PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal serta
pembangunan yag dilaksanakan seyogyanya berdampak positif terhadap lingkungan sehat,
perilaku sehat, serta perumahan dan permukiman yang sehat.
Masalah rumah dan permukiman di Indonesia bukan hanya terletak pada kurangnya
jumlah rumah di daerah perkotaan, tetapi menyangkut aspek kualitas rumah dan aspek non
fisik yaitu perilaku yang sangat mempengaruhi kesehatan rumah.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan
sandang, pangan dan kesehatan. Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan nyaman agar
penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas. Kontruksi rumah dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber
penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayan dan
penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan jalan, kontruksi
yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan
faktor resiko sumber penularan penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ISPA dan TBC erat
kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan. Penyediaan air bersih, pembuangan limbah,
sampah dan tinja yang tidak sehat dapat menjadi resiko timbulnya penyakit diare dan
cacingan.
Faktor resiko pada bangunan rumah yang berpengaruh pada penularan penyakit dan
timbulnya kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kapadatan penghuni, kelembaban
udara kamar (tidur) dan kualitas udara dalam ruangan.
Untuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi,
kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan, getaran dan radiasi, sarana
dan prasarana lingkungan (saluran air, pembuangan sampah, jalan, tempat bermain, dan
sebagainya), binatang penular penyakit (vektor), dan penghijauan.
Bila lingkungan perumahan tidak diperhatikan, maka dapat memudahkan terjadinya
penularan dan penyebaran penyakit, seperti diare, cacingan, ISPA, TBC, demam berdarah,
malaria, typhus, leptospirosis, dan dapat menyebabkan kecelakaan seperti kebakaran,
tertusuk paku atau kaca, terpeleset, terantuk, dan sebagainya.
Supaya lingkungan rumah kita tidak merupakan sumber penularan penyakit maka
diperlukan partisipasi kita semua untuk turut memelihara serta menjaga lingkungan dan
rumah supaya tetap bersih dan sehat sehingga menjadi tempat penghunian yang aman dan
nyaman.
Mata kuliah Penyehatan Lingkungan Permukiman melatih mahasiswa untuk mengenal
permasalahan kesehatan rumah dan lingkungan permukiman, analisis faktor resiko dan
penyebab rendahnya kualitas rumah dan permukiman, merumuskan alternatif pemecahan
masalah dengan menitik beratkan pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan perumahan
sesuai dengan syarat-syarat kesehatan rumah SK Menkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dan
permukiman sehat.
Untuk memberikan pengalaman kapada mahasiswa agar mampu dalam pengelolaan
lingkungan perumahan, maka diberikan praktik lapangan yaitu Survey Data Dasar (SDD).
Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kota Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi rumah dan
lingkungan untuk penyusunan rencana program ditingkat kelurahan guna mengatasi
masalah perumahan dan lingkungan permukiman dengan mendayagunakan sumber daya
yang tersedia di masyarakat.
2. Khusus
a. Terkumpulnya data tentang:
1) Keadaan lingkungan dan demografi
2) Data rumah sehat
3) Potensi yang dimiliki SDA dan DSM
4) Data penyakit berbasis lingkungan dan potensi resiko
b. Tersusunnya rencana kegiatan pemecahan masalah
C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat Ngampilan
a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rumah sehat dan lingkungan sehat
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah dan lingkungan sehat
2. Bagi Puskesmas Ngampilan
a. Mendapat masukkan dan informasi yang membangun bagi Puskesmas Ngampilan
terutama dibidang kesehatan lingkungan
b. Mendapat bantuan tenaga dalam menangani masalah-masalah sanitasi di wilayah
kerja Puskesmas Ngampilan
3. Bagi Mahasiswa Kesehatan Lingkungan
a. Sebagai media silaturahmi dan kerjasama yang baik antara instansi pemerintah
b. Sebagai tempat untuk membantu mahasiswa melakukan praktik kuliah lapangan
dengan orientasi langsung ke masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
829/Menkes/SK/VII/1999.
Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti:
1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi
segenap anggota keluarga yang ada.
3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini.
5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang berharga yang
dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.
Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rokhani maupun
sosial.
Menurut Ditjen Cipta karya komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:
1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar memberi
kestabilan bangunan dan merupakan penghubung antara bangunan dengan tanah.
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm
dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau
anyaman bambu.
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar
matahari dengan luas minimum 10% luas lantai.
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,
menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar serta menjaga
kerahasiaan (privacy) penghuninya.
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari.
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari.
Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi persyaratan antara
lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis
a. Pencahayaan
b. Ventilasi (Perhawaan)
c. Gangguan suara/kebisingan (noise)
d. Cukup tempat bermain anak
2. Memenuhi kebutuhan psikologis
3. Mencegah penularan penyakit
a. Penyediaan air
b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
c. Pembuangan sampah
d. Pembuangan air limbah
e. Pembuangan tinja
4. Mencegah terjadinya kecelakaan
B. Permukiman
Dalam buku “The Lexicon Webster Dictionary” pengertian permukiman dapat
dirumuskan sebagai suatu keadaan atau tempat dimana manusia dapat menetap/tinggal pada
kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi
yang menguntungkan.
Menurut WHO, permukiman adalah “Suatu Struktur Fisik” dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, juga lingkungan dari struktur tersebut termasuk
semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan
jasmani, rokhani dan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
Sedangkan menurut undang-undang nomor 4 tahun 1992 permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Berdasarkan sifatnya permukiman dapat dibedakan beberapa jenis yaitu:
1. Permukiman/perkampungan tradisional.
2. Perkampungan darurat.
3. Perkampungan Kumuh (slum area).
4. Permukiman Transmigrasi.
5. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus.
6. Permukiman baru (real state).
A. Alat
1. Sound Level Meter
2. Lux Metet
3. Thermohigrometer
4. Anemometer
5. Kalkulator
B. Bahan
1. Alat Tulis
2. Check List
C. Prosedur Kerja
1. Sound Level Meter
Pengukuran kebisingan di wilayah Kelurahan Notoprajan dan Kelurahan Ngampilan
Kecamatan Ngampilan
Cara Kerja:
a. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari titik pemantul 2–3 meter
b. Meletakkan/memegang sound level meter pada ketinggian 1,00–1,20 meter
c. Mengarahkan mikrofon ke sumber suara
d. Menghidupkan sound level meter dengan cara menggeser tombol ON/OFF
e. Menyetel respon F (fast) dan filter A pada intensitas yang kontinue atau slow pada
intensitas impulsiv
f. Menggeser range suara
g. Mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik pada formulir Bis
h. Melakukan pengukuran seperti tersebut diatas selama 12–15 menit
i. Mengelompokkan hasil pengukuran dengan formulir Bis 2
j. Menghitung tingkat kebisingan sesuai dengan rumus.
2. Lux Meter
Pengukuran pencahayaan di wilayah Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan
Cara Kerja:
a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran pencahayaan (pada lokasi dengan
ukuran 5x8 meter diambil 5 titik)
b. Membuka lux meter
c. Memegang lux meter dengan menengadahkan lux meter
d. Menyalakan lux meter
e. Menunggu beberapa saat hingga terlihat nilai yang tercantum cukup konstan
f. Mencatat nilai hasil pengukuran pencahayaan
g. Melakukan hal tersebut diatas pada titik-titik yang lain sampai selesai (setiap
pergantian titik, lux meter dimatikan terlebih dahulu).
3. Thermohigrometer
Pengukuran suhu dan kelembaban di wilayah Kelurahan Ngampilan dan Kelurahan
Notoprajan Kecamatan Ngampilan
Cara Kerja:
a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban
b. Menggantung thermohigrometer pada dinding selama 15 menit
c. Melihat dan mencatat hasil pengukuran suhu dan kelembaban
4. Anemometer
Pengukuran kecepatan angin diwilayah Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan Kecamatan
Ngampilan
Cara Kerja :
a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran kecepatan angin
b. Anemometer diarahkan dibagian belakang ventilasi, kemudian menghidupkan
anemometer dengan cara
Tekan tombol ON/OFF
Tekan vell, tunggu sampai muncul huruf m/s
Tunggu 5 menit, tekan read selama 5 detik
c. Melihat dan mencatat hasil pengukurannya (pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
b) Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Banyaknya %
1. Taman kanak – kanak 0 orang 0
2. SD 3.438 orang 22,5
3. SMP 3.748 orang 24,6
4. SLTA 5.348 orang 35,1
5. Akademi (D1 – D3) 724 orang 4,7
6. Sarjana (S1 – S2) 1.994 orang 13,1
Jumlah 15.252 orang 100
3) Sarana Kesehatan
No Jenis Sarana Banyaknya
1. Posyandu 23 buah
2. Puskesmas Pembantu 1 buah
3. Puskesmas 1 buah
4. Apotek/Depot Obat 6 buah
5. RS -
6. Dokter Praktik 24 buah
7. Bidan Praktik 1 buah
8. Kader Kesehatan 13 orang
5) Sarana Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Banyaknya
1. TK 8 buah
2. Sekolah Dasar 9 buah
3. SLTP 3 buah
4. SLTA 3 buah
5. Akademi / PT 1 buah
6) Tempat Ibadah
No Jenis Sarana Banyaknya
1. Masjid 18 buah
2. Gereja 2 buah
3. Pura -
4. Vihara -
B. Lingkup Penilaian Rumah Meliputi Komponen Rumah, Sarana Sanitasi Dan Perilaku
Penghuni
1. Komponen rumah
a. Langit-langit
Keadaan langit-langit Frekuensi %
Tidak ada 49 40,8
Ada, bersih, rawan kecelakaan 38 31,7
Ada, bersih, kuat & tinggi min 2,75 m 33 10,8
Jumlah 120 100
Keterangan:
Dari 120 rumah penduduk yang disurvey, 32,5% tidak memiliki langit-langit, yang
memiliki langit-langit dalam keadaan bersih namun rawan kecelakaan sebanyak
31,6%. Sedangkan langit-langit yang memenuhi syarat yaitu bersih, kuat, dan tinggi
sebanyak 35,8%.
b. Dinding
Keadaan dinding Frekuensi %
Non permanen 18 15
Semi permanan/tembok tidak diplester 42 35
Permanen dan kedap air 60 50
Jumlah 120 100
Keterangan:
Dari 120 rumah penduduk yang disurvey, 50% keadaan dindingnya permanen dan
kedap air. Namun yang masih dalam keadaan non permanen sebanyak 15% dan yang
semi permanen/tembok tidak diplester sebanyak 35%. Rumah dengan kriteria tersebut
belum dapat dikatakan sebagai rumah sehat.
c. Lantai
Keadaan lantai Frekuensi %
Tanah/papan 5 4,1
Seluruh lantai plester kasar (trasah) 62 51,7
Seluruhnya kedap air dan sebagian dikeramik 26 21,7
Seluruh lantai pasangan keramik 27 22,5
Jumlah 120 100
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey 4,1% keadaan lantai rumah penduduk masih tanah, 51,2%
kondisi lantai masih plester kasar (trasah), 21,7% kondisi lantai seluruhnya kedap air
dan sebagian dikeramik dan 22,5% kondisi lantai seluruhnya pasangan keramik.
Lantai merupakan komponen penting dalam penilaian rumah sehat karena lantai
selalu berhubungan dengan kondisi pemiliknya.
d. Pintu
Keadaan pintu Frekuensi %
Hanya ada pintu utama 46 38,3
Setiap ruang tidur terpasang pintu 72 60
Setiap pintu ruang tidur dipasang kasa nyamuk 2 1,7
Jumlah 120 100
Keterangan:
Keadaan pintu penduduk yang memenuhi syarat untuk sarana bergerak dan
bersosialisasi dengan penghuni yaitu setiap ruang tidur terpasang pintu jumlahnya
sebesar 60% dari 120 rumah yang disurvey dan setiap pintu ruang tidur dipasang
kasa nyamuk sebesar 1,7% dari 120 rumah.
Keterangan:
Berdasarkan tabel diatas, baru 43,3% kamar tidur yang memiliki jendela dan 55,8%
ruang keluarga yang memiliki jendela. Hal tersebut memenuhi syarat karena jendela
merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah rumah sebagai sarana sirkulasi
udara.
f. Ventilasi
Keadaan Frekuensi %
Tidak ada 29 24,2
ada, < 10% LL 49 40,8
ada, 10% LL tidak dipasang kaca 37 30,8
Ada, 10% LL dipasang kaca 5 4,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey, 40,8% rumah penduduk telah memiliki ventilasi namun
ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai. Kriteria ventilasi belum memenuhi syarat,
sehingga perlu ditambahkan alat bantu untuk mengatur system perhawaan dalam
rumah, atau dapat juga dengan membuka jendela rumah dan kamar.
Keterangan:
Sebagian besar (95%) rumah penduduk tidak memiliki lubang asap dapur dan yang
telah memiliki lubang asap dapur namun tidak berfungsi dengan baik sebesar 5%.
Dengan melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa pemilik rumah belum
mengetahui manfaat dari lubang asap dapur tersebut.
h. Pencahayaan alamiah
Keadaan Frekuensi %
Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca 9 7,5
Kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit 61 50,8
Terang, enak untuk membaca dan tidak silau 50 41,7
Jumlah 120 100
Keterangan:
Sebagian besar rumah penduduk (50,8%) keadaan pencahayaan alamiah kurang
memenuhi syarat yaitu kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit. Dan yang
tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca sebesar 41,7%. Sedangkan
yang memenuhi syarat yaitu 7,5% dan enak untuk membaca.
2. Sarana Sanitasi
a. SAB
Jenis Yang Digunakan Frekuensi %
Sumur gali 40 33,3
Sumur pompa tangan/sanyo 45 37,5
PDAM 35 29,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey, sumber air bersih yang digunakan oleh sebagian besar
penduduk (37,5%) adalah Sumur yang menggunakan sambungan rumah/sanyo,
sumur PDAM 33,3% dan 29,2% sudah menggunakan sumur gali.
Keterangan:
Berdasarkan kepemilikan dan kualitas sarana air bersih, 14,1% penduduk belum
memiliki sarana air bersih sendiri, mereka menggunakan sumur umum yang berada
disekitar permukiman mereka. Dan yang sudah memiliki sarana air bersih sendiri
yang memenuhi syarat sebesar 31,7%.
b. Jamban keluarga
Kondisi Frekuensi %
Tidak ada 27 22,5
Ada dan tidak memenuhi syarat 40 33,3
Ada dan memenuhi syarat 53 44,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Dilihat dari kepemilikan jamban keluarga, 44,2% penduduk sudah memiliki jamban
keluarga yang memenuhi syarat dan yang belum memiliki jamban keluarga sebesar
22,5%.
d. Tempat sampah
Kondisi Tempat Sampah Frekuensi %
Tidak ada 28 23,3
Ada, tidak kedap air dan tidak tertutup 81 67,5
Ada, kedap air dan berpenutup 11 9,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Berdasarkan kepemilikan tempat sampah, 67,5% penduduk sudah memiliki tempat
sampah namun tidak kedap air dan tidak bertutup. Penduduk belum menyadari
pentingnya menggunakan tempat sampah yang bertutup dan kedap air. Sedangkan
penduduk yang sudah memiliki tempat sampah yang bertutup dan kedap air sebesar
9,2% dan 23,3% yang tidak memiliki tempat sampah.
3. Perilaku Penghuni
a. Membuka jendela
Perilaku Frekuensi %
Tidak pernah 27 22,5
Kadang-kadang 58 48,3
Setiap hari 35 29,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Kebiasaan penduduk untuk membuka jendela setiap hari (29,2%). Namun sebagian
besar penduduk priode membuka jendelanya hanya kadang-kadang saja 48,3% dan
22,5% masyarakat yang tidak pernah membuka jendela.
Keterangan:
Kebiasaan penduduk untuk menyapu dan mengepel setiap hari sebagian besar
(64,2%) sudah dilakukan, akan tetapi masih ada 14,2% yang menyapu dan mengepel
rumah satu minggu sekali.
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey, 99,2% penduduk sudah membuang tinja ke WC/jamban.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki kesadaran untuk
menerapkan kepeduliannya atas kesehatan lingkungan.
d. Pengelolaan sampah
Perilaku Frekuensi %
Dibuang ke sungai/kebun 1 0,8
Ke TPS petugas sampah 119 99,2
Dimanfaatkan daur ulang - -
Jumlah 120 100
Keterangan:
Sebagian besar penduduk (99,2%) sudah membuang sampah di TPS atau petugas
sampah. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah memiliki kesadaran akan
pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan agar tetap sehat.
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey, 51,7% penduduk sudah menyadari akan pentingnya 3M
yang salah satunya menguras bak mandi setiap hari. 22,5% penduduk menguras bak
mandi 3 hari sekali, akan tetapi masih ada 25,8% yang belum menyadari akan
pentingnya 3M dan menguras bak mandinya hanya sekali dalam seminggu.
4. Lain – lain
a. Kepadatan penghuni
Kepadatan penghuni Frekuensi %
< 8 m2 per orang 34 28,3
> 8 m2 per orang 86 71,7
Jumlah 120 100
Keterangan:
Kepadatan penghuni rumah 71,7% sudah memenuhi syarat yaitu kepadatan penghuni
> 8 m2 per orang.
b. Tikus
Keberadaan tikus Frekuensi %
Ada 84 70
Tidak ada 36 30
Jumlah 120 100
Keterangan:
Sebagian besar rumah penduduk (70%) terdapat tikus. Hal ini menunjukkan bahwa
kebersihan rumah dan lingkungan masih kurang.
c. Lalat
Keberadaan lalat Frekuensi %
> 5 ekor 73 60,8
< 5 ekor 47 39,2
Jumlah 120 100
Keterangan :
Berdasarkan hasil survey, 39,2% lalat pada rumah penduduk <5 ekor dan 60,8%
keberadaan lalatnya >5 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan rumah masih
kurang.
d. Kecoa
Keberadaan kecoa Frekuensi %
Ada 89 74,2
Tidak ada 31 25,8
Jumlah 120 100
Keterangan:
Sebagian besar rumah penduduk (74,2%) terdapat kecoa. Hal ini menunjukkan rumah
tersebut tingkat kebersihannya masih kurang. 25,8% tingkat kebersihan rumahnya
baik.
e. Nyamuk
Keberadaan nyamuk Frekuensi %
Ada 103 85,8
Tidak ada 17 14,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Sebagian besar rumah penduduk (85,8%) terdapat nyamuk. Hal ini menunjukkan
kebersihan dan sanitasi rumah masih kurang.
f. Kandang ternak
Keberadaan kandang ternak Frekuensi %
Menyatu dengan rumah - 0
Terpisah dari rumah < 10 m 19 15,8
Terpisah dari rumah > 10 m/tidak punya ternak 101 84,2
Jumlah 120 100
Keterangan:
Berdasarkan hasil survey, 84,2% rumah yang memiliki kandang ternak sudah terpisah
dari rumah >10 m/tidak punya ternak. Hal ini menunjukkan penduduk sudah sadar
akan pentingnya kesehatan walaupun masih ada 15,8% yang masih belum
menerapkan hal tersebut.
C. Pembahasan
1. Rumah dan Komponen-Komponen Rumah
Dari hasil penilaian rumah sehat, didapatkan hasil dari 120 rumah yang diperiksa
terdapat 10 atau 8,3% termasuk rumah yang tidak sehat karena total skore nilai dibawah
614, 31 atau 25,8% termasuk rumah yang kurang sehat dengan rentang skore antara 614-
1007, dan 79 atau 65,8% termasuk rumah sehat dengan rentang total skore nilai antara
1008-1388. Dapat dilihat pada lingkup penilaian rumah sehat, masih ada beberapa
komponen rumah yang belum memenuhi syarat. Penilaian rumah tersebut mengacu pada
standar yang ditetapkan yaitu pada Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman.
Dari komponen-komponen yang ada, yaitu komponen rumah. diantaranya pintu,
ada 46 rumah atau 38,3% dari 120 rumah yang diperiksa hanya memiliki pintu utama.
Pada ventilasi juga masih terdapaat beberapa rumah yang tidak mempunyai ventilasi,
yaitu terdapat 29 rumah atau 24,2% rumah tidak mempunyai ventilasi. Hal ini terjadi
karena disebabkan lahan untuk setiap rumah terbatas, selain itu juga rumah penduduk
yang satu dengan yang lain saling berhimpitan sehingga tidak memungkinkan dibuatnya
lubang ventilasi di samping kanan atau kiri rumah. Rata-rata setiap rumah hanya
memiliki lubang ventilasi di depan rumah dekat pintu masuk utama sehingga
menyebabkan udara yang ada di dalam rumah tidak segar setiap hari khususnya pada
ruangan yang tidak ada ventilasinya selain ruang tamu karena proses pertukaran udara
dari luar ke dalam tidak bisa terjadi dan dapat mengakibatkan 3 kemungkinan, yaitu
kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2 serta adanya bahan-
bahan racun organis yang ikut terhirup. Selain alasan di atas ventilasinya kurang
disebabkan karena bersatunya dapur dengan ruang tidur atau ruang lain tempat aktivitas
keluarga. Kemudian komponen rumah selanjutnya yang kurang memenuhi persyaratan
kesehatan dengan persentase tinggi adalah aspek pencahayaan untuk setiap rumah yang
diperiksa kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit yaitu sebesar 54%. Berkaitan
dengan lubang ventilasi yang kurang pencahayaan untuk setiap rumah juga kurang bagus
menurut kesehatan. Karena lubang ventilasi yang kecil pencahayaan dari luar (sinar
matahari yang masuk rumah) sedikit. Apalagi bagian atap rumah yang semuanya tertutup
oleh genteng atau plafon dan tidak terdapat genteng kaca sehingga ruangan menjadi gelap
atau kurang cahaya. Ada juga beberapa rumah untuk bagian ruang tamunya saat siang
hari bila masuk ke dalam rumah terasa gelap harus menyalakan lampu yang ada karena
gelap, tidak terang.
Pada lubang asap dapur terdapat 114 rumah atau 95% dari 120 rumah yang
diperiksa tidak memiliki lubang asap dapur. Untuk komponen sarana sanitasi, pada
keadaan jamban keluarga terdapat 40 rumah atau 33,3% dari 120 rumah yang diperiksa
memiliki jamban sendiri namun tidak memenuhi syarat. Jamban yang kotor dapat
menimbulkan bau yang kurang sedap, dapat juga mengundang vector penyakit.
2. Sarana Sanitasi
Selain itu, untuk komponen tempat sampah terdapat 81 rumah atau 67,5% dari 120 rumah
yang kami periksa memiliki tempat sampah namun tidak kedap air dan tidak tertutup.
Tempat sampah dengan kondisi yang demikian dapat menimbulkan bau yang tidak sedap,
mengundang lalat dan semut. Hal demikian dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
dan gangguan estetika. Tempat sampah yang tidak kedap air, bila terkena air dapat
menyebabkan sampah yang di dalam tempat sampah menjadi basah dan lembek dan
menimbulkan bau yang kurang sedap. Tempat sampah yang tidak tertutup akan
mengundang datangnya lalat yang apabila lalat tersebut hinggap ke makanan dan
makanan tersebut dimakan oleh manusia, maka dapat menyebabkan sakit perut,
keracunan makanan dan gangguan sistem pencernaan. Selain itu juga bila tempat sampah
tidak ada tutupnya bau sampah yang ada bila terkena angin dapat tersebar kemana-mana
dan bisa menimbulkan pencemaran udara disekitarnya.
Selanjutnya mengenai saluran pembuangan air limbah yang digunakan untuk setiap
rumah yang diperiksa di kelurahan Ngampilan dan Notoprajan, rata-rata ada saluran
pembuangan air limbah, tetapi jaraknya dengan sumber air kurang dari 10% atau
dibuang ke saluran terbuka yaitu sebesar 17% dan yang tidak ada SPAL 40 rumah atau
33,3%. Karena lahan yang tidak ada serta kelurahan Ngampilan dan Notoprajan juga
termasuk kawasan pemukiman padat jadi tidak mungkin jika setiap rumah membangun
saluran pembuangan air limbah dengan jarak lebih dari 10 meter dari sumber air yang
digunakan. Bila limbah yang dihasilkan dibuang ke saluran terbuka dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak enak, gangguan estetika, dapat menjadi
sarang atau tempat berkembang biaknya binatang pengganggu. Namun jarak antara
sumber air yang digunakan dengan saluran pembuangan air limbah yang terlalu dekat
atau kurang dari 10 meter dapat mengakibatkan sumber air tesebut tercemar oleh air
limbah yang ada di saluran pembuangan jika pembangunan sumber air tersebut
dindingnya atau ada bagian yang tidak rapat dan tidak kedap air. Sumber air yang
digunakan tersebut bila tercemar air limbah dan tetap digunakan oleh warga untuk
kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti : penyakit kulit dan
gangguan saluran pencernaan seperti diare.
3. Perilaku
Pada komponen perilaku penghuni yaitu pada kebiasaan membuka jendela masih
banyak yang membuka jendela rumahnya hanya kadang-kadang yaitu sebesar 58 rumah
atau 48,3%. Hal ini mengakibatkan udara yang ada di dalam rumah tidak segar setiap hari
khususnya pada ruang tamu yang jendelanya dibuka kadang-kadang saja. Proses
pertukaran udara dari luar ke dalam tidak bisa terjadi dan dapat mengakibatkan 3
kemungkinan, yaitu kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2
serta adanya bahan-bahan racun organis yang ikut terhirup. Selain alasan diatas jendela
dibuka terkadang disebabkan karena rumah penduduk yang berdempetan dengan rumah-
rumah dan dengan jalan sempit atau jalan yang sering dilalui oleh kendaraan roda 2.
Masih banyak warga yang menguras kamar mandi, setiap seminggu sekali. yaitu
terdapat 31 rumah atau 25,8% dari 120 rumah yang diperiksa menguras kamar mandi
setiap seminggu sekali. Untuk komponen lain-lain, diantaranya kepadatan penghuni
terdapat 34 rumah atau 28,3% dari 120 rumah yang diperiksa kepadatannya <8m2 per
orang. Keadaan rumah yang seperti ini tidak sehat, karena kurangnya ruang untuk tiap
anggota keluarga
4. Keberadaan Vektor Di Rumah Warga
Selain itu keberadaan vector seperti tikus, kecoa dan nyamuk juga masih banyak
dijumpai. Untuk tikus, yaitu sebanyak 84 rumah atau 70% penghuni masih menjumpai
tikus di rumahnya. Hal ini dapat disebabkan karena rumah berdekatan dengan selokan.
Untuk keberadaan kecoa juga banyak, yaitu terdapat 89 rumah atau 74,2% dari 120
rumah yang diperiksa penghuninya masih sering menjumpai kecoa di rumah. Dari tikus,
kecoa dan nyamuk yang paling banyak dijumpai yaitu nyamuk. Sebanyak 103 rumah atau
85,5% dari jumlah rumah yang disurvey penghuninya masih menjumpai banyak nyamuk
di rumahnya. Keberadaan nyamuk ini dapat terjadi karena kebiasaan penghuni seperti
menggantung pakaian, membiarkan container yang berisi air, dll.
7. Hasil Pengukuran
a. Suhu dan Kelembaban
Dari 10 rumah yang diperiksa, semua rumah suhunya melebihi standar. Hal
seperti ini bisa terjadi karena kurangnya ventilasi pada ruangan, selain itu juga dapat
disebabkan karena kebiasaan penghuni yang tidak memebuka jendela setiap hari.
Ruangan yang pengap dapat menaikkan suhu ruangan tersebut. . Untuk hasil
pengukuran yang dilakukan terhadap 14 rumah, mengenai suhu dan kelembaban
rumah yang diperiksa, untuk suhu setiap rumah warga yang diukur berkisar anata
30,8-33oC. Apabila dibandingkan dengan standar yang ada yaitu sebesar 18-30 oC,
maka rumah-rumah yang diperiksa tidak memenuhi standar yang ada. Suhu rumah
yang dilakukan pengukuran terlalu panas. Dan untuk kelembaban terhadap 10 rumah
yang dilakukan pengukuran, kelembaban dari semua rumah yang diperiksa berkisar
antara 64-79% yaitu melebihi dari standar kelembaban yaitu 40-60%. Suhu dan
kelembaban yang tinggi dapat disebabkan kondisi udara yang panas karena
kurangnya jumlah ventilasi yang mengatur sirkulasi udara sehingga tidak adanya
pengatur pertukaran udara secara menyilang.Agar rumah memenuhi persyaratan
kesehatan khususnya agar suhu rumah tidak terlalu tinggi perlu dilakukan upaya-
upaya seperti penambahan ventilasi, atau menggunakan kipas angin.
b. Pencahayaan
Untuk pencahayaan perumahan, baik pencayahaan alami dan atau buatan,
langsung/tidak langsung dapaat menerangi seluruh ruangaan, minimal intensitasnya
60 lux dan tidak menyilaukan (persyaratan kesehatan rumah tinggal berdasarkan
Kepmenkes No. 829/1999). Dari pengukuran yang dilakukan di ruang keluarga,
terdapat 4 rumah yang memenuhi persyaratan. Sedangakn di kamar, semua rumah
yang dilakukan pengukuran tidak memenuhi persyaratan. Sebaiknya kamar
ditambahkan genteng kaca agar sinar matahari bisa masuk, atau jika tempatnya
memungkinkan/tidak berhimpitan dengan rumah lainnya bisa ditambahkan jendela
agar tidak terlalu gelap, bisa juga dengan penambahan lampu pijar.
c. Kebisingan
Untuk parameter kebisingan, dilakukan pengukuran dengan sumber kebisingan
yang berasal dari jalan raya. Pengukuran dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit
sebanyak 1 kali dalam 1 titik. Pengukuran dilakukan di dua titik yaitu di jalan raya
dekat pemukiman dan di pemukiman dengan jarak 100 meter dari jalan raya. Dari
pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil pada masing-masing titik. Pengukuran
parameter kebisingan dilakukan di kelurahan Ngampilan dan Notoprajan. Untuk
kelurahan Ngampilan, didapatkan hasil di jalan raya sebesar 70,575 dB, dan di
pemukiman 100 meter dari jalan raya sebesar 53,2 dB. Begitu pula di kelurahan
Notoprajan, didapatkan hasil di jalan raya sebesar 67,675 dB dan di pemukiman 100
meter dari jalan raya sebesar 46,8 dB. Berdasarkan Kepmenkes No.
829/MENKES/SK/VII/1999 dapat disimpulkan intensitas kebisingan pada masing-
masing tempat tersebut melebihi standar. Hal itu dikarenakan sumber bising yang ada
di wilayah tersebut adalah ramainya lalulintas di jalan raya yang dekat dengan
pemukiman. Dengan melihat hal ini maka dapat diketahui bahwa kebisingan yang
diterima oleh masyarakat belum dapat ditoleransi sehingga dampak dari kebisingan
ini bisa berakibat pada gangguan kesehatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil survey rumah sehat yang telah dilakukan di Wilayah Ngampilan,
didapatkan :
a. Jumlah rumah sehat : 79 rumah
b. Jumlah rumah kurang sehat : 31 rumah
c. Jumlah rumah tidak sehat : 10 rumah
2. Dari survei penyakit yang dilakukan diwilayah Ngampilan diperoleh hasil bahwa
penyakit yang terbanyak diderita di wilayah Ngampilan adalah penyakit Kulit.
3. Berdasarkan survei fisiologis rumah dan tingkat kebisingan lingkungan, dari 10 rumah
yang disurvei di dapatkan hasil:
a. Suhu :
10 rumah termasuk tidak memenuhi syarat
b. Kelembaban :
10 rumah termasuk tidak memenuhi syarat
c. Pencahayaan :
4 rumah termasuk memenuhi syarat
6 rumah termasuk tidak memenuhi syarat
d. Kecepatan Angin:
10 rumah termasuk memenuhi syarat
e. Kebisingan : memenuhi syarat
4. Berdasarkan hasil survei lapangan, tentang penyakit berbasis lingkungan, penyakit
tertinggi adalah penyakit kulit sebanyak 4 rumah, penyakit Diare 2 rumah, dan Penyakit
ISPA 2 rumah.
B. Saran
1. Lokasi permukiman belum semuanya sehat tetapi masih perlu perbaikan atau
ditingkatkan kualitasnya.
2. Diharapkan untuk rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan pencahayaan,
kebisingan, suhu dan kelembaban dapat melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Pada bagian belakang atau samping dibiarkan menjadi daerah terbuka (tidak ada
dinding atau atap) dan digunakan sebagai pencahayaan alami.
b.Pemberian genteng kaca pada atap rumah.
c. Pemasangan lubang angin yang disesuaikan dengan luas ruangan.
3. Diharapkan untuk mengatasi pembuangan sampah padat sebaiknya dengan:
a. Pengolahan sampah sendiri pada tingkat produsen dan sebaiknya memilah-milah
sampah rumah tangga yang dihasilkan (sampah kertas, plastik, besi atau kaca dan
sampah organik).
b. Penyediaan tempat sampah yang kedap air, tertutup, dan tahan karat.
LAMPIRAN 1
FORMULIR BIS 2
KELAS PERSEN JUMLAH PERSEN
JUMLAH
INTERVAL (%) KUMULATIF KUMULATIF
INTENSITA (%)
S BUNYI
50 – 54
55 – 59
60 – 64 2 1,8 2 1,8
65 – 69 49 40,8 51 42,6
70 – 74 55 45,8 106 88,4
75 – 79 9 7,5 115 95,9
80-84 3 2,5 118 98,4
85-89 1 0,8 119 99,2
90-94 1 0,8 120 100
𝑷𝟏
𝑿=𝐋+ ( ).𝐜
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐
𝟔
= 𝟕𝟎 + ( ).𝟓
𝟒𝟔 + 𝟖
= 𝟕𝟎 + (𝟎, 𝟏𝟏𝟓 𝐱 𝟓)
= 𝟓𝟓 + 𝟎, 𝟓𝟕𝟓
= 𝟕𝟎, 𝟓𝟕𝟓 𝒅𝑩
Kebisingan di area permukiman, jarak 100 m dari pinggir jalan raya Kelurahan
Ngampilan RW 03
Formulir Bis-1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 56 61 61,5 60 60,5 63,5 62,9 66 66 63,5
2 62,7 63,3 60,6 60,8 60,9 62 60,4 61,7 61,5 59,6
3 59 53,8 53,2 53,3 54,7 56,1 51,1 49,3 53 56,6
4 57 54,3 51,3 51,7 56,6 52,9 49,7 50,5 52,4 48,9
5 56 54,7 52,1 52,8 53,3 53,7 50,4 51,2 51,6 48,3
6 57,2 56 51,8 53,8 54,8 50,6 52,2 51,4 54,2 41,3
7 56 54,8 52,7 52,7 53,3 51,6 50,7 53,6 54,5 51,3
8 57,5 51,5 52,5 49,9 57 50,8 51,7 53,9 51,7 53,9
9 57,6 50,5 52,7 53,2 54,9 53,1 50,2 55,2 49,2 52
10 55,2 51,8 51,7 54,2 54,3 52 50 54 51 51,7
11 54,7 50 52,8 53,2 57,2 54,5 42,7 55,4 51,3 50,8
12 55,6 48,1 53,4 55,2 57,8 49,2 42,9 57,9 53,7 50,4
FORMULIR BIS 2
KELAS
PERSEN
INTERVAL PERSEN JUMLAH
JUMLAH KUMULATIF
INTENSITAS (%) KUMULATIF
(%)
BUNYI
40 – 44 4 3,3 4 3,3
45 – 49 7 5,8 11 9,1
50 – 54 60 50 71 59,1
55 – 59 30 25 101 84,1
60 – 64 17 14,2 118 98,3
65 – 69 2 1,7 120 100
70 – 74
𝑷𝟏
𝑿=𝐋+ ( ).𝐜
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐
𝟓𝟑
= 𝟓𝟎 + ( ).𝟓
𝟓𝟑 + 𝟑𝟎
= 𝟓𝟎 + (𝟎, 𝟔𝟒 𝐱 𝟓)
= 𝟓𝟎 + 𝟑, 𝟐
= 𝟓𝟑, 𝟐 𝒅𝑩
FORMULIR BIS 2
KELAS
PERSEN
INTERVAL PERSEN JUMLAH
JUMLAH KUMULATIF
INTENSITAS (%) KUMULATIF
(%)
BUNYI
50 – 54
55 – 59 5 4,3 5 4,3
60 – 64 22 18,3 27 22,6
65 – 69 60 50 87 72,6
70 – 74 27 22,5 114 95,1
75 – 79 4 3,3 118 98,4
80-84
85-89 1 0,8 119 99,2
90-94 1 0,8 120 100
𝑷𝟏
𝑿=𝐋+ ( ).𝐜
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐
𝟑𝟖
= 𝟔𝟓 + ( ).𝟓
𝟑𝟖 + 𝟑𝟑
= 𝟔𝟓 + (𝟎, 𝟓𝟑𝟓 𝐱 𝟓)
= 𝟔𝟓 + 𝟐, 𝟔𝟕𝟓
= 𝟔𝟕, 𝟔𝟕𝟓 𝒅𝑩
Kebisingan di area permukiman, jarak 100 m dari pinggir jalan raya Kelurahan
Notoprajan RW 04
Formulir Bis-1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 47,7 48,6 47,7 50,3 46 48,7 57,1 50,5 44,4 43,2
2 45,6 49,6 47,7 47,5 41,8 43,3 69,8 52,8 51,1 45,9
3 51,1 46,5 55,9 55,1 48,6 46,5 50 50,1 57,4 61
4 47,5 45,8 44,2 42,9 46 46,6 53,1 55,9 50,2 50,5
5 43,4 43 48,5 47,4 43,9 44,5 50,6 46,4 42,1 41,4
6 45,7 43,8 43,4 56,6 63,5 66,3 55,2 44 54,7 48,4
7 50 43,2 44,9 47,7 44,4 44,2 49,5 55 55,5 48,1
8 45,7 43 43 45,4 41,2 46,5 48,4 55,5 45,9 45,3
9 44 64,5 49,9 49,2 47,4 46,6 48,2 47,5 47,3 46,5
10 42,6 48,6 48,9 43,1 50,9 43,3 43,4 45,4 51 49,4
11 47,9 59,5 60,8 49,9 45,2 43,7 43,5 49,4 42,7 43,7
12 42,3 40,4 46,2 46,8 44,2 43,1 50,7 48 48,9 46,3
FORMULIR BIS 2
KELAS
PERSEN
INTERVAL PERSEN JUMLAH
JUMLAH KUMULATIF
INTENSITAS (%) KUMULATIF
(%)
BUNYI
40 – 44 33 27,5 33 27,5
45 – 49 52 43,3 85 70,8
50 – 54 18 15 103 85,8
55 – 59 11 9,2 114 95
60 – 64 3 2,5 117 97,5
65 – 69 2 1,7 119 99,2
70 – 74 1 0,8 120 100
𝑷𝟏
𝑿=𝐋+ ( ).𝐜
𝑷𝟏 + 𝑷𝟐
𝟏𝟗
= 𝟒𝟓 + ( ).𝟓
𝟏𝟗 + 𝟑𝟒
= 𝟒𝟓 + (𝟎, 𝟑𝟔 𝐱 𝟓)
= 𝟒𝟓 + 𝟏, 𝟖
= 𝟒𝟔, 𝟖 𝒅𝑩
LAMPIRAN 3
Wawancara dirumah warga dan minta izin survey rumah ke Pak Imron (Pak RW)