PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks
menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air Susu Ibu (ASI) merupakan
satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi.
Keracunan pada bayi yang baru lahir dapat terjadi jika obat bercampur
dengan ASI secara farmakologi dalam jumlah yang signifikan. Konsentransi obat
pada ASI (misalnya iodida) dapat melebihi yang ada di plasenta sehingga dosis
terapeutik pada ibu dapat menyebabkan bayi keracunan. Beberapa jenis obat
menghambat proses menyusui bayi (misalnya phenobarbital). Obat pada ASI
secara teoritis dapat menyebabkan hipersensitifitas pada bayi walaupun dalam
konsentrasi yang sangat kecil pada efek farmakologi. Dengan demikian, perlu
pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga
harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.
PEMBAHASAN
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab
utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering
diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat
terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.
1. Lanjutkan menyusui
2. Berikan kompres panas pada area yang sakit
3. Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
4. Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
(Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
5. Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (>34°C),
periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
6. Pertimbangkan pemberian antibiotik anti stafilokokus kecuali jika demam
dan gejala berkurang.
DOSIS HARIAN
OBAT
DEWASA (gr) CARA
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang menyolok
menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama dan setelah
menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan
yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui
bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak
luka dan/atau seperti luka terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat,
bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan
menolak untuk mengisap.
Pengobatan :
1. Oleskan krim atau losion topikal anti jamur ke puting dan payudara setiap
kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan gusi bayi setiap kali
sehabis menyusui
2. Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum menyusui
untuk mengurangi nyeri
Obat Aplikasi
Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi bermula
dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala, membran
mukosa dan ekstremitas. Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah
menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa
hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko karena antibodi ibu yang
memberikan kekebalan pada bayi belum mempunyai kesempatan untuk
berkembang
Perawatan :
4. CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV di
dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin dan ASI.
Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah kongenital yang
paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang memiliki CMV primer
Perawatan :
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah terbukti seropositif
selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang terinfeksi akan mengarah pada
infeksi CMV dan sero-konversi dari bayi tanpa akibat yang merugikan.
2. Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari ibu yang
terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi seronegatif. Segera ke
neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan keputusan.
5. HEPATITIS B (HBV)
Perawatan :
1. Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah lahir. Selain itu,
bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B (HBIG).
2. Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV.
6. HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5- 10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%). Meskipun secara umum prevalensi
Perawatan :
1. Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko terinfeksi
HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling & Testing untuk
mengetahui status serologis secepatnya.
2. Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk mempertahankannya
dengan menghindari paparan menggunakankondom setiap sanggama,
melakukan perilaku hidup sehat, dan melakukan evaluasi ulang serologis
sesuai anjuran (memastikan hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
3. Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan profilaksis
Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan seksio sesarea, dan
tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini mungkin/menggunakan
susu formula (Exclusive Formula Feeding)
4. Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dariWHO :
Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable(Dapat diterima),
Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan).Apabila kelima syarat
AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASItetap diberikan setelah melalui
proses konseling mengenaikemungkinan penularan infeksi.
1. Farmakokinetik
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasmaibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI,
sebaliknya rasio M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.
Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu
2. Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda.
Sedangkan farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari.
Kemungkinan sensitivitas reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari
hasil penelitian bahwa sensitivitas d-tubokurarin meningkat pada bayi.
Carbamazepin Compatible
Codein Compatible
Tujuan :
BAB III
PENUTUP
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan
air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Selama menyusui, seorang ibu dapat
mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat.
Padahal obat tersebut dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi
yang disusui. Masalah-masalah yang sering terjadi pada masa menyusui misalnya
mastitis, kandida/sariawan, CMV, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut
tentunya memerlukan penanganan (pengobatan) yang harus aman bagi ibu
maupun bayinya. Oleh karena itu pemahaman mengenai obat selama menyusui
memang sangat penting. Pertimbangan mengenai daftar pemilihan obat yang
kontraindikasi selama menyusui juga perlu diketahui.
B. Saran
C. Daftar Pustaka