Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM ILMU HAMA TUMBUHAN

PENGENALAN MORFOLOGI BERBAGAI JENIS HAMA


PENTING

Muhammad Ikhsan
A353180011

Dosen:
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si

PROGRAM STUDI PENGENDALIAN HAMA TERPADU


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
1. Sexava Nubilla

Sexava adalah spesies belalang yang berukuran besar, berwarna hijau dan
coklat. Biasanya ditemukan di mahkota pohon palm dan pandan. Mereka hidup
terutama dipulau disekitar garis Wallace, bukan di Kalimantan tetapi disekitar pulau
Sulawesi dan Pulau Irian Jaya. Grasshopper pertama kali dilaporkan dari kepulauan
sangihe dan talaud dimana mereka adalah hama perkebunan kelapa. Sexava nubilla
di kenal di kepulauan Kei, Aru, Ceram, Batjan, Kepulauan talaud, nanusa dan Irian.
Hama ini makan anak daun mulai dari pingggir ke bagian tengah. Kadang-kadang
dimakan sebagian atau sampai ke lidi. Bekas gigitan biasanya tidak rata. Serangan
berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah tinggal lidi saja.
a. Telur
Bentuk dan warna telur S. nubila seperti buah padi masak (gabah). Telur yang
baru diletakkan sangat tipis dengan alur yang dalam kemudian embrio berkembang
sehingga membengkak. Telur berumur 2 hari, panjannya 12 mm dan lebarnya 2
mm. Salah satu ujung telur lancip dan lainnya bulat. Telur tua, panjangnya sampai
13 mm dan lebarnya 3 mm. Lama stadium telur di Talaud 45 hari.
b. Nimfa
Nimfa yang baru ditetaskan, panjangnya 12 mm dan bentuknya sama dengan S.
coriacea. Antenanya halus seperti rambut dan panjangnya sampai 9 cm. Nimfa
muda dan tua berwarna hijau, tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Panjang nimfa
jantan tua sampai 6 cm dan panjang antena 14 cm dan sudah terlihat bakal sayapnya.
Lama stadium nimfa 108 hari.
c. Imago
Imago berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu. Bentuknya
hampir sama dengan S. coriacea. Alat peletak telur (ovipositor) berwarna hijau
pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga lagi
berwarna kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam. Panjang imago betina
(kepala + badan + ovipositor) antara 9.5 – 10.5 cm. Panjang ovipositor 3 – 4.5 cm
dan panjang antena 16 cm. Panjang imago jantan 6 – 9.5 cm dan antenanya 14-16
cm.
d. Cara Hidup
Imago betina terutama meletakkan telurnya pada malam hari di dalam tanah
atau pasir dekat batang kelapa pada kedalaman 1 – 5 cm. Telur-telur diletakkan juga
diantara perakaran kelapa, di bawah lumut, disela-sela batang kelapa, dan di
mahkota pohon kelapa yang kotor. Telur yang diletakkan di tanah dapat mencapai
95%. Tanah yang disukai oleh imago betina untuk meletakkan telur adalah tanah
liat yang lembab bercampur pasir. Satu ekor imago betina yang dipelihara di
laboratorium dapat meletakkan telur sebanyak 53 butir. Pada setiap pohon kelapa
terdapat berbagai stadia, mulai dari nimfa yang baru menetas sampai imago.
e. Daur Hidup
S. nubila, mulai telur diletakkan sampai imago meletakkan telur 183 hari
dengan tahap perkembangan hidup seperti pada Tabel 1. Imago betina turun ke
bawah pada malam hari untuk bertelur kemudian memanjat lagi pohon kelapa.
Imago betina mulai melatakkan telur setelah berumur sekitar satu bulan. Imago
Sexava tidak dapat terbang jauh, oleh karena itu serangga tersebut hanya terdapat
ditempat itu saja dan hampir tidak berpindah tempat. Hama ini melakukan aktivitas
pada malam hari baik aktivitas makan dan berkopulasi.
Gambar 1a Sexava nubilla jantan

Gambar 1b Sexava nubilla jantan


2. Locusta migratoria manilensis

Belalang kembara (Locusta migratoria manilensis Meyen) termasuk dalam


genus Locusta mempunyai beberapa sub-spesies yang wilayah penyebarannya
berbeda-beda. Di Indonesia, L. migratoria manilensis Meyen merupakan satu-
satunya spesies belalang yang mengalami fase transformasi dari sebanyak 51
spesies anggota famili Acrididae yang tercatat sebagai hama di Indonesia. Struktur
tubuh belalang kembara terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (thorax)
dan perut (abdomen), mempunyai satu pasang antena, dua pasang sayap dengan tiga
pasang tungkai. Famili Acrididae ini mempunyai kurang lebih sekitar 8000 spesies
yang terdiri dari tiga sub-famili yaitu Cyrtacanthacridinae, Oedipodinae dan
Acridinae. Pada abad ke-19 banyak kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh
belalang kembara di daerah Laut Tengah, Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Serangan hama belalang di Indonesia pada tahun 1877, yaitu belalang L. migratoria
manilensis Meyen yang menyerang pertanaman padi di pulau Halmahera. Pada
tahun 1915 terjadi di Minahasa dan Sulawesi Selatan, Kalimantan Utara pada tahun
1918. Pada bulan Oktober – Nopember 1973, 1974 dan 1975 kerusakan tanaman
terjadi di seluruh pulau Sumba. Bulan April 1995 sampai Oktober 1999/2000,
terjadi serangan di Lampung. Bulan Oktober 2005 menyerang tanaman di
Kalimantan Barat. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu propinsi yang
bermasalah dalam hama belalang kembara dari 2007 hingga saat ini yakni di
Kabupaten Timor Tengah Utara, Belu dan Sumba Timur
a. Telur
Siklus hidup dari telur ke telur mencapai 70 - 110 hari, dengan masa inkubasi
telur 15 hari, 30 - 50 hari untuk stadia larva dan aktivitas serangga dewasa dapat
berlangsung sampai 50 hari. Telur-telur diletakkan pada permukaan tanah yang
tidak tertutup. Belalang betina mampu bertelur sampai 200 butir pada 7 - 8 tempat.
b. Nimfa
Nimfa yang baru menetas biasanya masih diselimuti oleh selaput telur yang
kemudian dilepaskannya.. Nimfa pada fase soliter berwarna hijau atau coklat. Fase
gregarius nimfa berwarna: kemerah-merahan oranye kecoklat-coklatan dengan pola
warna: dua garis horizontal hitam atau dua stripes di belakang mata majemuk,
memiliki dua garis memanjang pada: pronotum & bakal sayap & juga pada lateral
dan dorsal abdomen Individu dewasa pada densitas rendah kepala relatif sempit,
pronutum kepala tinggi, femur belakang panjang. Pada densitas tinggi kepala lebih
lebar, pronotum kepala rendah, femur lebih pendek dari sayap, warna tubuh
coklat/kecoklatan dan abdomen lebih besar (betina), jantan warna tubuh kekuning-
kuningan, lebih lancing tubuhnya dan lebih aktif dari betina.
c. Imago
Nimfa berwarna hijau, imago hijau dan sayapnya coklat. Panjang tubuh
belalang kembara yang didapatkan pada fase nimfa 2-4 cm dan imago 4.6-6.8 cm
(Oktaria et al 2013). Menurut Kalshoven (1981), panjang tubuh belalang kembara
dewasa berkisar antara 4 sampai 7 cm. Imago betina yang berwarna coklat
kekuningan siap meletakkan telur setelah 5-20 hari, tergantung kepada suhu
lingkungan sekitar. Seekor betina mampu menghasilkan 6-7 kantong telur yang
diletakkan di dalam tanah dengan jumlah telur 40 butir per kantong. Imago betina
hanya membutuhkan satu kali kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam
kantong-kantong tersebut. Imago jantan yang berwarna kuning mengkilap
berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betina. Lama hidup dewasa adalah
11 hari (Pabbage et al 2007).

Gambar 2 Locusta migratoria manilensis

d. Penghitungan penentuan fase


Berdasarkan data yang dihitung dari 25 spesies Locusta migratoria manilensis
di dapatkan data
No Panjang Femur (cm) Panjang sayap Rasio
depan (cm)
1 2.5 4.5 1.8
2 2.9 4.6 1.58
3 3 5 1.66
4 3.2 5 1.56
5 3.1 5 1.61
6 2.7 4.2 1.75
7 3 5.2 1.73
8 2.6 4 1.53
9 2.3 3.9 1.69
10 3.0 5.2 1.73
11 3.2 5.3 1.65
12 3.3 5.0 1.51
13 2.2 4.3 1.95
14. 3.2 5.0 1.56
15 3.2 4.8 1.5
16 2 4.2 2.1
17 2.8 5 1.78
18 3 5.3 1.76
19 2.6 4.5 1.73
20 2.8 4.8 1.71
21 3 5.1 1.7
22 2.9 4.9 1.68
23 2.8 4.8 1.71
24 3.2 4.7 1.46
25 2.9 4.6 1.58

Hasil rataan yang diperoleh dari hasil ratio yaitu 1.68 (Fase Soliter)
Bentuk dari belalang ini memiliki perbedaan yaitu jika fase soliter antara
pronotum berbentuk cembung, jika fase transien berbentuk lurus, dan jika fase
gregarious berbentuk cekung.

3. Nezara viridula
Kepik hijau (Nezara viridula) memiliki sepasang sungut yang beruas ruas.
Bentuk tubuh pipih, memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies
ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan
padabagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap
belakang sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai
adanya sepasang antena, mata faset dan occeli, mempunyai alat mulut menusuk dan
menghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet (Badan
Pendidikan dan Latihan Pertanian, 1991).
a. Telur
Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan
bawah daun setelah 6 hari telur menetas. Nimfa terdiri dari 5 instar dan pada pagi
hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong
dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Kelompok telur Nezara viridula, bentuk telur seperti cangkir, warna kuning dan
berubah menjadi merah bata pada 3 hari sebelum menetas, jumlah telur tiap
kelompok 10-118 butir, telur diletakkan pada daun, batang, polong
b. Nimfa
Nimfa terdiri dari 5 instar dan pada pagi hari berada di atas daun, saat matahari
bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur
hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan (Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian,
1991).
(Gambar 3a Siklus Hidup Nezara viridula)

(Gambar 3b Nezara viridula)


c. Imago
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos. Tubuhnya
berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm. Di punggungnya
terdapat 3 bintik berwarna hijau.

4. Leptocorisa oratorius
Salah satu jenis hama penting pada tanaman padi ialah walang sangit
(Leptocorisa spp.) yang menyerang tanaman padi pada masa pengisian bulir buah
padi sehingga menyebabkan penurunan kualitas gabah (Kalshoven, 1981). Walang
sangit Di Indonesia, hama ini menyerang buah padi yang dalam keadaan matang
susu. Tanaman inang selain padi yang disukai walang sangit antara lain adalah
sorghum, tebu, gandum dan berbagai jenis rumput, di antaranya: Italica, Setaria,
Panicum crus-galli, Panicum colonum, Panicum flavidum, Panicum miliare,
Eleusine coracana, Setaria glauca (Pratimi, 2011).

a. Telur
Walang sangit mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100
butir/betina (Kalshoven, 1981). Menurut Rajapakse & Kulasekera (2000) cit.
Effendi et al. (2010), menyatakan siklus hidup walang sangit lebih kurang 35 – 56
hari dan mampu bertelur 200-300 butir per induk. Kemampuan bertelur yang tinggi
ini dapat menyebabkan peningkatan populasiwalang sangit dengan cepat di
pertanaman padi.Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan
rumput rumputan lainnya secara berkelompok dalam satu sampai dua baris. Telur
bewarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-
21 butir dan lama periode telur rata-rata 5.2 hari (Siwi et al, 1981).

b. Nimfa
Nimfa yang baru menetas berwarna hijau pucat, kemerahan serta memiliki
antena berwarna keputihan yang lebih panjang dari tubuhnya (Hosamani et al.
2009). Nimfa mengalami 5 instar sampai menjadi imago dan berkembang selama
19 hari; perkembangan dari telur menjadi imago sekitar 25 hari; siklus hidupnya
mencapai 46 hari. Panjang tubuh nimfa instar pertama sekitar 2 mm, sedangkan
nimfa instar terakhir dapat mencapai 13 sampai 14 mm (Kalshoven 1981). Imago
walang sangit memiliki tubuh yang panjang dan ramping, dengan panjang 14
sampai 17 mm dan lebar 3 sampai 4 mm (Pathak dan Khan 1994). Selain itu, pada
bagian sisi ventral abdomen terdapat bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
dengan jumlah 3 sampai 6 titik (Siwi dan van Doesburg 1984).

c. Imago
Serangga dewasa (imago) berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran
panjang sekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang
panjang.Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago
serangga ini baru dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan
daur hidup walang sangit antara 32-43 hari. Lama periode bertelur ratarata 57 hari
(berkisar antara 6-108 hari), sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80
hari (antara 16-134 hari) (Siwi et al.,1981). Menurut Pracaya (2009) ciri-cirinya
adalah dibagian sisi badan mempunyai bintik bewarna merah tua, belakang mata
mempunyai bintik bewarna merah tua, sedangkan pada ujung abdomen walang
sangit jantan berbentuk cembung dan walang sangit betina berbentuk cekung.

(Gambar 4.1a Walang sangit jantan , Gambar 4.1b Walang sangit betina)
(Gambar 4.2a Karakter morfologi Spesifik pada Leptocorisa oratorius, spot pada
bagian belakang mata, (b) spot pada bagian lateral abdomen.)

5. Riptortus linearis
Riptortus linearis tergolong family Alydidae, Ordo Hemiptera. Imagonya
berbadan Panjang lurus, berwarna kuning cokelat, bentuknya mirip dengan walang
sangit (Leptocorisa oratorius) tetapi mudah dikenali dengan adanya garis putih
kekuningan yang terdapat pada sisi badannya (Kalshoven 1981). Pada femur
tungkai belakang dijumpai duri-duri, bagian posterior dari protoraks dilengkapi
dengan duri-duri halus (Dammerman 1929)
a. Telur
Peletakan telur terjadi pada pagi hari dan siang hari, menjelang malam hari
serangga tidak bertelur lagi, serangga betina meletekaan telur secara berkelompok
atau satu persatu sebanyak dua sampai lima butir. Telur berbentuk bulat dengan
diameter 1.20 mm, bagian tengahnya agak melekuk ke dalam. Telur baru diletakkan
berwarna biru ke abu-abuan, kemudian menjadi abu-abu dan akhirnya berwarna
cokelat suram. Stadia telur berkisar antara enam sampai delapan hari (Tengkano
dan Dunuyali 1976). Menurut Suhardjan dan Tengkano (1963) seekor betina dapat
menghasilkan 100 butir telur semasa hidupnya, sedangkan Kalshoven (1983)
seekor betina dapat menghasilkan 70 butir selama dua minggu.

b. Nimfa
Nimfa menterupai semut dan mengalami lima kali pergantian kulit sebelum
menjadi imago. Nimfa instar pertama dan kedua menyerupai semut gramang,
sedangkan instar ketiga , keempat, kelima menyerupai semut rangrang dan akhirnya
menyerupai semut hitam. Nimfa yang baru berganti kulit berwarna kemerah-
merahan dan lama-kelamaan berubah warnanya. Nimfa instar pertama dan kedua
sangat aktif bergerak dan mencari makan dalam keadaan kenyang beristirahat pada
tempat-tempat yang tersembunyi. Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima tidak
aktif bergerak dan geraknya sangat lamban lebih banyak diam.

c. Imago
Imagonya berbadan Panjang lurus, berwarna kuning cokelat, bentuknya mirip
dengan walang sangit (Leptocorisa oratorius) tetapi mudah dikenali dengan adanya
garis putih kekuningan yang terdapat pada sisi badannya (Kalshoven 1981). Pada
femur tungkai belakang dijumpai duri-duri, bagian posterior dari protoraks
dilengkapi dengan duri-duri halus (Dammerman 1929)
6. Helopeltis antonii
Helopeltis antonii Signoret merupakan serangga dari ordo Hemipera, famili
Miridae. Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan struktur berbentuk jarum
pada skutelum serta memiliki antena yang panjangnya sekitar dua kali panjang
tubuhnya. Tubuh berwarna hitam dengan skutelum berwarna merah cerah pada
betina dan merah kehitaman pada yang jantan. Bagian bawah abdomen berwarna
putih keabu-abuan dengan panjang tubuh berkisar antara 6.5-7.5 mm. Helopeltis
spp. merupakan salah satu genus yang memiliki banyak spesies. Ada beberapa
spesies yang menyerang tanaman perkebunan yakni H. antonii, H. theivora, H.
bradyi, H. anacardii, H. schoutedeni, H. clavifer, H. theobromae, H. bakeri. Di
Indonesia, spesies yang banyak merusak tanaman jambu mete, kakao dan teh adalah
H. antonii dan H. theivora (Kalshoven 1981).
a. Telur
Telur diletakkan dalam jaringan muda sehingga pada saat menetas, nimfa
dapat menemukan makanannya secara langsung. Telur memiliki dua helai benang
berwarna putih dengan panjang berbeda yang muncul pada permukaan bagian
tanaman tempat telur diletakkan. Stadia telur rata-rata berlangsung selama tujuh
hari (Wiratno et al. 1996).
b. Nimfa
Nimfa serangga ini terdiri atas lima instar dan mengalami lima kali
pergantian kulit. Lama stadia instar satu sampai lima bervariasi yakni antara dua
sampai empat hari. Nimfa berwarna cokelat, tidak bersayap dan memiliki antena
yang terdiri atas empat ruas yang panjangnya hampir dua kali panjang tubuhnya.
Nimfa memiliki sifat kurang aktif dan mudah ditangkap. Apabila diganggu nimfa
akan bersembunyi dibalik batang, daun atau bagian-bagian terlindung lainnya.
c. Imago
Imago berwarna kehitaman, memiliki sayap dan bagian bawah abdomen
berwarna putih keperakan. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat
warna toraks dan ukuran tubuhnya. Toraks imago jantan berwarna merah kehitaman
sedangkan imago betina berwarna merah cerah. Ukuran imago jantan lebih kecil
dari imago betina. Hama ini mampu bertelur sebanyak 1-18 butir perhari dengan
rata-rata jumlah telur selama hidupnya adalah 80 butir (Kalshoven 1981).

(Gambar 6 Helopeltis antonii )

7. Scotinophara cinerea
Scotinophara spp black rice bug memiliki Panjang tubuh 7-10mm Panjang
terjadi didasar tanaman gramineous. Serangan dari serangga ini bisa menyebabkan
kerugian yang sangat besar pada tanaman padi. Di Malaysia di deskripsikan sebagai
Scotinophora coarctata di Srilanka disebut S. lurida. Siklus perkembangan
kepinding tanah merupakan tipe metamorfosis bertahap (paurometabola), yakni
terdiri dari tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa, dan imago. Siklus
hidup kepinding tanah sekitar 32-35 hari (Kalshoven 1981)
a. Telur
Kepinding tanah betina dapat menghasilkan 200 butir telur selama hidupnya.
Telur diletakkan berderet dua atau empat baris dengan panjang telur sekitar 1 mm
dan berwarna putih yang kemudian akan berubah menjadi jingga saat akan menetas.
Telur diletakkan pada permukaan daun 12-17 hari setelah kopulasi dan akan
menetas setelah 4-7 hari. Telur-telur tersebut biasanya dilindungi oleh induk
kepinding tanah sampai telur menetas (Gallagher 1991).
b. Nimfa
Nimfa kepinding tanah berwarna coklat muda dan kuning dengan bercak
hitam. Nimfa berada di antara celah pada pangkal tanaman padi pada siang hari dan
aktif pada malam hari. Stadia nimfa 25 sampai 30 hari dengan empat atau lima
instar dan nimfa mengalami pergantian kulit setelah 4 sampai 7 hari (Suharto 2001).
c. Imago
Imago berwarna coklat atau hitam dengan bercak kuning pada bagian toraks,
panjangnya 8-9 mm (Hills 1983). Imago mampu hidup sampai tujuh bulan dan
mampu dorman dengan bersembunyi di rekahan tanah. Selama hidupnya kepinding
tanah mampu menghasilkan keturunan 2 hingga 3 generasi (Magsino 2009). Nimfa
dan imago bersembunyi di antara pangkal batang padi dekat permukaan air pada
siang hari dan aktif naik ke bagian atas pada malam hari (Reissig et al 1985). Baik
nimfa maupun imago melakukan sebagian besar kegiatan makan (menghisap cairan
tanaman) pada malam hari (Gallagher 1991). Imago tertarik cahaya dan dapat
melakukan aktivitas terbang pada malam hari (Kalshoven 1981).
(Gambar 7 Scotinophora cinerea)
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2017 Locusta migratoria manilensis Meyen. Diunduh pada 13


November 2018. Tersedia pada http://hpt.faperta.ugm.ac.id/belalang-
kembara-locusta/
Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1991. Budidaya dan Pengolahan Hasil
Kedelai. Jakarta: Departemen Pertanian.
Dammerman KW. 1929. The Agriculture Zoology of the Malay Archipelago.
Amsterdam. De Bussy Ltd
Effendi TA, R. Septiadi, Salim A dan Mazid A. 2010. Entomopathogenic fungi
from the lowland soil of south Sumatera Selatan and their potential as
biocontrol agents of stink bugs (Leptocorisa oratorius(F).J HPT Tropika,10
(2):161.
Ferdinan A. 2017. Karakteristik komunitas belalang pada beberapa vegetasi di
Lampung Selatan [skripsi]. Lampung (ID). Universitas Lampung.
Gallagher K. 1991. Pengendalian Hama Terpadu untuk Padi. Jakarta (ID).
BAPPENAS.
Hills DS. 1983. Agricultural Insect Pest of the Tropics and Their Control. 2nd ed.
New York: Cambridge University Press.
Hosamani V, Pradeep S. S. Sridhara dan C.M. Kalleshwaraswamy. 2009.
Biological studies on paddy earhead bug, Leptocorisa oratorius fabricus
(Hemiptera:Alydidae). Academic Journal of Entomology, 2 (2): 52-55.
Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta
Magsino GL. 2009. Rice black bugs : The experiences and strategies of Laguna
farmers. SEARCA’s Agriculture & Development Seminar Series; 2009 Feb
17; Laguna. Laguna NCPC-CPC, UPLB-CA [internet]. [diunduh 2018 Nov
12]. Tersedia pada : http://www.searca.org/web/adss/2009/handouts/ADSS
_Magsino_17Feb2009.pdf
Oktaria, R Jasmi, dan E. Safitri. 2013. Kepadatan Populasi Belalang Kembara
(Locusta migratoria L.) pada Tanaman Jagung di Kelurahan Pisang
Kecamatan Pauh Padang. Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI. Sumatera Barat. 4 hlm.
Pabbage MS, Adnan AM, dan Nonci N. 2007. Pengelolaan Hama Prapanen Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 274-304 hlm.
Pracaya. 2009. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi revisi. Jakarta (ID). Swadaya
Pratimi, A. 2011. Fluktuasi population walang sangit Leptocorisa oratorius F.
(Hemiptera: Alydidae) pada komunitas padi di Dusun Kepitu, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. [Tesis]. Yogyakarta (ID). Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Reissig WH. Heinrichs EA. Litsinger JA. Moody K. Fiedler L. Mer TW. Barrion
AT. 1985. Illustrated Guide to Integrated Pest Management in Rice in
Tropical Asia. Los Banos. Laguna. Philippines: International Rice Research
Institute. hlm 147-153.
Siwi SS, Yassin A, Sukarna. 1981. Slender rice bugs and its ecology and
economic threshold. Syiposium on Pest Ecology andpest Managemen,
Bogor Nov 30-Dec 2 1981.274.
Suhardjan M, Tengkano W. 1983. Pengendalian hama kedelai. Makalah pada
Konggres Entomologi II. Jakarta (ID)

Anda mungkin juga menyukai