CYSTOMA OVARII
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Pendidikan Profesi
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD Bangil
Dokter Pembimbing :
dr. Novida ariani, Sp.OG M.kes
Disusun oleh:
Wahyu nur hidayat
11700280
BAB I
PENDAHULUAN
Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium
yang terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir.
Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan untuk
mengangkat kista tersebut. Penangannya melibatkan keputusan yang sukar
dan dapat mempengaruhi status hormon dan fertilitas seorang wanita.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium (Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro
et al, 2009).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut
terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal
yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat
jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri,
dengan penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum,
kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
II.3. Etiologi
5
a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga
tekanan pada dubur
i. Gangguan menstruasi.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu
sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat
menyebabkan hipermenorrea.
j. Akibat Pertumbuhan: Dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan
pembengkakan perut.. Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya sebuah kista yang tidak
seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang
kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berat pada perut. Selain gangguan miksi obstipasi dan
oedema pada tungkai dapat terjadi. Dapat timbul komplikasi berupa asites,
atau gejala sindrom perut akut. ( Sjamjuhidajat, 2004 ).
1. Kista Fisiologis
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang
bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan
yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.
Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan
sifat tersebut.
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Bisa didapatkan satu kista atau
beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm.
Dalam menangani tumor ovarium, timbul persoalan apakah tumor
yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika diameter
tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel
dalam 2 bulan akan hilang sendiri. (DeChemey, 1994)
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH ( folikel stimulating
hormone) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari
folikel ovarium yang gagal mengalami involusi. Dapat multipel dan bilateral.
Biasanya asimtomatik.
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Penanganan kista
luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan
operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium. (DeChemey, 1994)
Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian - bagian terkecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia
lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan
ovarium dan isinya cairan jernih dan serous. (DeChemey, 1994)
e. Kista endometrium
Neoplastik jinak
1. Kistik:
a. Kistoma ovari simpleks
11
Asal tumor belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, berasal dari
teratoma dimana di dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Umumnya berbentuk multilokuler, ukurannya
dapat mencapai ukuran yang amat besar. (DeChemey, 1994)
d. Kista endometroid
e. Kista dermoid
2. Solid:
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai
jenis.
a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Angioma
f. Limfangioma
g. Tumor brenner
13
II. 8. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.
(Helm, 2008)
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya
tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih
dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada
tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan
rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
14
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
15
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi
sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan
massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.
Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum
uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi
mungkin didapatkan ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35
U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-
sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang
utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular,
dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal
echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista
fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista
17
inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke
dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista
neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan
hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat
memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur pelvis.
Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG
transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa
yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini
memerlukan kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini
biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang
baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian
disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium
saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5
tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista
dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. (Wiknjosastro, 2011)
BAB III
21
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Status marietal : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : kampung panderejo pasrepan - Pasuruan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 8 Desember 2017
SUAMI
Nama : Tn R
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 53 tahun
Status marietal : Sudah menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : kampung panderejo pasrepan - Pasuruan
Suku : Jawa
Agama : Islam
II. SUBJEKTIF
a) Keluhan Utama : Benjolan di perut sebelah kanan disertai nyeri kadang-
kadang. Benjolan semakin lama semakin membesar.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien MRS di RSUD bangil melalui polilinik dengan keluhan benjolan di
perut sebelah kanan disertai nyeri kadang-kadang sejak 5 bulan yang lalu.
Nyeri juga dirasakan saat perut ditekan dan disertai mual. Pasien sudah
pernah berobat di poli kandungan sejak bulan Maret 2017 mengenai
benjolan pada perut sebelumnya. Pasien tidak mengalami penurunan berat
badan. Riwayat haid teratur tiap bulan, lama 3-4 hari, ganti pembalut 3-4
22
kali sehari. Pasien tidak merasakan nyeri saat haid dan saat berhubungan.
BAB dan BAK pasien normal. Pasien tidak ada riwayat merokok, minum-
minuman beralkohol. Pasien tidak mengalami nyeri pervaginal. Pasien
tidak pernah darah tinggi, Pasien pernah gula darah tinggi. Riwayat
pemakaian KB suntik
c) Riwayat Pernikahan
Pernikahan 1 kali dengan suami sekarang kurang lebih 30 tahun
d) Riwayat kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik
e) Riwayat penyakit dahulu
Hipertesni : disangkal
Diabetes melitus : disangkal
f) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti ini
g) Riwayat pengobatan
Pasien tidak dalam pengobatan
h) Riwayat sosial
Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
III. OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6º C
Nadi : 88 x/menit / reguler, amplitudo kuat
Pernafasan : 20x/menit dan simetris
Kepala Leher : anemis -/- icterus -/-
vv -- --
vv -- --
Abdomen : teraba massa kistik diameter 10cm
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-
IV. Status Ginekologi
Genetalia Externa
Vulva : Flux (-) Flex -) Massa (-) ulkus (-)
Inspekulo
V/V : Flux (-) Flex(-)
POMP tertutup, Licin,
VT
Vulva : POMP tertutup, licin,
CUAF ~ dalam batas normal
APD: teraba massa kistik ukuran 10 cm, mobile,
permukaan rata, berbatas tegas, tidak nyeri
APS: massa (-),nyeri (-), Cavum Douglasi dalam batas
normal.
V. Pemeriksaan penujang
Darah lengkap
24
GULA DARAH
Gula darah sewaktu 341 <200
Gula darah 1 213
Guladarah 2 315
Gula darah puasa
Faal hati
AST/SGOT 10,00 U/L <31
ALT/SGPT 19,00 U/L <39
Albumin 3,6 g/dL 3,5-5,1
Faal ginjal
25
USG Abdomen:
Suspect Cystoma Ovarii Dextra, berukuran 12,42cm X 7,8cm X 10,8cm
VI. Diagnosis
Cystoma Ovarii Dextra + DM tipe 2
VII. Terapi
Pro hysterectomytotalis
Persiapan Pre-OP:
Inj. Ranitidin
Inj. Metoclorpramid
Skintest Anbacim
VIII. Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assesmant Planning
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1. Resume
Seorang pasien bernama Ny. D, berusia 50 tahun datang ke poliklinik
Kandungan RSUD bangil dengan keluhan muncul benjolan di perut sebelah kanan
bawah yang membesar perlahan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah
berobat di poli kandungan sejak bulan Maret 2017 mengenai benjolan pada perut
sebelumnya. Riwayat haid teratur tiap bulan. Pasien tidak merasakan nyeri saat
27
haid dan berhubungan. Riwayat pernikahan satu kali selama 30 tahun. Riwayat
pemakaian KB suntik. Tidak ada anggota keluarga lain yang pernah menderita
sakit serupa. Dari hasil USG didapatkan hasil Suspect Cystoma Ovarii Dextra
berukuran 12,42cm X 7,8cm X 10,8cm. Direncanakan operasi pro Salphingo
hysterectomytotalis dan salping oophorectomy pada tanggal 9 desember 2017.
Hasil Follow Up pasien post operasi menunjukkan perkembangan yang baik
setiap harinya dan pasien pulang pada tanggal 12 desember 2017
4. 2. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan pertumbuhan jaringan otot polos yang dapat
menimbulkan pembengkakan yang dapat berisi cairan maupun berbentuk padat.
Penemuan terbaru untuk penanganan kista ovarium dapat dilakukan laparoskopi.
Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi,
tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi,
sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali. Pada wanita
yang lebih tua (lebih dari 40 tahun) jalan yang baik adalah hysterectomytotalis
dan salping oophorectomy bilateral walaupun tidak terdapat tanda-tanda
keganasan.
4. 2. Saran
Deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit kandungan terutama kista
ovarium yang kebanyakan dapat menjadi ganas. Penyakit ini disebut juga silent
killer karena gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi oleh penderita dan
kebanyakan diketahui saat kista sudah besar. Menghindari faktor pemicu
timbulnya kista ovarium dan peningkatan status gizi sangatlah penting karena dari
tubuh yang sehat akan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.2.
7. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
11. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006.
p.130-16. Ovarian Cyst. 6 April 2008. (Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Ovarian_cyst, accessed on 15 Juni 2013