Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN TIPE GEJALA : NEKROSIS, HIPERPLASIA,

DAN HIPOPLASIA SERTA PENGENALAN TANDA


PENYAKIT

Muhammad Ikhsan
A353180011

Dosen Praktikum:
1. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutakin, M.Si
2. Dr. Ir. Supramana, M. Si

PROGRAM STUDI PENGENDALIAN HAMA TERPADU


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit adalah kondisi yang menyebabkan perubahan abnormal dalam segi


bentuk fisiologi, keutuhan, atau tingkah laku tumbuhan. Perubahan-perubahan yang
demikian mungkin menghasilkan kerusakan sebagian atau kematian tumbuhan atau
bagian-bagian tertentu. Patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan
melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus menerus dari sel
inang untuk kebutuhannya menghentikan atau menganggu metabolisme sel inang
dengan toksin enzim atau zat pengatur tumbuhan yang disekresikannya
menghambat transportasi makanan, hara, mineral dan air melalui jaringan
pengangkutan dan mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak.
Penyakit yang mendukung pertumbuhan (suhu,kelembaban, dan cahaya) dan
kelebihan atau kekurangan zat kimia yang dibutuhkan tumbuhan (Sutrisno 2004).
Tumbuhan sakit umumnya menunjukkan gejala yang khusus gejala
(sympton) adalah perubahan perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai
akibat adanya penyakit tertentu, tidak hanya menyebabkan timbulnya suatu gejala
tetapi juga menimbulkan sindroma, selain itu beberapa penyakit berbeda
menunjukkan gejala yang sama sehingga dengan memperhatikan gejala saja sulit
untuk mendiagnosis dengan pasti maka selain memperhatikan gejala harus
diperhatikan (SIGN) dari penyakit. Tanda adalah semua pengenal dari suatu
penyakit (Wijaya 2001)
Gejala morfologi ada tiga macam yaitu nekrosa, hypoplasia dan hyperplasia.
Nekrosa adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh protoplas yang diikuti oleh
kematian sel jaringan, organ dan seluruh tanaman. Gejala nekrotik yang timbul
sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik. Ada tiga gejala yang termasuk
dalam plesionekrotik yaitu menguning (Yellowing), layu (Wilting), dan hidrosis (
adanya jaringan yang tampak bening). Gejala nekrotik setelah kematian protoplas
disebut holonekrotik (Jackson 2009).
Hipoplasia merupakan kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang
secara penuh seperti kerdin (Dwafing), kegagalan membentuk warna hijau dan
hanya menghasilkan warna kuning (klorosis), daun berwarna hijau dan kuning
(mosaic). Hiperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan, baik
ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini secara
tidak wajar seperti pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme), perkembangan
warna yang berlebihan (hiperkronik), perubahan dari jaringan dari satu bentuk
menjadi bentuk lain (metaplastic), perkembangan pucuk yang premature dan mati
pucuk (proleptic) (Agrios 1996).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam gejala penyakit
tumbuhan seperti Nekrotik, Hiperplasia, dan Hipoplasia serta mengetahui struktur
berbagai bentuk cendawan.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 dan 21 September


2018 yang berlokasi di Kebun Percobaan Cikabayan Atas (Aelefa) untuk melihat
tipe gejala dilapangan dan Laboratorium Pendidikan 1 untuk proses identifikasi
pathogen.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum yaitu buku, alat tulis, mikroskop, pinset,
silet, jarum dan pipet tetes. Bahan yang digunakan yaitu spesimen daun pisang
penyakit sigatoka (Cercospora), cordana (Cordana), spesimen daun karet penyakit
embun tepung (oidium heveae, spesimen daun kopi penyakit karat daun (Hemileia
vastatrix) penyakit embun jelaga (Capnodium sp), spesimen daun cengkeh penyakit
cacar daun (Phyloctista), penyakit karat merah (Cephaleuros), dan spesimen daun
kelapa sawit penyakit bercak daun (Curvularia sp)

Metode

Pengamatan penyakit dilapangan


Metode ini dilakukan dengan cara melihat gejala langsung dilapangan dan
mencatat setiap tanaman yang bergejala untuk dicocokkan dan diidentifikasi di
laboratorium

Pengamatan mikroskopis
Metode ini dilakukan dengan cara meneteskan aquades pada kaca preparat
kemudian spesimen daun yang bergejala digerus menggunakan silat atau jarum lalu
diletakkan ke kaca preparat yang telah ditetesi aquades kemudian ditutup dengan
cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Penyakit Sigatoka
Gejala awal yang muncul adanya bintik-bintik kecil yang berwarna kuning
pucat pada pangkal daun yang teratur pada garis lurus atau sejajar dengan tulang-
tulang daun. Bintik-bintik melebar menjadi bercak kuning tua kemerahan sampai
kehitaman dan akhirnya mengering. Sulyanti et al (2011) menyebutkan bahwa
penyakit ini tidak menyebabkan kematian akan tetapi pada gejala lanjut daun
mengering sehingga mengganggu proses fotosintesis yang akan berdampak pada
pengisian buah dan anakan. Tanaman pisang yang terserang sebesar 4,68%
dikarenakan penyebab penyakit ini menyebar melalui udara. Penyakit Yellow
Sigatoka disebabkan oleh Mycosphaerella musicola Mulder. Rocha et al (2012),
menyatakan bahwa Yellow Sigatoka menunjukkan dua puncak keparahan ekstrim.
Dimana terjadi selama musim hujan dan musim kemarau disebabkan oleh tingginya
konsentrasi spora di udara.

Penyakit Cordana
Gejala yang muncul pada daun diawali dengan bercak-bercak bulat telur.
Kemudian bercak tersebut melebar dikelilingi oleh lingkaran yang berwarna kuning
cerah. Daun yang lebih tua pusat bercaknya mengering, berwarna kelabu muda
dengan tepinya ber-warna coklat tua dan dikelilingi oleh lingkaran berwarna kuning
cerah (Arsensi & Rofik, 2015). Penyakit bercak Cordana disebabkan oleh Cordana
musae (Zimm). Intensitas kerusakan penyakit ini adalah sebesar 2%. Apabila
dibandingkan penyakit lainnya penyakit ini merupakan intensitas terendah. Hal ini
dikarenakan tingkat virulensi patogen penyebab penyakit ini lebih rendah dibanding
patogen lainnya.

Penyakit Embun Tepung


Gejala embun tepung sangat mudah dikenali karena permukaan tanaman yang
terserang terdapat lapisan putih seperti tepung. Gejala awal ditandai dengan bercak-
bercal putih tak beraturan, bercak menyatu sampai akhirnya melapisi seluruh
permukaan bagian tanaman yang terserang. Bagian yang diserang adalah bagian
daun mulai dari pucuk hingga daun dibawahnya, tangkai daun, ranting dan batang.
Berdasarkan pengamatan secara mikroskopis lapisan putih seperti tepung adalah
sekumpulan miselium, konidium, dan konidiofor dari fungi pathogen. Oidium
berbentuk elips, tidak berwarna/hialin. Daun muda yang terinfeksi pada awal
pertumbuhannya sangat terganggu dan bentuknya menjadi tidak normal
(malformasi) yaitu mengkerut, keriting atau menggelombang dan mengeras,
akhirnya daun kering dan rontok. Pengaruh infeksi jauh lebih parah pada daun muda
dibandingkan daun tua, bagian pucuk daun mengalami kematian (die-back) (
Anggraeni dan Wibowo 2006). Oidium sp (Erysiphales, Erysiphe) dikenal sebagai
parasite obligat yang hanya dapat hidup pada jaringan yang hidup (Dwidjoseputro
1978).
Penyakit Karat Daun Kopi
Gejala penyakit yaitu pada sisi bawah daun terdapat becak-becak yang semula
berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning tua, terbentuk tepung berwarna
jingga cerah yang terdiri dari urediospora jamur Hemilea vastarix (Semangun,
1990). Menurut Agrios (1999) pada serangan berat pohon tampak kekuningan,
daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul. Jamur membentuk spora dalam
jumlah banyak kemudian terjadi penetrasi ke dalam jaringan daun. Infeksi terjadi
melalui permukaan bawah daun. Perkecambahan spora memerlukan air. Lama
waktu perkecambahan tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21-15 Celcius
diperlukan waktu 1-3 jam untuk berkecambah.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen yaitu , air berperan dalam
penyebaran penyakit, angin berperan dalam penyebaran spora,umur daun
menentukan kerentanan terhadap penyakit, dan pohon atau cabang yang berbuah
lebat lebih rentan. Pengendalian penyakit meliputi, penggunaan varietas kopi yang
tahan,penggunaan mikrobia yang bersfat berlawanan, yaitu bakteri Bacillus
thuringienesis dan jamur Verticilium hemileia, dan menggunakan fungisida.

Penyakit Embun Jelaga


Gejala embun jelaga sangat mudah dikenali karena pada permukaan daun
bagian atas maupun bawah yang terserang terdapat bercak-bercak hitam yang masih
tipis dan tidak beraturan, kemudian bercak menebal dan berwarna hitam pekat.
semakin lama bercak hitam akan menyatu, membentuk bercak luas dan menebal
bahkan sampai menutupi seluruh permukaan daun sehingga bercak tersebut seolah
olah seperti jelaga. Infeksi pathogen umumnya lebih banyak pada permukaan
bagian atas daun, kadang kadang juga menyerang batang-batang dan ranting muda
(Anggraeni dan Ngatiman 2006). Adanya gejala yang membentuk lapisan hitam
merata pada permukaan daun yang disebabkan oleh cendawan saprofit dari genus
Capnodium.

Penyakit cacar daun


Penyakit dapat timbul pada tanaman di pembibitan maupun dilapang.
Bagian tanaman yang dapat terjangkit adalah daun, ranting muda, dan bunga. Pada
daun muda yang berwarna merah terdapat bagian yang melepuh yang warnanya
sama dengan warna bagian yang sehat (melepuh seperti kulit yang terkena api).
Biasanya bagian yang melepuh melengkuh keatas, tetapi kadang kadang ke bawah.
Seluruh daun mengalami perubahan bentuk. Pada bercak yang melepuh ini terdapat
titik-titik hitam. Pada daun yang berwarna hijau mula-mula terdapat bagian yang
berwarna lebih muda yang kemudian melepuh seperti cacar (bercak cacar). Pada
bercak ini kadang-kadang terdapat bitnik-bintik hitam yang kecil. Penyebab
penyakit cacar daun cengkeh adalah parasit lemah, sehingga penyakit lebih banyak
terdapat pada tanaman yang lemah (Semangun 1991).

Penyakit karat merah


Karat merah disebabkan oleh Cephaleuros sp. Penyakit karat merah
menyerang bagian daun cengkeh. Gejala yang ditunjukkan adanya bercak merah
yang menyebar pada permukaan daun. Perkembangan karat merah tidak dibatasi
oleh tulang daun. Karat merah merupakan alga hijau yang bersifat parasitik pada
daun (Nelson 2008). Pada daun yang telah berkembang sempurna ditemukan bintik-
bintik kecil berwarna cokelat kemerahan. Siring bertambahnya umur daun bintik
bintik berubah menjadi bercak- bercak tidak beraturan beukuran 1-3 mm yang
pusatnya berwarna coklat kemerahan dan tepinya dikelilingi halo berwarna hijau
bening. Jika dilihat dari permukaan bawah daun, bagian bercak tampak mencekung
kedalam seperti koreng. Pada serangan parah bercak-bercak menyatu sehingga tepi
ujung daun mengalami nekrosa dan menjadi kering. Pada serangan lanjut ini kerap
ditemukan kerak alga berwarna coklat kehijauan. Daun yang terserang parah
menjadi gugur sebelum waktunya. Pengamatan mikroskopis menunjukkan struktur
seperti misellium berwarna merah karat pada sel-sel daun yang sakit. Spora alga
ini tersusun dalam suatu kantong besar (sporangium) berbentuk silindris (Suwandi
2003).

Penyakit bercak daun kelapa sawit


Penyakit ini menyerang daun pupus yang belum membuka atau daun dua
muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah bercak bulat kecil berwarna kuning
tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua permukaan daun, bercak membesar,
bentuknya bulat, warnanya lambat laun berubah menjadi coklat muda dan pusat
bercak mengendap (melekuk). Setelah itu, warna bercak berubah menjadi coklat
tua dan dikelilingi oleh holo jingga kekuningan. Berdasarkan hasil identifikasi di
lapangan maka penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur patogenik dari genera
Culvularia sp. dapat lebih dikenal sebagai hawar daun culvularia. Penyebaran dapat
melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan kemungkinan
infeksi dari serangga. (Sunarko 2014).
SIMPULAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh maka dapat


disimpulkan bahwa berbagai gejala penyakit pada tumbuhan dapat dibedakan
berdasarkan bentuknya (Gejala morfologi dan Histologi), serta mengetahui
berbagai bentuk dari cendawan-cendawan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios G. 1999. Ilmu penyakit tumbuhan. Jakarta (ID). Bayu Media.


Anggraeni I, Ngatiman. 2006. Diagnosa penyakit embun jelaga dan daun
menggulung pada klicung (Diospyros malabarica (Desr.) Kostel) di khdtk
Rarung, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. 3(2):209-214.
Anggraeni I, Wibowo. 2006. Serangan penyakit embun tepung dan karat daun pada
Acacia auriculiformis A.Cunn. Ex Benth. Di Kediri Jawa Timur. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 3(1):45-53
Arsensi I dan Rofik A. 2015. Inventarisasi dan Identifikasi Cendawan Patogen pada
Tanaman Pisang Rutai (Musa borneensis). Zira’ah 40: 129–139.
Defitri Y. 2016. Pengamatan beberapa penyakit yang menyerang tanaman kopi
(Coffeae sp) di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Jurnal Media Pertanian. 1(2):78-84
Dwidjoseputro D. 1978. Pengantar mikologi. Bandung (ID). Penerbit Alumni
Jackson RW. 2009. Plant pathogenic bacteria: Genomics and molecular biology.
New York. Caister Academic Press.
Rocha HS, Pozza EA, Ucho CN, Corderio ZJM, Souza PE, Sussel AB and Rezende
CA. 2012. Embrapa Cassava and Fruits, Cruz das Almas, BA, Brazil
Temporal Progress of Yellow Sigatoka and Aerobiology of Mycosphaerella
musicola Spores. J Phytopathol. doi: 10.1111/j.1439-0434.2012.01897.x_
2012 Blackwell Verlag GmbH.
Semangun, H. 1990. Penyakit tanaman kebun di Indonesia. Yogyakarta (ID). Gajah
Mada University Press.
Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta (ID). Gadjah mada university press.
Sulyanti E, Liswarni Y, Indri. 2011. Inventarisasi penyakit tanaman pisang (Musa
paradisiaca Linn) berdasarkan Gejala di Kabupaten Tanah Datar. Manggoro
12:49-54.
Sunarko. 2014. Budi Daya kelapa sawit diberbagai jenis lahan. Agro Media.
Jakarta.
Sutrisno. 2004. Pengelolaan penyakit tanaman. Bengkulu (ID). Universitas
Bengkulu Press.
Suwandi. 2003. Peledakan Penyakit Karat Merah Alga Pada Tanaman Gambir
{Uncaria gambii) Di Babat Tomat, Sumatera Selatan. Pest Tropical Journal.
1(1):6-10
Wijaya. 2001. Hama dan penyakit tanaman hortikultura. Kediri. Universitas Kediri
Press

Anda mungkin juga menyukai