PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
(Handayani dan Hariwibowo, 2008)
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam
darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang
berisiko menderita anemia (Arisman, 2010).
2.2. KLASIFIKASI
1. Anemia defisiensi besi
Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik disebabkan oleh kurang gizi
(malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak
(persalinan)
2. Anemia megablobastik
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik dan
kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi
3. Anemia hipoplastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel
darah merah baru. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap,
pemeriksaan fungsi sterna, pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia hemolitik
Anemia jenis ini disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya
2.3. ETIOLOGI
Menurut (Arita, 2008) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Anemia defisiensi besi
a. Perdarahan kronik
b. Infeksi cacing tambang
c. Pengeluaran zat besi yang bertambah: perdarahan karena ankylosmiasis,
amubiasis yang menahun, polip.
d. Infeksi yang berulang seperti cateritis, bronkitis, pneumonia
e. Malabsorbsi
f. Diet buruk
2. Anemia megablobastik
a. Cirosis hepatis
b. Malnutrisi
c. Gangguan saluran cerna
d. Kebutuhan asam folat tubuh yang meningkat
3. Anemia hipoplastik
a. Obat-obatan: chlorampenicol, sulfanamid, analgetik.
b. Penyinaran
c. Idiopatik
4. Anemia hemolitik
a. Peningkatan kecepatan distruksi sel darah merah
b. Kelainan eritrosit
c. Racun
d. Kelainan enzim: defisiensi glukosa
Menurut (Price, 2006) penyebab anemia sebagai beikut:
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan
gejala dari berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia
disebabkan karena :
1. Gangguan pada pembentukan atau produksi eritrosit oleh susmsum tulang.
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia difisiensi Fe, Thalasemia,
dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
c. Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik dan
leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah keluar dari tubuh (pendarahan).
a. Akut karena perdarahan atau trauma / kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Proses penghanjuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit)
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
(price, 2006)
2.4. PATOFISIOLOGI
Anemia disebabakan oleh kegagalan sumsum tulang menghasilkan cukup SDM
(sel darah maerah). Meskipun semua bahan yang di butuhkan untuk eritropoises tersedia.
Berkurangnya kemampuan eritropoise dapat di sebabkan oleh destruksi sumsum tulang
merah oleh bahan kimia toksik (misalnya benzena), pajanan berlebihan terhadap radiasi
(contoh : jatuhan dari ledakan bom nuklir / pajanan berlebihan ke sinar X) infasi sumsum
tulang oleh sel kanker atau kemoterapi untuk kanker.
Proses destruktif dapat secara selektif mengurangi produksi eritrosit sum-sum
tulang atau mungkin juga menurunkan kemampuan sumsum menghasilkan leukosit &
trombosit. Keparahan anemia bergantung pada luas kerusakan jaringan eritropoitik
kerusakan yang luas dapat mematikan ( sharewood,2012).
Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dalam darah yang berlebihan.
Hemolisis atau ruptur SGM jadi karena sel yang sebenarnya normal di picu untuk pecah
oleh faktor eksternal seperti pada infasi SDM oleh parasit malaria atau karena sel tersebut
memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit. Penyakit sel sabit adalah contoh paling di
kenal di anatara berbagai kelainan herediter eritrosit yang menyebabkan sel-sel ini sangat
rapuh. Pada keadaan ini terbentuk hemoglobin cacat yang menyatu untuk membentuk
rantai kaku yang menyebabkan SDM tidak lentur dan berbentuk tak alami, seperti bulan
sabit. Tidak seperti eritrosit normal, SDM cacat ini cenderung membentuk gumpalan
yang kemudian menyumbat aliran darah melalui pembuluh-pembuluh halus sehingga
timbul nyeri dan kerusakan jaringan. Selain itu eritrosit cacat tersebut rapuh dan mudah
pecah, bahkan sebagai sel muda, sewaktu mengalir melalui kapiler limpa yang sempit.
Meskiput eritropoisis mengalami percepatan oleh kerusakan konstan SDM namun
produksi ini tidak mampu mengimbangi laju detruksi sehingga dapat terjadi anemia.
(sharewood,2012).
Anemia disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 yang
masuk dari melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B12 penting untuk pembentukan
dan pematangan normal sumber daya manusia (SDM). Vitamin ini banyak terdapat di
berbagai makanan. Masalahnya adalah defisieni meningkatakan konsumsi bahan
makanan sumber zat besi, penggunaan bahan makanan yang telah difortifikasi dan
penanggulangan parasit cacing tambang dan penyakit infeksi. (Wirakusumah,1998).
WOC
Kebutuhan yang Kurang asupan
Kecelakaan / meningkat (pertumbuhan nutrisi, pejanan
operasi cepat toksik, invasi tumor
Berkurangnya
Tubuh kurang Fe
jumlah eritrosit
Kadar Hb turun
Kekurangan Hb
pembuatan eritrosit
mengalami penurunan
ANEMIA
Penyerapan
Hipoksia suplai O2 dan nutrisi ke
nutrisi terganggu
jaringan berkurang
Perubahan
Dispnea Hb Defisiensi
pembentukan ATP
menurun nutrisi
Nafas pendek
Energi yg
MK: Perfusi Nausea, anoreksia,
dihasilkan
perifer tidak BB turun, turgor
MK: Pola nafas jelek, mukosa bibir
efektif
Kelemahan fisik, cepat tidak efektif kering, konjungtiva
lelah, lemas, pusing anemis
MK: Perubahan
MK: Intoleransi nutrisi kurang dari
Aktifitas kebutuhan tubuh
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda sering dikaitkan dengan anemia
1. Kulit wajah terlihat pucat
2. Kelopak mata pucat
3. Ujung jari pucat
4. Mudah lelah
5. Takikardi
6. Sering merasa mual
7. Sakit kepala
8. Kekebalan tubuh menurun
9. Sesak nafas
Manifestasi khusus pada anemia (huda N, 2015)
a. Anemia defisiensi besi : spoon nail, glositis
b. Anemia megabloblastik: paresis, ulkus di tungkai
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring: pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, apusan darah teoi
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED)
c. Pemeriksaan sumsum tulang: ditemukan sel blast yang berlebihan, peningkatan
protein
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus:
- Anemia defisiensi besi: serum iron, saturasi transferin, dan feritin serum
- Anemia megaloplastik: asam folat darah/ eritrosit vitamin B12
- Anemia hemolitik: hitung retrikulosit, tes coombc, dan elektroforesis Hb
- Anemia pada leukimia abut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal
hati.
3. Radiologi
a. Nuclear magnetic resonance imaging: pemeriksaan ini merupakan cara terbaik
untuk mengetahui luasnya perlemakan karena dapat membuat pemisah tegas
antara daerah sumsum tulang berlemak dan sumsum tulang berelular.
b. Radiocline bone marrow imaging: luasnya kelainan sumsum tulang dapat
ditentukan oleh scaning tubuh setelah disuntik dengan koloid radioaktif techneum
sulfur, pada makrofag sumsum tulang belakang atau iodium chloride yang akan
terikat pada transferin. Dengan bantuan scan sumsum tulang dapat ditentukan
daerah hemopoiesis aktif untuk memperoleh sel-sel guna pemeriksaan sitogenik
atau kultur sel induk
2.7. PENATALAKSANAAN
1. Anemia pada defisinesi besi asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defidiendi besi diberikan sulfas
ferosus 3x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %.
2. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersediannya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM (intra muskular)
b. Usaha mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus di teruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malapsorbsi yang
tidak dapat di koreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi sam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1mg/hari secara IM.
3. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi imumosubresif dengan antithimocyte
globulin (ATG) yang di perlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplasntasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
4. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.5. IMPLEMENTASI
No Dx Implementasi Paraf
1. 1. Mengkaji status mental klien secara teratur
2. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan sel darah merah
3. Mengkaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer, dan diaforesis secara teratur
4. Memantau urine output
5. Mencatat adanya keluhan pusing
6. Memantau frekuensi jantung dan irama
7. Mengkolaborasi untuk pemberian transfusi
darah
2. 1. Memposisikan pasien semi fowler
2. Mengauskultasi suara nafas, catat hasil
penurunan daerah ventilasi
3. Memonitor pernafasan dan status oksigen
yang sesuai
4. Mempertahankan jalan nafas paten
5. Mengkolaborasi dalam pemberian oksigen
terapi
6. Memonitor aliran oksigen
7. Memonitor kecepatan, ritme, dan kedalaman
usaha pasien bernafas
8. Mencatat pergerakan dada, simetris atau tidak
9. Memonitor suara nafas
10. Memonitor pola nafas
3. 1. Mengkaji status nutrisi pasien
2. Menjaga kebersihan mulut, anjurkan untuk
selalu melakukan oral hygine
3. Mendelegatif pemberian nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan pasien
4. Memberikan informasi yang tepat terhadap
pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat
dan sesuai
5. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi zat besi seperti sayuran hijau
6. Mengkaji frekuensi mual
7. Menganjurkan pasien makan sedikit demi
sedikit tapi sering
8. Menganjurkan pasien untuk makan selagi
hangat
9. Berkolaborasi pemberian antiemetic
10. Mendiskusikan dengan keluarga dan pasien
pentingnya intake nutrisi dan hal-hal yang
menyebabkan penurunan berat badan
11. Menimbmbang berat badan pasien jika
memungkinkan
1. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
merencanakan monitoring program aktivitas
klien
2. Membantu klien memilih aktivitas sesuai
dengan kondisi
3. Membantu klien untuk melakukan aktivitas
fisik secara teratur
4. Memonitor status emosional, fisik, dan sosial
serta spiritual klien terhadap latihan/ aktivitas
5. Berkolaborasi untuk pemberian terapi obat
6. Menentukan pembatasan aktivitas fisik pada
klien
7. Menentukan presepsi klien dan perawat
mengenai kelelahan
8. Menentukan penyebab kelelahan (nyeri,
perawatan, pengobatan)
9. Memonitor intake nutrisi yang adekuat sebagai
sumber energy
10. Menganjurkan klien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala kelelahan saat
aktivitas
11. Menganjurkan klien untuk membatasi
aktivitas yang cukup berat seperti berjalan
jauh, berlari, mengangkat beban berat
12. Memonitor respon terapi oksigen klien
13. Membatasi stimuli lingkungan untuk relaksai
klien
14. Membatasi jumlah pengunjung
3.6. EVALUASI
No Dx Tanggal/jam Evaluasi
1. 28-05-2017 S : Pasien mengatakan sedikit lemah,
15:00 wib sudah tidak pusing
O : Nadi 50x/menit
- Kuku mudah patah, rambut kering mudah
putus, menipis.
- Warna kulit pucat
- CRT>3detik
- Hb 4,5gram/dl
- Urine output ±250ml
EKG: Distritmia
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2, 6,7
1. Mengkaji faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan sel darah
merah
2. Memantau frekuensi jantung dan
irama
3. Mengkolaborasi untuk pemberian
transfusi darah
2. 28-05-2017 S : Pasien mengatakan masih sesak
15:00 wib O:
RR: 28x/menit
Suara nafas whezing (+)
Bibir sianosis
Retraksi dinding dada (+)
Penggunaan otot bantu nafas (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 , 6
1. Memposisikan pasien semi fowler
2. Mengauskultasi suara nafas, catat
hasil penurunan daerah ventilasi
3. Memonitor aliran oksigen
4. Memonitor kecepatan, ritme, dan
kedalaman usaha pasien bernafas