LUKA BAKAR
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Portofolio
Dalam Menjalani Program Dokter Internsip Periode Februari 2018
Pada RSUD H Kumpulan Pane Tebing Tinggi
Oleh
dr. Cut Farah Izzaty
Pembimbing
dr. Ediyanto Sp.B
Pendamping
dr. Ellly
dr. Nelly
Luka bakar atau combustio merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai
akibat dari aktivitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Anak-anak kecil dan orang tua
merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja
laki-laki dan pria dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada
yang diperkirakan lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka
bakar terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik
merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini.
Luka bakar hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab morbiditas
dan mortalitas pada anak. Di Amerika, lebih dari 2 juta orang mengalami luka bakar
setiap tahun. Sekitar 700.000 dirawat di unit gawat darurat dan 50.000 membutuhkan
perawatan di rumah sakit. Luka bakar menempati peringkat ketiga penyebab
mortalitas di seluruh dunia.
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan etiologi, kedalaman serta luasnya
luka bakar yang menentukan gejala klinis serta beratnya luka bakar. Luka bakar
menyebabkan terjadinya hipermetabolisme akibat stimulasi sitokin-sitokin berlebihan
yang menyebabkan meningkatnya respons stres akibat proses infeksi. Proses inflamasi
umumnya meningkat segera setelah trauma terjadi dan bertahan sekitar 5 minggu
paska trauma. Respons metabolisme yang terjadi diantaranya peningkatan suhu,
kebutuhan O2, glukosa serta peningkatan produksi CO2. Komplikasi yang terjadi
pada pasien luka bakar antara lain, gagal napas, syok dan infeksi sistemik ke berbagai
organ yang dapat menyebabkan kematian. Seringkali pasien luka bakar mengalami
syok akibat kehilangan banyak cairan atau sepsis, sehingga diperlukan pemantauan
hemodinamik ketat. Tatalaksana penanganan luka bakar di ruang perawatan intensif
harus bersifat holistik yang mencakup tatalaksana jalan napas dan oksigenasi,
resusitasi cairan, pemberian antibiotika, tatalaksana nutrisi, penanganan nyeri hingga
perawatan luka untuk menurunkan mortalitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan
kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat. Kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel
epitel. Sel –sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak
pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans. Epidermis terdiri
dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan
pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papillaris
dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis.
Gambar 3: Anatomi kulit
(Dikutip dari : Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com)
2.2. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan
kerusakkan jaringan. Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir,
sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung
pada tinggi suhu dan lama kontak. Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka
bakar adalah sekitar 44°C dengan kontak sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65°C
dengan kontak selama 2 detik sudah cukup menghasilkan luka bakar. Kontak kulit
dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm
dapat mencapai suhu 47°C, air panas yang mempunyai suhu 60°C yang kontak
dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan sebagian ketebalan
kulit dan diatas 70°C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit. Temperatur air
yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36°C-42°C. Pelebaran kapiler dibawah
kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35°C selama 120 detik, vesikel terjadi
pada suhu 53°C-57°C selama kontak 30-120 detik.
Gambar 3. Evaluasi
luka bakar derajat 2 —
1 jam ,
1 – 1 th 5 th
14
18
9 9
9 9
18 18
18 18
16 16
14 14
15 th Dewasa
10 9
9 9 9 9
18 18 18 18
1
18 18 18 18
2.9. Terapi
2.9.1 Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar
di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah
membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak
bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu
15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
2.9.2 Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada
luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan
sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum
dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask.
Intubasi bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas
pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage.
Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif
dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi
dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu
lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi.
Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa
endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik
disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada
proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan
distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu,
pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial
dan foto thorax
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan 16 jam
berikutnya.
Pada anak:
Hari I:
RL: dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
1 – 5 thn = kgBB X 75cc
5-15 thn = kgBB X 50cc
Hari II: sesuai kebutuhan faal
Formula Parkland:
Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
4. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme
bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi debridement secara
alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi), pencucian luka, wound
dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan perawatan luka adalah untuk
menutup luka dengan mengupaya proses reepiteliasasi, mencegah infeksi,
mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan untuk menyamankan pasien.
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan setelah keadaan penderita stabil,
karena merupakan tindakan yang cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil
tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa
membuang lapisan epidermis diatasnya.
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan
penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan sirkulasi sehingga
bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini penjepitan (compartment
syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa (sensibilitas) menjadi
kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus cepat ditolong dengan membuat
irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien atau
dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan kasa
lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka tertutup dengan
occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan. Penggunaan tulle
(antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang
memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan
untuk mengatasi infeksi pada luka.
6. Lain-lain
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana populasi
kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan
hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan antibiotik.
Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazine 1%,
silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida
diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik
bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-
3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan
melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi enteral
dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera bertujuan untuk
mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral dilakukan dengan
aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam yang menandakan pasase
saluran cerna baik.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka bakar luas
harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari
diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah sirkulasi normal
atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah, elektrolit, hemoglobin
dan hematokrit.
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. ANW
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Bajenis
Tanggal pemeriksaan : 19 September 2018
No. Register : 10-22-xx
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Tersiram air panas
Riwayat Penyakit Sekarang : Dialami sejak ± 30 menit sebelum masuk rumah sakit
akibat terkena air panas. Pada kulit tampak berwarna kemerahan, tampak gelembung-
gelembung yang berisikan air dan beberapa bagian kulit tampak mengelupas.
Sebelumnya pasien sedang memasak air di kompor, ketika hendak berjalan pasien tidak
sengaja tersandung dan mengenai dandang yang berisikan air mendidih yang sedang di
masak. Air tersebut tumpah dan percikan air panasnya mengenai tubuh pasien pada
daerah perut bagian depan, kedua kaki depan dan belakang. Nyeri (+). Riwayat pingsan
(-), nyeri kepala (-) sesak (-) mual (-), muntah (-). BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu :-
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Pengobatan :-
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100x /menit, regular, isi cukup
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 36,5°C
Primary Survey
Airway : Clear, stridor (-), c-spine stabil
Breathing : Spontan, RR 20x/menit
Circulation : Akral dingin, TD 120/80mmHg, HR 100 x/menit, regular, isi cukup
Defibrillation : Refleks cahaya (+/+)
Environment : Tampak hiperemis akibat luka bakar pada perut dan kedua kaki
Kepala
Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3 mm,
reflex cahaya +/+,
Tenggorokan : arkus faring simetris, tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Bibir & mukosa mulut kering (-)
Leher
Trakea simetris di tengah, KGB tidak teraba membesar
KGB
Tidak teraba membesar pada axilla dan supraklavikula
Thorax
• Pulmo:
Inspeksi : Simetris statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus lapang paru kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Terdengar sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Seluruh lapang paru kanan dan kiri vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
• Cor:
Inspeksi : Iktus kordis terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba di 1 jari medial sela iga 5 midclavicula line
sinistra, kuat angkat.
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ S1 S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Hiperemis (+)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+), hepar dan limpa tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Hiperemis (+) akral dingin, bula (-) edema -/-
Ekstremitas bawah : Hiperemis (+) akral dingin, bula (+) edema -/-
Pemeriksaan Laboratorium
19 September 2018
Hb : 13 gr/dl
Ht : 44,3 %
Leukosit : 25.700 /mm3
Trombosit : 21.000 / µL
Eritrosit : 6,5 juta/µL
Status Lokalis
Kepala dan leher : 0%
Trunkus anterior : 9%
Trunkus posterior : 0%
Ekstremitas atas kanan : 0%
Ekstremitas atas kiri : 0%
Ekstremitas bawah kanan : 18%
Ekstremitas bawah kiri : 18%
Genitalia : 0% +
Total : 45% Tampak kulit hiperemis dan bula
pada lokasi luka bakar
D. Resume Pasien
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang pasien perempuan berusia 37 tahun
datang ke IGD RSUD Kumpulan Pane pada tanggal 19 September 2018, pukul 05.01 WIB
dengan keluhan nyeri dan terasa panas pada perut dan kedua kaki setelah tersiram air panas.
Keluhan juga disertai dengan kulit yang tampak berwarna kemerahan, tampak gelembung-
gelembung berisi air dan pada beberapa bagian kulit tampak mengelupas. Sebelumnya pasien
sedang memasak air di kompor, ketika hendak berjalan pasien tidak sengaja tersandung dan
mengenai dandang yang berisikan air mendidih yang sedang di masak. Air tersebut tumpah
dan percikan air panasnya mengenai tubuh pasien pada daerah perut bagian depan, kedua
kaki depan dan belakang.
Dilakukan pemeriksaan didapatkan, kesadaran compos mentis, primary survey clear,
pemeriksaan fisik menyeluruh didapatkan hiperemis pada perut bagian depan, dan seluruh
ekstemitas inferior.
E. Diagnosa
Luka bakar grade II A – II B 45%
F. Tatalaksana Awal
Kebutuhan cairan sesuai rumus Baxter:
(4cc x BB dalam kg x % luas luka bakar)
- IVFD RL = 4cc x 60 Kg x 45% luka bakar = 10.800cc/24 jam
o5.400cc untuk 8 jam pertama = 675cc/jam=255gtt/i
o5.400cc untuk 16 jam berikutnya = 337,5cc/jam = 113 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
G. Follow Up
Tanggal Subject Object Assessment Planning
19 Nyeri pada KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD:120/80 - IVFD RL 225 gtt/i (8
September bagian terkena grade II A – II
mmHg jam), dilanjutkan 113
2018 luka bakar (+) B 45%
HR : 100 x/i
gtt/i (16 jam)
RR : 20 x/i
- Inj. Ceftriaxone 1
T : 36,5°C
gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
20 Nyeri (+), KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 100/70 - IVFD RL 20 gtt/i
September demam (+) grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 HR : 72 x/i B 45% gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Ketorolac 1 amp/8
T : 37,6°
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
21 Nyeri (+) , KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 110/80 - IVFD RL 20 gtt/i
September demam (-) grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 76 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Ketorolac 1 amp/8
T : 36,5°
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
22 Nyeri (+) KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 110/70 - IVFD RL 20 gtt/i
September grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 76 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Ketorolac 1 amp/8
T : 36,6°
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
23 Nyeri (+) , KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 110/70 - IVFD RL 20 gtt/i
September grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 80 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Ketorolac 1 amp/8
T : 36,5°
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
24 Nyeri (+) , KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 110/70 - IVFD RL 20 gtt/i
September berdenyut (+) grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 80 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - inj. Gentamicin 1
T : 36,5°
amp/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
Asam mefenamat
3x500mg
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
25 Nyeri (+) , KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 110/70 - IVFD RL 20 gtt/i
September berdenyut (+) grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 80 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Gentamicin 1
T : 36,5°
amp/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Asam Mefenamat
3x500mg
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
26 Nyeri (+) ↓, KU : CM Luka bakar - Diet MII
TD: 100/80 - IVFD RL 20 gtt/i
September berdenyut (+) grade II A – II
- Inj. Ceftriaxone 1
mmHg
2018 B 45%
HR : 76 x/i gr/12 jam
RR : 20 x/i - Inj. Gentamicin 1
T : 37°
amp/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam
- Inj. Novalgin 1
amp/12 jam (jika T ≥
38°C)
- Imunos plus 1x1
- Burnazine zalf
- Kompres Nacl basah
- PAPS
H. Prognosis
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Functionam :Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam :Dubia Ad Bonam
BAB IV
KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Berat luka bakar bergantung pada dalam,
luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi
prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema
dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan.
Resusitasi luka bakar yang ideal adalah mengembalikan volume plasma dengan efektif
tanpa efek samping. Kristaloid isotonic, cairan hipertonik, dan koloid telah digunakan untuk
tujuan ini, namun setiap cairan memiliki kelebihan dan kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA