PENDAHULUAN
1
timbul sikap menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut sebagai
berikut:
1. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat
sebagai ilmu pengetahuan yang sekuler. Karena itu ilmu tersebut harus ditolak.
2. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahw ailmu pengetahuan Barat sebagai ilmu yang
bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima apa adanya tanpa disertai rasa
curiga dan sebagainya.
3. Sikap yang diadasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat
sebagai ilmu yang bersifat sekuler dan materialisme. Namun diterima oleh ummat
Islam dengan terlebih dahulu dilakukan proses Islamisasi.
Islamisasi ilmu pengetahuan telah menjadi tema dan term popular di kalangan intelektual
Islam, di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hal tersebut tidak lepas dari kesadaran
ber-Islam di tengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di Ameriaka istilah ini telah menjadi simbol dari sebuah keinginan besar
untuk member warna Islam pada berbagai disiplin ilmu. Dengan sebuah konsep bahwa
ummat Islam akan maju dan dapat menyusul Barat mana kala mampu mentransformasiakan
ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu atau memahami wahyu dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang memunculkan untuk mempertemukan kelebihan-kelebihan di antara
keduanya, sehingga lahir keilmuan baru yang modern tetapi tetap bersifat relegius dan
bernafaskan tauhid, gagasan ini kemudian dikenal dengan istilah Islamisasi Ilmu
Pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana telaah Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi Islamisasi Ilmu
Pengetahuan?
3. Bagaimana tantangan ilmu-ilmu keIslaman di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
modern ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ummat Islam dari agamanya sendiri dan dari sejarah kegemilangan yang seharusnya
dijadikan kebanggaan tersendiri atas agama Islam. Oleh sebab itu ia memberikan solusi, yaitu
perlunya perbaikan system pendidikan yang memadukan antara ilmu-ilmu umum dan agama
sebagai langkah membentuk peradaban Islam yang sempurna.
Pada akhir abad 20-an, konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat kritikan dari
kalangan pemikir Muslim sendiri, seperti Fazlul Rahman, Muhsin Muhdi, Abdus Salam
Soroush, Bassam Taibi dan lainnya. Fazlul Rahman misalnya mengemukakan bahwa ilmu
pengetahuan tidak dapat di Islamkan karena tidak ada yang salah dalam ilmu pengetahuan.
Walaupun dalam perkembangannya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dikritik, tetapi gagasan
Islamisasi ini merupakan suatu revolusi epistemologis yang merupakan jawaban terhadap
krisis epistemology yangh bukan hanya melanda dunia Islam tapi juga budaya dan peradaban
Barat Sekuler.
4
adanya hukum alam tersebut sama dengan kaum sekuler tetapi dalam pandangan Islam
hukum tersebut adalah ciptaan Allah.
ِهِماَعَط ىَ ِلإ ُناَسْنِْْلا ِرُظْنَيْلَف
Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Dengan perintah yang sangat singkat ini, manusia dapat menentukan objek ilmu
untuk dipelajari yang tiada akhirnya. Dalam konteks ini untuk memahami nilai-nilai
kewahyuan, ummat Islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Karena realitasnya
saat ini, ilmu pengetahuanlah yang amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan
ummat manusia. Dengan demikian dapat dipahami untuk mengulang kembali kesuksesan
yang pernah diraih di masa silam, Islamisasi Ilmu Pengetahuan harus tetap digalakkan.
2. Telaah Epistemologis
Epistemologi adalah ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana
cara memperolehnya. Sehingga dapat dipahami bahwa epistemology mempersoalkan
metodologi penerapan ilmu pengetahuan, dalam hal ini proses Islamisasi Ilmu
Pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan kitab yang sangat sempurna dalam menjelaskan metode
pengembangan ilmu. Misalnya perlu mengingat dan menghafal tersirat dalam QS al-
Baqarah (2) : 31
َ ض ُه أم َعلَى أال َم ََلئكَة فَقَا َل أ َ أنبئُوني بأ َ أس َماء هَؤُ ََلء إ أن ُك أنت ُ أم
َصادقين َ َو َعلَّ َم آدَ َم أاْل َ أس َما َء ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر
Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar.
5
observasi dan meniru kerja ciptaan-Nya merupakan yang lazim misalnya meniru konsep
fungsi sayap dan ekor dalam pesawat terbang. Selain observasi yang merupakan landasan
pengkajian ilmu pengetahuan semata juga dibutuhkan kemampuan imajinasi, analisa dan
sintesa terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang susah untuk dijawab
melalui observasi laboratorium.
( ْتَقِلُخ َفْيَك ِلِبِْْلا ىَ ِلإ َنوُرُظْ َني ََلَ َفأ17) ( ْتَعِفُر َفْي َك ِءاَم َّسلا ىَلِإَو18) صن َفْي َك ِلاَبِجْلا ىَلِإَو
ُ ِ ( ْتَب19) َفْي َك ِض ْ َرْْلا ىَلِإَو
ْتَحِطُس
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?.
Untuk menjawab pertanyaan di atas tidak bisa dengan observasi atau eksperimen
saja, melainkan diperlukan hipotesa yang membutuhkan proses berfikir dan berimajinasi
yang intens. Dalam al-Qur’an disampaikan bahwa masih ada proses pengembangan ilmu
dan teknologi yang lebih hakiki yaitu ilham yang diberikan kepada beberapa orang.
Dari keterangan di atas memberikan gambaran kepada ummat Islam untuk
melihat sisi lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam Islamisasi Ilmu Pengetahuan mengalami
proses yang panjang tentang transformasi ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke dunia
Barat dalam hubungan timbal balik, baik itu dalam bentuk kajian, penafsiran maupun
dalam bentuk penerjemahan.
Kondisi tersebut di atas dapat memungkinkan terjadi karena di dalam al-qur’an
sendiri terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang berbagai macam disiplin ilmu,
diantaranya:
a. Yang berhubungan dengan pengetahuan alam terdapat dalam QS Saba’)34( : 10
dan QS al-Hadid (57) : 25.
6
b. Yang berhubungan dengan geografi terdapat dalam QS al-Baqarah (2) : 22 dan
QS ar-Rad (13) :3.
c. Yang berhubungan dengan kesehatan terdapat dalam QS al-Baqarah (2) :184
dan 222, al Mudatsir (74) : 74, al-Maidah (5) : 6, an-Nisa (4) : 43 dan al-A’raf )7(
: 31.
d. Yang berhubungan dengan sejarah terdapat dalam QS Yusuf (12) : 109, al-Ashr
(103) : 2, Maryam (19) : 2-15, al-Maidah (5) : 110-120 dan al-Baqarah (2) : 30-
39.
e. Yang berhubungan dengan matematika terdapat dalam QS al-Isra’ )17( : 12 dan
14 serta al-Muzammil (73) : 20
f. Yang berhubungan dengan ekonomi terdapat dalam QS al-Baqarah (2) : 29, al-
Mulk (67) : 15, an-Naba’ )78( : 9-11 dan ad-Dhuha (93) : 6-8.
3. Telaah Aksiologis
Istilah Islamisasi Ilmu Pengetahuan sering dipandang sekelompok pemikir hanya
sebagai proses penerapan etika Islam dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan kriteria
suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan. Konsekuensi dari epistemology
Islamisasi Ilmu Pengetahuan, maka aksiologinya yaitu mengandung nilai rohaniah atau
7
moral yang bersumber dari agama (Islam) sifatnya adalah absolute dan kebenarannya
bersifat permanen. Hal ini karena bersumber dari Dzat yang absolute (mutlak) yaitu Allah
Swt.
Telaah aksiologi sasarannya adalah manfaat dari hasil kajian yang dijadikan
bahasan materi, dengan artian bahwa aksiologidiartikan nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam hubungannya dengan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, dapat dikatakan bahwa dengan Islamisasi dapat diketahui dengan jelas
kalau Islam bukan hanya mengatur segi-segi ritualitas dalam arti shalat, puasa, zakat dan
haji saja, melainkan sebuah ajaran yang mengintegrasikan segi-segi kehidupan duniawi
termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain beberapa hal di atas, juga muncul para filosof dan cendikiawan muslim
tidak lain oleh karena mereka bukan hanya menguasai ilmu-ilmu Islam saja tetapi juga
menguasai ilmu-ilmu yang datang dari Barat. Dengan ilmu, mereka dapat mempelajari
gejala alam dan menciptakan peralatan untuk mengontrol gejala-gejala alam sesuai
dengan hukumnya.
Beberapa faktor yang menjadi tantangan ilmu- ilmu keIslaman di tengah perkembangan
sains modern, di antaranya:
8
1. Ambivalensi Teknologi.
Teknologi bagaimanapun bentuknya akan selalu bersifat ambivalen, yaitu ada
untung ruginya.yang dalam bahasa Fiqhinya disebut manfaat dan mudharat bagi
manusia dan alam lingkungannya. Dalam lingkungan hidup misalnya dengan muncul
istilah pengikisan lapisan ozon, radiasi nuklir, limbah industry, rekayasa genetika dan
lainnya. Hal ini penting mengingat teknologi pada kenyataannya merupakan alat bagi
manusia, sementara dalam kehidupan manusia memiliki tujuan dan cara pencapaiaan
yang tentunya harus mengandung nilai agama. Oleh karena itu, seorang ilmuan
Muslimharus menyadari ia harus memulai sesuatu, kemanapun ia beranjak, ia harus
melangkah dari tradisi ke-Islaman yang merupakan identitasnya.
2. Di kalangan Islam masih banyak yang menekankan studi pustaka dari pada studi atas
realitas sosio-kultur.
Hal ini mengakibatkan kurang berkembangnya literature-literatur tentang ilmu-
ilmu empiris Islam seperti Sosiologi Islam, Antropologi Islam, Psikologi Islam,
ekonomi Islam dan sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan tokoh ilmuan Muslim di
abad renaisans Islam, di mana hasil karyanya dijadikan sumber rujukan dalam studi
pustaka. Ini dapat dilihat dari karya Ibn Ya’qub an-Nadim yang berisi tentang
ensiklopedia (al-Fihrist), bidang Astronomi oleh Mahani, bidang Zologi oleh ad-
Dinawari dan lain sebagainya.
3. Belum adanya paradigma yang jelas tentang posisi nilai normative, eksistensi dan
struktur keilmuan Islam.
Sebagai misal dalam mensikapi problematika tantangan modernisasi yang
ditandai oleh pesatnya perkembangan industrialisasi, transformasi, canggihnya alat-alat
informasi, dan kuatnya paham rasionalisme yang apabila dihadapkan kepada agama, di
kalangan muslim belum mampu menyelesaikan dengan cara dialektis tetapi masih
bersifat normative. Dan para peneliti Muslim masih kurang siap menghadapi atau
menolak gagasan-gagasan asing, karena tidak adanya persiapan secara memadai untuk
melawan mereka melalui telaah mendalam dan penolakan terhadap promis-promis
palsu. Akibat yang ditimbulkan tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan struktur
keilmuan Islam menjadi tidak jelas. Ada yang datang dari Barat, seperti westernisasi,
9
rasionalisme, sekularisme, gagasan filsafat Barat dan semua yang berbau ke Barat-
Baratan semua ditolak bahkan dikafirkannya.
Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, Ismail Razi al-faruqi melakukan
langkah-langkah berikut:
1. Memadukan system pendidikan Islam, dikotomi pendidikan umum dan islam harus
dihilangkan.
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua
tahap, yaitu mewajibkan bidang studi sejarah Peradaban Islam dan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan.
3. Untuk mengatasi persoalan metodologi, ditempuh langkah-langkah berupa
penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam.
4. Menyusun langkah kerja sebagai berikut:
a. Menguasai disiplin modern.
b. Menguasai warisan khasanah Islam.
c. Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau wilayah
penelitian pengetahuan modern.
d. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan Islam
dengan pengetahuan modern.
e. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunnatullah.1[18]
Sementara al-Attas menguraikan bahwa semua ilmu pengetahuan masa kini,
secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan dan diproyeksikan melalui pandangan dunia,
visi intelektual dan persepsi psikologi dari kebudayaan dan peradaban Barat yang saling
berkaitan. Kelima prinsip itu adalah:
a. Mengandalkan akal semata untuk membimbing manusia mengarungi kehidupan.
b. Mengikuti dengan setia validitas pandangan dualistis mengenai realitas dan
kebenaran.
10
c. Membenarkan aspek temporal untuk memproyeksi sesuatu pandangan dunia
sekuler.
d. Pembelaan terhadap doktrin humanism.
e. Peniruan terhadap drama dan tragedy yang dianggap sebagai realitas universal
dalam kehidupan spiritual, atau transedental atau kehidupan batin manusia.
Kelima hal tersebut di atas, merupakan prinsip-prinsip utama dalam
pengembangan keilmuan Barat, yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan
harus dihindari oleh ummat Islam.
Demikianlah pembahasan tentang Islamiasasi Ilmu pengetahuan serta berbagai
tantangannya, yang pada intinya bertujuan untuk memperoleh kesepakatan baru bagi
ummat Islam dalam berbagai bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak
bertentangan dengan norma-norma Islam. Di samping itu, Islamisasi Ilmu pengetahuan
juga bertujuan untuk meluruskan pandangan hidup modern Barat sekuler yang ingin
memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, terutama dalam masalah keilmuan.
Islamisasi ilomu merupakan mega proyek yang belum usai dan perlu untuk diteruskan
oleh ummat Islam dari generasi-ke generasi untuk menjawab krisis epistimologis yang
melanda dunia saat ini.
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur
Rahman, Cet. VI ; Bandung : Mizan, 1996
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: CRSD Press, 2005.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet; XXVI: Jakarta: PT
Gramedia, 2005
Ibrahim, Marwah Daud, “Etika, Strategi Ilmu dan Teknologi Masa Depan” (ed.)
Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka
mCidesendo,2000.
Ismail, Muhammad Ismail, Tiga Fase Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer,
www. Hidayatullah.com, 06 Desember 2009.
Karim, Ahmad, al-Gazwu al-Fikr, Kairo: al-Azhar, 1414 H.
Kartanegara, Mulyadi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam,
Cet.I;Bandung: Mizan, 2003, Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka
Cidesendo,2000
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. IX; Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Nakosteen, Mehdi, History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-1350
with an Introduction to Medieval Muslim Education, diterjemahkan Joko S. Kahhar dan
Supriyanto Abdullah, Kontribusi Islam atas dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis
abad kemasan Islam , Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996
Raharjo, M. Dawan, Strategi Islamisasi Pengetahuan, (ed.) Moeflich Hasbullah, \
Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka, Cidesendo,2000.
Syaefuddin, AM., Desekularisasi Pemikiran, Bandung: Mizan, 1991.
13