Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan yang asri adalah idaman setiap orang. Lingkungan yang sehat adalah hak
setiap insan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini rela tempat hidupnya dikotori
(dicemari). Namun apa yang terjadi sekarang ini? Harapan untuk hidup sehat hanyalah
harapan, jika tidak diimbangi dengan perilaku yang ramah lingkungan. Sampah ada
dimana-mana, pencemaranpun tak terhindarkan. Baik pencemaran tanah, air maupun
udara.

Sampah merupakan masalah yang tak akan ada habisnya, karena selama kehidupan ini
masih ada maka sampah pasti akan selalu diproduksi. Produksi sampah sebanding dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah banyak jumlah penduduk, semakin
meningkatlah sampah akan diproduksi. Seperti yang pernah kita saksikan di televisi
beberapa saat lalu, bagaimana kondisi teluk Jakarta saat ini? “Pulau Sampah” itulah
sebutannya. Bahkan beberapa tahun yang lalu pernah terjadi meledaknya tumpukan
sampah dari sebuah TPA yang membawa korban. Dan tergenangnya beberapa daerah
akibat bertumpuknya sampah karena pembuangan sampah ke bantaran sungai yang disusul
dengan datangnya musim penghujan saat ini. Sekarang bagaimana solusinya?

Di dalam sampah sebenarnya tersimpan banyak energi. Jika kita mau mengelola
sampah dengan serius dan dengan cara yang baik dan benar maka sampah bukanlah
masalah. Sampah bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat kita manfaatkan dan
mendatangkan penghasilan(uang). Mengelola sampah sebenarnya tidaklah sulit. Melalui
suatu pembiasaan menjadi suatu kebiasaan dan budaya. Untuk menciptakan kebiasaan
hidup bersih dan sehat memang harus kita awali sejak dini, dimana dari kebiasaan itu akan
terciptalah budaya untuk hidup bersih dan sehat.

1
1.2 Tujuan Makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui apa itu pengertian sampah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah
3. Untuk mengetahui bagaimana pembuangan sampah di Kota Lubuklinggau
4. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sampah di Kota Lubuklinggau

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam
proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk
yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena
dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi
menurut jenis-jenisnya.

A. Jenis-jenis Sampah

Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi 6 jenis :

1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan

Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi 2 jenis :

1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos. Contohnya : Daun, kayu, kulit telur, bangkai hewan, bangkai
tumbuhan, kotoran hewan dan manusia, Sisa makanan, Sisa manusia. kardus,
kertas dan lain-lain.

2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

3
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersial atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa
sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS,
maupun karton.

Berdasarkan bentuknya sampah dibagi menjadi beberapa jenis :

1. Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa
sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga,
potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:

1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.

4
2. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

 Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
 Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan
sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.

3. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur


ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di
luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun
kering di lingkungan pemukiman.

4. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia
dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor
(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu
perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan
penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).

5
Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir
tanpa air.

3. Sampah konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)


pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat
sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian,
jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah
yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

4. Limbah radioaktif

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup
dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang
tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju
biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang
masih dilakukan).

2.2 Metode Pembuangan Sampah di Kota Lubuklinggau


Sebelum kami membahas masalah metode pembuangan sampah di kota
lubuklinggau kami mendefisinikan dari beberapa referensi yang kami peroleh dari
internet antara lain beberapa metode di berbagai kota di seluruh Indonesia bagaimana
metode pembuangan sampah ini dilakukan seperti beberapa hal berikut ini :
1. Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan
ini biasanya dilakukan di tanah yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau
lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola
dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.
Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya angin berbau sampah,
menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain

6
dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di
bandung kandungan gas methan ini meledakdan melongsorkan gunung sampah)
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah
biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan samapah mempunyai
sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang
terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

2. Pembakaran/ pengkremasian sampah


Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah.
Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa
disebut "Perlakuan panas". kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan
abu. Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar.
Hal ini bsia dilakukan untuk sampah padat , cari maupun gas. Pengkremasian dikenal
sebagai cara yang praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pengkremasian adalah metode yang
kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu
terbatas ,karena fasilitas ini tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan
darat.Sampah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi dari sampah
(energy-from-waste = EfW) adalah terminologi untuk menjelaskan samapah yang
dibakar dalam tungku dan boiler guna menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran
pada alat kremasi tidaklah selalu sempurna , ada keluhan adanya polusi mikro dari
emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat dioxin yang
kemungkinan dihasilkan di dalam pembakaran dan mencemari lingkungan sekitar
pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini dianggap positif karena
menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di
sekitar kota Bandung.

3. Pengolahan kembali secara fisik.


Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol

7
bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa
dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol
HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik
lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk
yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian
bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.

4. Pengolahan biologi
a. Pengkomposan
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan
gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green
Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik
rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong
khusus untuk di komposkan.

b. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan
panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk
perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi
dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada
Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat
padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi
produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih
digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis

8
(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.
c. Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk , atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang
yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali
(seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang
sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).

Penerapan Metode Pembuangan Sampah Di Kota Lubuklinggau


Dari beberapa hal yang disebutkan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa
metode pembuangan sampah di Kota Lubuklinggau menggunakan semua metodenya.
Kenapa kami dapat menyimpulkan seperti ini karena metode pembuangan sampah di
kota lubuklinggau menggunakan metode penimbunan yaitu kawasan petanang/
belalau dan jalan poros kecamatan Lubuklinggau Timur 2. Sedangkan metode
lainnya seperti pengkremasian atau pembakaran juga dilakukan oleh sejulah
petugas DLH/ DKP seperti sebagian daun-daun kering yang biasanya di sapu
dijalan raya di pagi hari mereka membakarnya ataupun mereka juga
biasanya menguburnya di tempat pembuangan akhir sampah di kota
lubuklinggau. Di dalam kota kami ini juga mempunyai banyak aktifitas untuk
membuat sampah daun kering serta kotoran hewan menjadi pupuk kompos yang
berguna untuk ekosistem tanah.

Ketika kami bertanya kepada beberapa petugas penyapu jalan di kota


Lubuklinggau mereka mengumpulkan sampah yang berada di area jalan kota
lubuklinggau lalu di kembalikan lagi ke area bak sampah yang besar tepatnya di
sebelah Kantor kabupaten Musi Rawas yang kami wawancarai oleh wahyu dauartha
dan juga saudara kami Masayu Fatimah mewawancari petugas kebersihan di area
Masjid agung kota lubuklinggau. Di kota kami belum banyak dilakukan metode
lainnya selain di ambil yang masih berguna untuk dapat dijual kembali seperti sampah
plastik yang biasa mereka pungut dan dijual kepada pengepul di kota lubuklinggau.

9
2.3 Pengelolaan Sampah di Kota Lubuklinggau
Sama seperti diatas, sebelum kami membahas masalah bagaimana pengelolaan
sampah di kota lubuklinggau kami membahas sedikit masalah konsep pengelolaan
yang kami dapatkan sumbernya dari internet yaitu :

Konsep pengelolaan sampah


Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam
penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum,
banyak-konsep yang digunakan adalah: Diagram dari hirarki limbah.

• Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki
limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-
produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.

• Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility


(EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi
semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup
(termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung
jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas
seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan
yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab
atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.

• prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana


pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan
pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk
membayar sesuai dari pembuangan.

10
Pengelolaan Sampah Di Kota Lubuklinggau

Pengelolaan sampah di kota lubuklinggau di mulai daari pengumpulan sampah


pada bak sampah setiap paginya oleh petugas sampah yang menggunakan motor roda
tiga ataupun gerobak menuju ke bak sampah terdekat. Bak sampah terdekat tersebut
kemudian diangkut oleh petugas DLH lainnya untuk kemudian dibawa ke tempat
pembuangan akhir.

Begitupun tugas penyapu jalan, mereka mulai menyapu jalan dari jam 5 pagi
keliling menyapu di area yang telah ditentukan oleh kepala dinas kebersihan kota
Lubuklinggau dan mereka di gaji setiap bulannya agar kota lubuklinggau menjadi
kota yang bersih dan lingkungannya sehat serta menjadi kota adipura.

Pemanfaatan sapah di Kota Lubuklinggau sudah banyak dilakukan demi


membuat masyarakat kota lubbuklinggau yang kreatif dan bisa menjadikan sampah
berdaya guna dan bernilai jual. Seperti pada pasar tradisional yaitu pasar inpres kota
lubuklinggau ataupun pasar satelite kota lubuklinggau yang menjual kantong belanja/
sangkek untuk menaruh hasil belanja di pasar agar menghemat plastik daur ulang
yang biasa digunakan untuk barang belanjaan.

Bisa dilihat juga dari kebersihan kota lubuklinggau yang masih jauh bersih
karena pengelolaan yang belum memadai karena kurangnya alat ataupun mesin yang
dapat mengelola sampah, jadi sampah pun masih banyak yang berserakan dan tidak
bisa digunakan kembali serta mencemari lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan serta pengelolaan sampah di kota


lubuklinggau massih belum bisa dikatakan baik, dikarenakan banyaknya kekurangan
akan alat yang canggih untuk pengolahan sampah seperti mendaur ulangkannya, serta
kurangnya kesadaran masyrakat kota lubuklinggau yang masih membuang sampah
sembarangan tanpa berpikir bagaimana dampak negatif dari perbuatannya tersebut.
Padahal dalam kehidupan manfaat untuk pengelolaan sampah antara lain
pengehematan sumber daya alam, pengheatan energi, penghematan lahan TPA dan
lingkungan bersih.

11
BAB III
TEMPAT PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian


Dalam makalah ini kami melakukan penelitian di beberapa tempat antara lain:
1. Bak sampah area sebelah kantor Pemda Musi Rawas
2. Bak sampah area Belakang Masjid Agung Kota Lubuklinggau
3. Melalukan kunjungan ke TPA Mesat Seni Kecamatan Lubuklinggau Timur 2
4. Melakukan kunjungan ke Kantor Dinas Kebersihan Kota Lubuklinggau

Di dalam wawancara kami, kami hanya mewawancarai dua orang yaitu :


1. Ibu Suka yang dwawancarai oleh Masayu Fatimah
2. Ibu Lina yang diwawancarai oleh M. Wahyu Danuartha

12
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini yaitu Pengelolaan sampah adalah


pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair,
gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis
zat. Dalam metode pembuangan antara lain yang dilakukan di kota lubuklinggau
seperti penimbunan, pekremasian dan pembuangan ke tempat pembuangan
akhir/TPA. Pengelolaannya dapat dibaca di akhir penyimpulan makalah bab
pembahasan.

4.2 Saran

Diharapkan agar pembaca makalah ini dapat membaca dengan teliti sub atau
bagian-bagian dalam isi atau pembahasan makalah ini. Karena makalah kami masih
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan pembaca harus lebih
selektif dalam memahami kata demi kata yang kami buat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://merlinyunita.blogspot.co.id/2015/01/makalah-pengelolaan-sampah_2.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sampah
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

14

Anda mungkin juga menyukai