Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ovulasi, oosit sekunder bergerak menuju ke ampula tuba. Fertilisasi
terjadi sekitar 12-24 jam setelah ovulasi. Fertilisasi adalah proses penyatuan
gamet pria dan wanita, yang terjadi di daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa
bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam
saluran tuba. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan
tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, spermatozoa harus mengalami
proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Sadler, 2015).
Implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil
konsepsi ke dalam endometrium (Manuaba, 2010). Proses Implantasi didahului
dengan proses fertilisasi terlebih dahulu yaitu pertemuan antara gamet jantan dan
gamet betina yang disertai dengan peleburan inti menjadi satu yang dinamakan
zigot. Fertilisasi/konsepsi terjadi di tuba falopi pada bagian ampula. Hasil
fertilisasi/konsepsi akan bergerak menuju uterus dengan mengalami serangkaian
pembelahan. Zigot yang sampai di uterus berupa blastokist. Pada tahap menjadi
blastokis inilah yang kemudian akan menempel di dinding endometrium uterus
yang disebut dengan implantasi (Webster, 2012).
Pada manusia sendiri fertilisasi/konsepsi merupakan suatu proses awal
terbentuknya suatu kehamilan, proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai
terjadinya implantasi. Seseorang dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi
tertanam di dalam rahim ibu, yang biasa di sebut dengan kehamilan intra uterin.
Jika hasil konsepsi tertanam di luar rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin.
Apabila fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung baik, hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada janin
(Webster, 2012).
Proses perkembangan manusia di dalam rahim diawali dengan
konsepsi/fertilisasi, dan diakhiri dengan tahap persalinan. Di sela antara kedua
tahap tersebut ada beberapa tahap yang perlu dipahami. Oleh karena itu dalam
makalah ini, kami akan membahas lebih lengkap tentang dua tahap tersebut yaitu

1
perjalanan zigot menuju uterus beserta proses pembelahannya dan proses
implantasi
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Perjalanan Zigot Menuju Uterus?
2. Apa Pengertian Implantasi?
3. Apasajakah Tahapan Implantasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perjalanan zigot menuju uterus dan proses implantasi
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
a. Bagaimana Proses Perjalanan Zigot Menuju Uterus
b. Pengertian Implantasi
c. Tahapan dari Implantasi
1.4 Manfaat Penulisan
Mahasiswa dapat memahami perjalanan zigot menuju uterus dan proses
implantasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perjalanan Zigot Menuju Uterus

Gambar 1.1 Perjalanan Zigot Menuju Uterus


Saat ovulasi, oosit sekunder keluar dari folikel ovarium, kemudian oosit
ditangkap oleh gerakan menyapu oleh fimbare tuba sehingga oosit bergerak
menuju ke ampula tuba oleh gerakan silia. Sedangkan folikel yang telah
kehilangan oositnya tetapi tetap berada di ovarium disebut dengan corpus luteum.
Fertilisasi terjadi sekitar 12-24 jam setelah ovulasi dimana oosit bertemu dengan
sperma kemudian oosit melanjutkan pembelahan meiosis II membentuk ootid
(Webster, 2012).
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke
rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran tuba. Pergerakan naik ini
disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat

3
membuahi oosit, spermatozoa harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi
akrosom (Sadler, 2015).
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi
wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu
selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari
selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma
yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom (Sadler, 2015). Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona
pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada
pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara
lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin (Sadler, 2015).
Apabila tidak terjadi fertilisasi dalam kurun waktu 24 jam, maka corpus
luteum mengecil karena degenerasi sel lutein atau luteolisis sehingga membentuk
corpus albican dimana progesteron dan estrogen menurun (with drawl) dan
terjadi Menstruasi. Siklus mentruasi berulang kembali. Jika terjadi fertilisasi maka
degenarasi corpus luteum dicegah oleh HCG (disekresi oleh syncytiotrophoblast)
menjadi corpus luteum gravidarum. Fungsi corpus luteum bertahan sampai usia
kehamilan 12 minggu untuk menghasilkan progesteron dan estrogen , setelah itu
fungsinya digantikan oleh plasenta (Sadler, 2015).
Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti oosit.
Pronukleus wanita (haploid) menyatu dengan pronukleus pria (haploid).
Spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki 23 kromosom (haploid), kedua
pronukleus kehilangan membran nukluearnya dan DNA berduplikasi (proses ini
memerlukan waktu 18 jam). Kemudian DNA terkondensasi menjadi kromosom
yang tersusun dalam gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis. Dua
puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah dan
kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang
berlawanan, sel membelah menjadi dua dan pembelahan mitosis berlanjut sampai
membentuk stadium morula (Webster, 2012).
Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, zigot mencapai tingkat dua sel, ia
menjalani serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya

4
jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk
seperti gumpalan yang padat. Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel
embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula (Webster,
2012).
Morula adalah pembelahan sel yang membentuk massa bola padat 16 - 32
blastomer, dimana morula membentuk inner cell mass (membentuk jaringan
embrio) dan dikelilingi oleh outer cell mass (membentuk trofoblas dan
berkontribusi membentuk plasenta) (Sherwood, 2013). Setiap sel yang baru
besarnya sama dengan sel awal dan nama morula berarti mulberry, karena mirip
seperti kumpulan sel-sel setengah bulat. Tahap 2 sel dicapai mendekati 30 jam
setelah fertilisasi. Tahap 4 sel dicapai mendekati 40 jam setelah fertilisasi . Tahap
12 – 16 sel (awal morula) dicapai mendekati 3 hari setelah fertilisasi. Tahap 32
– 64 sel (akhir morula) dicapai mendekati 4 hari setelah fertilisasi. Selama proses
pembelahan mitosis, Morula bergerak menuju uterus dengan dibantu oleh
kontraksi peristaltik oviduktal dan aktivitas silia.. Late Morula bergerak menuju
uterus sekitar 4 hari setelah fertilisasi dan membentuk stadium blastokista. Selama
pembentukan blastokista, endometrium mempersiapkan diri supaya cukup nutrisi
untuk proses implantasi sehingga disebut sebagai fase istirahat selama 2 – 3 hari
(Sherwood, 2013).

Gambar 1.2 Tahapan Pembentukan Morula


Pada saat morula masuk ke rongga uterus, sel trofoblas menarik cairan
luminal dari rongga uterus ke dalam inti morula. Rongga yang dipenuhi cairan
disebut blastokel. Sel dari inner cell mass terdorong ke salah satu ujung rongga
yang disebut kutub embrionik. Akibat dari penembusan cairan tersebut, maka

5
tebentuklah bola berongga berisi cairan dengan massa sel padat yang
dikelompokkan di satu sisi yang disebut blastokista (Sadler, 2015).
Blastokista terdiri dari 2 tipe sel, yaitu:
1. Inner Mass cell atau embrioblas yang terletak di satu kutub
2. Outer Mass cell atau trofoblas yang menggepeng dan membentuk dinding
epitel blastokista kemudian menembus sel epitel mukosa uterus pad hari
ke-6.

Gambar 1.3 Stadium Blastokista


Sekitar 6 – 7 setelah fertilisasi, blastokista melepaskan diri dari zona
pelusida yang membungkusnya. Pelepasan blastokista ini dinamakan hatching.
Blastokista membesar dan berinteraksi dengan dinding uterus sehingga blastokista
melekat pada lapisan epitel endometrium uterus. Pada stadium blastokista ini
merupakan awal mula proses implantasi berlangsung (Webster, 2012).

6
Gambar 1.4 hatching

Gambar 1.5 Invasi Endometrium


2.2 Implantasi
2.2.1 Pengertian Implantasi
Implantasi adalah tertanamnya blastokista dalam endometrium (Speroff,
2011), yang dimulai dengan adanya kontak antara sel trofoblast dengan
endometrium (Sherwood, 2013).
Implantasi terjadi 1 minggu setelah fertilisasi (Sherwood,2013) atau 5-7
hari pasca fertilisasi (Speroff, 2011). Tempat terjadinya implantasi di bagian
superior dari dinding anterior (1/3 bagian kasus) atau posterior uterus (2/3 bagian
kasus) (Speroff, 2011).
Pada saat implantasi, Endometrium pada fase sekresi (endometrium
menebal, kaya akan glikogen, lipid, pembuluh darah dan kaya vaskularisasi) di
bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan

7
telah terbentuk pinopoda (Permukaan epitel endometrium yang telah kehilangan
mikrovili sehingga membentuk tonjolan yang halus) (Speroff, 2011) .
2.2.2 Tahapan Implantasi
1. Aposisi

Gambar 1.6 Aposisi

Bersentuhnya sel tofroblas blastokista dengan sel epitelial luminal


endometrium. Diawali oleh pecahnya zona pelusida oleh enzim proteolitik (yang
dihasilkan oleh sel trofoblas atau sekresi uterus) sehingga sel trofoblas langsung
dapat berhadapan dengan epitel endometrium (Speroff, 2011).
2. Adhesi

Gambar 1.7 Adhesi

8
Proses perlekatan yang melibatkan adanya molekul adhesi, yaitu integrin dan
selektins. Selektin di sel – sel trofoblast dan epitelium endometrium menginisiasi adanya
perlekatan antara blastokista dan uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat
yang terlibat dalam interaksi anatar leukosit dan sel endotel. Setelah penangkapan oleh
selektin, kemudian invasion oleh trofoblast melibatkan Integrin. Integrin melibatkan
trofoblas dan molekul matriks ekstraseluler (laminin dan fibronektin). Laminin untuk
meningkatkan keterikatan dan fibronektin untuk menstimulasi migrasi dan invasi
blasokista (Sadler, 2015).
3. Invasi

Gambar 1.8 Invasi


Invasi merupakan suatu proses yang kompleks, mulai dari kontaknya
dengan epitelal endometrium, destruksi jaringan ikat dan sampai invasi pembuluh
darah, terbentuknya sirkulasi retroplasenter, serta tertanamnya hasil konsepsi
secara keseluruhan. Pembentukan plasenta terjadi pada minggu kedua setelah
ovulasi dan berakhir pada minggu ke-16 kehamilan. Pembentukannya didasari
mulai dari blastokista yang terbagi menjadi inner mass sel dan trofektoderm yang
akan tumbuh dan berkembang menjadi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas
(Manuaba, 2010).
Sekitar 6-7 hari fertilisasi, trofoblast mulai menginvasi endometrium,
mencetus reaksi desidua dan proses membentuk plasenta dari jaringan embrionik
dan maternal. Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di

9
dalam stroma endometrium. Trofoblast membelah menjadi 2 bagian yaitu
sitotrofoblas di bagian dalam (membentuk vili korionik) dan sinsitiotrofoblas
dibagian luar (mengikis pembuluh darah endometrium ibu). Trofoblast
mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan
permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel decidua (Prawiroharjo,
2010). Sel – sel dari Inner cell mass berdeferensiasi menjadi lapisan epiblas
(membentuk rongga amnion) dan hipoblas (membentuk membran ekstra
embrionik yaitu amnion, yolk sac, korion dan alantois) (Webster, 2012).

Gambar 1.9 Deferensiasi trofoblas dan inner cell mass


Sel sel dari masing – masing lapisan mudigah membentuk sebuah cakram
datar dan keduanya dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang

10
sama terdapat rongga kecil muncul didalam epiblast, rongga ini membesar
menjadi rongga amnion (Sadler, 2015).
Pada hari ke 9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan
luka bekas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa
ini terlihat proses lakunaris, dimana vakuola – vakuola sinsitium trofoblast
menyatu membentuk lakuna – lakuna yang besar. Sementara pada kutub
embrional, sel – sel gepeng bersama dengan hipoblast membentuk lapisan
eksoselom (kantung kuning telur primitif) (Sadler, 2015).
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam
stroma endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akan
membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast
menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-
pembuluh kapiler ibu. Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar dan
dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan dengan
sinusoid, dan darah ibu mulai mengalir melalui system trofoblast, sehingga
terjadilah sirkulasi utero-plasenta (Sadler, 2015).
Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam
sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari
kantong kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan penyambung yang
disebut mesoderm ekstraembrional; di mana pada akhirnya akan mengisi semua
ruang antara trofoblastt di sebelah luar dan amnion beserta selaput eksoselom di
sebelah dalam (Sadler, 2015).
Segera setelah terbentuk rongga – rongga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga – rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah
rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion
terbentuk dari sel – sel fibroblast mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan
yang melapisi trofoblast sebelah dalam (Prawiroharjo, 2010). Ronga ini
mengelilingi kantung kuning telur primitive dang rongga amnion kecuali pada
tempat cakram mudigah berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai
penghubung (Sadler, 2015).

11
Sementara implantasi berlangsung, sel-sel endometrium uterus mengalami
perubahan struktur dan fungsi, menjadi lebih besar, banyak mengandung glikogen
dan lipid. Sel-sel stroma endometrium berubah menjadi sel-sel desidua. Dapat
dibedakan 3 daerah desidua, yaitu:
1. Desidua basalis: yaitu desidua yang secara langsung ditanami embrio
(tempat tertanamnya embrio)
2. Desidua kapsularis: yaitu desidua yang menlingkupi embrio dan turut
meregang sesuai dengan membesarnya embrio
3. Desidua parietalis: yaitu desidua yang letaknya berseberangan dengan
tempat tertanamnya embrio (Majumdar, 1983).

Gambar 1.10 Keadaan uterus manusia selama kehamilan. A. 3,5 minggu setelah
fertilisasi, B. 5 minggu setelah fertilisasi. C. 8 minggu setelah fertilisasi.

Desidua berarti mengelupas. Ketika bayi dilahirkan, ketiga macam desidua


akan mengelupas dan dikeluarkan bersama plasenta. Sejalan dengan makin
membesarnya embrio, amnion mendesak desidua kapsularis, sehingga desidua ini
akan bertemu dengan desidua parietalis dan lumen uterus menjadi sempit
(Majumdar, 1983).

12
BAB III
PEMBAHASAN
Dengan terjadinya ovulasi, oosit sekunder masuk ke tuba uteri tetapi
folikel tetap berada didalam ovarium. Fertilisasi terjadi sekitar 12-24 jam setelah
ovulasi dimana oosit bertemu dengan sperma kemudian oosit melanjutkan
pembelahan meiosis II membentuk ootid. Pada tahap ini, folikel berukuran besar
dan memiliki fungsi yang signifikan di ovarium. Folikel ini kemudian menjadi
corpus luteum. Sebagai respon terhadap LH, corpus luteum menghasilkan
progesteron, estrogen dan hormon lain yang menyebabkan endometrium menebal,
mengembangkan vaskularisasinya membentuk kelenjar, serta mempersiapkan
terjadinya implantasi (Webster, 2012).
Jika fertilisasi tidak terjadi, maka corpus luteum mengalami degenarasi
sekitar 14 hari kemudian dan menjadi sisa jaringan parut yang disebut dengan
corpus albican. Produksi hormon berhenti dan menstruasi dimulai saat
endometrium yang menebal luruh (Webster, 2012).
Setelah 24 jam setelah fertilisasi, zigot mencapai tingkat dua sel, ia
menjalani serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya
jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk
seperti gumpalan yang padat. Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel
embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula (Webster,
2012).
Morula adalah pembelahan sel yang membentuk massa bola padat 16 - 32
blastomer, dimana morula membentuk inner cell mass (membentuk jaringan
embrio) dan dikelilingi oleh outer cell mass (membentuk trofoblas dan
berkontribusi membentuk plasenta) (Sherwood, 2013).
Pada saat morula masuk ke rongga uterus, sel trofoblas menarik cairan
luminal dari rongga uterus ke dalam inti morula. Rongga yang dipenuhi cairan
disebut blastokel. Sel dari inner cell mass terdorong ke salah satu ujung rongga
yang disebut kutub embrionik. Akibat dari penembusan cairan tersebut, maka
tebentuklah bola berongga berisi cairan dengan massa sel padat yang
dikelompokkan di satu sisi yang disebut blastokista (Sadler, 2015).

13
Pembentukan kembar dapat terjadi dengan berbagai cara. Dua blastokista
yang terpisah dapat terbentuk dari fertilisasi dua sperma dan dua ovum yang
berbeda yang dilepaskan dari satu ovarium secara bersamaan. Kembar ini tidak
akan menjadi kembar identik dan akan memiliki plasenta terpisah (dikorionik),
kaantong amnion terpisah (diamniotik), dan bahkan jenis kelamin berbeda.
Kembar ini merupakan kembar dizigotik (kembar fraternal atau non identik)
(Webster, 2012).
Zigot dapat terpisah pada saat pembelahan, atau setelahnya, saat massa sel
dalam terbentuk, atau setelah itu, saat embrio menjadi lebih rumit dan membentuk
diskus embrionik bilaminar. Jika zigot terpisah saat pembelahan, masing – masing
blastokista akan berimplantasi secara terpisah. Jika zigot terpisah pada tahap lebih
lanjut, dua embrio dapat berbafi korion, amnion, atau plasenta yang sama
(Webster, 2012).
Jika zigot tunggal terpisah, maka kembar identik akan terbentuk. Kembar
ini berasal dari ovum dan spermatozoa yang sama, sehingga akan identik secara
genetik. Kembar ini merupakan kembar monozigotik (kembar identik). Peristiwa
ini lebih jarang. Biasanya kembar monozigotik berbagi satu plasenta
(monokorionik), tetapi memiliki kantong amnion terpisah (diamonik). Peristiwa
ini terjadi akibat pembelahan blastokista 4 – 8 hari setelah fertilisasi. Beberapa
kembar monozigotik berbagi amnion (monoamniotik), dan hal ini terjadi jika
pembelahan zigot terjadi lebih dari 9 hari setelah fertilisasi. Semakin banyak
jaringan yang digunakan bersama – sama, maka akan semakin besar pula
risikonya terhadap embrio. Oleh karena itu, kembar dizigotik memiliki resiko
mortalitas paling rendah. Kembar siam terjadi jika zigot terpisah secara lengkap
pada 12 hari setelah fertilisasi (Webster, 2012).
Kelainan blastokista sering terjadi dan tidak dapat bertahan hidup dan
tidak dapat berimplantasi kedalam uterus dan tidak menunjukkan tanda – tanda
kehamilan. Selain itu kembar memiliki kecenderungan untuk lahir prematur, berat
badan lahir rendah dan komplikasi lainnya (Webster, 2012).
Fertilisasi dapat dilakukan secara invitro dimana diberikan obat untuk
memacu ovulasi. Clomid merupakan obat yang menghambat reseptor estrogen,

14
sehingga tubuh mengetahui kadar estrogen rendah sehingga lebih banyak kadar
FSH yang dilepaskan serta lebih banyak folikel matur pada ovarium dilepaskan
dan difertilisasi (Webster, 2012).
Implantasi adalah tertanamnya blastokista dalam endometrium (Speroff,
2011), yang dimulai dengan adanya kontak antara sel trofoblast dengan
endometrium (Sherwood, 2013).
Implantasi dapat dipengaruhi secara negatif oleh sejumlah faktor pada saat
beberapa tahap prosesnya. Imunosupresan sitokin diproduksi selama implantasi
untuk mencegah reaksi imun dan sejumlah penyakit autoimun (lupus eritematosus
sistemik dan sindrom antifosolipid) sehingga tubuh ibu dapat menyerang embrio
saat implantasi dan bisa menyebabkan keguguran (Webster, 2012).
Jika implantasi terjadi di corpus luteum internum servik maka plasenta
dapat berkembang berbahaya (plasenta previa) yang dapat mengakibatkan
perdarahan berat saat kehamilan dan persalinan. Dan jika implantasi terjadi di luar
uterus maka bisa menyebabkan kehamilan ektopik dan bisa menimbulkan
perdarahan (Webster, 2012).
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan sebagai kontrasepsi
dengan tujuan mencegah terjadinya implantasi blastokista dengan mengiritasi
endometrium. AKDR yang mengandung obat juga merangsang progesteron
sehingga menghambat pelepasan FSH dan LH dan mencegah ovulasi (Webster,
2012).

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses terjadinya implantasi diawali dengan ovulasi setelah itu terjadilah
fertilisasi dan terbentuk zigot. Zigot masih bebas dalam rongga uteri selama tiga
hingga empat hari sambil melanjutkan pembelahan dan membentuk morula
berkembang menjadi blastokis. Blastokis akan terapung dengan satu bagian
menempel pada dinding uterus dalam satu sampai dua hari, sementara itu tetap
membelah dan berkembang serta mendapat makanan dari cairan yang disekresi
oleh kalenjar – kalenjar endometrium. Sekarang blastokis siap untuk merobek
zona pellucida untuk menembus sebagian dari dinding uterus dan proses
implantasi di mulai (Sherwood, 2010).
Implantasi adalah tertanamnya blastokista dalam endometrium (Speroff,
2011), yang dimulai dengan adanya kontak antara sel trofoblast dengan
endometrium (Sherwood, 2013). Tempat terjadinya implantasi di bagian superior
dari dinding anterior (1/3 bagian kasus) atau posterior uterus (2/3 bagian kasus) .
Sementara implantasi berlangsung, sel-sel endometrium uterus mengalami
perubahan struktur dan fungsi, menjadi lebih besar, banyak mengandung glikogen
dan lipid. Sel-sel stroma endometrium berubah menjadi sel-sel desidua. (Speroff,
2011).
4.2 Saran
Proses perjalanan zigot dan implantasi merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui, oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk
meningkatkan pemahaman mengenai proses perjalanan zigot dan proses
terjadinya implantasi, dimana peristiwa tersebut merupakan awal mula terjadinya
kehamilan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Majumdar, N. N. 1983. Textbook of Vertebrates Embryology Ed 5. NewDelhi:
Tata McGraw Hill.
Manuaba, I.B.G, dkk. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Sherwood L. 2013. Human Physiology : from cell to systems, 8th edition.
Brooks/cole, Cengage Learning.
Speroff, Leon, Marc. 2011. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility,
8th edition. USA : Lippincott Williams & Walkins Philadelpia.
Sadler, T.W. 2015. Langman’s Medical Embryology, 13th edition. USA : Wolters
Kluwer Health.
Webster, Samuel. 2012. Embryology at a glance. England : Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data.

17

Anda mungkin juga menyukai