Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi.

Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau


gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Padahal obat tersebut dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Pada proses
menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya ergotamin) untuk perawatan si ibu
dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan pemberian digoxin sedikit
pengaruhnya. Beberapa obat yang dapat menghalangi proses pengeluaran ASI
antara lain misalnya estrogen.

Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur
dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat
pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis
terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat
menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI
secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam
konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu
pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga
harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 1


b. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui?
2. Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada ibu
menyusui?
3. Apa saja daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi selama
menyusui dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu
menyusui?
4. Bagaimana pedoman dan pengobatan pada ibu menyusui?

c. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui.
2. Untuk mengetahui proses farmakokinetik dan farmakodinamik pada
ibu menyusui.
3. Untuk mengetahui daftar obat yang dipertimbangkan kontraindikasi
selama menyusui dan daftar pemilihan obat secara umum untuk ibu
menyusui.
4. Untuk mengetahui pedoman dan pengobatan pada ibu menyusui.

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah yang Sering Terjadi Pada Ibu Menyusui


Berikut adalah beberapa penyakit yang sering terjadi pada ibu menyusui,
diantaranya yaitu:
1. MASTITIS

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab
utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering
diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat
terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.

Gejala mastitis non – infeksius

1. adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut


2. Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
3. Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja

Gejala mastitis infeksius

1. Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu


2. Ibu dapat mengeluh sakit kepala
3. Ibu demam dengan suhu diatas 34°C
4. Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
5. Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda
akhir)
6. Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 3


Pengobatan :

1. Lanjutkan menyusui
2. Berikan kompres panas pada area yang sakit
3. Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
4. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
5. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>34°C),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
6. Pertimbangkan pemberian antibiotik anti stafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.

Tabel 1 Penisilin Anti Stafilokokus

DOSIS HARIAN
OBAT
DEWASA (gr) CARA

Methcillin (Staphcilin) 4-12 Injeksi

Oxacillin (Prostaphlin) 4-12 Oral, Injeksi

Mnafcillin (Unipen) 4-12 Oral, Injeksi

Cloxacillin (Cloxapen, Tegopen) 1-2 Oral

Dicloxacilin (Dynapen) 0,5-1 Oral

Erythromicin (jika alergi terhadap


penisilin) 0,5-1,0 Oral

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 4


2. KANDIDA/SARIAWAN

Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok
menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah
menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan
yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak
luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat,
bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan
menolak untuk mengisap.

Pengobatan :

1. Oleskan krim atau losion topikal anti jamur ke puting dan payudara setiap
kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali
sehabis menyusui
2. Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui
untuk mengurangi nyeri

Pengobatan Kandida atau Sariawan

Obat Aplikasi

Nistatin  Oleskan pada payudara 4 kali sehari


 Berikan supisitoria vagina setiap hari

Klotrimazol  Oleskan pada payudara 4 kali sehari


 Berikan supositoria vagina setiap hari
(tersedia bebas)

Mikonazol Oleskan pada payudara 4 kali sehari

Flukonazol Gunakan dosis oral tunggal 150 mg


kandidiasis vagina

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 5


3. CACAR AIR (VIRUS VARISELA ZOSTER)

Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi bermula
dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala, membran
mukosa dan ekstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah
menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa
hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko karena antibodi ibu yang
memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk
berkembang

Perawatan :

1. Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan memberikan


antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu dihentikan
2. Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus
menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
3. Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan
 Ibu dan bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak
mengalami lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan
berkembang menjadi penyakit
 Keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
 Jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu; menyusui tidak
dihentikan.

4. CYTOMEGALOVIRUS (CMV)

CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di
dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI.
Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang
paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 6


selama kehamilan. Menyusui merupakan alat yang penting untuk memberikan
imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang disusui, yang diimunisasi CMV
melalui ASI akan terlindungi dari gejala infeksi nantinya dan dari infeksi primer
selama kehamilan.

Perawatan :

1. Bayi cukup bulan

Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif
selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.

2. Bayi preterm

Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan.

5. HEPATITIS B (HBV)

HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan


ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau
transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV+ langsung tertular,
kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.

Perawatan :

1. Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu,
bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG).
2. Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV.

6. HIV/AIDS

Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5- 10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 7


HIV di Indonesia tergolong rendah (kurang dari 0,1 %), tetapi sejak tahun 2000
Indonesia telah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat epidemi
terkonsentrasi karena terdapat kantung-kantung dengan prevalensi HIV lebih dari
5% pada beberapa populasi tertentu (pada pengguna narkoba suntikan, PSK,
waria, dan narapidana). Karena mayoritas pengguna narkoba suntukan yang
terinfeksi HIV berusia reprodukasi aktif (15-24 tahun), maka diperkirakan jumlah
kehamilan dengan HIV positif akan meningkat. Dengan intervensi yang tepat
maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45% bisa ditekan menjadi
kurang dari 2%. Menurut estimasi Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil
HIV positif yang melahirkan di Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi sekitar
3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV positif setiap tahunnya di Indonesia.

Perawatan :

1. Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko terinfeksi
HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling & Testing untuk
mengetahui status serologis secepatnya.
2. Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya
dengan menghindari paparan menggunakankondom setiap sanggama,
melakukan perilaku hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis
sesuai anjuran (memastikan hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
3. Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan profilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio sesarea, dan
tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini mungkin/menggunakan
susu formula (Exclusive Formula Feeding)
4. Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dariWHO :
Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable(Dapat diterima),
Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan).Apabila kelima syarat
AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASItetap diberikan setelah melalui
proses konseling mengenaikemungkinan penularan infeksi.

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 8


5. Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkanmelanjutkan
pengobatan ARV (ARV Terapi) sesuai PedomanNasional Pengobatan
ARV
6. Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan denganpemberian nutrisi
yang sesuai, dan diperikasa status serologisnyapada usia 18 bulan
7. Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untukmelakukan VCT
dan anjuran yang sesuai.
B. Proses Farmakokinetik Dan Farmakodinamik Pada Ibu Menyusui

1. Farmakokinetik

Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam


ASI, untungnya konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat
dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke
ASI selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat. Volume darah/cairan tubuh dan
curah jantung yang meningkat pada kehamilan akan kembali normal setelah 1
bulan melahirkan. Karena itu pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan
penyesuaian dosis. Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak
terion akan mudah melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang
ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel susu.
Obat yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran, hanya
obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya. Plasma relatif sedikit lebih basa
dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah di plasma akan lebih banyak
dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran alveoli dan kapiler
susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan mudah terion
sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma. Fenomena
tersebut dikenal sebagai iontrapping.

Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasmaibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI,
sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 9


meminum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak
memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum
obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak
diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat
dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali waktu
paruh obat. Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat
dinilai dengan mempertimbangkan :

 Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki


 Adanya metabolit aktif
 Multi obat : adisi efek samping
 Dosis dan lamanya terapi
 Umur bayi.
 Pengalaman/bukti klinik
 Farmakoepidemiologi data.

2. Farmakodinamika

Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari
hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.

C. Daftar Obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui dan


Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui

Daftar Obat – Obat Yang Dipertimbangkan Kontraindikasi Selama Menyusui

OBAT / GOL. OBAT EFEK PADA BAYI

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 10


Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan iritasi,
dan pola tidur yang jelek

Antineoplastik Potensial menekan sistem imun, efek sitotoksik obat pada


bayi belum diketahui

Bromokriptin Menekan laktasi

Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena CNS


stimulan dan intoksikasi

Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan kejang telah


dilaporkan

Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang tinggi


pada ibu dapat menyebabkan bayi yang disusui : sedasi,
diaforesis, deep sleep, lemah,menghambat pertumbuhan
danberat badan abnormal. Paparan yang kronik juga
menimbulkan keterlambatan perkembangan psikomotor.
Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan risiko yang potensial

hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo cushing


sindrome. AAP mengklasifikasikan compatible (dapat
diterima), tapi harus dipertimbangkan kontraindikasinya.
Satu review menyarankan untuk menunggu 1-2 hari setelah
minum sebelum menyusui

Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi

Immunosupresan Potensial menekan sistem imun

Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 % dari


konsentrasi serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik
yang potensial, kontraindikasi

Asam lisergat Kemungkinan diereksikan dalam ASI

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 11


dietilamida (LSD)

Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi karena


potensial terjadi diare berat pada bayi

Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi melalui


perokok pasif lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok
secara umum tidak direkomendasikan selama menyusui,
menurunkan produksi ASI

Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik

Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraindikasi

Daftar Pemilihan Obat Secara Umum Untuk Ibu Menyusui:

OBAT /GOL. OBAT EFEK PADA BAYI

Acetaminophen Compatible, malulopapular rash pada bayi bagian atas dan


wajah pada bayi telah dilaporkan

Acyclovir Compatible, terkonsentrasi dalam ASI

Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui ASI.


Penggunaan obat lain yang termasuk golongan ini selama
menyusui dipertimbangkan

Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan karena


waktu paruh eliminasi panjang

Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP


mempertimbangkan penggunaannya

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 12


Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna bayi

Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati pada


bayi dengan fenilketonuria

Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis


metabolik), potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan
rash, AAP merekomendasikan penggunaannya dengan
perhatian.

Beta - blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti hipotensi ,


bradikardi, asebutolol, atenolol dan nadolol terkonsentrasi
dalam ASI

Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.


Compatible

Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-hati

Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi berat,


compatible dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan
tidur

Carbamazepin Compatible

Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus, considered


compatible

Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan sumsum


tulang. AAP merekomendasikan penggunaannya dengan
hati-hati

Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas teramati pada


bayi. AAP mempertimbnagkan penggunaannya karena
efek dan potensial galaktore

Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan asam

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 13


lambung, menghambat metabolisme obat, dan CNS
stimulan. Compatible

Clindamisin Considered compatible

Codein Compatible

Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan, amati


akumulasi pada bayi, pertimbangkan penggunaannya

Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible

Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan

I. Pengobatan Pada Ibu Menyusui

Tujuan :

Mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek


merugikan akibat penggunaan obat.

Tatalaksana pemantauan penggunaan obat :

1. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan


tentang patofisiologi, terutama pada ibu menyusui, prinsip prinsip
farmakoterapi, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium
dan diagnostik yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan
berkomunikasi yang memadai.
2. Mengumpulkan data ibu menyusui, yang meliputi :
 Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
nama
 ruang rawat/poliklinik, nomor registrasi)
 Riwayat penyakit terdahulu

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 14


 Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi, penggunaan
obat non resep)
 Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik
 Masalah medis yang diderita
 Data obat-obat yang sedang digunakan

Data /informasi dapat diperoleh melalui:

Wawancara dengan ibu menyusui, catatan medis, kartu indeks (kardeks),


komunikasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat)

3. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya


masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
4. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai
penyelesaian masalah yang teridentifikasi.
5. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir
yang dibuat khusus.

Obat Yang Digunakan Pada Wanita Menyusui

a) Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan


memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan
pada ibu maupun bayinya.
b) Obat yang diberi izin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak
membahayakan
c) Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko
lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh
fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi
penimbunan obat
d) Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan
jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi
e) Hindari atau hentikan sementara menyusui.

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 15


f) Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau
secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
g) Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

BAB III

PENUTUP

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 16


A. Kesimpulan

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Selama menyusui, seorang ibu dapat
mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat.
Padahal obat tersebut dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi
yang disusui. Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui misalnya
mastitis, kandida/sariawan, CMV, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut
tentunya memerlukan penanganan (pengobatan) yang harus aman bagi ibu
maupun bayinya. Oleh karena itu pemahaman mengenai obat selama menyusui
memang sangat penting. Pertimbangan mengenai daftar pemilihan obat yang
kontraindikasi selama menyusui juga perlu diketahui.

B. Saran

Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada


ibu menyusui, diperlukan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang
relatif tidak aman hingga harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan
ibu dan bayinya.

C. Daftar Pustaka

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 17


1. Anonim, 1995, Modul Manajemen Laktasi, Ditjen Pelayanan Medik,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
2. Anonim, 1999, Laporan Penelitian Praktek Kerja Profesi di RSAB
Harapan Kita
3. Anonim, 2000, Daftar Obat Indonesia, Jakarta
4. Anonim, 2001, Mastitis Penyebab & Penatalaksanaan, World Health
Organization, Penerbit Widya Medika, Jakarta
5. Anonim, 2004, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi
Obat) Untuk Pasien Geriatri. Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
6. Anonim, 2004, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS-KIA). Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
7. Anonim, 2005, Indek Keamanan Obat Pada Kehamilan dan Petunjuk
Penggunaan Obat dengan atau tanpa Makanan, Tugas Khusus
Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Fatmawati,
Jakarta
8. Anonim, 2005, Interaksi Obat. Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
9. D.C.Knoppert, Safety of drug in pregnancy and lactation in
Pharmacotherapy Self-Assessment Programm, 3rd ed, module
Women’s health, American College of Clinical Pharmacy: Kansas
1999:1-24.
10. Harkness, Richard, 1984, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung
11. Katzung B.G., Basic & Clinical Pharmacology, 6th ed. 1995, Prentice-
Hall International Ltd.
12. Milsap RL., W J. Jusko Pharmacokinetics in the infants, Environ
Health Perspect 102(Suppl 11):000-000 (1994)
13. MIMS, 102nd ed 2005, Indonesia.
14. Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui &
Laktasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 18


15. Rubin, Peter, 1999, Peresepan Untuk Ibu Hamil, Penerbit Hipokrates,
Jakarta

TERAPI OBAT PADA PASIEN MENYUSUI | 19

Anda mungkin juga menyukai