BAB I
PENDAHULUAN
akut maupun kronik, yang mana merupakan suatu gangguan kejiwaan yang
penderita psikosis; (2) dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam dan
ireversibel. Pada neuroleptic yang lebih baru, efek samping ini diperoleh
samping ekstrapiramidal yang nyata) dan atipikal (efek samping minimal); (4)
lainnya. 1
memiliki afinitas yang lemah terhadap dopamine 2, selain itu juga memiliki
efektif untuk gejala “positif” (seperti bicara kacau, halusinasi, delusi) maupun
gejala “negatif” (miskin kata-kata, afek yang datar, menarik diri dari lingkungan,
BAB II
KLASIFIKASI
1. Phenothiazine
2. Butyrophenone : Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide
1. Benzamide : Sulpiride
BAB III
INDIKASI
Gejala target dari penggunaan obat antipsikosis ialah gejala psikosis itu
sendiri, dengan berbagai macam golongan, generik, dosis, sediaan, serta lama
dan cara pemberian dapat ditentukan sesuai dengan variasi gangguan atau
alkohol, amfetamin). 2
terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan
(tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali
stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan
kegiatan rutin.
BAB IV
MEKANISME KERJA
karena tidak terikat ketat pada target kerjanya, serta hal ini pula yang membuat
diminimalisir oleh akibat tumpukan sisa obat. Dengan mekanisme ganda yang
BAB V
EFEK SAMPING
kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
Efek samping tersebut ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang
wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, di mana pada waktu tidur gejala
pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan
dengan dosis obat anti-psikosis. Bila terjadi gejala tersebut, obat antipsikosis
secara perlahan dihentikan, dan dicoba pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h
darah rutin, urine lengkap, fungsi hati dan ginjal untuk deteksi dini perubahan
kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian,
adrenergik tetap ada dan dapat terjadi syok. Hipotensi ortostatik seringkali
dapat dicegah dengan cara pasien tidak langsung bangun setelah mendapat
suntikan dan dibiarkan tetap dalam posisi berbaring sekitar 5-10 menit. Bila
yang berjenis kerja panjang dengan risiko yang lebih besar). Semua pasien
dengan kondisi dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi, risiko ini menjadi lebih
BAB VI
INTERAKSI OBAT
terbukti lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara dua obat antipsikosis).
kasus dengan gejala gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive
therapy).
lebih besar. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat
antipsikosis haloperidol.
gangguan absorpsi.
14
BAB VII
CARA PENGGUNAAN
A. Pemilihan Obat
ditunjukkan pada tabel berikut ini, dengan kekuatan efek samping yang
dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
Bila antipsikosis tertentu tidak memberi respon klinis dengan dosis optimal
antipsikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama) dengan dosis
ekivalennya, di mana profil efek samping belum tentu sama. Jika pasien
yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, maka
tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih menonjol
mg/cc secara intramukcular setiap 2-4 minggu sangat berguna untuk pasien
yang tidak mau/sulit mengkonsumsi obat secara teratur atau yang tidak efektif
pasien dicoba untuk diberikan per oral terlebih dahulu selama beberapa
menjadi 1 cc/bulan. Pemberian obat ini hanya sebagai terapi stabilisasi dan
mg/hari. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari
Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak yang bersifat
depresi, agitasi), dosis yang diberikan 20-200 mg/hari. Hal ini disebabkan
sistem limbik dari pada di sistem ektrapiramidal pada SSP (kebalikan dari
haloperidol). 2
Gangguan ini biasanya timbul mulai antara usia 2-15 tahun. Terdapat gerakan-
gerakan involunter, berulang, cepat dan tanpa tujuan, yang melibatkan banyak
kelompok otot (tics). Disertai tics vokal yang multipel (misalnya suara “klik”,
Pasien mampu menahan tics secara volunteer selama beberapa menit hingga
jam. 2
Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik, obat
antipsikosis diberikan dalam dosis kecil dengan efek samping sedasi dan
mg/hari). Penggunaan pada wanita hamil, berisiko tinggi anak yang dilahirkan
B. Pengaturan Dosis
3. Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dan efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-
3 hari sampai mencapai dosis efektif, lalu dievaluasi setiap dua minggu dan
bila perlu dinaikkan hingga ke dosis optimal yang dipertahankan sekitar 8-12
minggu, bila kondisi telah stabil maka dosis diturunkan secara gradual setiap
dipertahankan 6-24 bulan (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu. Bila sampai
jangka waktu tertentu hasil terapinya dinilai sudah cukup mantap, dosis dapat
diturunkan secara gradual tiap 2-4 minggu sampai berhenti pemberian obat
(tapering off). 2
C. Lama Pemberian
3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali.
Untuk gejala psikosis reaktif singkat, penurunan obat secara bertahap setelah
hilangya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan. Untuk pasien dengan
19
paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat
relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih
setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian barulah gejala sindrom
psikosis kambuh kembali. Hal ini disebabkan oleh metabolisme dan ekskresi
keakftifan antipsikosis. 2
kecil sekali. Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala cholinergic
rebound seperti gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar dan
memperberat penyakit. 2