Anda di halaman 1dari 7

KAIDAH DASAR BIOETIK

SKENARIO 4
DI SUSUN OLEH :
Alega Greacia Florensita/102018124
Beatric Ruth Fransiska P./102018012
Chearin Dhea Sanfika/102018145
Deadora Winata/102018079
Feliciano Oliver Nurhakim/102018064
Gloria Graceta Natasya S./102018046
Mahanaim Hagana/102018137
Richard Jefferson/102018022
Kelompok : C

Kelompok PBL : C3

Fakultas Kedokteran UKRIDA


KAIDAH DASAR BIOETIK
Kelompok C3

Skenario 4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

PENDAHULUAN
Dalam praktik klinis sehari-hari, dokter sering dihadapkan dengan situasi
ketidakpastian dalam membuat keputusan, termasuk dalam membuat diagnosis, menentukan
pilihan terapi atau manajemen untuk menyelesaikan masalah klinis yang dihadapi pasien.
Pembuatan keputusan terhadap masalah-masalah klinis yang sensitif juga dihadapkan pada
masalah yang sama yaitu ketidakpastian. Dokter harus cakap dalam membuat keputusan
klinis sekaligus ethico-medicolegal yang dapat dipertanggungjawabkan.
Etika adalah istilah umum untuk bermacam cara dalam memahami dan menguji
kehidupan moral. Pendekatan etika meliputi etika normatif (dinyatakan dengan standar
tindakan benar atau baik), etika deskriptif (melaporkan apa yang orang yakini dan bagaimana
orang bertindak) sedangkan lainnya lagi menganalisis konsep-konsep dan metode-metode
etika.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus dipegang teguh oleh
seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak
mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.

Dengan kondisi masyarakat yang cerdas dan kritis terhadap informasi-informasi


seputar kesehatan, seorang dokter haruslah lebih memperhatikan cara kerja mereka. Disinilah
kaidah-kaidah dasar bioetik perlu diperhatikan dan diterapkan. Dengan menerapkan kaidah
bioetik secara benar, masyarakat akan lebih percaya terhadap dokter dan terhadap segala
kinerja medis yang dilakukan oleh seorang dokter.
KAIDAH DASAR BIOETIK
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang


ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
Bioetik memiliki 4 prinsip dasar, yaitu :
 Beneficence
 Non-Maleficence
 Autonomy
 Justice
a) Beneficence didapat dari kata latin yaitu bene (baik, kebaikan) dan facere (melakukan)
yang dapat diartikan sebagai konsep yang mengatakan untuk mendahulukan kepentingan
pasien. Ciri-ciri beneficence :
 Mengutamakan altruisme.
 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter.
 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan suatu keburukannya.
 Paternalism bertanggung jawab/berkasih sayang.
 Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia.
 Pembatasan “goal based”.
 Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.
 Minimalisasi akibat buruk.
 Kewajiban menolong pasien gawat darurat.
 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
 Tidak menarik honorarium di luar kepantasan.
 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.
 Mengembangkan profesi secara terus menerus.
 Memberikan obat berkhasiat namun murah.
 Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal baik seperti yang
orang lain inginkan.
b) Non-Maleficence merupakan konsep yang mengajarkan untuk tidak memperburuk
keadaan pasien. Ciri-ciri non-maleficence :
 Menolong pasien emergensi.
 Mengobati pasien yang luka.
 Tidak membunuh pasien.
 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.
 Tidak memandang pasien sebagai objek.
 Mengobati secara tidak proposional.
 Tidak mencegah pasien dari bahaya.
 Menghindari misreprestasi kehidupan pasien karena kelalaian.
 Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian.
 Tidak memberikan semangat hidup.
 Tidak melindungi pasien dari serangan.
 Tidak melakukan White Collar Crime, yaitu perbuatan sekelompok kejahatan
yang spesifik yang bertentangan dengan hukum pidana.
c) Autonomy lebih mengarah kepada kebebasan yang diberikan untuk pasien dalam
memilih tindakan medis yang dilakukan. Namun, pasien tersebut haruslah orang
dewasa yang sudah kompeten dan memiliki pengetahuan yang kuat dalam tindakan
yang akan dilakukan. Ciri-ciri autonomy :
 Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien.
 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif).
 Berterus-terang kepada pasien.
 Menghargai privasi.
 Menjaga rahasia pasien.
 Menghargai rasionalitas pasien.
 Melaksanakan informed consent.
 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri.
 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien.
 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi.
 Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien.
 Menjaga hubungan (kontrak).
d) Justice mengacu pada keadilan dokter kepada pasien-nya baik secara moral, etika, dan
tindakan. Konsepnya adalah memberikan pelayanan kepada pasien dengan sepadan.
Ciri-ciri justice :
 Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan.
 Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.
 Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accesibility, availability,
quality).
 Menghargai hak hukum pasien.
 Menghargai hak orang lain.
 Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan).
 Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll.
 Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang.
 Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien.
 Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya.
 Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil.
 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten.
 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat.
 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan.
 Bijak dalam makroalokasi.
KESIMPULAN
Dalam mengambil sebuah keputusan yang terbaik untuk pasien, seorang dokter harus
dengan bijak dalam menjalankan prinsip-prinsip yang terdapat dalam KDB.
Pada scenario 4 ini, dokter telah melaksanakan prinsip kaidah dasar bioetik dari
autonomy. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela,
dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Disini dokter tersebut menunjukkan bahwa
setiap keputusan itu berada di tangan pasien, dan dokter ini tidak mengintervensi keputusan
dari pemuda tersebut. Dan tidak berbohong pada pemuda tersebut, walaupun untuk
kebaikannya. Berikut Check list dari kaidah autonomy :

No Autonomy (Self-Determinination) Yes No

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat


1. √
pasien.
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada
2. ꭓ
kondisi elektif).
3. Berterus-terang kepada pasien. √
4. Menghargai privasi. ꭓ
5. Menjaga rahasia pasien. ꭓ
6. Menghargai rasionalitas pasien. ꭓ
7. Melaksanakan informed consent. ꭓ
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
8. ꭓ
sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien. ꭓ
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat
10. ꭓ
keputusan, termasuk keluarga pasien.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus ꭓ
non emergensi.
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien. √
13. Menjaga hubungan (kontrak). ꭓ

DAFTAR PUSTAKA

1. ” Pola Pikir Etika dalam Praktik Kedokteran”,

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/25_206Opini-

Pola%20Pikir%20Etika%20dalam%20Praktik%20Kedokteran.pdf [pada tahun 2013]

2. “Kaidah Dasar Bioetik”, http://etgal-putra.blogspot.com/2011/10/makalah-bioetika-

pembahasan-kasus.html [21 Oktober 2011 oleh Primus Etgal Putra]

3. “Kaidah Dasar Bioetik” http://bonaegasitumorang.blogspot.com/2012/11/pbl-1.html

[02 November 2012 oleh Bona Ega Saut Halomoan Situmorang]

4. Warner, Richard. Morality in medicine : an introduction to medical ethics. Sherman

Oaks, CA, Alfred Pub. Co.

5. Beauchamp, T.L. (2011). Making Principlism Practical, Bioethics, 25(6), 301-303.

6. Hendrik, 2013, Etika dan Hukum Kedokteran. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai