pesan yang ingin di berikan kepada penerima.
Dalam model ini Berlo juga menjelakan bahwa ada beberapa factor
pribadi yang dapat memengaruhi proses komunikasi seperti
keterampilan komunikasi, pengetahuan, system sosial, serta
lingkungan sumber dan penerima. Salah satu kelebihan model adalah
model yang tidak di batasi pada komunikasi public dan komunikasi
massa saja, namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk
komunikasi tertulis.

15
Model Berlo ini bersifat bersifat Heuristic atau merangsang
penelitian. Dalam model Berlo, Resiver adalah penerima pesan yaitu
orang-orang atau khalayak pembaca, pendengar, da penonton.
Sedangkan dalam model Shannom dan Weaver, jelas terdapat
perbedaan resiver identik dengan decoder yaitu menanisme
pendengaran dalam suatu komunikasi langsung atau seperangkat
penerima pesan, seperti pesawat telepon, radio dll yang menyalurkan
pesan dari sumber kepada sasaran dalam komunikasi tidak langsung.
2.3.7 Model DeFleur
Model ini merupakan suatu model perluasan dari model-model
yang sudah ada, khususnya model Shannon dan Weiver, dengan
menambahkan perangkat media massa( mass medium device) dan
perangkat umpan balik (feetback device). Menurut DeFleur,
sumber(source), pemancar(transmitter), penerima( receiver), dan
sasaran(destination) adalah sebagai fase-fase yang terpisah dari
komunikas massa. Sebagai contoh ketika seorang berbicara, ia akan
memilih kata-kata yang menyatakan makna denotatif dan konotatif
lalu merumuskan makna tersebut ke dalam suatu.
Pesan dan kemudian mengucapkannya secara verbal atau
menuliskannya sedemikian rupa sehingga berubah menjadi suatu yang
dapat di dengar atau di lihat yang dapat di artikan sebagai rangsangan
oleh khalayak ramai. Fungsi receiver dalam model ini adalah penerima
informasi dan menyandi balik suatu visi informasi menjadi suatu
pesan.
Dalam percakapan secara langsung atau tatap muka, receiver
lebih cenderung kepada alat pendengaran manusia yang menerima
getaran udara dan mengubahnya menjadi suatu rangsangan saraf
sehingga dapat berubah menjadi suatu symbol verbal yang dapat di
kenal.

16
Menurut DeFleur, komunikasi bukanlah pemindahan suatu
makna melainkan komunikasi terjadi melalui suatu operasi
seperangkat komponen dalam suatu system teoritis yang
konsekuensinya adalah isomorfisme di antara respons internal(makna)
terhadap seperangkat symbol tertentu pada pihak pengirim dan
penerima.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan
keperawatan
Setiap orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat
membuat penafsiran dari pesan komunikasi yang dilakukan. .Dalam
melakukan pelayanan keperawatan kepada pasein kadalam dan kita akan
menemukan hambatan dalam komunikasi.
Menurut Potter dan Perry. Ada beberapa yang bisa mempengaruhi
jalannya pengiriman dan penerimaan pesan (komunikasi) dalam pelayanan
keperawatan antara lain:
1. Persepsi
Adalah setiap orang merasakan, menginterprestasikan dan
memahami kejadian yang berbeda.
Persepsi adalah pandangan yang terjadi atas apa yang terjadi.
Persepsi klien terhadap perawata akan mempengaruhi keinginannya
untuk berbicara. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan
pengalaman. Perbedaan persepsi antara individu yang berinteraksi
dapat menjadi kendala dan komunikasi.
2. Nilai
Adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai
mempengaruhi interpretasi pesan karena nilai adalah panduan
umum tingkah laku, sangat penting bagi seorang perawat untuk
mengembangkan kepekaan dalam nilai tersebut. Memahami dan
menjelaskan nilai penting dalam memutuskan klinis interaksi.

17
Perawat sebaiknya tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi
hubungan profesional. Gerakan tubuh yang menghakimi akan
menghancurkan kepercayaan dan mengganggu komunikasi yang
efektif.
3. Emosi
Adalah perasaan subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang
terjadi di sekelilingnya. Cara seseorang dalam bersosialisasi atau
berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh komunikasi.
Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan
sukses. Emosi juga dapat menyebabkan seseorang salah
menginterprestasikan sesuatu atau tidak mendengar pesan.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir,
dan merasakan. Budaya mempengaruhi cara klien dan perawat
melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi. Budaya
juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala atau
perasaan penderita. Perbedaan bahasa dapat merintangi komunikasi
dan hubungan. Ketika perawat melakukan perawatan pada klien
yang berbicara dnegan bahasa yang berbeda mungkin diperlukan
seorang penerjemah. Jika anggota keluarga bertindak sebagai
penerjemah mungkin akan menjadi lebih mudah bagi perawat untuk
menyiasati cara yang mudah pada klien.
5. Pengetahuan
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi
tidak jelas jika kata – kata yang diungkapkan tidak dikenal oleh
pendengar. Perawat berkomunikasi dengan klien dan profesional
yang memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda, bahasa yang
umum digunakan adalah esensial ketika berkomunikasi dengan

18
tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat mengkaji tingkat
pengetahuan klien dengan mencatat respon mereka atas pertanyaan,
kemampuan untuk mendiskusikan masalah kesehatan dan
pertanyaan yang mereka tanyakan. Setelah pengkajian, perawat
menggunakan terminologi dan ungkapan yang dipahami klien untuk
meningkatkan perhatian dan minat.
6. Peran dan Hubungan
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut
hubungan dan peran mereka. Perawata dalam melakukan
komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama
kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Dengan mengantisipasi
keprihatinan perawat menunjukkan rasa hormat dengan
menunjukkan nama keluarga saat memanggil pasien. Kemudian
ketika hubungan antara klien dan perawat semakin kuat, percakapan
sehari – hari dan memanggil klien nama depan dapat dilakukan.
7. Perkembangan
Anak dengan kegagalan perkembangan seperti paralis serebral,
autisme, dan sindrom down akan memiliki tingkat kapasitas yang
berbeda untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
Perawat menggunakan teknik khusus untuk berkomunikasi dengan
anak – anak dari berbagai tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk dapat berbicara secara efektif dengan anak – anak, perawat
harus memahami pengaruh perkembangan, bahasa, dan proses
berfikir sehingga perawat dapat berinteraksi secara sukses dengan
mereka.
8. Gender
Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu
sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik.
Friksi antara kedua jenis kelamin bangkit karena pria dan wanita

19
tumbuh dalam budaya yang secara esensial berbeda maka akibatnya
percakapan antara mereka mengalami lintas kultural. Perawat perlu
mewaspadai hal ini ketika bekerja dengan klien atau dengan
anggota tim kesehatan lainnya yang berlawanan jenis. Aktif
menyimak dan mencari kejelasan akan membantu mencegah salah
persepsi dna salah paham.
9. Lingkungan
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam
lingkungan nyaman. Kebisingan dan kurangnya kebebasan
seseorang dapat menyebabkan kebingungan, dan ketidaknyamanan.
Gangguan lingkungan dapat menganggu pesan yang dikirimkan
antar orang.
10. Ruang Teritorial
Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki
indentitas, keamanan dan kontrol. Dengan kata lain, seorang merasa
terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya karena orang
tersebut mengganggu hemeostatis psikologi, menimbulkan
kecemasan, dan menyebabkan munculnya perasaan kehilangan
kontrol.
2.5 Hambatan dalam proses komunikasi
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
2. Kurang pencernaan dalam berkomunikasi
3. Penampilan,sikap,dan kecakapan yang kurang tepat selama
berkomunikasi
4. Kuramg pengetahuan
5. Perbedaan harapan
6. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik

20
7. Pesan yang kurang jelas
8. Prasangka yang buruk
9. Transmisi /media yang kurang baik
10. Penilaian yang premature
11. Tidak ada kepercayaan
12. Ada ancaman
13. Perbedaan status ,pengetahuan dan bahasa.
14. Distorsi (kesalahan informasi)
2.6 Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan
Untuk mengatasi hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
2. Meminta penjelasan leih lanjut
3. Mengecek umpan balik atau hasil
4. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
5. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
6. Membuat pesan secara singkat ,jelas dan tepat
7. Menggunakan orientasi penerima
Namun secara umum kekurangan yang terjadi dalam proses
komunikasi dapat diperbaiki dengan cara:
1. Meningkatkan kesadaran diri
2. Melatih kemampuan interpersonal
3. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep
4. Memperjelas tujuan interaksi.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus,
signal, simbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari
pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam
asfek kongnitif, afektif, maupun pisikomotor). Bentuk-bentuk komunikasi
sendiri terdiri dari komunikasi tertulis, verbal, nonverbal, satu arah dan dua
arah. Sedangkan dalam komunikasi keperawatan ada beberapa faktor yang
mendukung dan menghambat. Faktor yang mendukung seperti persepsi, emosi,
nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan hubungan,dll. Di sisi lain
ada juga yang menghambat komunikasi yaitu kurang pengetahuan, perbedaan
harapan, kondisi fisik dan mental yang kurang baik, dll. Akan tetapi ada
beberapa upaya untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan mengecek
arti atau maksud yang disampaikan, meminta penjelasan leih lanjut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A., & Perry, A.G. (1997). Fundamental of Nursing: Concepts, process, and
practice. Philadelphia : Mosby – Year Book Inc.

23

Anda mungkin juga menyukai