Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

CYSTOMA OVARII
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Pendidikan Profesi
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD Bangil

Dokter Pembimbing :
dr. Novida ariani, Sp.OG M.kes
Disusun oleh:
Wahyu nur hidayat
11700280

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD BANGIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA 2017
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi
ovarium adalah sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan
pada ovarium tentu dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan,
perkembangan, dan pematangan sel telur. Gangguan tersebut dapat berupa
kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium
merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
(ovarium). Cairan ini dapat terkumpul dan dibungkus oleh semacam kapsul
yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium adalah kantung
berisi cairan yang terdapat pada ovarium.
Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita,
dan 85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui
secara pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun,
diperkirakan prevalensi kista ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus
gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii musinosum sebesar 40% dari seluruh
kasus neoplasma ovarium. Frekuensi kistadenoma ovarii musinosum
ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%, Gunawan (1977) menemukan 29,9%,
Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi menemukan 15,1%.
Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan di
Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan
menemukan 20%, dan di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%.
Frekuensi kista dermoid ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi
menemukan 15,1%, Hariadi dan Gunawan masing-masing menemukan 11,1%
dan 13,5% (Wiknjosastro et.al, 2009)
Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum
ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista menimbulkan angka kematian
yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas
terutama pada wanita diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit dianggap
2

berlangsung secara diam-diam (silent killer), sehingga wanita umumnya tidak


menyadari sudah menderita kista ovarium. Wanita umumnya sadar setelah
benjolan teraba dari luar. Sekarang ini semakin sering ditemukan kista
ovarium pada seorang wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan semakin
majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak menimbulakan gejala yang
nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan
perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna tidak menimbulkan gejala
pada sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium lanjut.
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari
periode neonatal sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi
selama masa kanak-kanak dan remaja, yang merupakan periode hormon aktif
untuk pertumbuhan. Kebanyakan kista bersifat fungsional dan dapat hilang
dengan pengobatan sederhana.

Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium
yang terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir.
Penatalaksanaan kista ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan untuk
mengangkat kista tersebut. Penangannya melibatkan keputusan yang sukar
dan dapat mempengaruhi status hormon dan fertilitas seorang wanita.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan dari epithelium ovarium (Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro
et al, 2009).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut
terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal
yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat
jinak juga dapat menyebabkan keganasan.

Gambar 1: Kista Ovarium


4

II. 2. Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri,
dengan penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum,
kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya


pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium.
Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan
belakang , sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung
yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung yang dekat
pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari
infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan
otot yang menjadi satu dengan yang ada di ligamentum rotundum.
Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernaculum

II.3. Etiologi
5

Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun,


secara umum dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang
dialami. Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu
sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama
siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah
yang nantinya akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang peling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel
ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengisi kista dsebagian besar
berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh
darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan
terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun, pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang
tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon
(FSH) dan luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm);
berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal
meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik atau
tanpa gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung
telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.
6

Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan


bening, berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain
dari tumor indung telur, serta terapi hormon.

II.4. Faktor Risiko


Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam
pembentukan kista ovarium.(Anurogo, 2009):
a. Pengobatan infertilitas
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole,
dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian hyperstimulation
syndrome.
b. Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang
biasanya timbul setelah penghentian terapi.
c. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua saat
kadar hCG tertinggi.
d. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone (TSH)
dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista ovarii.
e. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
f. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari
merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks massa
tubuh (IMT)
g. Ligasi tuba
kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba

II.5. Manifestasi Klinis


Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala
dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa
7

berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai


karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial. Letak tumor yang tersembunyi dalam
rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh
penderita. Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar (Sastrawinata et
al,2004) :

a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga
tekanan pada dubur
i. Gangguan menstruasi.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu
sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat
menyebabkan hipermenorrea.
j. Akibat Pertumbuhan: Dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan
pembengkakan perut.. Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya sebuah kista yang tidak
seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang
kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berat pada perut. Selain gangguan miksi obstipasi dan
oedema pada tungkai dapat terjadi. Dapat timbul komplikasi berupa asites,
atau gejala sindrom perut akut. ( Sjamjuhidajat, 2004 ).

II. 6. Sifat kista

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya


berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut
berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan
pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat
8

fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak


menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini
dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi.
Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.

2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.


Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada
awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila
sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium
lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian
penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang


kadang tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa
gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit
dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya
sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan
pengangkatan melalui proses laparoskopi. (Wiknjosastro, 2011)

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang
bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan
yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.
Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan
sifat tersebut.

Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan


dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya
9

berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan


jaringan solid dan dapat bersifat ganas. (Wiknjosastro, 2011)

II. 7. Jenis kista

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua


macam, yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik. (Wiknjosastro,
2011)

Kista ovarium non neoplastik

a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Bisa didapatkan satu kista atau
beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm.
Dalam menangani tumor ovarium, timbul persoalan apakah tumor
yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika diameter
tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel
dalam 2 bulan akan hilang sendiri. (DeChemey, 1994)

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH ( folikel stimulating
hormone) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari
folikel ovarium yang gagal mengalami involusi. Dapat multipel dan bilateral.
Biasanya asimtomatik.

b. Kista korpus lutein

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan


menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang terjadi di
dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat
karena darah tua. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
10

gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Penanganan kista
luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal ini dilakukan
operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium. (DeChemey, 1994)

c. Kista teka lutein

Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan


mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung


telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti
jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari pertumbuhan indung
telur, serta terapi hormon. (DeChemey, 1994)

d. Kista inklusi germinal

Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian - bagian terkecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita usia
lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah permukaan
ovarium dan isinya cairan jernih dan serous. (DeChemey, 1994)

e. Kista endometrium

Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.

Neoplastik jinak

1. Kistik:
a. Kistoma ovari simpleks
11

Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya


bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning.
Terapinya terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan. (DeChemey,
1994)

b. Kistadenoma ovarii serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium, umumnya jenis ini tak


mencapai ukuran yang sangat besar, di bandingkan dengan
kistadenoma muscinosum. Pertumbuhan menjadi ganas apabila di
temukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel. Secara mikroskopik di golongkan
dalam kelompok tumor ganas.

c. Kistadenoma ovarii musinosum

Asal tumor belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, berasal dari
teratoma dimana di dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan
elemen-elemen lain. Umumnya berbentuk multilokuler, ukurannya
dapat mencapai ukuran yang amat besar. (DeChemey, 1994)

d. Kista endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu


haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak
dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat
peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah
haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini
bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit
terutama sewaktu haid/ sexual intercourse. (DeChemey, 1994)
12

Gambar 2: Kista Endometroid

e. Kista dermoid

Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian


tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista
dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala.
Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.

Gambar 2: Kista Dermoid

2. Solid:
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai
jenis.

a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Angioma
f. Limfangioma
g. Tumor brenner
13

II. 8. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut.
(Helm, 2008)

1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya
tumor atau posisisnya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih
dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada
tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan
rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
14

akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga


peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda –
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis) memperkuat
diagnosa keganasan. (Wiknjosastro, 2005).

II. 9. Tanda dan gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan


gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan
tidak spesifik. (Helm, 2008)

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut.;

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
15

II. 10. Diagnosis


a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien.


Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan
perut. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.
Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi.
Dapat terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering. (DeChemey et al,1994)

Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan


usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan
defekasi yang sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam
coitus, yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat
terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada
umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan
pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat
menimbulkan menarche lebih awal.

Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari


hirsutism, inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan,
16

dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.

b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini
adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi
sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan
massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.
Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum
uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi
mungkin didapatkan ascites yang pasif.

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35
U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-
sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang
utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular,
dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal
echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista
fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista
17

inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke
dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista
neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan
hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat
memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur pelvis.
Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG
transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa
yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini
memerlukan kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini
biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang
baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.
f. Foto Rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.
g. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
h. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal


berikut yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan
diatas disertai pada pemeriksaan fisik:

1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm


2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau
mengisi kavum douglasi
3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
18

II. 11. Komplikasi


Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit,
berangsur- angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala klinik yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak
akan terjadi distensi cepat dan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan


melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale.
Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat
trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya
mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat robekan akan segera
berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara akut,
perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.

Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman


patogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista
denoma ovarii derosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus fibroma ovarii
yaitu tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

II. 12. Penatalaksanaan


Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non
neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-
tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan
19

tuba. Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi


anatomi untuk diperikasa.

Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak


membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita
postmenopause, kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125
dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus
dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita
premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk
tidak dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten


yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi
digunaknan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau
simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada
pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan
konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium
tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada


wanita postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang
lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang
beresiko menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan
ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom
ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan
untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml
dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.

Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan


pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.
Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.
Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-
20

ooforektomi, dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat


tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat
dibenarkan jika stadiumnya ia masih muda, belum menpunyai anak,
derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential malignancy
(borderline).

Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap


radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan
obat sitostatika seperti agents alkylating (cyclophosphamide,
chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas
sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan
selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun
sekali. (Moeloek et al, 2006)

II. 13. Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian
disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium
saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka harapan hidup dalam 5
tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangkan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista
dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk. (Wiknjosastro, 2011)

BAB III
21

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Status marietal : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : kampung panderejo pasrepan - Pasuruan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 8 Desember 2017
SUAMI
Nama : Tn R
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 53 tahun
Status marietal : Sudah menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : kampung panderejo pasrepan - Pasuruan
Suku : Jawa
Agama : Islam

II. SUBJEKTIF
a) Keluhan Utama : Benjolan di perut sebelah kanan disertai nyeri kadang-
kadang. Benjolan semakin lama semakin membesar.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien MRS di RSUD bangil melalui polilinik dengan keluhan benjolan di
perut sebelah kanan disertai nyeri kadang-kadang sejak 5 bulan yang lalu.
Nyeri juga dirasakan saat perut ditekan dan disertai mual. Pasien sudah
pernah berobat di poli kandungan sejak bulan Maret 2017 mengenai
benjolan pada perut sebelumnya. Pasien tidak mengalami penurunan berat
badan. Riwayat haid teratur tiap bulan, lama 3-4 hari, ganti pembalut 3-4
22

kali sehari. Pasien tidak merasakan nyeri saat haid dan saat berhubungan.
BAB dan BAK pasien normal. Pasien tidak ada riwayat merokok, minum-
minuman beralkohol. Pasien tidak mengalami nyeri pervaginal. Pasien
tidak pernah darah tinggi, Pasien pernah gula darah tinggi. Riwayat
pemakaian KB suntik
c) Riwayat Pernikahan
Pernikahan 1 kali dengan suami sekarang kurang lebih 30 tahun
d) Riwayat kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik
e) Riwayat penyakit dahulu
Hipertesni : disangkal
Diabetes melitus : disangkal
f) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti ini
g) Riwayat pengobatan
Pasien tidak dalam pengobatan
h) Riwayat sosial
Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
III. OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6º C
Nadi : 88 x/menit / reguler, amplitudo kuat
Pernafasan : 20x/menit dan simetris
Kepala Leher : anemis -/- icterus -/-

Thorax : cor/ S1 S2 tunggal, murmur (-)


pulmo/ v v Rh - - Wh - -
23

vv -- --
vv -- --
Abdomen : teraba massa kistik diameter 10cm
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-
IV. Status Ginekologi
Genetalia Externa
Vulva : Flux (-) Flex -) Massa (-) ulkus (-)

Inspekulo
V/V : Flux (-) Flex(-)
POMP tertutup, Licin,
VT
Vulva : POMP tertutup, licin,
CUAF ~ dalam batas normal
APD: teraba massa kistik ukuran 10 cm, mobile,
permukaan rata, berbatas tegas, tidak nyeri
APS: massa (-),nyeri (-), Cavum Douglasi dalam batas
normal.

V. Pemeriksaan penujang
Darah lengkap
24

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit (WBC) 10,00 X 103/µL 3,70-10,1
Neutrofil 7,0 X 103/µL 39,3-73,7
Limfosit 2,4 X 103/µL 18,0-48,3
Monosit 0,5 X 103/µL 4,40-12,7
Eosinofil 0,1 X 103/µL 0,600-7,30
Basofil 0,1 X 103/µL 0,00-1,70
Neutrofil % 70,0 %
Limfosit % 23,5 %
Monosit % 4,9 %
Eosinofil % 0,9 %
Basofil % 0,6 %
Eritrosit (RBC) 4,750 X 106/µL 4,2-11,0
Hemoglobin (Hb) 14,2 g/dL 12,0-16,0
Hematokrit (HCT) 41,10 % 38-47
MCV 86,50 µm3 81,1-96,0
MCH 29,90 pg 27,0-31,2
MCHC - g/dL 31,8-35,4
RDW 10,70 % 11,5-14,5
PLT 260 103/µL 155-366
MPV
6,75 fL 6,90-10,6

GULA DARAH
Gula darah sewaktu 341 <200
Gula darah 1 213
Guladarah 2 315
Gula darah puasa

Faal hati
AST/SGOT 10,00 U/L <31
ALT/SGPT 19,00 U/L <39
Albumin 3,6 g/dL 3,5-5,1

Faal ginjal
25

BUN 19 U/L 7,8-20,23


Kreatinin 0,800 g/dL 3,5-5,1
Serum elektrolit
Natrium 151,40 mmol/L 135-147
Kalium 4,04 mmol/L 3,5-5
Klorida 99,47 mmol/L 95-105
Kalsium Ion 1,405 mmol/L 1,16-1,32

USG Abdomen:
Suspect Cystoma Ovarii Dextra, berukuran 12,42cm X 7,8cm X 10,8cm
VI. Diagnosis
Cystoma Ovarii Dextra + DM tipe 2
VII. Terapi
Pro hysterectomytotalis
Persiapan Pre-OP:
 Inj. Ranitidin
 Inj. Metoclorpramid
 Skintest Anbacim

Operasi dilakukan pada tanggal 9/12/2017:


 Diagnosis Pre-OP: Cystoma Ovarii
 Diagnosis Post-OP: Post hysterectomytotalis + debulking dengan General
Anestesi
 Jaringan yang di-eksisi/insisi: Tuba + Ovarium
 Macam Operasi: SOD + Adhenolisis

VIII. Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assesmant Planning
26

10/12/201 Nyeri luka operasi Gcs 456 hysterectomytot - Inj anbacim


7 (+) TD : 110/70 alis dan salping - Inj ranitidine
mmHg oophorectomy - Inj Kalnex
RR : 18 x / mnt hari ke-2 - Inj Antrain
Nadi : 88 x/ mnt -inj novemik 6-0-16

21/08/201 Nyeri luka operasi Gcs 456 hysterectomytot - IVFD NS : D5 2:1


7 TD : 110/70 alis dan salping 20tpm
mmHg oophorectomy - Inj. Anbacim
RR : 18 x / mnt hari ke-3 - Asam mefenamat
Nadi : 80 x/ mnt 3x500
- Roborantia 1x1
- Asam Tranexamat
- Inj novemik 6-0-16
22/08/201 Tidak ada keluhan GCS 456 hysterectomytot - KRS
7 TD : 120/80 alis dan salping - Diet TKTP
Nadi : 84 x/mnt oophorectomy - Rawat Luka
RR : 20 x/mnt hari ke-4 - Roborantia 1x1
- Asam Mefenamat
- Asam Tranexamat

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4. 1. Resume
Seorang pasien bernama Ny. D, berusia 50 tahun datang ke poliklinik
Kandungan RSUD bangil dengan keluhan muncul benjolan di perut sebelah kanan
bawah yang membesar perlahan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah pernah
berobat di poli kandungan sejak bulan Maret 2017 mengenai benjolan pada perut
sebelumnya. Riwayat haid teratur tiap bulan. Pasien tidak merasakan nyeri saat
27

haid dan berhubungan. Riwayat pernikahan satu kali selama 30 tahun. Riwayat
pemakaian KB suntik. Tidak ada anggota keluarga lain yang pernah menderita
sakit serupa. Dari hasil USG didapatkan hasil Suspect Cystoma Ovarii Dextra
berukuran 12,42cm X 7,8cm X 10,8cm. Direncanakan operasi pro Salphingo
hysterectomytotalis dan salping oophorectomy pada tanggal 9 desember 2017.
Hasil Follow Up pasien post operasi menunjukkan perkembangan yang baik
setiap harinya dan pasien pulang pada tanggal 12 desember 2017

4. 2. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan pertumbuhan jaringan otot polos yang dapat
menimbulkan pembengkakan yang dapat berisi cairan maupun berbentuk padat.
Penemuan terbaru untuk penanganan kista ovarium dapat dilakukan laparoskopi.
Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi,
tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi,
sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali. Pada wanita
yang lebih tua (lebih dari 40 tahun) jalan yang baik adalah hysterectomytotalis
dan salping oophorectomy bilateral walaupun tidak terdapat tanda-tanda
keganasan.

4. 2. Saran
Deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit kandungan terutama kista
ovarium yang kebanyakan dapat menjadi ganas. Penyakit ini disebut juga silent
killer karena gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi oleh penderita dan
kebanyakan diketahui saat kista sudah besar. Menghindari faktor pemicu
timbulnya kista ovarium dan peningkatan status gizi sangatlah penting karena dari
tubuh yang sehat akan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011: 13-14

2. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011: 279-92.

3. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis


and Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51
29

4. Helm, CW. Medscape: Ovarian Cyst. 19 maret 2008. Available at :


http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 5 November 2015.

5. Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.


(accessed on 15 Juni 2013)

6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.2.

7. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.

8. Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds). Kamus


Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.

9. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 maret 2008. (Available at :


http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 15 Juni 2013)

10. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium


Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.Jilid I. Jakarta :Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 388-9.

11. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2006.
p.130-16. Ovarian Cyst. 6 April 2008. (Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Ovarian_cyst, accessed on 15 Juni 2013

12. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri


Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.

13. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta :

14. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 346-65.

Anda mungkin juga menyukai