Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 1 dari 35

DAFTAR ISI

Hal.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 2
Unit
B. PembuatPedoman
Tujuan DisetujuiOleh :
Pedoman .............................................................................. 2
C. Dasar Hukum
Jabatan ...................................................................................
Unit Direktur 3
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi ........................................................................................... 4
B. Manajemen Linen di Rumah Sakit ................................................. 5
BAB III SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN
A. Sarana Fisik .................................................................................. 10
B. Prasarana ...................................................................................... 12
C. Peralatan dan Bahan Pencuci ........................................................ 13
NamaPejabat
BAB IV PROSEDUR Unit
PELAYANAN LINEN Dr. Yuliani
A. Perencanaan Linen ...................................................................... 15
B. Penatalaksanaan Linen ................................................................ 19
BAB V POTENSI BAHAYA PADA INSTALASI PENCUCIAN
A. Bahaya Mikroorganisme .............................................................. 28
B. Bahaya Bahan Kimia .................................................................... 29
C. Ergonomi ...................................................................................... 30
D. Bahaya Psikososial ....................................................................... 31
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............................................... 32
BAB VII MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring .................................................................................... 34
B. Evaluasi ........................................................................................ 34
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 2 dari 35

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya
Unit PembuatPedoman dalam pengelolaan
DisetujuiOleh : linen
dirumah sakit. Linen
Jabatan Unitdi rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan
Direktur
akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan
kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan
khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan berrnacam-macam
klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat,
tukangNamaPejabat
cuci, penjahit,Unit
tukang setrika, ahli sanitasi,
Dr.serta ahli kesehatan dan
Yuliani
keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan
siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya
pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahal kimia.

Secara khusus penanganan linen kotor sangat penting guna mengurangi risiko
infeksi yang terjadi di rumah sakit. Proses penanganan tersebut mencakup
pengumpulan, pesortiran, pencucian, penyimpanan hingga distribusi keruangan-
ruangan di rumah sakit. Linen kotor mengandung sejumlah besar mikroba yaitu
sekitar 10 -100 bakteri Per 100 cm², yang umumnya terdiri dari gram batang
negative dan basilus. Apapun yang menyentuh pasien harus bebas dari
kontaminasi dan serabut kain, termasuk pada baju tindakan pasien, linen operasi,
dan kain-kain bedah/rawat inap.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan dibuatnya Pedoman Penatalaksanaan Linen adalah :
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit
2. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi,
utuh dan siap pakai
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 3 dari 35

3. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya


infeksi silang
4. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor dan lingkungan
dari paparan bahaya potensial
5. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
C. Dasar Hukum
Jabatan Unit Direktur
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
3. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. PP NamaPejabat
Nomor 85/1999
Unit tentang perubahan PP No.18 tahun 1999 tentang
Dr. Yuliani
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. PP No. 20 tahun 1990 tentangPencemaran Air
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL
7. Permenkes RI No. 472/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan
8. Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1992 tentangpenyedian Air Bersihdan Air
Minum.
9. Permenkes No.986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit
10. Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit
12. Kepmen LH No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
kegiatan Rumah Sakit
13. Pedoman sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan
linen
14. Baku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001
15. Standard pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 4 dari 35

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Linen kotor terinfeksi
adalah linen
Unit yang terkontaminasi dengan darah, cairan
PembuatPedoman tubuh dan: feses terutama
DisetujuiOleh
yang berasal dari infeksi
Jabatan Unit TB paru, infeksi SalmonellaDirektur
dan Shigella (sekresi dan
ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang
spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut
di air dan kembali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan
terinfeksi.
NamaPejabat Unit Dr. Yuliani
Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun
mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber
ruang isolasi yang terinfeksi.

Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.

MSDSs (Material Safety Data Sheets) atau LDP (Lembar Data Pengaman)
adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari
bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapat ditimbulkan, cara penanganan dan
tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan
bahan berbahaya.

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun, yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 5 dari 35

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta


makhluk hidup lainnya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan
Kecelakaan Unit
kerja adalah kejadian yang tak terduga Direktur
dan tak diharapkan, dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai paling berat.

Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak


rnerugikan atau menimbulkan
NamaPejabat Unit kerusakan Dr. Yuliani

B. Manajemen Linen di Rumah Sakit


1. Jenis Linen
a. Spreil/laken
b. Steek laken
c. Perlak/Zeil
d. Sarung bantal
e. Sarung guling
f. Sarung buli buli panas
g. Selimut
h. Boven laken
i. Penutup jenazah
j. Tutup keranda
k. Tirai/gorden
l. Virtage
m. Kain penyekat/scherm
n. Taplak (ruang staf)
o. Barak schort
p. Celemek, topi, lap
q. Baju pasien
r. Baju operasi
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 6 dari 35

s. Macam-macam doek
t. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi
u. Topi kain
v. Wash lap
w. Handuk
1) PembuatPedoman
Unit Handuk untuk petugas DisetujuiOleh :
2) Jabatan
HandukUnit
pasien untuk mandi Direktur
3) Handuk pasien untuk lap tangan
4) Handuk pasien untuk muka
x. Linen operasi Bahan Linen

2. Bahan Linen
NamaPejabat Unit Dr. Yuliani
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
a. Katun 100%
b. Wool
c. Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% woll
d. Silk
e. Blacu
f. Flanel
g. Tetra
h. CVC- 50% - 50%
i. Polyester 100%
j. Twill/drill
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan

3. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali
dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses
pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor,
penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 7 dari 35

mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unir yang


membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.

Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka


diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan,
Unit PembuatPedoman pengelolaan, pemusnahan, : kontrol
DisetujuiOleh dan
pemeliharaan
Jabatanfasilitas
Unit kesehatan, dan lain-lain, sehingga
Direkturlinen dapat tersedia
di unit-unit yang membutuhkan.

4. Prinsip Pengelolaan Linen

NamaPejabat Unit Dr. Yuliani


Kemungkinan RENDAH:
menimbulkan Desinfeksi tingkat renda
Infeksi

TINGGI:
Secara umum infeksi Desinfeksi tingkat tinggi
yang disebabkan karena Sterilisasi
linen relative rendah

Secara umum infeksi


yang disebabkan karena
linen relative rendah
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 8 dari 35

5. Struktur Organisasi
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang
medik. Saat ini struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya
diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi
bagian sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakkan pada pihak ketiga
(di luar
Unit rumah sakit) atau yang kita kenal dengan
PembuatPedoman metode out
DisetujuiOleh : sourcing. Hal
ini berdasarkan pemikiran bahwa:
Jabatan Unit Direktur
a. Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit
b. Adanya keterbatasan lahan di rumah sakit
c. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan
d. Manajemen perlu berkonsentrasi pada core bisnis yaitu jasa layanan
kesehatan yangUnit
NamaPejabat artinya adalah perawaran dan pengobatan.
Dr. Yuliani
Kewenangan, pengaruran dan struktur organisasi unit pengelolaan linen
diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah sakit, disesuaikan dengan
kondisi di rumah sakit masing-masing.

6. Hubungan dengan Unit Lain

Hubungan kerja dengan unit lain

Kewaspadaan umum di
Kewaspadaan universal
laundry
di ruangan

R. Inap
R. Jalan
Instalasi
Administrasi Linen Unit Proses
Linen dari RS pencucian pencucian
kotor
lan

Linen
Kerusakan bersih CSSD
alat

Kewaspadaan Linen
steril
umum transpotasis
IPS
RS
Distribusi
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 9 dari 35

7. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia terdiri dari :
a. Tenaga perawat (Akper, SPK)
b. Tenaga kesehatan.
c. Tenaga non medis/pekarya pendidikan minimal SMP dengan latihan
khusus.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur
8. Tatalaksana Pengelolaan
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Pemilahan di ruangan
c. NamaPejabat
Penerimaan linen
Unitkotor Dr. Yuliani
d. Penimbangan
e. Proses pencucian
f. Pemerasan
g. Pengeringan
h. Penyetrikaan
i. Sortir linen rusak
j. Pelipatan
k. Merapikan, pengepakan/pengemasan
l. Penyimpanan
m. Distribusi
n. Perawatan kualitas linen
o. Pencatatan dan pelaporan
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 10 dari 35

BAB III
SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN

A. Sarana Fisik
1. Ruang Penerimaan Linen
Ruangan ini memuat:
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
a. Meja penerima
Jabatan Unit yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Direktur
Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk
yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang tidak terinfeksi.
b. Timbangan duduk
c. Ruang yang cukup untuk troli penimbang linen kotor untuk dilakukan
desinfeksi sesuai
NamaPejabat UnitStandard Sanitasi Rumah Sakit
Dr. Yuliani
Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaustfan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100-200 lux sesuai Pedoman
Pencahayaan Rumah Sakit.

2. Ruang pemisahan linen


Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak
terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau
exhaustfan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux
sesuai Pedornan Pencahayaan Rumah Sakit, lantai dalam ruang ini tidak
boleh dari bahan yang licin.

3. Ruang pencucian dan pengeringan linen


Ruang ini memuat :
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering
Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belum memiliki mesin pencuci harus
disiapkan; Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak untuk perendam
noninfeksius, bak infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk pembilas.
Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya. Lantai dalam ruang ini
tidak dibuat dari bahan yang licin dan diperhatikan kemiringannya. Jika
rumah sakit sudah menggunakan mesin pencuci otomatis maka daya listrik
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 11 dari 35

yang diperlukan antara 4,8-5 Kva. Petunjuk penggunaan mesin pencuci harus
selalu berada dekat mesin cuci tersebut agar petugas operator selalu bekerja
sesuai prosedur.

Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang exhaustfan dan


penerangan minimal kategori pencahayaan C =DisetujuiOleh
Unit PembuatPedoman 100-200 Lux :sesuai Pedoman
Pencahayaan
JabatanRumah
Unit Sakit. Direktur

4. Ruang penyetrikaan linen


Ruang ini memuat :
Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork lroners, pressing ironer yang
membutuhkan
NamaPejabat Unitlistrik sekitar 3,8 Kva – 4 Dr.
tenaga KvaYuliani
per alat atau jenis yang
menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja uap sekitar 5 kg/cm2 dan
tenaga listrik sekitar IKva per unit alat.
Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat. Sirkulasi
udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan exhaustfan untuk
penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Luxsesuai Pedoman
Pencahayaan Rumah Sakit.

5. Ruang penyimpanan linen


Ruang ini memuat :
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen
b. Meja administrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup. Sirkulasi udara
dipertahankan tetap baik dengan memasang fan/exhaustfan dan penerangan
minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux sesuai
Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, suhu 22-27oC dan kelembaban 45-75%
RH

6. Ruang distribusi linen


Ruang ini memuat :
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna. Sirkulasi
udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan penerangan minimal
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 12 dari 35

kategori pencahayaan C = 100-200 Lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah


Sakit.

B. Prasarana
1. Prasarana Listrik
Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama
Unit PembuatPedoman untuk mesin
DisetujuiOleh : cuci, mesin
pemeras, mesinUnit
Jabatan pengering, dan alat setrika. Disarankan
Direkturmenggunakan kabel
dengan jenis NYY terutama pada kotak kontak langsung keperalaran tersebut,
dan menggunakan tuas kontak (handswitch), atau kotak kontak dengan
system plug dengan kemampuan 25 amper agar tidak terjadi loncatan bunga
api pada saat pembebanan sesaat. Groundingharus dilakukan, terutama untuk
peralatan yang menggunakan
NamaPejabat Unit daya besar, digunakan instalasi kabel dengan
Dr. Yuliani
diameter minimal sama dengan kabel daya yang tersalurkan.

2. Prasarana Air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40 % dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per
hari, Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standar air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air
2kg/cm2.
Standar air. Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air
bersih berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun l992 dan standar khusus bahan
kimia dengan penekanan tidak adanya:
a. Hardness , Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride);
Standard Baku Mutu : 0-90 ppm.
Tingginya konsentrasi Garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya;
Efek pada linen dan mesin
1) Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan
danIinen warna akan cepat pudar.
2) Mesin cuci akan berkerak (scale forming), sehingga dapat menyumbat
saluran-saluran air dan mesin
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 13 dari 35

b. Iron - Fe (besi)
Standard Baku mutu : 0-0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahankimia, dan
proses pencucian
Efek pada linen dan mesin
1) PembuatPedoman
Unit Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing)
DisetujuiOleh : dan linen
warna akan
Jabatan cepat pudar.
Unit Direktur
2) Mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali,
sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus
dilakukanproses penetralan pH.
3. Prasarana Uap Unit
NamaPejabat Dr. Yuliani
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses pencucian,
pengeringan dan setrika yakni penggunaan uap panas dengan tekanan
minimum 5kg/cm2. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
minimum 70% ( Padas kala 0 -100%) dan temperature ideal 70oC

C. Peralatan dan Bahan Pencuci


1. Peralatan pada instalasi pencucian antara lain :
a. Mesin cuci (washing machine)
b. Mesin Peras (Washing Extractor)
c. Mesin Pengering (Drying Tumbler)
d. Mesin penyetrika (Flatwork lroner)
e. Mesin penyetrika pres (Presser lroner)
f. Mesin jahit (Sewing Machine)

2. Produk bahan kimia


Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor di atas bereaksi
dengan baik. Menggukan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil
menjadi lebih baik, begitu juga apabila kekurangan
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
a. Alkali; Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan
emulsifier, serta membuka pori dari linen
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 14 dari 35

b. Detcrgen = sabun Pencuci; Mempunyai peran menghilangkan kotoran


yang bersifat asam secara global
c. Emulsifier; Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk
minyak dan lemak
d. Bleach = pemutih; Mengangkat kotoran/noda, mencemerlangkan linen,
danPembuatPedoman
Unit bertindak sebagai desinfektan, baik padaDisetujuiOleh
linen yang berwarna
: (Ozone)
danJabatan
yang putih
Unit(Chlorine). Direktur
e. Sous / penetral; Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH-
nya menjadi 7 atau netral.
f. Softener; Melembutkan linen . Digunakan pada proses akhir pencucian.
g. Starch / kanji; Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuar
linen menjadi kaku,
NamaPejabat Unit juga sebagai pelindung linen rerhadap noda sehingga
Dr. Yuliani
noda tidak sampai ke serat
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 15 dari 35

BAB IV
PROSEDUR PELAYANAN LINEN

A. Perencanaan Linen
1. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan DisetujuiOleh
Unit PembuatPedoman yang dimulai : dari proses
perencanaan,
Jabatan pemantauan
Unit dan evaluasi, dimanaDirektur
merupakan suatu siklus
berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan
mutlak yaitu kondisi yang selalu siap baik segi kualiras maupun kuantitas,
maka diperlukan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan
baik. Untuk itu diperlukan kesepakatan-kesepakatan baku dan merupakan
satuNamaPejabat
kebijakan yang turun dari pihak Top Level Management
Unit Dr. Yuliani yang kemudian
diaplikasikan menjadi suatu srandard yang harus dijalankan dan dilaksanakan
dengan prosedur tetap (prorap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu
dievaluasi.

2. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di
rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawaran maupun baju bedah di
ruang opirasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja
biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan
sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap,
dan sebagainya, sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi
pekeriaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi,
keterbatasan persediaan, penggunaannya majemuk dan image yang ingin
dicapai. Untuk itu diperlukan standard linen antara lain :

a. Standar Produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap
rumah sakit mempunyai standar produk yang sama agar bisa diproduksi
massal dan mencapai scala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi akan
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 16 dari 35

memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai


waktu penggunaan yang lebih lama sehingga secara ekonomi leblh
optimum dibandingkan produk yang lebih murah

b. Standar Design
Pada
Unit dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan
PembuatPedoman fungsinya
DisetujuiOleh : daripada
estetikanya,
Jabatan Unitmaka desain yang sederhana,Direktur
ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien.
Sizing system dengan pembedaan warna, diaplikasikan pada baju baju
tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan
"Praktis”' bebcrapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted
selain yang flat.
NamaPejabat Yang tidak kalah pentingnyaDr.adalah
Unit pertimbangan pada
Yuliani
waktu pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan-sambungan
baju lebih baik dihindari'

c. Standar Material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan
penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang digunakan di rumah
sakit antara lain; Cotton 100%, CVC 50%-5O%, TC 65%-35%, Polyester
100% dengan anyaman plat atau twill/drill, dengan proses akhir lebih
spesifik, seperti; water repellent, soil release, PU coated dan sebagainya
yang mempunyai sifat dan penggunaan-penggunaan tertentu. Dengan
adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk
mendapatkan hasil terbaik untuk setiap produk.
Warna pada kain/baju juga memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara
psikologis mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu,
pemilihan warna sangat penting. Alternatif dari kain warna yang polos
adalah kain dengan corak motif; trend ini memberikan nuansa yang lebih
santai dan modern.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 17 dari 35

d. Standar Ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan
tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin
luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standard, misalnya : 90 x 200
cm.PembuatPedoman
Unit maka ukuran linen bisa distandarkan meniadi :
DisetujuiOleh :
1) Laken 160
Jabatan x 275 cm
Unit Direktur
2) Steek laken 75 x 160 cm
3) Zeil 70 x ll0 cm
4) Sarung bantal 50 x 70 cm

e. Standar JumlahUnit
NamaPejabat Dr. Yuliani
Idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan: stok 1 par terpakai, stok I par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2
par mengendap di logistik: I par sudah terjahit dan 1 par berupa lembaran
kain. Untuk jumlah linen yang digunakan di ruang rawat dan operasi
perhitungan rincinya sebagai berikut :
1) Linen kamar
Penggantian linen kamar di rumah sakit sangat bervariatif, dari 1 x 1
hari sampai l x 3 hari. Apabila rata-rata I x 2 hari, sedangkan jumalah
tempat tidur 300 dan BOR 80%, dengan lama pencucian I hari, serta
rencana par stok 3, maka kebutuhan linennya adalah:
2) Linen OK
Persediaan linen OK yang ideal sangat krusial, mengingat standard
prosedur di ruang OK sangat ketat. Apabila rumah sakit dengan 5
ruang OK dan frekuensi operasi 5 kali/hari, yang masing-masing
ditangani oleh 7operator, lama cuci linen 1 hari dan par stok 3, maka
kebutuhan linennya adaiah : 5 x 5 x 7 x 1 x 3 = 525
Namun ada rumah sakir tertentu yang menambah safety stoch menjadi 4
par,mengingat sering terjadinya keadaan di luar rencanasehari-hari.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 18 dari 35

f. Standar Penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standar kelaikan sebuah
linen, apakah dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci.
Untuk itu sebaiknya linen diberi identitas sebagai berikut :
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Jabatan Unit Direktur

Logo RS Nama Rumah Sakit

NamaPejabat
Tgl edar Unit : 10 Nov 2016 Dr. Yuliani
Item Ukuran : Laken 160 x 275
No. ID: 005-125 : RU; MLT

Informasi yang ditampilkan :


1) Logo rumah sakit dan nama rumah sakit (informasi jelas)
2) Tanggal beredar misalnya 10 Nov 2016 (informasi jelas)
3) Item ukuran : Laken 160 x 275 (informasi jelas)
4) No. ID : 005 - 125 adalah No. Identitas dari laken yang beredar
sejumlah 125 dan laken tersebut bernomor 005.
5) RU : MLT adalah RU : Ruangan ; MLT : Melati adalah penegasan
bahwa linen yang beredar hanya di Ruangan Melati.

3. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (di atas 100 kg) yang disarankan
memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang membedakan antara
memasukkan linen kotor infeksius/non dengan hasil pencucian linen
bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi oleh partisi yang kedap air. Maksud
dari pemisahan tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor
dengan linen bersih baik dari lantai, alat maupun udara.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 19 dari 35

b. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil (25-lOO kg) tanpa penyekat seperti
pada point I dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan
bcrsih dengan jelas.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian (pemanasan desinfeksi)
Langsung dialirkan ke dalam sistem pembuangan yang terpendam dalam
tanah
Unit menuju IPAL.
PembuatPedoman DisetujuiOleh :
d. Peralatan
Jabatanpendukung
Unit yang mutlak digunakanDirektur
untuk membantu proses
pemanasan-desinfeksi :
1) Pencatat suhu (termometer) pada mesin cuci.
2) Termostat unruk rnembantu meningkatkan suhu pada mesin cuci.
3) Glass/kaca untuk melihat level air.
4) FIow meter
NamaPejabat pada inlet air bersih ke mesin
Unit cuci untuk mengukur
Dr. Yuliani
jumlah air yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia
terurama pada saat desinfeksi.

4. Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi didalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan hepatitis
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit : luka-luka, ruam,
kondisi kulit eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian.

B. Penatalaksanaan Linen
Linen kotor yang dapar dicuci di laundry dikategorikan:
1. Linen kotor infeksius : linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
dan feses terurama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan
shigella (sekresi dan eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan
infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan
segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantung luar
berwarna kuning bertuliskan terinfeksi
2. Linen kotor tidak terinfeksi: Iinen yang tidak terkontaminasi darah, cairan
tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin walaupun
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 20 dari 35

mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien yang berasal dari
sumber ruang isolasi yang terinfeksi
Linen atau pakaian pasien yang terinfeksi bahaya khusus seperti Lassa Fever atau
antrax sebaiknya dilakukan autoklaf sebelum, ke laundry (pencucian) atau
konsuriasikan dengan bagian yang menangani infeksi.
Unit PembuatPedoman DisetujuiOleh :
Untuk lebih rinci penanganan
Jabatan Unit linen dibedakan dengan Direktur
lokasi berikut:
1. Pengelolaan Linen Di Ruangan
Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian linen).
Pelaksanaana verbeden dilakukan oleh perawat dimana sebelum dilakukan
penggantian linen bersih harus melepaskan linen kotor dengan demikian
perawat tersebut akan
NamaPejabat Unit kontak dengan linen kotorDr.
baik itu dengan linen kotor
Yuliani
infeksius maupun tidak terinfeksi.
a. Prosedur untuk linen kotor infeksius;
1) Biasakan mencuci tangan hygienis dengan sabun paling tidak 10-15
detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2) Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron .
3) Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, ember dengan tulisan linen
infeksius, kantung dalam linen infeksius, kantung luar linen infeksius,
lem warna merah untuk tutup dan sebagai segel.
4) Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukkan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hoek.
5) Noda darah atau feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air
dalam sprayer dan masukkan ke dalam kantung transparan dengan
pemisahan antara linen warna dan linen putih (kantung khusus linen
kotor infeksius). Sampah tercampur seperti jarum suntik tempatkan di
wadah penampungan jarum suntik.
6) Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna
merah (masih dapat lepas pada suhu pemanasan desinfeksi yang juga
berfungsi sebagai segel.
7) Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/segel
dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan
standard).
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 21 dari 35

8) Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoel hoek.


9) Kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam keadaan
tertutup.

b. Prosedur untuk linen kotor tidak terinfeksi :


1) PembuatPedoman
Unit Biasakan mencuci tangan hygienis dengan sabun paling
DisetujuiOleh : tidak 10 -15
detik sebelum
Jabatan Unit dan sesudah melakukan pekerjaan.
Direktur
2) Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron.
3) Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, ember dengan tulisan linen
tidak terinfeksi.
4) Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukkan linen
kotor ke dalam
NamaPejabat Unitember tertutup dan bawa keDr.
spoel hoek.
Yuliani
5) Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoel hoek.
6) Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukkan dan
dikumpulkan ke troli linen kotor untuk dibawa kelaundry.

2. Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan
organisme, jika linen kotor tidak tertutup dan bahan troli tidak mudah
dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen :
a. Dipisahkan antara troli linen kotor dengan linen bersih, jika tidak, maka
wadah penampung yang terpisah.
b. Bahan troli terbuat dan stainless steel (baja anti karat).
c. Jika menggunakan wadah dan warna yang berbeda.
d. Wadah mampu menampung beban linen.
e. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci
(siapkan cadangan) demikian pula dengan trolinya selalu dibersihkan.
f. Muatan/loading linen kotor /bersih tidak berlebihan.
g. Wadah memiliki tutup
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 22 dari 35

3. Laundry
a. Penerimaan Linen Kotor
l.inen kotor yang berasal dari ruangan diterima dan dicatat berat
timbangan, sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan
dengan formulir yang sudah distandarkan. Tidak dilakukan
Unitpembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran
PembuatPedoman organisme.
DisetujuiOleh :
b. Pemilahan dan Penimbangan Linen Kotor
Jabatan Unit Direktur
1) Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria :Linen infeksius
berwarna, Linen infeksius putih, Linen tidak terinfeksi berwarna,
Linen tidak rerinfeksi, Linen asal OK(disediakan jaring) karena
terdiri dari pakaian dengan banyak tali, Linen berkerah dan bertali
disediakan
NamaPejabat jaring untuk proses pencucianDr. Yuliani
Unit
2) Upayakan tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk linen
infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari
ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.
3) Penimbangan sesuai dengan kapasitas dan krireria dari point 2
dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia
dalam tahapan proses pencucian.
4) Keluarkan linen infeksius dari kantung luar dan masukkan kantung
luar tanpa membuka segel

c. Pencucian
Untuk dapat mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan
teknis pencucian:
1) Waktu; Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
temperatur dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih,
sehat. Jika waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan,
maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting
mikroorganisrne dan jenis pets seperti kutu dan tungau dapat mati.
2) Suhu; Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil : katun ≤90oC;
polykatun ≤80oC; polyester ≤75oC; wool dan silk ≤30oC. Sedangkan
suhu terkait dengan percampuran bahan kimia dan proses:
a) Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu normal
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 23 dari 35

b) Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen
c) warna putih 45-50oC, untuk linen warna 60-80oC.
d) Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65oC atau 71oC
e) Proses bilas I dan II dengan suhu normal
f) Proses penetralan dengan suhu normal
g) Proses pelembut/pengkanjian dengan
Unit PembuatPedoman suhu normal:
DisetujuiOleh
Jabatan Unit Direktur
3) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari: alkali, emulsifier, detergen,
bleach (chorine bleach dan oksigen bleach), sour, soiftener dan
starch. Masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Penanganan linen
infeksius Unit
NamaPejabat dipersyaratkan menggunakan bahan kimia Chlorine
Dr. Yuliani
formulasi 1% atau 10.000 ppm av.Cl, (untuk virus HIV & HBV).
Untuk Chlorine yang dipasarkan untuk laundry biasanya memiliki
bahan aktif 10% atau 100.000 ppm av.Cl,

4) Mechanical action
Mechanical action adalah putaran mesin pada saat proses pencucian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mechanical action adalah :
a) Loading/muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin. Sebagai contoh;
kapasitas mesin 50 kg, maka loading/beban yang dimasukkan
tidak boleh lebih dari 37,5 kg
b) Level air yang tidak tepat; Level air adalah jumlah air yang
diperlukan sebagai pengencer bahan kimia yang terdiri dari level :
TINGGI = 5O% dari kapasitas drum ; SEDANG = 32% dari
kapasitas drum ; dan RENDAH = 16,6% dari kapasitas drum.
c) Motor penggerak yang tidak stabil; Motor penggerak tidak stabil
dapat disebabkan poros yang tidak simetris lagi dan automatic
reverse vang tidak bekerja. Pemeliharaan yang kontinu tidak
akan membiarkan kondisi initerjadi, karena selain hasil cucian
tidak maksimal, juga dapat merembet kerusakan pada komponen
lainnya.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 24 dari 35

d) Takaran detergen yang berlebihan; Takaran detergen yang


berlebihan mengakibatkan melicinkan linen dan busa yang
berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
e) Bahan kimia; Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3
faktor tersebut diatas berfungsi dengan baik. Menggunakan bahan
kimia berlebihan tidak akan membuat
Unit PembuatPedoman hasil menjadi
DisetujuiOleh : lebih baik,
begitu
Jabatan Unitjuga apabila terjadi kekurangan. Direktur

d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga
memiliki fungsi
NamaPejabat Unit pemerasan/extractor, namun jika mesin extractor
Dr. Yuliani
terpisah, maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari
mesin cuci menuju mesin extractor. Troli diupayakan dipelihara
kebersihan dan pencucian dengan desinfektan sebelum melakukan
pekerjaan. Proses pemerasarn dilakukan dengan mesin pada putaran
tinggi selama sekitar 5 - 8 menit.

e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/ drying yang mempunyai
suhu sampai dengan 70 derajat C selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang
diharapkan dapat mati.

f. Penyetrikaan
Penyetikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika.

g. Pelipatan
Prosedur pelipatan :
1) Laken; Dibutuhkan tempat luas yang dilakukan oleh 2 orang perugas,
Tiap orang memegang ujung linen posisi memanjang dengan jahitan
terbalik, Pertemukan antara ujung linen menjadi ½ bagian dengan
label ada di bagian kanan, Lipat kembali pegang pertengahan lipatan,
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 25 dari 35

temukan dengan kedua ujung menjadi ¼ bagian, Pinggir jahitan


posisinya di bawah, Ke empat ujung linen dipertemukan menjadi 2
bagian, Selanjuhya sampai dengan 1/8 bagian, posisi label harus di
atas
2) Steeklaken; Dibutuhkan cukup satu orang, Posisi jahitan terbalik
(sama dengan laken), Pegang ujung linen
Unit PembuatPedoman arah panjang
DisetujuiOleh : pertemukan
Lipat menjadi
Jabatan Unit 1/2 bagian, Lipat kembali menjadi 1/4 bagian,
Direktur
perhatikan posisi label di bagian kanan, Lipat kembali menjadi dua
arah lebar harus sampai 1/8 bagian, lipat satu kali lagi posisi label di
atas
3) Zeil : yang baik digulung agar tidak cepat robek dan permukaan datar
4) Sarung Bantal;
NamaPejabat Unit Dilakukan satu orang, Posisi jahitan di dalam, Lipat
Dr. Yuliani
menjadi 1/2 bagian memanjang arah label di luar, lipat lagi menjadi
1/3 bagian
5) Sarung guling; Posisi jahitan di dalam, Lipat menjadi ½ memanjang,
label di luar lipat lagi menjadi ¼
6) Selimut; Dilakukan satu orang, Posisi jahitan di luar (terbalik) posisi
label dikanan, Lipat menjadi ½ bagian arah lebar selimut, Lipat lagi
menjadi ¼ bagian, Lipat arah panjang selimut menjadi ½ bagian, Lipat
lagi menjadi 1/4 bagian, Lipat lagi menjadi l/8 bagian

h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindung linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisnre dan pest, juga untuk
mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat
di ruang penyimpanan 1,5 par dan 1,5 par di ruangan ruangan.
Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing
ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum
disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan, sebelum
didistribusikan.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 26 dari 35

i. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan system FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya yaitu 1,5 par yang mengendap
dipenyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesa dicuci
Unitdisiapkan untuk yang berikutnya, sehingga
PembuatPedoman tidak ada :pekerjaan yang
DisetujuiOleh
menunggu setiap selesai mencuci. Ada baiknyaDirektur
Jabatan Unit bagian inventaris ruangan
mengambil pada saat yang bersamaan linen yang dicuci ditukar dengan
linen bersih yang siap didistribusikan. Sedangkan linen sisa yang berada
di ruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap linen yang
dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera di setiap linen, nomor
berapa yang keluar
NamaPejabat Unit dan nomor berapa yang disimpan,
Dr. Yulianidengan pencatatan
tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang
mengendap tidak digunakan.

j. Penggantian Linen Rusak


Linen rusak dapat dikategorikan :
1) Umur linen yang sudah standard
2) Human error termasuk dihilangkan
Dua kategori tersebut dapat diketahui dari system pencatatan yang
baik mengenai perputaran linen yang tercatat setiap harinya bahkan
dapat diketahui ruangan yang menghilangkan atau merusak, namun
dapat juga kerusakan terjadi pada waktu proses pencucian akibat
human error petugas laundry.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan ke penjahitan)
dan ada pula yang memang harus mendapatkan penggantian. Jenis
kerusakan yang harus mendapatkan penggantian :
a) Noda-noda yang sudah tidak dapat dihilangkan seperti terkena
cairan medik dengan area yang luas ataupun terkena noda semir,
mungkin dapat dihilangkan dengan cairan spoting namun jika
dihitung biaya dan kerapuhan yang terjadi menjadi tidak efisien.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 27 dari 35

b) Kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia korosif seperti


H2O2, ataupun bahan kimia lainnya yang korosif seperti peroksida
maupun Chlorine diatas 5%.
c) Robek karena tersangkut
d) Noda karat dapat dihilangkan dengan larutan Ferro Bright.
Penggantian segera
Unit PembuatPedoman dilakukan oleh pihak laundry
DisetujuiOleh : dengan
mengirimkan
Jabatan Unit formulir permintaan kerusakan kepada pihak logislik.
Direktur
Penggantian segera dilakukan pemberian identis, linen dengan nomor
identitas yang rusak diganti sama sesuai dengan yang rusak, hanya
tanggal peredaran berbeda dengan linen sebelumnya

4 Dokumen
NamaPejabat Unit Dr. Yuliani
Dokumen yang dibutuhkan padapenatalaksanaan linen mulai dari ruangan
hingga didistribusikan terdiri dari :
a. Dokumem pengiriman linen kotor dari ruangan dan penerimaan Iinen
bersih
b. Dokumen pengiriman linen infeksius
c. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari OK
d. Dokumen pendistibusian linen bersih dari laundry
e. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci
f. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar)
g. Dokumen penerimaan cuci dari luar
h. Dokumen penghapusan linen rusak
i. Dokumen permintaan linen baru

5. Pengelolaan linen lainnya dan peralatan


Yang dimaksud linen lainnya adalah linen yang tidak diproses melalui proses
pencucian dengan mesin cuci tetapi dilakukan prosedur desinfeksi. Linen
lainnya adalah bantal, guling dan kasur. Peralatan dan lingkungan yang
dimaksud adalah mulai ember yang terinfeksi, baskom, furnitur dan
perabotan, lantai dan dinding.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 28 dari 35

BAB V
POTENSI BAHAYA PADA INSTALASI PENCUCIAN

A. Bahaya Mikroorganisme
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh Unit
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus,DisetujuiOleh
PembuatPedoman ricketsia, parasit
: dan jamur.
Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa
Jabatan Unit kontak dengan bahan
Direktur
dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Penelitian bakteriologis
pada instalasi pencucian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50
kali selama periode waktu sebelum cucian mulai diproses.
Mikroorganisme tersebut adalah :
1. Mycobacteriam
NamaPejabattuberculosis
Unit Dr. Yuliani
Mycobacterium tuberculosis adalah mikro organisme penyebab tuberkulosis
dan paling sering menyerang paru-paru (± 90%). Penularannya melalui
percikan atau dahak penderita.
Pencegahan:
a. Meningkatkan pengertian dan dan kepedulian petugas rumah sakit
rerhadap penyakit TBC dan penularannya.
b. Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan
Instalasi Pencucian.
c. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP.
d. Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap
bahan dan alat yang digunakan.
e. Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
SOP.
2. Virus Hepatitis B
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya,
lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai
pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi
lingkungan. Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Pencegahan:
a. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit hepatitis B dan penularannya.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 29 dari 35

b. Memberikan vaksinasi pada petugas.


c. Menggunakan APD sesuai SOP.
d. Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap
bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan
infeksi.
e.Unit
Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan
PembuatPedoman tugas pekerja
DisetujuiOleh : sesuai SOP.
3. Virus HIV (Human
Jabatan Unit Imunodeficiency Virus) Direktur
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (Accquired Imuunodeficiency
Syndrome). Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak
waktu masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya AIDS bergantung pada
daya tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya.
HIV dapat hidup Unit
NamaPejabat di dalam darah, cairan vagina,Dr.
cairan sperma, air susu ibu,
Yuliani
sekreta dan ekskreta tubuh. Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta,
ekskreta tubuh yang mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit
yang terluka.
Pencegahan:
a. Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik keras yang
berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna
khusus serta diberi label Bahan Menular/AIDS selanjutnya dibakar.
b. Menggunakan APD sesuai SOP.

B. Bahaya Bahan Kimia


Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh zat kimia,
deterjen, desinfektan, zat Pemutih, dll. Tingkat resiko yang diakibatkan
tergantung dari besar luas dan lama pemajanan. Walaupun zat kimia yang sangat
toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pemajanan terhadap bahan
kimia yang membahayakan tidak dapat dielakkan. OIeh karena itu sikap hati-
hati terhadap semua jenis bahan kimia yang dipakai manusia dan potensial
masukke dalam tubuh. Sebagian dari informasi bahan kimia tersebut dapat
dibaca pada label kemasan dari produsennya yang lazim disebut MSDSs.
Penangan zat- zat kimia di Instalasi pencucian : (terlampir)
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 30 dari 35

C. Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi
adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja. Posisi tubuh yang salah
atau tidak alamiah, apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan
dalam
Unit melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian,
PembuatPedoman mudah lelah: sehingga kerja
DisetujuiOleh
menjadi Jabatan
kurang Unit
efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan
Direktur
gangguan fisik dan psikologi.
Gejala: penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian,
jaringan otot, saraf atau pembuluh darah (Iow back pain).
Pengukuran : dinilai dari banyaknya keluhan yang ada hubungannya
pada NamaPejabat
saat melakukanUnit
pekerjaan. Dr. Yuliani
Pengendalian;
1. Mengangkat barang berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan sendiri, kira-kira 50
kg bagi laki-laki dewasa dan 40 kg bagi wanita dewasa. Lebih dari itu,
besar kemungkinan terjadi bahaya. Bila berat beban yang akan diangkat
lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat (lebih dari 25 kg untuk
laki laki atau lebih dari 20 kg untuk wanita) maka beban harus dibagi dua.
2. Cara mengangkat beban yang beratnya kurang dari 25 kg
a. Sebaiknya tidak dijunjung, oleh karena menjunjung barang memerlukan
tenaga yang lebih besar.
b. Mengangkat beban di samping
1) Bila beban mempunyai pegangan, beban boleh dibawa disamping.
2) Sebelum mengangkat, dekatkan kaki dan badan ke barangtersebut,
dan angkat dalarn keadaan badan tegak dan tulangpunggung lurus
a. Mengangkat beban didepan
1) Mendekat ke beban/barang.
2) Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua kaki sedikit
di sebelah depan.
3) Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan sedikit
dicondongkan ke depan.
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 31 dari 35

4) Badan diturunkan dengan sedikit membengkokkan lutut dan panggul


sampai tangan dapat mencapai barang.
5) Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badandan tangan
memegang barang.
6) Angkat barang ke atas perlahan lahan, jangan disentakkan atau
direnggutkan. Sewaktu mengangkat ke
Unit PembuatPedoman atas tulang :punggung harus
DisetujuiOleh
tetap lurus,
Jabatan Unit tegangkan dan kencangkan otot perut
Direktur
3. Cara mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25 kg:
a. Beban dapat dibagi dua
Bila beban dapat dibagi dua, beban tersebut boleh diangkat oleh satu
orang. Bagi dua beban dan gunakan pemikul, separuhbeban di depan
dan separuh Unit
NamaPejabat di belakang. Dr. Yuliani
b. Beban tidak dapat dibagi
Bila beban yang hendak diangkat lebih dari separuh berat badan dan
tidak dapat dibagi, maka hendaklah diangkat berdua atau beramai-
ramai. Cara terbaik adalah dengan membuat pengantung (cantelan)
pada barang dan mengangkatnya dengan tongkat pemikul. Satu orang
didepan dan satu orang di belakang, baik penggantung maupun tongkat
pemikul harus kuat.
4. Posisi duduk
a. Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel antara 38 dan 48 cm
b. Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
c. Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan petugas.
5. Posisi berdiri
Berdiri tidak lebih dari 6 jam.

D. Bahaya Psikososial
Di antara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat pekerjaan di rumah sakit,
faktor psikososial juga memerlukan perhatian antara lain:
Stress; yaitu ancaman fisik dan psikologis dari faktor lingkungan terhadap
kesejahteraan individu. Stress dapat disebabkan oleh :
1. Tuntutan pekerjaan
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 32 dari 35

Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan waktu, tanggung
jawab yang berlebih maupun yang kurang.
2. Dukungan dan kendala
Hubungan yang diakibatkan dengan atasan, teman sekerja, adanya berita yang
tidak dikehendaki/gosip, adanya kesulitan keuangan, dll.
Manifestasi klinik : depresi, ansietas, sakit kepala,
Unit PembuatPedoman kelelahan: dan kejenuhan,
DisetujuiOleh
gangguan pencernaan
Jabatan Unit dan gangguan fungsi organ lainnya
Direktur
Pengendalian:
1. Menjaga kebugaran jasmani dari pekerja
2. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan rasa menyenangkan dalam bekerja,
misalnya adanya makan siang bersama, adanya kegiatan piknik bersama.
NamaPejabat Unit Dr. Yuliani
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang terduga oleh Karena di
belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan. Bebarapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan
kerja di Instalasi Pencucian.
1. Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-unsur
tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas. Bahan-
bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada pada mesin cuci.
Penanggulangan :
a. Legislatif
b. Mengacu pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
c. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar
d. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan secara
terus-menerus.
e. Jalan untuk menyelamatkan diri
1) Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya 2
jalan penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap setiap
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 33 dari 35

kebakaran yang terjadi, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak


kearah api untuk menyelamatkan diri.
2) Jalan-jalan penyelamat demikian harus dipelihara bersih, tidak
terhalang oleh barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi
tanda-tanda arah yang jelas.
f.Unit
Perlengkapan pemadam dan penanggulanganDisetujuiOleh
PembuatPedoman kebakaran :
g. Alat-alat
Jabatanpemadam
Unit dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis :
Direktur
1) Terpasang tetap di tempat
2) Dapat bergerak atau dibawa
2. Terpeleset/Terjatuh
a. Terpeleset / terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja
yang dapat terjadi
NamaPejabat Unitpada instalasi pencucian Dr. Yuliani
b. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang
berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak
c. Penanggulangan :
1) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sel yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar
2) Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan
yang tidak licin
3) Pemeliharaan lantai :
a) Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir,
debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
b) Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya
miring harus segera diperbaiki
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 34 dari 35

BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
dan cakupan program pelayanan seawal mungkin,DisetujuiOleh
Unit PembuatPedoman untuk dapat menemukan
: dan
selanjutnya memperbaiki
Jabatan Unit masalah dalam pelaksanaan Direktur
Program.
Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana, prasarana dan peralatan
2. Standard/pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebjiakan direktur rumah
sakit, visi, misi dan motto rumah sakit dan lain-lain
3. Pengamatan dengan
NamaPejabat penglihatan pada linen yaituDr.warna
Unit yang kusam, pudar,
Yuliani
tidak bersih/putih tua atau keabu-abuan menggambarkan usia pakai. Terdapat
bayangan dari barang yang dibungkusnya, menunjukkan linen sudah menipis
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk
5. Apabila ada penandaan tahun pengadaan/Penggunaan tinggal menghitung
umur lamanya, sehingga bisa dihitung frekuensi pencuciannnya. Biasanya
setelah mengalami pencucian 90 kali linen tersebut harus dihapus (tidak layak
pakai). Itupun tergantung kualitas bahan. Ada bahan yang sampai l20 kali
pencucian masih tetap baik dan layak pakai

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya. Juga evaluasi secara keseluruhan dalam
rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit. Salah satu cara yang mudah
untuk melaksanakan evaluasi adalah dengan menyebarkan kuesioner ke unit kerja
pemakai linen secara berkala setiap semester atau minimal setiap satu tahun
sekali, sebagai responden diambil dua atau tiga jenis petugas dilihat dari
fungsinya, misalnya kepala bangsal/ruangan, perawat pelaksana dan petugas
pelaksana non perawatan/pekarya.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain:
1. Kuantitas linen
2. Kualitas linen
PEDOMAN

RS GRAHA HUSADA NOMOR : 12.12/SK-RSGH/III/2017


BANDAR LAMPUNG REVISI KE :A
BERLAKU TMT : 17 Maret 2017
MANAJEMEN LINEN
HALAMAN : 35 dari 35

3. Bahan kimia
4. Baku mutu air bersih
5. Baku mutu limbah cair
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung jawab dan pengelola pelayanan
linen di rumah sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan
laporan
Unitdan pertimbangan dalam pembuatan perencanaan
PembuatPedoman sesuai tujuan
DisetujuiOleh : evaluasi.
Jabatan Unit Direktur

NamaPejabat Unit Dr. Yuliani

Anda mungkin juga menyukai