Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MK.

KEPERAWATAN ANAK

“JUVENIL DIABET”

Dosen Pengampu:

Marcellina R W., SST., MPd

OLEH

Kelompok VI:

Elly Tjitra Wardianny 201702048


Maria Susar 201702058
Regina A.D Raga 201702061
Siti Nurhayati 201702062

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ST. VINCENTIUS A PAULO

ILMU KEPERAWATAN JALUR B

2017/2018

I. KONSEP MEDIS

1. Pengertian Diabetes Juvenil

0
Penyakit diabetes mellitus juvenile adalah penyakit yang disebabkan defisiensi

insulin yang absolute. Hal itu terjadi karena kerusakan total dari sel beta pancreas

yang merupakan sel-sel penghasil insulin, penyakit ini terjadi pada orang muda

dengan usia 30 tahun atau bahkan sejak usia anak-anak sehingga disebut juvenile

onset diabetes mellitus. Secara umum insiden IDDM akan meningkat sejak bayi

sehingga mendekati pubertas, namun semakin kecil setelah pubertas. Terdapat dua

puncak masa kejadian IDDM yang paling tinggi yakni usia 4-6 tahun serta usia 10-14

tahun.
2. Etiologi
Sindrom klinik DM disebabkan oleh berbagai etiologi dan mekanisme

patogenik. DM tipe 1 sekarang diyakini sebagai penyakit autoimun yang timbul jika

individu yang memiliki predisposisi genetic terpajan pada factor pencetus seperti

infeksi virus.
1. Faktor genetic. DM tipe 1 tidak diwariskan dari orang tua, tetapi hereditas

adalah factor etiologi yang dominan. Berbagai mekanisme genetik telah

diajukan, tetapi sebagian besar ahli cenderung mengajukan warisan

multifaktorial atau gen resesif yang entah bagaimana terkait dengan human

lymphocyte antigen (HLA).


2. Mekanisme autoimun. Proses autoimun melibatkan penderita DM tipe 1. Teori

terbaru menyebutkan bahwa gen HLA dapat menyebabkan defek sistem imun

sehingga individu menjadi rentan terhadap factor pemicu, misalnya sumber diet

(Atkinson dan Ellis,1997), virus bakteri atau iritan kimiawi. Factor predisposisi

memulai proses autoimun dengan menghancurkan sel-sel beta, insulin tidak

bisa diproduksi. Terdapat juga hubungan yang kuat antara DM tipe 1 dan

gangguan endokrin autoimun lainnya, seperti tiroiditis dan penyakit Addison

1
3. Patofisiologi
Diabetes mellitus Tipe 1: DM Tipe 1 merupakan kelainan autoimun yang

terjadi pada individu yang rentan secara genetic, yang juga dapat terpajan satu atau

beberapa faktor lingkungan atau dapatan, seperti kimiawi, virus, atau agens toksin

lainnya yang berimplikasi dalam proses perkembangan.


a) Ketika individu yang rentan secara genetic terpajajn faktor lingkungan, sistem

imun memulai proses mediasi limfosit T yang merusak dan menghancurkan sel

beta pancreas, yang menyebabkan ketidakadekuatan sekresi.


b) Insulin tidak dapat mengubah sel perifer untuk memindahkan glukosa

melewati membrane sel


c) Hasil akhir adalh hiperglikemia, akumulasi glukosa dalam darah, dan

ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan sumber bahan bakar utamanya

secara efektif
d) Ginjal berupaya untuk menurunkan glukosa darah, yang menyebabkan

glukosuria dan poliuria, dan protein serta lemak dipecah untuk energy.
e) Metabolism lemak menyebabkan penumpukan keton dan asidosis
4. Manajement dan Penatalaksanaan Terapeutik
a) Penanganan meliputi tim layanan kesehatan multidisiplin, dengan anak dan

keluarga sebagai bagian utama dari tim tersebut.


b) Tujuan utama untuk manajement terapeutik meliputi
c) Mencapai pertumbuhan dan perkembangan normal
d) Meningkatkan pengaturan glukosa serum yang optimal, meliputi kadar cairan

dan elektrolit dan kadar hemoglobin glikosilasi mendekati normal (yaitu

hemoglobin yang berikatan dengan glukosa; hemoglobin ini memantau control

gula darah jangka panjang dan diabetes)


e) Mencegah komplikasi dan
f) Meningkatkan penilaian positif terhadap penyakit, dengan kemampuan untuk

menangani secara mandiri di rumah.

2
g) Menciptakan control glukosa sangat penting dalam mengurangi risiko

komplikasi jangka pajang yang berkaitan dengan DM


h) Kunci sukses adalah melakukan edukasi pada anak dan keluarga sehingga

mereka dapat menangani kondisi kronis ini secara mandiri


i) Penanganan meliputi pemantauan glukosa darah; penuyntikan insulin harian,

dan/atu obat hipoglikemi, diet yang realistic; program latihan; dan penanganan

secara mandiri dan ketrampilan pengambilan keputusan


4.1 Pemantauan kontrol glikemia
a. Control glikemik yang konsisten menyebabkan lebih sedikit komplikasi jangka

panjang terkait diabetes.


b. Dua metode penting untuk penemuan control glikemik meliputi pemantauan

glukosa darah dan pemantauan kadar hemoglobin A1c (HbA1c)

Meskipun seorang anak penderita diabetes terkendali sering kali mengalami

gejala hipoglikemia ringan, tetapi jika tanda dan gejala dikenali secara dini dan

dihilangkan dengan cepat dengan terapi yang cepat aktifitas anak tidak akan

terganggu selama beberapa menit. Episode hipoglikemia kebanyakan terjadi sebelum

makan atau jika efek insulin mencapai puncaknya.

tabel 4.1

Variabel Hipoglikemia Hiperglikemia


Serangan Cepat (menit) Bertahap (hari)
Suasana hati Labil, mudah tersinggung, cemas, Letargik

ketakutan
Status mental Sulit berkonsentrasi, berbicara, Sensori tumpul, bingung

memfokuskan, mengkoordinasi
mimpi buruk
Perasaan Merasa gemetaran; lapar Rasa haus
Sakit kepala Kelemahan
subjektif Pusing Mual/muntah
Nyeri abdomen

3
Variabel Hipoglikemia Hiperglikemia
Kulit Pucat Kemerahan
Berkeringat Tanda-tanda dehidrasi
Membrane Normal Kering, pecah-pecah

mukosa
Respirasi Dangkal, normal Dalam, cepat (kussmaul)
Nadi Takikardia, palpitasi Kurang cepat, lemah
Bau napas Normal Seperti buah-buahan, aseton
Neurologik Tremor Reflex menurun
Lambat: hiperfleksi, dilatasi, Perestesia

pupil, kejang
Tanda-tanda tak Syok, koma Asidosis, koma

menyenangkan
Darah :
Glukosa Rendah; di bawah 60 mg/dl Tinggi;250 mg/dl atau lebih
Keton Negatif Tinggi/besar
Osmolaritas Normal Tinggi
pH Normal Rendah(7,25 atau kurang)
hematokrit Normal Tinggi
HCO³ Normal Kurang dari 20 mEq/L
Urine :
Haluaran Normal Poliuri(awal) sampai oliguri

(lanjut)
Enuresis, nokturi
Glukosa Negatif Tinggi

Keton Negatif/sangat rendah Tinggi


Visual Diplopia Pandangan kabur

4.1.1 Pemantauan Glukosa Darah


a. Pemantauan glukosa darah mengevaluasi control glikemik jangka pendek dan

memfasilitasi control glukosa yang lebih ketat karena insulin tambahan dapat

digunakan untuk mengoreksi atau mencegah hiperglikemia


b. Pemantauan glukosa darah membantu anak dan tenaga kesehatan untuk

member manajemen yang lebih baik

4
c. Anak yang di rawat di rumah sakit untuk manajemen DM mereka memerlukan

pemantauan glukosa darah sebelum makan dan pada waktu tidur jika tidak lebih

sering
d. Pemeriksaan glukosa tambahan dapat diperlukan jika control glikemik tidak

terjadi, selama waktu kesakitan, selama episode gejala hipoglikemia atau

hiperglikemia, atau perubahan terapi.


4.1.2 Pemantauan kadar hemoglobulin A1c
a. Evaluasi control glukosa jangka panjang
b. Tujuan control glikemik harus ersifat individual, tetapi American Association of

Diabetes (2011) telah mengembangka standar terkait tujuan HbA1 c pada anak

yang menyandang diabetes tipe.1 hal ini meliputi


1. Bayi dan anak kecil breusia 0 hingga 6 tahun : HbA1c <8,5% tetapi > 7,5%
2. Anak-anak berusia 6 hingga tahun 12 tahun: HbA1c < 8 % dan
3. anak-anak dan remaja berusia 13 hingga 19 tahun: HbA1c<7,5%
4.1.3 Terapi sulih insulin
a. Terapi sulih insulin merupakan landasan manajemen DM Tipe 1
b. Insulin diberikan setiap hari melalui suntikan subkutan ke dalam jaringan

adipose melalui masa otot besar menggunakan spuit insulin biasa atau

penyuntikan subkutan
c. Insulin U-100 juga dapat diberikan dengan pompa insulin portable
d. Frekuensi, dosisi, dan jenis insulin didasarkan pada jumlah kebutuhan anak

untuk mencapai kosentrasi glukosa darah tata-rata dan normal untuk mencapai

konsentrasi glukosa darah


e. Biasanya, penyuntikan dua hingga empat kali setiap hari lazim digunakan,

dengan dosis bergantung pada kebutuhan anak


f. Dosis tersebut mungkin perlu peningkatan selama ledakan pertumbuhan

pubertas juga selama kondisi sakit atau stress


g. Jenis insulin meliputi jenis kerja cepat, kerja singkat, kerja menengah, dan kerja

lama. Setiap jenis insulin bekerja pada kecepatan yang berbeda, sebagian besar

anak akan menggunakam lebih dari satu jenis insulin

5
h. Pada beberapa kasus, kombinasi segera antara insulin jenis kerja menengah dan

pendek atau cepat seperti 70% NPH dan 30% regular dapat digunakan.

Tergantung pada pertumuhan anak


i. Insulin dapat dipertahankan pada suhu ruangan, tetapi harus diganti dalam

waktu 1 bulan setelah dibuka , meskipun jika disimpan dalam lemari es


j. Setiap kelebihan vial yang belum terbuka harus disimpan dalam lemari es
k. Pompa insulin merupakan peralatan yang memberikan infuse kontinu insulin

kerja cepat. Keuntutngan terapi pompa insulin


l. Lebih sedikit penyuntikan dan lebih sedikit trauma
m. Pemberian insulin dapat dilakukan setelah makan dan disesuaikan berdasarkan

asupan actual
n. Memerlukan dosis kecil, yang dapat diberikan pompa dengan ketetapan
o. Pompa dapat menyimpan laju basal yang berbeda untuk waktu yang berbeda

dalam sehari dan hari dalam minggu (mis., laju basal yang lebih tinggi dapat

diperlukan dipagi hari ketika anak duduk di mejannya, dan laju yang lebih

rendah dapat diperlukan selama sore hari ketika anak lebih aktif dengan istrahat

dan kelas edukasi fisik). Selain itu, laju dapat deprogram secara berbeda untuk

hari sekolah versus hari akhir pekan ketika anak dapat tid lebih larut dan

memiliki tingkat aktivitas yang berbeda.


p. Terapi insulin
Insulin ini terdiri atas sediaan kerja- cepat, - singkat, - sedang , dan – lama dan

semuanya di kemas dengan kekuatan 100 unit/ml (tersedia juga dosis yg sangat besar

atau kecil,untuk digunakan jika diperlukan dalam situasi tertentu). Kebutuhan akan

dosis insulin yang tepat tidak dapat diperkirakan. Karena itu, dosis total dan

presentase insulin kerja – cepat atau kerja – singkat sampai sedang ditentukan pada

masing-masing anak. Jumlah insuln di dasarkan pada kadar glukosa darah kapiler

anak atau anggota keluarga yang diuji. Insulin harian diberikan per subcutan dengan

6
injeksi 2x sehari, injeksi multidosis, atau dengan pompa portable.diabetes dapat

dikendalikan sesuai harapan pada sebagian besar anak yang menjalani program

insulin dua kali sehari. Program ini terdiri atas kombinasi insulin kerja cepat (lispro)

atau kerja singkat (reguler), dan kerja sedang (NPH atau Lente). Kombinasi tersebut

diberikan dalam spuit yang sama sebelum sarapan pagi dan sebelum makan malam.

Jumlah insulin ditentukan dengan pengukuran kadar glukosa darah setelah efek

insulin mencapai puncak. Insulin regurel sanagat baik diberikan sekurang-kurangnya

30 menit sebelum makan agar waktu untuk absoprsi mencukupi. Disisi lain, insulin

lispro paling baik dberikan tidak lebih 10-15 menit sebelum makan.

Lokasi penyuntikan insulin


4.1.4 Nutrisi
Kebutuhan nutrisi anak penderita diabetes secara mendasar tidak berbeda

dengan anak yang sehat. Anak menderita diabetes tidak memerlukan makanan atau

7
suplemen khusus. Mereka butuh kalori yang cukup untuk menyeimbangkan energy

harian dan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Mereka

juga membutuhkan asupan dan waktu pemberian makanan yang konsisten khususnya

karbohidrat. Konsekuensinya, waktu pemberian makanan di atur agar relevan dengan

waktu dan kerja insulin yang diberikan. Distribusi kalori, khususnya karbohidrat

ditentukan sehingga sesuai dengan pola aktifitas anak. Asupan makanan didasarkan

pada diet seimbang yang terdiri atas 6 kelompok makanan : susu, daging, sayuran,

lemak, buah dan roti. Serat penting dalam perencanaan diet karena pengaruhnya pada

pencernaan absorpsi, dan metabolism banyak nutrien; serat juga mengurangi kadar

glukosa darah setelah makan.


4.1.5 Olahraga
Olahraga menjadi bagian dari penatalaksanaan diabetes dan direncanakan

sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Olahraga teratur membantu dalam

penggunaan makanan oleh tubuh dan sering kali menurunkan kebutuhan insulin.
4.1.6 Penatalaksanaan penyakit
Tujuan penatalaksanaan diabetes adalah untuk mempertahankan keadaan

euglikemia sambil mengenali dan mengatasi keton dalam urin serta mencegah

dehidrasi. Hiperglikemia dan ketonuria terjadi pada banyak keadaan sakit bahkan

dengan pengurangan asupan makanan sehingga mengindikasikan perlunya menaikan

dosis insulin.

II. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

II.1 Pengkajian

8
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus

dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum

pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat

kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

a. Identitas

Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan

diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang

lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau

memperberat keadaan penyakit infeksi.

b. Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

DS yg mungkin timbul :

– Klien mengeluh sering kesemutan.

– Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari

– Klien mengeluh sering merasa haus

– Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)

– Klien mengeluh merasa lemah

– Klien mengeluh pandangannya kabur

DO :

– Klien tampak lemas.

– Terjadi penurunan berat badan

– Tonus otot menurun

9
– Terjadi atropi otot

– Kulit dan membrane mukosa tampak kering

– Tampak adanya luka ganggren

– Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

c. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran

kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

d. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan

nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD

yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.

- Pulse rate

- Respiratory rate

- Suhu

- Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :

Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi

otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak

adanya retinopati, kekaburan pandangan.

Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.

Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.

10
f. Pemeriksaan penunjang

a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l

e) Elektrolit :

· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan

menurun.

· Fosfor : lebih sering menurun

f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup

SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan

control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK

baru)

g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3

( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :

hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan

fungsi ginjal)

j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis

akut sebagai penyebab dari DKA.

11
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1)

atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin

dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)

l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi

pernafasan dan infeksi pada luka.

II.2 Riwayat Keperawatan


A. Riwayat penyakit
1. Kaji hiperglikemi dan hipoglikemi
2. Kaji tumbh kembang anak
3. Status hidrasi
4. Tanda dan gejala ketoasidosis; nyeri abdomen , mual muntah, pernafasan

kusmaul menurunya kesadaran


5. Kaji tingkat pegetahuan mekanisme koping
6. Kaji napsu makan
7. Status berat badan
8. Frekuensi kemih
9. Fatigue
10. iritabel
B. Riwayat kesehatan
a) Selama diagnostic awal DM, riayat dapat mengungkapkan
1. Masalah dirumah atau di sekolah yang berkaitan dengan beberapa perubahan

mental atau perilaku yang dapat terjadi pada keadaaan hiperglikemik (mis.,

kelemahan dan perubahan alam perasaan).


2. Penglihatan kabur, sakit kepala, atau mengompol dan
3. Riwayat pertumbuhan yang buruk
b) Pada anak yang diketahui menyandang DM, riwayat kesehatan meliputi
1. Setiap masalah dengan hiperglikemia dan hipoglikemia
2. Diet
3. Pola aktivitas dan latihan

12
4. Obat(insulin obat diabetic oral), yang meliputi dosis dan waktu pemberian,

kemampuan untuk memberikan insulin, dan pemantauan kadar glukos darah

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

d) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi

insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja

yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

II.3 Pemeriksaan Fisik

a) Aktivitas/ Istirahat

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

b) Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan

tekanan darah

c) Integritas Ego

Stress, ansietas

d) Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

e) Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,

penggunaan diuretik.

f) Neurosensori

13
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.

g) Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

h) Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

i) Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

II.4 Uji Laboratorium dan Diagnostik


a) HbA1c > kadar glukosa lebih dari 200 mg/dl (disertai dengan gejala umum

diabetes), kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dl, dan kadar glukosa plasma 2 jam

lebih dari 200 mg/dl selama uji toleransi glukosa oral merupakan kriteria

laboratorium untuk diagnosis DM. dengan masing-masing dari uji tersebut, jika

tidak jelas, hiperglikemia tidak jelas, hasilnya harus di konfirmasi dengan uji

ulang pada hai yang berbeda


b) uji laboratorium dan diagnostic lainnya meliputi pengukuran serum anti body

sel pelau
c) Kadar seeruum nitrogen urea, kreatinin, kalsium, magnesium, fosfat dan

elektrolit seperti kalium dan natrium daapt menurun.


d) Uji tambahan meliputi DPL, uranilisis dan imunoasai untuk mengukur kadar C-

peptida setelah yi glukosa untuk memferifikasi sekresi insuli endogen

3.5 Intervensi dan Implementasi Keperawatan

1. Pengaturan Control Glukosa

14
a) Control glukosa yang konsisten dan tetap dapat mengurangi resiko komplikasi

jangka panjang yang berkaitan dengan diabetes. Oleh sebab itu, pengaturan

glukosa merupakan fungsi keperawatan yang sangat penting.


b) Pada anak yang menyandang diabetes tipe 1 dan terkadang pada kasus tipe 2,

glukosa datur oleh penyuntikan insulin subkutan.


c) Sering kali regimen terdiri atas tiga sutikan insulin kerja menengah, dengan

tambahan insulin kerja cepat sebelum sarapan dan makan malam


d) Dosis insulin biasanya diinstruksikan pada sliding scale yang berkaitan dengan

kadar glukosa serum dan bagaimana insulin tersebut bekerja.


e) Dosis dan frekuensi insulin didasarkan pada kebutuhan anak.
f) Pada anak-anak, akibat pembunuhan ynag kontinu, awitan pubertas, berbagai

tingkat aktivitas dengan jadwal yang tidak dapat diperkirakan, kebiasaan makan

yang tidak terduga, dan ketidakmampuan untuk selalu mengungkapkan

perasaan mereka, pengaturan glukosa dapat lebih menantang. Pemantauan ketat

perubahan kadar glukosa dan kebutuhan insulin sangat penting.


g) Lokasi harus dirotasi untuk menghindari hipertropi adipose (benjolan lemak

yang mengabsorbsi insulin secara buruk)


h) Jika menggunakan pompa insulin, edukasi tambahan akan diperlukan.
2. Pemantauan Komplikasi
a) Ketika anak dirawat dirumah sakit, pantau tanda komplikasi, seeperti asidosis,

koma, hiperkalemia atau hipokalemia, edemaserebral, atau hiponatreia dan kaji

adanya hipoglikemia atau hiperglikemia setiap 2 jam.


b) Pantau keadaan anak secara saksama selama waktu puncak kerja nsulin.
c) Lakukan pemeriksaaan glukosa darah sesuai yang diinstruksikan atau yang

diperlukan jika anak mengalami gejala.


d) Pada kasus anak datang mengalami KAD
(1) Pantau kadar glukosa setiap jam untuk mencegahnya jatuh >100mg/dl/jam.

Penurunan glukosa darah yang terlalu cepat member kecenderungan anak

mengalami edema serebral.

15
(2) Pemberian insulin regurel per instruksi dokter atau praktisi perawat, yang

diberikan secara intravena, dipilih selama KAD\


(3) Terapi cairan diberikan untuk menangangi dehidrasi, mengoreksi

ketidakseimbangan elektrolit dan memperbaiki perfusi perifer


(4) Biasanya anak yang mengalami KAD ditangani di unit perawatan intensif

pediatric
e) Ketika anak mengalami reaksi hipoglikemik :
(1) Berikan glucagon baik secara subkutan maupun intramuscular . anak yang

memiliki berat badan kurang dari 20kg mendapat 0,5mg; anak yang memiliki

berat badan lebih dari 20kg mendapat 1mg


(2) Dekstrose (50%) dapat diberikan secara intravena jika diperlukan
(3) Jika anak koheren, adonan atau tablet glukosa dapat digunakan
(4) Berikan 10 hingga 15 karbohidrat sederhana, seperti jus jeruk jika anak

merasakan beberapa gejala dan pemantauan glukosa darah. Ikuti tindakan

tersebut dengan karbohidrat yang lebih kompleks, seperti mentega kacang dan

biscuit kering untuk mempertahankan kadar glukosa.


f) Ketika anak mengalami reaksi hiperglikemik
Berikan insulin. Dosis biasanya didasarkan pada sliding scale atau ditentukan

setelah konsultasi dengan dokter atau praktisi perawat.


3. Identifikasi
salah satu isi pertama yang diajukan pada orang tua adalah perlunya anak

memakai identifikasi media. Informasi yang sangat penting ini dapat menyelmatkan

nyawa anak. Label identifikasi ini dapat berupa kalung, gelang, dan label untuk

sepatu.
4. Sifat diabetes
Semakin baik pegetahuan orang tua tetang patofisiologi dan fungsi serta kerja

insulin dan glucagon dalam hubungannya dengan asupan kalori dan olh raga, semakin

baik pemahaman mereka tentang penyakit dan efeknya bagi anak mereka.
5. Perencanaan makanan

16
Nutrisi normal merupakan aspek utama dari program pendidikan keluarga.

Instruksi diet biasanya diberikan oleh ahli gizi, degan penguatan dan bimbingan dari

perawat.
6. Insulin
Keluarga perlu mengetahui memahami metodepengobatan dan insulin yang

diresepkan, termasuk durasi yang efektif, awitan, dan kerja puncak. Mereka juga

perlu mengetahui karakteristik berbagai tipe insulin.


7. Prosedur injeksi
Pembelajaran trntang pemberian njeksi insulin merupakan sumber ansietas bagi

keluarga da anak. Alangkah baiknya peserta didik (keluarga dan anak) menyadai

bahwa aspek perawatan yang penting ini akan menjasi suatu rutinitas seperti halnya

mengosok gigi. Untuk memperoleh kepercayaan diri anak, perawat

mendemostrasikan teknik ini dengan memberikan injeksi yang terampik kepada orang

tua dan berikutnya orang tua melakukan demonstrasi dengan memberikan injeksi

kepada perawat. Dengan latihan, anggota keluarga akan segera mampu memberikan

injeksi insulin kepada anak.


8. Pemantauan glukosa
Perawat harus siap mengajarkan pemeriksaan glukosa kepada anggota keluarga

dengan menggunakan dua metode yang berbeda: secara manual atau dengan alat

penusuk. Alat lanset otomatis drekomendasikan karena ketepatan penususkan yang

dalam menghasilkan aliran darah yang baik an sedikit nyeri.


9. Hygiene
Semua aspek higene ditekankan pada anak penderita diabetes. Anak harus

sanga berhati-hati menggunakan sepatu tanpa kaos kaki, memakai sandal atau

berjalan tanpa alas kaki. Metode perawatan kuku dan ekstermitas di lakukan setiap

anak (dengan bimbingan ahli perawatan kaki). Mata harus di periksa setahun sekali.

Perawatan gigi berkala, dan luka tersayat dan goresan harus dibersihkan.

17
10. Lakukan edukasi dan dukungan anak dan keluarga
a) Edukasi adalah intrervensi perioritas karena tindakan tersebut akan membenatu

anak dan keluarga untuk menangani secara mandiri kondisi kronis ini
b) Manajemen harian anak yang menyandang diabetes bersifat kompleks dan

dinamasi. Manajemen tersebut akan memerlukan pemantauan yang sering,

pengobatan, termasuk obat diabetic oral dan penyuntikan imsulin, serta rencana

makan individual sementara anak berada di sekolah


c) Perawatan sekolah anak menjadi individual kontak yang terpentik baik bagi staf

maupun keluarga. Tantangna untuk elakukan edukasi pada anak yang

menyandan diabetes meliputi:


d) Anak kurang dewasa untuk memahami konsekuansi jagka panjang penyakit

kroni yang serius ini.


e) Anak tidak ingin berbeda dari teman sebayanya dan keajiban untuk mengubah

gaya hidup dapat menyebabkan kemarahan atau depresi.


(1) Keluarga yang miskin tidak mampu menyediakan makanan, obat, transportasi,

dan layanan telepon yang tepat.


(2) Keluarga dapat mendemonstrasikan perilaku yang tidak sehat, membuat anak

kesulitan untuk memulai perubahan karena kurangnya model peran.


d) Tujuan awal edukasi adalah bagi keluarga untuk mengenbangkan manajeman

dasar dan keterampilan mengambil keputusan


e) Berikan dukungan psikologis
f) Pengajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak.

Diantara topic yang disertakan ketika melakukan pengajaran untuk anak dan

keluarga mereka tentang manajemen diabetes meliputi


(1) Metode tongkat jari (fingerstick) dan glukosa darah.
(2) Pemeriksaan keton urin.
(3) Obat yang digunakan:
Agens diabetika oral
Penggunaan suntika subkutan atau pompa insulin
Pemilihan dan rotasi lokasi subkutan
Kapan menganti dosis insulin
Pengunaan glucagon

18
(4) Tanda dan gjala hipoglikemia tau hiperglikemia
(5) Komplikasi
(6) Pemeriksaan lab dan tindakan lanjut
(7) Ajarkan penggunaan insulin, rotasi dan lokasi penyuntikan.
(8) Instrksi ketika hari anak sakit dapat meliputi:
Hubungi dokter
Lakukan pemantauan glukosa darah secara lebih sering
(9) Tinjau informasi nutrisi dasar bersama anak dan keluaraga serta berikan contoh

makanan.
(10) Rujuk ke ahli gizi dapat menjadi tindakan yang tepat
g) Diagnose sakit kronis ang akan memerluka manajeman diri sulit serta anak dan

keluarga akan memerlukan dukungan.


(1) Anak dan keluarga pertama-tama akan mmerlukan waktu untk menyesuaikan

diri terhadap diagnose


(2) Anak-anak yang menyandang diabetes dan keluarga aan dapat mengallami

kesulitan koping jika mereka kurang percaya diri dalam keterampilan

menejemen diri mereka


(3) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk menangani situasi
(4) Situasi khusus bermain peran yang berkaitan dengan gejala atau komplikasi

untuk membantu mereka melihat berbagai cara untuk memecahkan masalah.


(5) Bekerja bersama anak dan keluaraga untuk meningkatkan keterampilan

penyelesaian konflik mereka


(6) Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka.
(7) Observasi tanda depresi, khususnya pada remaja
(8) Untuk meninghkatkan kepercayaan diri anak dan meningkatkan perasaan

penguasaan dan pelekatan, rujuk anak kekemah khusus anak-anak yang

menyandang diabetes dan rujuk keluarga ke kelompok dukungan lokal, jaringa

antar orang tua, atau saah satu dari banyak sumber dukungan dan yayasan

nasional.
3.6 Analisa Data

19
Kemungkinan
No Data Masalah
Penyebab
1. Data O: Resiko Intake tidak adekwat
Kurang pengetahuan
keidakseimbangan
tentang manajemen
kadar glucosa darah
diabetes
Data S:
Kurang kepatuhan pada
manajemen diabetik
Asupan diit
Pemantauan glukosa
darah tidak tepat
2. Data S: Ketidakefektifan pola Hyperventilasi
Mengatakan sesak
nafas
Data O:
Penggunaan otot bantu
nafas
RR ↑
Pernafasan cuping hidung
Pernafasan bibir
3. Data S: Ketidakefektifan Penurunan suplai darah
Mengatakan badan lemes
perfusi jaringan perifer jaringan
dan keringat dingin
Data O:
Perfusi dingin
CRT >3’
Parestesia
Keterlambatan
penyembuhan luka
Perubahan fungsi motorik
TD ↓
Nadi ↓
4. Data S: Resiko cedera Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
Data O:
Penurunan kesadaran
TD ↓
Nadi ↓
Data S: Gangguan pola Osmotik diuresis
Mengatakan sering
eliminasi urine

20
Kemungkinan
No Data Masalah
Penyebab
kencing
Data O:
Sering berkemih
Oliguria
Data S: Kekurangan volume Osmotik diuresis
Mengatakan sering
cairan
kencing dan haus
Data O:
Oliguria
Kulit kering
Mukosa kering
TD ↓
Nadi ↑
Peningkatan suhu tubuh
Data S: Perubahan nutrisi Ketidakmampuan
Mengeluh mual, cepat
kurang dari kebutuhan mencerna makanan
kenyang,
Data O:
BB ↓ 20%
Menghindari makanan
Membran mukosa pucat
Penurunan BB dengan
asupan makan yang
adekwat
Data S: Defisiensi pengetahuan Kurang pajanan
Mengungkapkan tidak
informasi
mengerti cara perawatan
kencing manis pada anak
(pengaturan diit,
pemberian injeksi insulin,
dll)
Data O:
Ketidakakuratan
melakukan perintah
Ketidakakuratan
melakukan perintah

21
Kemungkinan
No Data Masalah
Penyebab
Data S: Intoleransi aktifitas Kelemahan umum
Menyatakan merasa
lemah
Menyatalkan merasa letih
Ketidaknyamanan setelah
beraktifitas
Data O:
Sesak setelah beraktifitas
Peningkatan RR
Keringat dingin

22
3.7 Nursing Care Plan

Hari/tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
15/11/2018 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor kadar gula darah 1. Penurunan kadar gula darah
ketidakstabilan tindakan....x24 jam terjadi akibat terapi insulin yang
kadar gula darah kadar gula darah terkontrol
2. Monitor tanda hipo dan
b/d kurang terkontrol dan 2. Peningkatan/ penuruan
hiperglikemia
pengetahuan mampu memahami metabolisme karbohidrat akan
manajemen manaejemen menyebabkan hipo/
diabetes, asupan diabetes dengan hiperglikemia yang potensial
diet kriteria hasil: 3. Instruksikan kepada pasien mengancam kehidupan
Pemahaman atau keluarga tentang tanda 3. Meningkatkan rasa keterlibatan
manajemen diabetes hipo/hiperglikemia serta
Kepatuhan perilaku tatalaksana
(diet sehat) 4. Ajarkan cara pemantauan
Dapat mengontrol kadar gula darah 4. Mendeteksi fluktuasi kadar gula
gula darah 5. Kolaborasi dengan ahli gizi darah
untuk pengaturan diet 5. Bermanfaat untuk mengetahui
perhitungan dan penyesuaian
6. Kolaborasi dengan dokter
diet
untuk pemberian terapi hipo/
6. Pemberian insulin
hiperglikemia
mempermudah transisi pada
metabolisme karbohidrat dan
mencegah hipoglikemia

23
Hari/tgl Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

15/11/2018 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Berikan posisi 1/12 duduk 1. Memudahkan ekspansi paru dan
pola nafas b/d tindakan dalam memudahkan pernafasan
hiperventilasi waktu...x 24 jam 2. Anjurkan pasien untuk tenang 2. Menurunkan oksigen demand
3. Monitor RR, SpO2, tanda-
ventilasi adekwat, 3. Peningkatakn kerja nafas,
anda hipoventilasi
jalan nafas paten, hipoventilasi, dan kecukupan
TTV stabil, dengan 4. Monitor TD, Nadi oksigen perifer
kriteria hasil: 4. Perubahan TD, nadi
Irama nafas teratur menunjukkan peningkatan Work
Tidak ada 5. Monitor cyanosis perifer of breath
penggunaan otot 5. Penurunan suplai oksigen
bantu nafas 6. Kolaborasi pemberian jaringan perifer
Tidak ada oksigenasi, 6. Memaksimalkan pernafasan dan
pernafasan cuping menurunkan work of breath
hidung
RR 12-20x/mnt
TD 120/80mmHg
Nadi 60-100x/mnt
15/11/2018 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menurunkan kebutuhan akan
perfusi jarigan tindakan meningkatkan istirahat oksigen
perifer b/d keperawatan...x 24 2. Pantau tand-tanda vital 2. Mengumpulkan dan
penurunan suplai jam sirkulasi mneganalisa data sehingga
darah adekwat, dengan mencegah komplikasi
3. Batasi aktifitas fisik
kriteria hasil: 3. Meminimalkan konsumsi

24
Hari/tgl Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
TD 120/80 4. Kolaborasi untuk pemberian oksigen
Kesadaran terapi oksigen 4. Pemunuhan kebutuhan jaringan
composmentis
15/11/2018 Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan 1. Menganalisa faktor resiko
b/d disfungsi tindakan dalam keamanan pasien sesuai status potensial, mnetukan status
sensorik, waktu....x24 jam fisik dan fungsi kognitif kesehatan
hipoksia cedera tidak terjadi, 2. Berikan penjelasan pada 2. Informasi yang adekwat
jaringan dengan kriteria hasil: pasien dan keluarga penyebab meningkatkan kooperatif
Kesadaran perubahan status kesehatan
composmentis 3. Pasang side rail tempat tidur 3. Risk fall management
4. Anjurkan keluarga untuk
Klien mampu 4. Pengenalan secara dini setiap
menemani
menjelaskan faktor perubahan
resiko cedera
Klien mampu
menjelaskan
mekanisme
pencegahan cedera
Klien mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah cidera
Klien mampu
mnegenali
perubahan status

25
Hari/tgl Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kesehatan
15/11/2018 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk 1. Intake yang cukup
eliminasi urine tindakan memenuhi asupan oral mneggantikan kehilangan
b/d osmotik keperawatan melalui urine
diuresis selama ...x 24 jam 2. Manajemen cairan (pantau 2. Meningkatkan keseimbangan
eliminasi urine tidak produksi urine, warna, bau) dan mencegah komplikasi
3. Observasi asupan dan haluaran
terganggu, dengan 3. Mengetahui kecukupan cairan
urine 24 jam yang seimbang
kriteria hasil:
4. Observasi kadar gula darah
Menunjukkan 4. Peningkatan kadar gula darah
pengetahuan yang menyebabkan osmotik diuresis
adekwat tentang
penyebab poliuri
Produksi uring 05-1
ml/KgBB/jam
Kadar glucosa darah
<120 mg%
15/11/2018 Perubahan Setelah dilakukan 1. Berikan informasi mengenai 1. Informasi yang adekwat
nutrisi kurang tindakan kebutuhan nutrisi dan meningkatkan pengetahuan
dari kebutuhan keperawatan dalam bagaimana memenuhinya pasien
b/d waktu...x 24 jam 2. Ajarkan metode perencanaan 2. Mengatur porsi dan waktu
ketidakmmapuan nutrisi adekwat, makan makan dengan baik
mengabsorbsi dengan kriteria hasil: 3. Ciptakan lingkungan yang 3. Lingkungan yang nyaman akan
makanan d/d BB ↑ 0,5Kg /minggu menyenangkan untuk makan meningkatkan nafsu makan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
emas, berat Intake makanan ¾ 4. Pemenuhan yang tepat sesuai

26
Hari/tgl Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
badan pasien porsi untuk kebutuhan gizi dan kebutuhan
menurun Conjunctiva tidak kalori yang diperlukan
walaupun pucat 5. Pantau peningkatan BB 5. Pengawasan kehilangan dan
intake Gula darah stabil alat pengkajian kebutuhan
makanan <200mg% nutrisi/ keefektifan terapi
6. Pantau hasil gula darah
adekuat, 6. Peningkatan/ penurunan kadar
mual dan gula darah menjadi indikator
muntah, 7. Pantau kecukupan asupan untuk evaluasi intake kalori
konjungtiva makanan 7. Monitoring asupan nutrisi bagi
tampak 8. Kolaborasi dengan dokter tubuh
pucat, pasien untuk kebutuhan stimulasi 8. Peningkatan motilitas usus dan
tampak nafsu makan menambah nafsu makan.
lemah, GDS
>200 mg/dl
15/11/2018 Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Dapat memberikan intevensi
pengetahuan b/d tindakan pasien dan keluarga secara tepat
kurang pajanan keperawatan 2. Jelaskan tentang proses 2. Pasien dan keluarga memahami
d/d menytakan selama...x 24 jam penyakit, kondisi, prognosis, proses penyakit, kondisi,
secara verbal pasien dan keluarga dan program pengobatan prognosis, dan program
masalah, menunjukkan sesuai advis DPJP pengobatan
ketidakakuratan pengetahuan tentang 3. Jelaskan pilihan terapi yang 3. Mmepermudah pasien dan
mengikuti proses penyakit, dapat dipilih pasien keluarga memahami intervnsi
4. Menjelaskan tanda hipo/
instruksi, dengan kriteria hasil: 4. Mengetahui tentang tanda
hiperglikemia
perilaku tidak Pasien dan keluarga hipo/hiperglikemi

27
Hari/tgl Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
sesuai menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan tim
kesehatan

28
Virus (lingkungan), Faktor genetik, imunologi

WOC Diabetes Melitus Memproduksi autoantibody pada sel beta


Nanda NIC NOC jilid 1, 2015: hal 188., Lippincott, 2010: hal 268.,Price 2002: hal 1259.

Destruksi sel beta

Resiko
Peningkatan Peningkatan kadar Defisiensi insulin
ketidakstabilan
sintesis insulin, kurang intake
kadar gula darah makanan Ketidaktahuan tentang Minum obat dan
glikogen
pengobatan kontrol yang tidak Defisiensi
DM Tipe I teratur pengetahuan
Pe kadar insulin System
pernapasan

Hypoglikemia

System System
Glukagon System
neurologi perkemihan
kardiovaskuler System
pencernaan
Penurunan glukosa ke sel
Glukoneogenesis
Gangguan Konsentrasi glukosa
makrovaskular dalam darah meningkat
Peningkatan System
Lipolisis aterosklerosis metabolism cadangan muskuloskeletal
Aliran darah
kejantung menurun Aliran darah protein dan emak System
Ketidakmampuan ginjal
keserebral integument
menyerap kembali glukosa
Metabolismeasaml menurun Pe ↓ glukosa dalam
emakmeningkat Kontraktilitas Ketogenesis sel
miokard menurun Gangguan
Penurunan
makrovaskular
Gangguankeseim O2 keotak Pembentukan energy/
banganasambasat Suplai darah proses metabolism
Glukosuria dalam tubuh
ubuh kejaringan menurun Peningkatan asam Pe↓ aliran darah
Gangguan/ lambung ketungkai
disfungsi SSP
Osmotik diuresis
Hyperventilasi, Kelemahan otot,
Ketidakefektifan
tachpinea/kusmaul Anoreksia, kramotot, tonus otot
perfusi jaringan Ganggren
Penurunan mual, muntah
Perubahan nutrisi berkurang
Poliuria Dehidrasi
kesadaran. kurang dari
Ketidakefektif kebutuhan tubuh
Kerusakan
an pola nafas 29 Intoleransi aktivitas
Gangguan Kekurangan integritas kulit
Resikotinggic pola volume
edera eliminasi cairancairan
urine
DAFTAR PUSTAKA

Kyle, Terri. 2014. Buku Praktik Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Lippincot, Wiliams and Wilkins (2010). Buku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah.

Edisi 2. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuha Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA NIC NOC. Jilid 2. Jogja;

Mediaction

Price, Sylvia A, dan Wilson Lorraine M (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit, alih bahasa: Pendit U Braham, Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed.6. Jakarta: EGC

http://dwianrini.blogspot.com/2018/02/askep-diabetes-melitus-nanda-noc-nic.html

30

Anda mungkin juga menyukai