Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif sehat terjadi jika individu yang
terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan,
individu juga harus membina hubungan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan, tetapi dalam menjalin
hubungan antar individu dapat terganggu oleh adanya masalah yang ditimbulkan antar
individu satu dengan individu lain.

Stress yang terjadi pada lingkungan sosial jika terjadi secara terus menerus atau
berkepanjangan dan disertai dengan koping yang tidak efektif dapat mendukung
munculnya gejala gangguan kejiwaan diantaranya adalah mudah marah, tersinggung,
membatasi pergaulan, perilaku ini adalah wujud dari pertahanan diri individu dari dirinya
yang membuatnya tidak nyaman. Psikotik yang berlangsung lama atau bertahun-tahun
dapat menimbulkan gejala skizoprenia, gejala positif pada skizoprenia yaitu halusinasi,
waham, perilaku yang tidak teratur atau aneh, gejala negatif meliputi emosi tertahan (efek
datar) dan isolasi sosial.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan berkembangnya fisik,


intelektual dan emosional dari seseorang secara optimal, (Hamid, 2006).

Klien dengan gangguan jiwa memiliki hubungan yang tidak harmonis, misalnya
bermusuhan dengan orang lain dan mengancam atau curiga yang berlebihan (paranoid).
Klien dengan gangguan jiwa juga sering kali tidak produktif di masyarakat, bahkan
cenderung merugikan masyarakat misalnya mencuri, malas atau perilaku deviasi sosial lain
seperti pemakaian zat adiktif, (Suliswati, 2009).

1
Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya secara wajar dan hidup dalam
khayalannya sendiri yang tidak realistis, (Yani, 2006). Seorang yang mengalami gangguan
jiwa dapat terganggu hubungan sosialnya kondisi ini disebut isolasi sosial.

Ciri-ciri isolasi sosial biasanya mempunyai perilaku yang tidak ingin


berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri dan kegiatan sehari-hari
terabaikan secara umumciri-ciri yang bisa tampil pada klien isolasi sosial dilihat dari
dimensi yaitu : dimensi fisik yaitu makan dan minum kurang, tidur kurang atau terganggu
penampilan diri dan keberanian kurang, dimensi emosi yaitu tidak jelas, menangis seperti
anak kecil rasa malu dan bersalah serta tiba-tiba marah, dimensi sosial yaitu duduk
menyendiri selalu menunduk tatapan mata kurang, tampak melamun tidak peduli dengan
lingkungan dan orang lain, dimensi intelektual yaitu bicara terbatas dan membisu, dan
hidup di dunianya sendiri bicara tidak dimengertiorang lain, dimensi spiritual yaitu putus
asa, merasa sendiri tidak ada dukungan serta kurang percaya diri.

Akibat lanjut dari isolasi sosial yaitu gangguan sensori presepsi : halusinasi,
kemudian bisa terjadi perilaku kekerasan, mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan. Meskipun angka kejadian klien masuk rumah sakit jiwa dengan isolasi sosial
rendah, masalah isolasi sosial harus ditangani dengan optimal, supaya angka kejadian
halusinasi dan perilaku kekerasan tidak meningkat. Pada umumnya klien dibawa ke rumah
sakit dengan gangguan atau kasus isolasi sosial sangat sedikit, tetapi pada masyarakat jika
keluarga yang mengalami isolasi sosial jarang dibawa kerumah sakit, karena menurut
keluarga penyakit tersebut belum dianggap masalah, sehingga akhirnya isolasi sosial
tersebut berlanjut ke gangguan presepsi sensori : halusinasi, maka isolasi sosial harus
segera ditangani peningkatan angka kejadian halusinasi dan perilaku kekerasan.

Keperawatan adalah ilmu yang meliputi aspek biopsikososial, dimana pengkajian


dan perencanaan respon manusia terhadap keadaan sakit, hal ini digambaarkan dalam
kemampuan pengetahuan biologi,psikologi, dan sistem sosial dalam keluarga, sahabat, dan
masyarakat, (Kusumawati, 2010)

2
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan jiwa adalah yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada, (Hamid, 2006).

Peran perawat dalam menangani isolasi sosial sangat penting, yaitu peran dalam
upaya pelayanan kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta
yang bertujuan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan menurunkan angka kesakitan
di komunitas dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa, memberikan
penyuluhan tentang proses tumbuh kembang dan pendidikan sosial, membantu
meningkatkan kondisi kehidupan dan melaksanakan rujukan segera bila terdeteksi adanya
stressor yang potensial menyebabkan gangguan jiwa. Bekerja sama dengan keluarga dalam
menangani klien dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan jiwa. Peran perawat dilihat dari promotif yaitu perawat harus dapat
meningkatkan dan memelihara kesehatan mental dangan cara melakukan pendidikan
kesehatan, tentang hubungannya dengan sosial dan budaya. Dari segi preventif yaitu
dengan pencegahan perilaku isolasi sosial secara dini, kuratif perawat dengan cara
berkolaborasi dengan ahli medis atau dengan tenaga kesehatan lainnya, sedangkan secara
rehabilitative perawat menjelaskan kepada keluarga dan klien bagaimana persiapan serta
perawatan klien dirumah dan juga keteraturan kontrol.

Dari beberapa hal diatas, maka kelompok tertarik untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial di ruangan sadewa laki-laki Rumah
Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

3
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
isolasi sosial pada Tn.b di ruang sadewa laki-laki di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki
Mahdi Bogor.

2. Tujuan Khusus
Kelompok mampu menggambarkan proses keperawatan jiwa yang telah di lakukan di
ruang sadewa di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor :
a. Menggambarkan masalah.
1) Biodata klien (biographic information).
2) Pengkajian (assesment) mencakup riwayat kesehatan klien (patient history,
review system terkait (review of system) data umum, hasil pemeriksaan data
focus (examination dan assesment) dan pemeriksaan pemeriksaan penunjang.
3) Masalah keperawatan yang ditemukan.
4) Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan.
5) Tindakan dan penilaian.
b. Membahas faktor pendukung dan penghambat teori dan kondisi riil kasus yang
dilaporkan.

C. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini mengunakan metode kepustakaan. Dalam
metode deskriptif pendekatan yang digunakanadalah studi kasus dimana penulis mengelola
satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan. Metode kepustakaan yaitu menelaah
buku-buku sumber tentang asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan umum,
tujuan khususu, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Pengertian, psikodinamika (etiologi, proses terjadinya masalah,
komplikasi) rentang respon, asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

4
perenanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB IV : Meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perenanaan,pelaksanaan,
dan evaluasi.
BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
I. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam diringan dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009)
Isolai sosial adalah kedaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien munkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian. Dan tidak mampu membina hunbungan yang berarti dengan
orang lain (Purba, 2008)
Isolasi Sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubunga yang berarti bagi orang lain
disekitarnya (Keliat, 2011)
Berdasarkan pengertian diatas Isolasi Sosial adalah kesepian yang dialami seseorang
karena merasa ditolak, tidak diterima, bahkan pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina
hubungan yang berarti dengan orang lain sekitarnya.

II. Psikodinamika
1. Etiologi
Menurut stuart dan sundeen (2007) terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor
predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan
dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus ada terhadapat hubungan dengan orang lain, tidak mampu
meremuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain
Adapun gejala klinis sebagai berikut :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Gangguan hubungan sosial
4. Percaya diri kurang
5. Mencederai diri

6
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain :
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui indivdu denga
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalani hubungan dengan
orang lain kurangnya stimulasi, kasih sayang, pengertian dan kehangatan dari ibu
atau pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di
kemudian hari.komunikasi yang hangat sangat penting pada masa ini agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagai objek tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari :
1) Masa bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis maupun psikologisnya.konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat
penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan
dikemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangakan
rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
2) Masa kanak-kanak
Anak mulai mengembangakan dirinya sebagi individu yang mandiri, mulai
mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan
teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau teralu
dikontrol, hal ini mebuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang
konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus
anak tumbuh menjadi individu yang interdependen. Kasih sayang yang tulus,

7
aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat
menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen.orang tua
harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun system nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat
ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan,
berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
3) Masa pra remaja dan remaja
Masa pra remaja indivcidu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk
mengenal dan mempelajari perbedaann nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Selanjutnya hubungan intim sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim
menjadi lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelonmpok
maupun teman lebih berarti dari pada hubugannya dengan orang tua. Konflik
akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbanagn
hubungan tersebut, yang sering kali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
4) Masa dewasa muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan
interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai
dengan mekampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima
perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap
untuk membentuk suatu kehudupan baru dnegan menikah dan mempunyai
pekerjaan . karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah
saling member dan menerima.
5) Masa dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dnegan anak-anaknya ketergantungan anak-anak
terhdap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat dilakukan individu untuk
mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri.
Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan
yang interdependen antara orang tua dan anak.
6) Masa dewasa akhir

8
Individu akan mengalami kehilangan baik keadaan fisik, kehilangan orang tua,
pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan. Dengan keadaan kehilangan
tersebut sebagian orang yang memiliki masalah, ketergantungan pada orang
lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih memiliki harus
dipertahankan
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan mengejek-ngejek anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurangnya kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaan
anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa,
komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak
diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang
membuat bingung dan kecemasannya meningkat).
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,

9
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur
limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
1. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2. Stresor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim
yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat
oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan
hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
3. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan

10
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar.
Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress.
Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada
fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku
adalah sebagai berikut:
a) Tingkah laku curiga : proyeksi
b) Dependency : reaksi formasi
c) Menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi : proyeksi, denial
e) Manipulatif : regrasi, represi, isolasi
f) Skizoprenia : displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi

III. Karakteristik Perilaku


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan
wawancara, adalah :
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidu
IV. Rentang Respon Sosial
a. Rentang respon sosial menurut (Gail W. Struat, 2006)

11
Respon adaftif Respons Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manupulasi


Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan

b. Keterangan rentang respons:


Respons adaptif adalah respons yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana
individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respons adaptif
tersebut:
1) Menyendiri
Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di lingkungan
sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah
berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide individu.
3) Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal di mana individu tersebut mampu untuk
memberi dan menerima.
4) Saling Ketergantungan
Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal.

c. Respon yang berada di tengah antara sehat – sakit:


1) Kesepian

12
Berkurangnya keintiman akibat kejadian yang bersifat subjektif sehingga individu sulit
berhubungan dengan orang lain.
2) Menarik diri
Menghindari interaksi dengan orang lain.
3) Ketergantungan
Merasa tergantung dan tidak mampu mengambil keputusan. Respons maladaptif adalah
respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

d. Karakteristik dari perilaku maladaptif tersebut adalah:


1) Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian,
berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
2) Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian
yang buruk, tidak dapat diandalkan.
3) Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

V. Sumber Koping
Menurut stuart (2007, hal 280) sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial mal
adaptif adalah sebagai berikut :
1. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman
2. Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada hewan
peliharaan
3. Penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya : kesenian,
musik, atau tulisan) .menurut Stuart & Laraia (2005, hal 432) terkadang ada beberapa
orang yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan teman
yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang

13
memiliki masalah, tetapi dengan menghadapinya dengan menyendiri dan tidak mau
menceritakan kesiapapun, termasuk keluarga dan teman

VI. Mekanisme Koping


Menurut Stuart (2007, 281) individu yang mengalami respon sosial mal adaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan
dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagi berikut :
1. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada
orang lain karena kesalahan sendiri (Rasmun, 2004, hal 35)
2. Isolasi merupakan perilaku yang menunjukkan pengasingan dari diri lingkungan dan orang
lain (Rasmun, 2004, hal 32)
3. Spiliting atau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya
dalam menilai baik dan buruk (Rasmun, 2004, hal 36)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


14
ISOLASI DIRI

I. Pengkajian
1. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan,endokrin,metabolism,susunan saraf pusat dan kelemahan
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan dikemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam
masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga


Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan mengejek-ngejek anak

15
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurangnya kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah
tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat).

c. Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota
tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang
menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot
apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi
kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:

a. Stresor Sosial Budaya

16
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.

b. Stresor Biokimia
1) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO
juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku
psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel
otak.

c. Stresor Biologik dan Lingkungan Sosial


Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat
interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

d. Stresor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk

17
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari
luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi
stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah
laku adalah sebagai berikut:
a) Tingkah laku curiga : proyeksi
b) Dependency : reaksi formasi
c) Menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi : proyeksi, denial
e) Manipulatif : regrasi, represi, isolasi
f) Skizoprenia : displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi
dan regrasi.

e. Sumber Koping
Menurut Gail W. Stuart 2006, sumber koping berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan
teman, hubungan dengan hewan peliharaandan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stres interpersonal misalnya kesenian, musik dan tulisan.

Menurut Ernawati Dalami dkk,2009,Hal.10) Sumber koping yang berhubungan


dengan respon sosial maladaktif termasuk : keterlibatan dalam berhubungan
yang luas di dalam keluarga maupun teman, menggunakan kkreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, music, atau tulisan.
f. Mekanisme Koping

18
Individu yang mengalami respon sosial maladaktif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, W Stuart
2006)

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang


merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping
yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh
sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan
yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik atau tulisan.

g. Prilaku
Adapun perilaku yang bisa muncul pada isolasi sosial berupa : kurang spontan,
apatis, (kurang acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri
(ekspresi sedih), efek tumpul. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap cakap
dengan klien lain atau dengan perawat, mengisolasikan diri (menyendiri). Klien
tampak memisahkan diri dengan orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitar. Pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine
dan feses, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah,
menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.

h. Aspek Medik
Aspek medik meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan
oleh klien selama perawatan.

i. Psikososial

19
a. Geogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16%
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara tiri kemungkinan
0,9-1,8%, saudara kembar 2-15% dan saudara kandung 7-15%.
b. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
c. Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,
dan berdiam diri.
d. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

j. Status mental
a. Penampilan diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah,rambut acak-acakan,kancing baju tidak
tepat,resleting tak terkunci,baju tak diganti,baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien.
b. Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c. Aktivitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri.
d. Emosi
Emosi dangkal.
e. Efek
Dangkal tak ada ekpresi roman muka.
f. Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif,kontak mata kurang,tidak mau menatap lawan
bicara,diam.
g. Presepsi

20
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
h. Proses berfikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
i. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak
sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
j. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik,orientasi tempat,waktu dan orang.
k. Kemampuan menilai
Tidak dapat mengambil keputusan,tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan,selalu memberikan alas an tidak jelas atau tidak tepat.
l. Tilik Diri
Tidak ada yang khas
m. Kebutuhan Sehari hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur (Kusumawati, 2011)

II. Pohon Masalah

Resiko gangguan sensori persepsi: Halusinasi

ISOLASI SOSIAL

Harga Diri Rendah

21
III. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang terjadi adalah :
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Risiko Perilaku Kekerasan

22

Anda mungkin juga menyukai