Anda di halaman 1dari 12

ASTROSITOMA

Staff Medis ~ 16 Februari 2015 | Tidak ada Komentar

PENDAHULUAN

Otak merupakan organ tubuh paling kompleks dan merupakan struktur pusat pengaturan
keseluruhan tubuh. Peranan sentral dan adanya gangguan fungsional yang terjadi akan
mencerminkan beratnya akibat yang ditimbulkan oleh tumor otak. Tumor yang
melibatkan SSP termasuk neoplasma yang paling merusak, diperkirakan bertanggung
jawab sekitar 2,5% dari semua lesi massa, yang menyebabkan sekitar 3,9 – 4,4 kematian
per 100.000 populasi per tahun di Amerika Serikat. Kematian akibat tumor otak ini
besarnya 2% dari seluruh kematian akibat tumor, dan insiden tumor otak besarnya 7 per
100.000 penduduk per tahun.(1,2,3)

Tumor otak merupakan suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal didalam otak, yang
terbagi atas tumor otak benigna yang bersifat tidak ganas dan tumor otak maligna yang
merupakan keganasan yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan
disebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya
melalui aliran darah. Jenis tumor otak sangat beraneka ragam dari yang jinak sampai
ganas. Salah satu tumor yang mempunyai frekuensi terbesar dari semua jenis tumor di
otak adalah glioma. Insiden dari glioma besarnya 5 per 100.000 penduduk. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), terdapat tiga jenis glioma
yang dapat dibedakan dari pemeriksaan histopatologis, yaitu : astrositoma,
oligendroglioma, dan mixed oligoastrositoma. (1,2,3)

Astrositoma merupakan jenis tumor otak yang mempunyai batasan yang jelas, berwarna
abu-abu putih,tumbuh infiltrat meluas dan merusak jaringan otak dibawahnya. WHO
membagi diagnosis derajat astrositoma menjadi 4 bagian, yaitu : (4)

Bingung mencari cream pemutih wajah yang komposisinya paling lengkap, aman dan
nyaman digunakan serta terdaftar resmi di Badan POM? Klik di sini untuk
mendapatkan jawabannya!

1. Derajat I : Juvenila Pilocytic Astrocytoma (JPA)


2. Derajat II : Low-grade Astrocytoma
3. Derajat III : Analplastic Astrocytoma
4. Derajat IV : Glioblastoma Multiforme (GBM)

EPIDEMIOLOGI
Astrositoma derajat I dan II disebut sebagai astrositoma derajat rendah (ADR), dan
astrositoma derajat III dan IV disebut sebagai astrositoma derajat tinggi (ADT). Di
Indonesia, astrositoma merupakan keganasan otak tersering kedua setelah meningioma,
selama periode 2003-2010, Departemen RSCM mendapatkan 60 kasus astrositoma
dengan 30 kasus merupakan astrositoma derajat rendah (ADR) dan 19 kasus merupakan
astrositoma derajat tinggi (ADT), sedangkan sisanya merupakan tipe campuran. Untuk
Astrositoma derajat rendah (ADR), dilaporkan pria lebih sedikit mendominasi yaitu
rasio pria dan wanita adalah 1,18 : 1. Pria juga mendominasi perkembangan astrositoma
anaplastik dengan rasio pria dan wanita 1,87. (1,5,6)

Kebanyakan kasus astrositoma pilositik timbul pada 2 dekade awal kehidupan. Tetapi
pada astrositoma derajat rendah, 25% kasus berlaku pada orang dewasa pada usia 30-40
tahun, 10% astrositoma derajat rendah terjadi pada orang berumur kurang dari 20
tahun, 60% astrositoma derajat rendah terjadi pada usia 20-45 tahun dan 30% pada
astrositoma derajat rendah terjadi pada usia > 45 tahun. Lokasi yang paling sering pada
fronto-temporo-parietal terletak pada cerebrum, dengan predominan pada lobus rontalis
(64%) yang diikuti lobus temporalis (29%).(1,5,6)

ETIOLOGI

Sejumlah penelitian epidemiologi belum berhasil menentukan faktor penyebab


terjadinya tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar- X. Anak-anak dengan
leukemia limfositik akut yang menerima radioterapi profilaksis pada susunan saraf pusat
akan meningkatkan resiko untuk menderita astrositoma, bahkan glioblastoma. Tumor
ini juga dihubungkan dengan makanan yang banyak mengandung senyawa nitroso
(seperti nitosurea, nitrosamine, dan lain-lain). Saat ini penelitian yang menghubungkan
tumor jenis ini dengan kerentanan genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini
sering dihubungkan dengan berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi
Germline p53, Turcot Syndrome, dan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1). (1)

PATOFISIOLOGI

Astrositoma adalah kelompok tumor SSP primer yang tersering. Astrositoma adalah
sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari lesi berbatas tegas tumbuh lambat
seperti astrositoma pilositik hingga neoplasma infiltratif, yang sangat ganas seperti
glioblastoma multiform. Astrositoma fibriler (difus) mempunyai pertumbuhan yang
infiltratif. Meskipun paling sering ditemukan pada orang dewasa, tumor ini dapat timbul
pada semua usia. Tumor tipe ini paling sering ditemukan pada hemisferium serebri
meskipun dapat ditemukan dimana saja pada SSP. Astrositoma pilositik lebih sering
terjadi pada anak meskipun dapat timbul pada semua usia. Tempat yang paling sering
terkena adalah serebelum, ventrikel ketiga, dan saraf optikus, tetapi seperti pada kasus
astrositoma fibrilar (difus), semua bagian SSP dapat terkena.(1)

Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai
ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak hanya sedikit
sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak bersifat ganas
walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma, suatu
astrositoma yang sangat ganas. Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh
karena itu, penderita sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan
bertahun-tahun sampai timbul gejala.(7)

Astrositoma merupakan tumor yang berpotensi tumbuh menjadi invasif, progresif, dan
menimbulkan berbagai gejala klinik. Tumor ini akan menyebabkan penekanan pada
jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi pada parenkim otak. Fungsi parenkim
akan terganggu karena hipoksia arterial dan vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi,
pelepasan produk metabolisme, serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang
sebagai akibat lanjut dari hal diatas. Efek massa yang ditimbulkan, dapat menimbulkan
gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan sensorik,
parese/kelemahan nervus kranialis atau bahkan kejang.(8)

Astrositoma derajat rendah yang merupakan grade II klasifikasi WHO, akan tumbuh
lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor doubling time untuk
astrositoma tingkat rendah kira-kira lebih lambat dari astrositoma anaplastik (grade III
astrocytoma). Sering dibutuhkan beberapa tahun sejak munculnya gejala hingga
diagnosa astrositoma derajat rendah ditegakkan kira-kira sekitar 3,5 tahun.(8)

GEJALA KLINIK

Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World Health
Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade: (9)

1. Astrositoma Pilositik (Grade I)

Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.(9)

1. Astrositoma Difusa (Grade II)

Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke


tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.(9)

1. Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.(9)

1. Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini
merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.(9)
Kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali dijumpai, walaupun secara
retrospektif dapat dijumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan
berbicara, perubahan sensibilitas, dan gangguan penglihatan. Pada tumor low grade
astrositoma kejang-kejangdijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar
30%. Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang
lebih jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intracranial sebagai
akibat dari pertumbuhan tumor yang dapat menimbulkan edema vasogenik. Pasien
mengalami keluhan-keluhan sakit kepala yang progresif, mual, muntah-muntah,
mengantuk, dan gangguan penglihatan. Akibat peninggian tekanan intrakranial
menimbulkan hidrosefalus. Semakin bertumbuhnya tumor gejala-gejala yang ditemukan
sangat bergantung dari lokasi tumor. Tumor supratentorial dapat menyebabkan
gangguan motorik dan sensitivitas, hemianopsia, afasia, atau kombinasi gejala-gejala.
Sedangkan tumor fossa posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala-gejala
kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler dan gangguan kognitif.(8)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Computed Tomography Scan (CT- Scan)


2. 1. Astrositoma Tingkat Rendah

Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang ireguler dan tepinya
bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat atau oval dengan tepi yang tegas yang
dapat disertai dengan kista. Adanya tumor kistik akan lebih nyata bila ditemukan fluid
level di dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya. Kalsifikasi
tampak pada 81% dan efek masa tampak pada 50%. Enhancement terlihat pada 50%,
biasanya merata dan tidak tajam.(9)

1. 2. Astrositoma Anaplastik

CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas campuran yang heterogen.
Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa gambaran lesi yang
homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.(9)

1. Glioblastoma multiforme

Tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa hipodens, sebagian hiperdens
dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi sehingga
memberikan gambaran seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.(8)

1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pada MRI penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan pada
kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat
dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai
kontrol pasca penatalaksanaan. Dengan CT Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai
daerah dengan peningkatan densitas dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan
dari bahan kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada
dinding ventrikel lateralis di sisi tumor dapat terlihat.(9)
1. Gambaran Histopatologi

Terdapat empat variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain,
astrositoma protoplasmik,umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-sel yang
banyak mengandung sitoplasma. Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang
menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya, astrositoma gemistositik, sering ditemukan pada
hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar dengan sitoplasma
eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari glioma hemisfer,
astrositoma fibrilar, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan dan berasal dari
massa putih serebral dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil.
Tumor ini ditandai dengan jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar belakang
yang fibriler. Untuk melihat gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary
acidic protein (GFAP) dan campuran.(9)

PENATALAKSANAAN

1. 1. Konservatif

Biasanya, astrositoma anaplastik ditangani dengan operasi, radioterapi, dan


temozolomide adjuvan. Beberapa praktisi menambahkan temozolomide secara
bersamaan, meskipun tidak ada data dari percobaan terkontrol yang ada untuk
mendukung temozolomide bersamaan.(10,11)

Astrositoma anaplastik biasanya lebih responsif terhadap kemoterapi dibandingkan


glioblastoma. Untuk astrositoma anaplastik berulang yang sebelumnya diobati dengan
nitrosoureas, temozolomide menunjukkan tingkat respons 35% dan dibandingkan
dengan terapi dengan tingkat respon yang lebih rendah, temozolomide memberikan
peningkatan harapan hidup 6-bulan ( 31% – 46%).(10)

Pasien dengan astrositoma dan riwayat kejang harus menerima terapi antikonvulsan
dengan monitoring konsentrasi obat dalam aliran darah. Penggunaan antikonvulsan
profilaksis pada pasien astrositoma tanpa riwayat kejang telah dilaporkan tetapi masih
kontroversial. (10)

Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, dapat mempercepat pengurangan


efek massa tumor pada kebanyakan pasien sekunder. Profilaksis untuk ulkus
gastrointestinal pemberian resep harus bersamaan dengan kortikosteroid. (10)

Simak

Baca secara fonetik


v Antikonvulsan
Agen ini mencegah terulangnya kejang dan mengakhiri aktivitas kejang klinis.(10)

 Levetiracetam (Keppra)

Digunakan sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial dan kejang mioklonik. Juga
diindikasikan untuk primer umum tonik-klonik. Mekanisme tindakan tidak diketahui.

 Phenytoin (Dilantoin)

Efektif dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran natrium dan mencegah
penghambatan aksi potensial repetitif.

 Carbamazepine (Tegretol)

Mirip dengan fenitoin. Efektif dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran
natrium dan mencegah penghambatan aksi potensial repetitif.

v Kortikosteroid

Obat ini mengurangi edema sekitar tumor, sering mengarah pada perbaikan gejala dan
obyektif.

 Deksametason (Decadron, AK-Dex, Alba-Dex, Dexone, Baldex)

Tindakan mekanisme postulasi pada tumor otak termasuk penurunan permeabilitas


pembuluh darah, efek sitotoksik pada tumor, penghambatan pembentukan tumor, dan
penurunan produksi CSF.

v Antineoplastik Agen, Agen alkilasi

Agen ini menghambat pertumbuhan sel dan proliferasi.

 Temozolomide (Temodar)

Alkilasi agen oral dikonversi ke MTIC pada pH fisiologis; 100% tersedia secara herbal,
sekitar 35% melintasi sawar darah otak.
1. 2. Operatif

Peran dari operasi pada pasien dengan astrositoma adalah untuk mengangkat tumor dan
untuk menyediakan jaringan untuk diagnosis histologis, memungkinkan menyesuaikan
terapi adjuvan dan prognosis.(10)

Teknik biopsi adalah cara aman dan metode sederhana untuk menetapkan diagnosis
jaringan. Penggunaan biopsi dapat dibatasi oleh sampel gagal dan risiko biopsi oleh
perdarahan intraserebral. Pengalihan CSF dengan drainase ventrikel eksternal (EVD)
atau shunt ventriculoperitoneal (VPS) mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan
intrakranial sebagai bagian dari manajemen non-operative atau sebelum terapi bedah
definitif jika desertai dengan hidrosefalus. (10)

Reseksi total astrositoma sering tidak mungkin karena tumor sering menyerang ke
wilayah fasih otak dan menunjukkan infiltrasi tumor yang hanya terdeteksi pada skala
mikroskopis. Oleh karena itu, reseksi bedah hanya menyediakan manfaat kelangsungan
hidup yang lebih baik dan diagnosis histologis tumor daripada menawarkan
penyembuhan. Namun, kraniotomi untuk reseksi tumor dapat dilakukan dengan aman
dan umumnya dilakukan dengan maksud untuk menyebabkan cedera neurologis paling
mungkin untuk pasien. Reseksi total ( > 98% berdasarkan volumetrik MRI ) ditujukan
untuk meningkatkan harapan hidup rata-rata dibandingkan dengan reseksi subtotal ( 8,8
– 13 bulan). (10)

KOMPLIKASI

Meskipun cedera neurologis (berpotensi merugikan) dan kemungkinan kematian tetap


ada, tindakan bedah untuk astrositoma tetap harus dipertimbangkan untuk mengurangi
massa tumor dan untuk menghindari cedera saraf permanen. Defisit neurologis
sementara karena peradanganan lokal atau luka mungkin terjadi, tetapi sering membaik
setelah fisioterapi dan rehabilitasi. (10)

PROGNOSIS

Harapan hidup setelah tindakan operatif dan radioterapi dapat menguntungkan bagi
astrositoma grade rendah. Bagi pasien yang menjalani operasi, prognosis tergantung
pada perkembangan neoplasma, apakah berkembang menjadi lesi yang lebih ganas atau
tidak. Untuk lesi grade rendah, waktu harapan hidup setelah tindakan bedah dirata-
ratakan mncapai 6-8 tahun. (10)

Dalam kasus astrositoma anaplastik, perbaikan keadaan umum atau stabilisasi dapat
ditentukan setelah reseksi bedah dan radioerapi, dan rata-rata 60 – 80% pasien dapat
melanjutkan hidupnya dengan optimal. Faktor-faktor seperti semangat hidup, status
fungsional, tingkat pembedahan, dan radioterapi yang memadai juga mempengaruhi
harapan hidup pasca operasi. (10)
Laporan terakhir menunjukkan bahwa radioterapi tumor yang direseksi tidak sempurna
meningkatkan 5 tahun harapan hidup pasca operasi 0-25% untuk tingkat rendah
astrocytomas dan 2-16% untuk astrositomas anaplastik. Selanjutnya tingkat harapan
hidup rata-rata pasien dengan astrositoma anaplastik yang menjalani reseksi dan
radioterapi telah dilaporkan dua kali lipat lebih baik dari pasien yang hanya menerima
terapi operatif tanpa radioterapi (2,2 – 5 tahun). (10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Japardi Iskandar. Astrositoma : insidens dan pengobataan. Jurnal Kedokteran


Trisakti. No.3/Vol.22/September-desember 2003 : 110-5.
2. Sabiston C,David. 1994. Buku Ajar Bedah, ed.2. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : 504.
3. Adam and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in
Manual of Neurology. ed.7. McGraw Hill, New York, 2002 : 258-263.
4. Capodano AM. Nervous system : Astrocytic tumors. Atlas Genet Cytogenet
Oncol Haematol. November 2000. Availaible from
http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/AstrocytID5007.html . di akses tanggal
17 agustus 2011.
5. Anonym. Astrositoma. Available from http://e-infomu.com/berita-129-
astrositoma.html. di akses tanggal 17 agustus 2011.
6. M.L. Grunnet M.D. Cerebellar Astrocytoma. Synopsis. Available from
http://esynopsis.uchc.edu/eatlas/cns/1764.htm di akses tanggal 17 agustus 2011.
7. Robins, Kumar, Cotran. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002 h. 928-30.
8. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005 h. 1184.
9. Taufik Maulana. Kumpulan Makalah Kedokteran. Astrositoma. [online].
Available from
URL:http://kumpulanmakalahkedokteran.blogspot.com/2010/04/astrositoma_16.
html

10. Kennedy Benjamin. Astrocytoma. [online] 2011. Available from URL:


http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview

11. Fauci A BE, Kesper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrison’s


Manual of Medicine. New York.2009. Mc Graw Hill. p 1031-5

Jangan Lewatkan:

 SOLUSIO PLASNTA
31 Mei 2015

 OBAT ANTIPSIKOTIK

30 Agu 2012

 Referat STRES DAN HIPERTENSI

25 Mar 2015

 REFARAT EKTIMA

31 Des 2014

Field Code Changed

 Kelainan Pembuluh Darah

29 Mei 2015

 Diagnosis dan Manifestasi Klinis

29 Apr 2015

 DEPRESI POSTPARTUM

19 Mei 2015

 FARMAKOTERAPI PADA GANGGUAN KECEMASAN

13 Jun 2015

 Hipospadia

16 Apr 2015
 Magnetic Resonance Imaging

28 Mei 2015

Berikan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Nama:*

Alamat Email:*

Website:

Comment:*

Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel.

Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel.

 

  Artikel Populer
 Artikel Terbaru

RABIES

10 Januari 2015 • No Comment

Gangguan Tumbuh Kembang Bayi

26 Mei 2015 • No Comment

EPILEPSI (GEJALA, MEKANISME,TERAPI)

21 Mei 2015 • No Comment

CARA PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)

23 Mei 2015 • No Comment

ALZHEIMER PENYAKIT LUPA

5 Januari 2015 • No Comment


 

 Topik Diskusi Kedokteran

 obat trihek
 definisi koligenerik
 intokdikasi
 vetal de stress
 dasar kedokteran tentang vaksin


Copyright © 2015 ArtikelKedokteran.com.
Cabbare Network ~ 6

 Forum
 Privasi
 Sitemap
 Arsip

Anda mungkin juga menyukai