Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Anemia merupakan masalah kesehatan global pada negara maju maupun negara
yang sedang berkembang serta berdampak pada kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Prevalensi anemia terbesar pada anak dan ibu hamil. Penyebab anemia bervariasi
berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi, sehingga prevalensi
defisiensi besi sering digunakan untuk mewakili prevalensi anemia defisiensi besi
(ADB). (Janus dan marcel, 2010)
Prevalensi anemia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 sebesar 40,5%, SKRT tahun 2001 sebesar 48% sedangkan berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2007 sebesar 27,7%. Dokter Anak Indonesia cabang Daerah
Istimewa Yogyakarta di dua sekolah dasar di Kotamadya menunjukan 40% anak
menderita anemia. Ringoringo (2009) mendapatkan prevalensi ADB pada bayi berusia 0-
12 bulan di Bnajar Baru Kalimantan Selatan sebesar 47,7%. Syaiful (2012) memperoleh
prevalensi defisiensi besii pada balita di Yogyakarta sebesar 42,78% sedangkan apriyanti
(2012) menggunakan baku emas soluble transferin receptor memperoleh prevalensi
defisiensi besi pada anak usia 6 sampai 59 bulan di puskesmas wilayah Yogyakarta dan
Bantul sebesar 32,2%
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
(Handayani dan Hariwibowo, 2008)
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam
darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang
berisiko menderita anemia (Arisman, 2010).
2.2. KLASIFIKASI
1. Anemia defisiensi besi
Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik disebabkan oleh kurang gizi
(malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorbsi, kehilangan darah yang banyak
(persalinan)
2. Anemia megablobastik
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik dan
kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi
3. Anemia hipoplastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel
darah merah baru. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap,
pemeriksaan fungsi sterna, pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia hemolitik
Anemia jenis ini disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya
2.3. ETIOLOGI
Menurut (Arita, 2008) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Anemia defisiensi besi
a. Perdarahan kronik
b. Infeksi cacing tambang
c. Pengeluaran zat besi yang bertambah: perdarahan karena ankylosmiasis,
amubiasis yang menahun, polip.
d. Infeksi yang berulang seperti cateritis, bronkitis, pneumonia
e. Malabsorbsi
f. Diet buruk
2. Anemia megablobastik
a. Cirosis hepatis
b. Malnutrisi
c. Gangguan saluran cerna
d. Kebutuhan asam folat tubuh yang meningkat
3. Anemia hipoplastik
a. Obat-obatan: chlorampenicol, sulfanamid, analgetik.
b. Penyinaran
c. Idiopatik
4. Anemia hemolitik
a. Peningkatan kecepatan distruksi sel darah merah
b. Kelainan eritrosit
c. Racun
d. Kelainan enzim: defisiensi glukosa
Menurut (Price, 2006) penyebab anemia sebagai beikut:
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan
gejala dari berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia
disebabkan karena :
1. Gangguan pada pembentukan atau produksi eritrosit oleh susmsum tulang.
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia difisiensi Fe, Thalasemia,
dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
c. Fungsi sel induk terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik dan
leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
2. Kehilangan darah keluar dari tubuh (pendarahan).
a. Akut karena perdarahan atau trauma / kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
3. Proses penghanjuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
a. Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan
eritrosit)
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
(price, 2006)
2.4. PATOFISIOLOGI
Anemia disebabakan oleh kegagalan sumsum tulang menghasilkan cukup SDM
(sel darah maerah). Meskipun semua bahan yang di butuhkan untuk eritropoises tersedia.
Berkurangnya kemampuan eritropoise dapat di sebabkan oleh destruksi sumsum tulang
merah oleh bahan kimia toksik (misalnya benzena), pajanan berlebihan terhadap radiasi
(contoh : jatuhan dari ledakan bom nuklir / pajanan berlebihan ke sinar X) infasi sumsum
tulang oleh sel kanker atau kemoterapi untuk kanker.
Proses destruktif dapat secara selektif mengurangi produksi eritrosit sum-sum
tulang atau mungkin juga menurunkan kemampuan sumsum menghasilkan leukosit &
trombosit. Keparahan anemia bergantung pada luas kerusakan jaringan eritropoitik
kerusakan yang luas dapat mematikan ( sharewood,2012).
Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dalam darah yang berlebihan.
Hemolisis atau ruptur SGM jadi karena sel yang sebenarnya normal di picu untuk pecah
oleh faktor eksternal seperti pada infasi SDM oleh parasit malaria atau karena sel tersebut
memang cacat, seperti pada penyakit sel sabit. Penyakit sel sabit adalah contoh paling di
kenal di anatara berbagai kelainan herediter eritrosit yang menyebabkan sel-sel ini sangat
rapuh. Pada keadaan ini terbentuk hemoglobin cacat yang menyatu untuk membentuk
rantai kaku yang menyebabkan SDM tidak lentur dan berbentuk tak alami, seperti bulan
sabit. Tidak seperti eritrosit normal, SDM cacat ini cenderung membentuk gumpalan
yang kemudian menyumbat aliran darah melalui pembuluh-pembuluh halus sehingga
timbul nyeri dan kerusakan jaringan. Selain itu eritrosit cacat tersebut rapuh dan mudah
pecah, bahkan sebagai sel muda, sewaktu mengalir melalui kapiler limpa yang sempit.
Meskiput eritropoisis mengalami percepatan oleh kerusakan konstan SDM namun
produksi ini tidak mampu mengimbangi laju detruksi sehingga dapat terjadi anemia.
(sharewood,2012).
Anemia disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12 yang
masuk dari melalui makanan dari saluran cerna. Vitamin B12 penting untuk pembentukan
dan pematangan normal sumber daya manusia (SDM). Vitamin ini banyak terdapat di
berbagai makanan. Masalahnya adalah defisieni meningkatakan konsumsi bahan
makanan sumber zat besi, penggunaan bahan makanan yang telah difortifikasi dan
penanggulangan parasit cacing tambang dan penyakit infeksi. (Wirakusumah,1998).
WOC
Kebutuhan yang Kurang asupan
Kecelakaan / meningkat (pertumbuhan nutrisi, pejanan
operasi cepat toksik, invasi tumor

Perdarahan Kebutuhan Fe meningkat Kegagalan


sumsum tulang

Berkurangnya
Tubuh kurang Fe
jumlah eritrosit
Kadar Hb turun

Kekurangan Hb

pembuatan eritrosit
mengalami penurunan

ANEMIA

Penyerapan
Hipoksia suplai O2 dan nutrisi ke
nutrisi terganggu
jaringan berkurang

Perubahan
Dispnea Hb Defisiensi
pembentukan ATP
menurun nutrisi

Nafas pendek
Energi yg
MK: Perfusi Nausea, anoreksia,
dihasilkan
perifer tidak BB turun, turgor
MK: Pola nafas jelek, mukosa bibir
efektif
Kelemahan fisik, cepat tidak efektif kering, konjungtiva
lelah, lemas, pusing anemis

MK: Perubahan
MK: Intoleransi nutrisi kurang dari
Aktifitas kebutuhan tubuh
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda sering dikaitkan dengan anemia
1. Kulit wajah terlihat pucat
2. Kelopak mata pucat
3. Ujung jari pucat
4. Mudah lelah
5. Takikardi
6. Sering merasa mual
7. Sakit kepala
8. Kekebalan tubuh menurun
9. Sesak nafas
Manifestasi khusus pada anemia (huda N, 2015)
a. Anemia defisiensi besi : spoon nail, glositis
b. Anemia megabloblastik: paresis, ulkus di tungkai
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring: pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
kadar hemoglobin, indeks eritrosit, apusan darah teoi
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED)
c. Pemeriksaan sumsum tulang: ditemukan sel blast yang berlebihan, peningkatan
protein
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus:
- Anemia defisiensi besi: serum iron, saturasi transferin, dan feritin serum
- Anemia megaloplastik: asam folat darah/ eritrosit vitamin B12
- Anemia hemolitik: hitung retrikulosit, tes coombc, dan elektroforesis Hb
- Anemia pada leukimia abut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal
hati.
3. Radiologi
a. Nuclear magnetic resonance imaging: pemeriksaan ini merupakan cara terbaik
untuk mengetahui luasnya perlemakan karena dapat membuat pemisah tegas
antara daerah sumsum tulang berlemak dan sumsum tulang berelular.
b. Radiocline bone marrow imaging: luasnya kelainan sumsum tulang dapat
ditentukan oleh scaning tubuh setelah disuntik dengan koloid radioaktif techneum
sulfur, pada makrofag sumsum tulang belakang atau iodium chloride yang akan
terikat pada transferin. Dengan bantuan scan sumsum tulang dapat ditentukan
daerah hemopoiesis aktif untuk memperoleh sel-sel guna pemeriksaan sitogenik
atau kultur sel induk
2.7. PENATALAKSANAAN
1. Anemia pada defisinesi besi asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defidiendi besi diberikan sulfas
ferosus 3x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %.
2. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersediannya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM (intra muskular)
b. Usaha mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus di teruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malapsorbsi yang
tidak dapat di koreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi sam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1mg/hari secara IM.
3. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi imumosubresif dengan antithimocyte
globulin (ATG) yang di perlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis
buruk jika transplasntasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat
diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
4. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN DATA


Dilakukan pada tanggal….
I. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wates RT. 03 RW. X Jetis Jaten Karanganyar
II. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan jantung berdebar-debar dan sesak nafas
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan mengalami kelemahan fisik, pusing, sakit kepala, diaforesis,
jantung berdebar-debar serta sesak nafas
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah menderita anemia
4. Riwayat penyakit keluarga
pasien mengatakan dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit menurun (DM, asma, hipertensi dan jantung) dan penyakit menular
(TBC, hepatitis, HIV/ AIDS).
III. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
1. Aktivitas/ Istirahat
Pasien mengatakan mudah lelah dan sesak saat melakukan aktifitas sehingga
terjadi penurunan semangat bekerja dan kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih
banyak , pasien mengatakan tidur >8jam sehari
2. Sirkulasi
TD: 80/60mmHg dan Nadi: 50x/menit. Bunyi jantung murmur, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, mukosa bibir kering, kuku mudah patah, rambut kering
mudah putus, menipis.
3. Integritas ego
Pasien tidak menolak untuk dilakukan tindakan medis
4. Eliminasi
Pasien mengatakan BAK sehari 2x
Pasien mengatakan BAB setiap pagi sebelum sakit, selama sakit di RS pasien
belum BAB
5. Makanan/cairan
Pasien mengatakan tidak mau makan karena nyeri pada lidah dan mual muntah
4x sehari
6. Neurosensori
Pasien mengatakan sakit kepala dan penurunan konsentrasi
7. Pernafasan
Pasien mengatakan sesak
8. Seksualitas
Pasien mengatakan saat mentruasi darah yang dikeluarkan hanya sedikit
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran: Composmetis
TD: 80/60mmHg
Suhu: 35,5°C
Nadi: 50x/menit
RR: 28x/mnt
BB sebelum sakit: 45kg
BB sekarang 40kg
TB: 160cm, IMT: 15,6
2. Breathing
Klien mengeluh sesak
Suara nafas wheezing
Retraksi dinding dada (+)
3. Bleeding
Klien mengeluh nyeri dada ringan, irama jantung reguler, CRT> 3 detik, akral
dingin
4. Brain
Klien mengeluh pusing dan susah tidur
Sklera ikterus, konjungtiva anemis
5. Bladder
BAK 2x/ 24jam (penurunan produksi urine), bau amoniak
6. Bowel
Pasien mengatakan mual (anorexia) dan muntah 4x sehari
Mulut kotor, mukosa bibir kering, nafsu makan menurun ditandai dengan pasien
tidak mau makan
7. Bone
Klien mengatakan badannya merasa lemah, letih saat beraktifitas
Kelainan tulang belakang: kifosis
V. Pemeriksaan penunjang
Hb 4,5gram/dl
Ht 17%
LED 40mm/jam
Eritrosit 2,5jt/mm3
MCV 70ff
EKG: Distritmia
3.2. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds: Anemia Perfusi perifer tidak
- Pasien mengeluh efektif
Suplai O2 ke jaringan
lemah
berkurang
- Pasien mengeluh
pusing
- Pasien mengatakan Kadar hb menurun
jantungnya
berdebar-debar dan
berkeringat dingin
- Pasien mengatakan
BAK sehari 2x
Do:
- Nadi 50x/menit
- Kuku mudah patah,
rambut kering
mudah putus,
menipis.
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- CRT>3detik
- Hb 4,5gram/dl
- Urine output
±400ml
- EKG: Distritmia
2 Ds: Anemia Pola nafas tidak
- Pasien mengatakan efektif
Suplai O2 ke jaringan
sesak
berkurang
-
Do:
Dispnea
- RR: 30x/menit
- Suara nafas
whezing (+) Nafas pendek
- Bibir sianosis
- Retraksi dinding
dada (+)
- Penggunaan otot
bantu nafas (+)
3 Ds: Suplai nutrisi ke jaringan Perubahan nutrisi
- Pasien terganggu kurang dari
mengatakan kebutuhan tubuh
mual dan muntah Defisiensi nutrisi
sehari 4x
- Pasien Nausea, anoreksia
mengatakan
tubuh lemah
- Pasien Penurunan nafsu makan
mengatakan
tidak nafsu
BB turun, mukosa bibir
makan kering, konjungtiva
- Pasien anemis
mengatakan BB
sebelum sakit
45kg
Do:
- BB saat sakit
40kg (IMT:
15,6)
- pasien tampak
lemah
- konjungtiva
anemis
- mukosa bibir
kering

4 Ds: Anemia Intoleransi Aktifitas


- Pasien mengatakan
Suplai O2 ke jaringan
mudah lelah saat
berkurang
melakukan
aktivitas
hipoksia
- Jantung berdebar-
debar
Perubahan pembentukan
- Pasien mengatakan
ATP
sesak
- Pasien mengatakan
Energi yang dihasilkan
pusing kepala dan menurun
susah tidur
Do:
Kelemahan fisik
- TD: 140/90 mmHg
- RR: 30x/mnt
- Keadaan umum
pasien lemah
- Pergerakan sendi
terbatas

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Suplai O2 ke jaringan berkurang
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.4. INTERVENSI
No Dx Tujuan dan kriteria intervensi rasional
hasil
1. Setelah dilakukan 1. Kaji status mental 1. Mengetahui derajat
tindakan 3x24 jam klien secara teratur hipoksia pada otak
perfusi jaringan 2. Kaji faktor-faktor 2. Berkurangnya sel darah
meningkat dengan yang menyebabkan dapat disebabkan oleh
kriteria hasil: penurunan sel darah kekurangan kofaktor
1. Klien tidak merah untuk eritrosit. Pada
mengeluh pusing 3. Kaji warna kulit, anemia karena jumlah
2. Konjungtiva merah suhu, sianosis, nadi efektif sel darah merah
3. CRT< 3 detik perifer, dan berkurang, maka lebih
4. Urine meningkat diaforesis secara sedikit oksigen yang
>600ml/hari teratur dikirimkan ke jaringan
4. Pantau urine output 3. Mengetahui derajat
5. Catat adanya hipoksemia dan
keluhan pusing peningkatan tahanan
6. Pantau frekuensi perifer
jantung dan irama 4. Penurunan curah jantung
7. Kolaborasi untuk dapat mengakibatkan
pemberian transfusi menurunnya produksi
darah urine <600ml/hari
merupakan tanda-tanda
terjadinya syok
kardiogenik
5. Keluhan pusing
merupakan manifestasi
penurunan suplai darah
ke otak yang parah
6. Perubahan frekuensi dan
irama jantung
menunjukan komplikasi
distritmia
7. Transfusi dengan PRC
(packed red cells) lebih
rasional diberikan pada
klien yang mengalami
anemia akibat penurunan
sel darah merah
2. Setelah dilakukan Airway management 1. Untuk memaksimalkan
tindakan asuhan 1. Posisikan pasien potensial ventilasi
keperawatan selama semi fowler 2. Memonitor kepatenan
3x24 jam pasien 2. Auskultasi suara jalan nafas
menunjukan nafas, catat hasil 3. Memonitor respirasi
keefektifan pola nafas penurunan daerah dan keadekuatan
dengan kriteria hasil: ventilasi oksigen
1. Klien tidak sesak 3. Monitor 4. Menjaga keadekuatan
nafas, RR dalam pernafasan dan ventilasi
batas normal 16- status oksigen 5. Meningkatkan ventilasi
20x/menit yang sesuai dan asupan oksigen
2. Respon batuk Oxygen terapy 6. Menjaga aliran oksigen
berkurng 4. Mempertahankan mencukupi kebutuhan
3. TTV dalam batas jalan nafas paten pasien
normal: 5. Kolaborasi dalam 7. Monitor keadekuatan
TD: 120/80mmHg pemberian oksigen pernafasan
N: 80x/menit terapi 8. Melihat apakah ada
RR: 16-20x/menit 6. Monitor aliran obstruksi di salah satu
Suhu: 36,5° oksigen bronkus atau adanyta
Respiratory gangguan ventilasi
monitoring 9. Mengetahui adanya
7. Monitor kecepatan, sumbatan pada jalan
ritme, dan nafas
kedalaman usaha 10. Memonitor keadaan
pasien bernafas pernafasan klien
8. Catat pergerakan
dada, simetris atau
tidak
9. Monitor suara
nafas
10. Monitor pola nafas
Setelah dilakukan Nutrition management 1. Pengkajian penting
tindakan keperawatan 1. Kaji status nutrisi dilakukan untuk
3x24 jam diharapkan pasien mengetahui status
pemenuhan kebutuhan 2. Jaga kebersihan nutrisi pasien sehingga
pasien tercukupi mulut, anjurkan dapat menentukan
dengan kriteria hasil: untuk selalu intervensi yang
1. Intake nutrisi melakukan oral diberikan
tercukupi: hygine 2. Mulut yang bersih dapat
Pasien 3. Delegatif meningkatkan nafsu
menghabiskan pemberian nutrisi makan
porsi makannya yang sesuai dengan 3. Untuk memenuhi
2. Asupan makanan kebutuhan pasien kebutuhan nutrisi yang
dan cairan 4. Beri informasi dibutuhkan pasien
tercukupi: yang tepat 4. Informasi yang
Pasien minum 8 terhadap pasien diberikan dapat
gelas sehari tentang kebutuhan memotivasi pasien
3. Pasien tidak mual nutrisi yang tepat untuk meningkatkan
4. Pasien mengalami dan sesuai intake nutrisi
peningkatan berat 5. Anjurkan pasien 5. Zat besi dapat
badan : 0,5kg untuk membantu tubuh untuk
mengkonsumsi menambah darah dan
makanan tinggi zat anemia tidak bertambah
besi seperti parah
sayuran hijau 6. Penting untuk
Nausea management mengetahui
6. Kaji frekuensi karakteristik mual dan
mual faktor-faktor yang
7. Anjurkan pasien menyebabkan mual.
makan sedikit Apabila karakteristik
demi sedikit tapi mual dan faktor
sering penyebab mual
8. Anjurkan pasien diketahui maka dapat
untuk makan selagi menentukan intervensi
hangat yang diberikan
9. Kolaborasi 7. Dapat meningkatkan
pemberian intake nutrisi
antiemetik 8. Makanan dalam kondisi
Weight management hangat dapat
10. Diskusikan dengan menurunkan rasa mual
keluarga dan 9. Antiemetik dapat
pasien pentingnya digunakan sebagai
intake nutrisi dan terapi farmakologis
hal-hal yang dalam managemen
menyebabkan mual dan menghambat
penurunan berat sekresi asam lambung
badan 10. Membantu memilih
11. Timbang berat alternatif pemenuhan
badan pasien jika nutrisi yang adekuat
memungkinkan 11. Dengan menimbang
berat badan dapat
memantau peningkatan
dan penurunan status
gizi
Setelah dilakukan Activity Therapy 1. Mengkaji setiap aspek
intervensi selama 1. Kolaborasi dengan klien terhadap terapi
3x24 jam diharapkan tim kesehatan lain latihan yang
kondisi klien stabil untuk direncanakan
saat aktivitas dengan merencanakan 2. Aktivitas yang terlalu
kriteria hasil: monitoring berat dan tidak sesuai
1. TTV dalam batas program aktivitas dengan kondisi klien
normal klien dapat memperburuk
TD: 120/80mmHg 2. Bantu klien toleransi terhadap
RR: 16-20x/menit memilih aktivitas latihan
2. Tidak tampak sesuai dengan 3. Melatih kekuatan dan
kelelahan kondisi irama jantung selama
3. Tidak tampak lesu 3. Bantu klien untuk aktivitas
4. Tidak sakit kepala melakukan 4. Mengetahui setiap
5. Kualitas istirahat aktivitas fisik perkembangan yang
dan tidur dalam secara teratur muncul setelah terapi
batas normal 8jam 4. Monitor status aktivitas
sehari emosional, fisik, 5. Pemberian terapi obat
dan sosial serta digunakan untuk
spiritual klien mengembalikan TD
terhadap latihan/ klien dalam batas
aktivitas normal
5. Kolaborasi untuk 6. Mencegah penggunaan
pemberian terapi energy yang berlebihan
obat karena dapat
Energy management menimbulkan kelelahan
6. Tentukan 7. Memudahkan klien
pembatasan untuk mengenali
aktivitas fisik pada kelelahan dan waktu
klien istirahat
7. Tentukan presepsi 8. Mengetahui etiologi
klien dan perawat kelelahan apakah
mengenai mungkin efek samping
kelelahan obat atau tidak
8. Tentukan 9. Mengetahui sumber
penyebab asupan energy
kelelahan (nyeri, 10. Menyamakan presepsi
perawatan, perawat klien mengenai
pengobatan) tanda-tanda kelelahan
9. Monitor intake dan menentukan kapan
nutrisi yang aktivitas dihentikan
adekuat sebagai 11. Mencegah timbulnya
sumber energi sesak akibat aktivitas
10. Anjurkan klien dan yang terlalu berat
keluarga untuk 12. Mengetahui efektifitas
mengenali tanda terapi O2 terhadap
dan gejala keluhan sesak selama
kelelahan saat aktifitas
aktivitas 13. Menciptakan
11. Anjurkan klien lingkungan yang
untuk membatasi kondusif untuk klien
aktivitas yang istirahat
cukup berat seperti 14. Memfasilitasi waktu
berjalan jauh, istirahat klien untuk
berlari, memperbaiki kondisi
mengangkat beban klien
berat
12. Monitor respon
terapi oksigen
klien
13. Batasi stimuli
lingkungan untuk
relaksai klien
14. Batasi jumlah
pengunjung

3.5. IMPLEMENTASI
No Dx Implementasi Paraf
1. 1. Mengkaji status mental klien secara teratur
2. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan sel darah merah
3. Mengkaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer, dan diaforesis secara teratur
4. Memantau urine output
5. Mencatat adanya keluhan pusing
6. Memantau frekuensi jantung dan irama
7. Mengkolaborasi untuk pemberian transfusi
darah
2. 1. Memposisikan pasien semi fowler
2. Mengauskultasi suara nafas, catat hasil
penurunan daerah ventilasi
3. Memonitor pernafasan dan status oksigen
yang sesuai
4. Mempertahankan jalan nafas paten
5. Mengkolaborasi dalam pemberian oksigen
terapi
6. Memonitor aliran oksigen
7. Memonitor kecepatan, ritme, dan kedalaman
usaha pasien bernafas
8. Mencatat pergerakan dada, simetris atau tidak
9. Memonitor suara nafas
10. Memonitor pola nafas
3. 1. Mengkaji status nutrisi pasien
2. Menjaga kebersihan mulut, anjurkan untuk
selalu melakukan oral hygine
3. Mendelegatif pemberian nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan pasien
4. Memberikan informasi yang tepat terhadap
pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat
dan sesuai
5. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi
makanan tinggi zat besi seperti sayuran hijau
6. Mengkaji frekuensi mual
7. Menganjurkan pasien makan sedikit demi
sedikit tapi sering
8. Menganjurkan pasien untuk makan selagi
hangat
9. Berkolaborasi pemberian antiemetic
10. Mendiskusikan dengan keluarga dan pasien
pentingnya intake nutrisi dan hal-hal yang
menyebabkan penurunan berat badan
11. Menimbmbang berat badan pasien jika
memungkinkan
1. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
merencanakan monitoring program aktivitas
klien
2. Membantu klien memilih aktivitas sesuai
dengan kondisi
3. Membantu klien untuk melakukan aktivitas
fisik secara teratur
4. Memonitor status emosional, fisik, dan sosial
serta spiritual klien terhadap latihan/ aktivitas
5. Berkolaborasi untuk pemberian terapi obat
6. Menentukan pembatasan aktivitas fisik pada
klien
7. Menentukan presepsi klien dan perawat
mengenai kelelahan
8. Menentukan penyebab kelelahan (nyeri,
perawatan, pengobatan)
9. Memonitor intake nutrisi yang adekuat sebagai
sumber energy
10. Menganjurkan klien dan keluarga untuk
mengenali tanda dan gejala kelelahan saat
aktivitas
11. Menganjurkan klien untuk membatasi
aktivitas yang cukup berat seperti berjalan
jauh, berlari, mengangkat beban berat
12. Memonitor respon terapi oksigen klien
13. Membatasi stimuli lingkungan untuk relaksai
klien
14. Membatasi jumlah pengunjung

3.6. EVALUASI
No Dx Tanggal/jam Evaluasi
1. 28-05-2017 S : Pasien mengatakan sedikit lemah,
15:00 wib sudah tidak pusing
O : Nadi 50x/menit
- Kuku mudah patah, rambut kering mudah
putus, menipis.
- Warna kulit pucat
- CRT>3detik
- Hb 4,5gram/dl
- Urine output ±250ml
EKG: Distritmia
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2, 6,7
1. Mengkaji faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan sel darah
merah
2. Memantau frekuensi jantung dan
irama
3. Mengkolaborasi untuk pemberian
transfusi darah
2. 28-05-2017 S : Pasien mengatakan masih sesak
15:00 wib O:
RR: 28x/menit
Suara nafas whezing (+)
Bibir sianosis
Retraksi dinding dada (+)
Penggunaan otot bantu nafas (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 , 6
1. Memposisikan pasien semi fowler
2. Mengauskultasi suara nafas, catat
hasil penurunan daerah ventilasi
3. Memonitor aliran oksigen
4. Memonitor kecepatan, ritme, dan
kedalaman usaha pasien bernafas

3. 28-05-2017 S : Pasien mengatakan tubuh masih lemas


15:00 wib tapi sudah tidak mual dan muntah
O:
- Pasien masih tampak lemah
- konjungtiva anemis
- mukosa bibir kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 7,10 dan 11
1. Menganjurkan pasien makan sedikit
demi sedikit tapi sering
2. Mendiskusikan dengan keluarga dan
pasien pentingnya intake nutrisi dan
hal-hal yang menyebabkan penurunan
berat badan
3. Menimbmbang berat badan pasien
jika memungkinkan
S : Pasien mengatakan masih sesak dan
sudah tidur
O:
- TD: 120/90 mmHg
- RR: 28x/mnt
- Keadaan umum pasien lemah
- Pergerakan sendi terbatas

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi 1,2,12,13
1. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk merencanakan monitoring
program aktivitas klien
2. Membantu klien memilih aktivitas
sesuai dengan kondisi
Memonitor respon terapi oksigen
klien
3. Membatasi stimuli lingkungan untuk
relaksai klien

Anda mungkin juga menyukai

  • Penyakit
    Penyakit
    Dokumen30 halaman
    Penyakit
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen20 halaman
    Kasus
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen26 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen27 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Penyakit
    Penyakit
    Dokumen30 halaman
    Penyakit
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen27 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Askep Tiroid Done
    Askep Tiroid Done
    Dokumen55 halaman
    Askep Tiroid Done
    M Perdana Sigo Pradikda
    Belum ada peringkat
  • Enterpreneur
    Enterpreneur
    Dokumen4 halaman
    Enterpreneur
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen3 halaman
    Anemia
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Emfisema
    Emfisema
    Dokumen13 halaman
    Emfisema
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen17 halaman
    Tugas
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Diare Satuan Acara Penyuluhan Diare: Disusun Oleh
    Satuan Acara Penyuluhan Diare Satuan Acara Penyuluhan Diare: Disusun Oleh
    Dokumen18 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Diare Satuan Acara Penyuluhan Diare: Disusun Oleh
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Emfisema
    Emfisema
    Dokumen13 halaman
    Emfisema
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Konsulkan
    Meningitis Konsulkan
    Dokumen38 halaman
    Meningitis Konsulkan
    Nanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Kejang
    Kejang
    Dokumen30 halaman
    Kejang
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Menarik Diri FIXXXXXX
    Menarik Diri FIXXXXXX
    Dokumen20 halaman
    Menarik Diri FIXXXXXX
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Menarik Diri FIXXXXXX
    Menarik Diri FIXXXXXX
    Dokumen20 halaman
    Menarik Diri FIXXXXXX
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Fixxx
    Fixxx
    Dokumen34 halaman
    Fixxx
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Hidronefrosis
    Hidronefrosis
    Dokumen40 halaman
    Hidronefrosis
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Askep Tiroid Done
    Askep Tiroid Done
    Dokumen55 halaman
    Askep Tiroid Done
    M Perdana Sigo Pradikda
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Kanker Serviks
    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Serviks
    Dokumen3 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Kanker Serviks
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen3 halaman
    Anemia
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Askep Tiroid Done
    Askep Tiroid Done
    Dokumen55 halaman
    Askep Tiroid Done
    M Perdana Sigo Pradikda
    Belum ada peringkat
  • Bahasa Inggris
    Bahasa Inggris
    Dokumen1 halaman
    Bahasa Inggris
    laurensia novi
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Jurnal
    Terjemahan Jurnal
    Dokumen13 halaman
    Terjemahan Jurnal
    laurensia novi
    Belum ada peringkat