Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario A Blok 29 Tahun 2018” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. Dr. Riana Sari Puspita Rasyid, selaku tutor kelompok B4,
3. teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.
Kelompok B4
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar..................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
Skenario............................................................................................................... 4
Klarifikasi Istilah................................................................................................... 6
Identifikasi Masalah.............................................................................................. 7
Analisis Masalah................................................................................................... 9
3
Template...............................................................................................................
7
Learning Issue...................................................................................................... 56
Kerangka Konsep................................................................................................. 79
Kesimpulan......................................................................................................... 80
Daftar Pustaka..................................................................................................... 81
KEGIATAN TUTORIAL
2
Tutor : Dr. Riana Sari Puspita Rasyid
Moderator : Alderiantama Akhmad
Sekretaris Meja I : Ilsyafitri Bonita
Sekretaris Meja : Zabilla Adhwie P
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Senin dan Rabu, 12 November dan 14 November 2018
Waktu Pelaksanaan : 10.00-12.00 WIB
Peraturan selama tutorial :
Diperbolehkan untuk minum
Alatkomunikasi mode silent
Pada saat ingin berbicara terlebih dahulu
mengacungkan tangan, lalu setelah diberi izin
moderator baru bicara
Saling menghargai dan tidak saling menggurui
SKENARIO
3
Dr. Aril, 30 tahun, telah tiga tahun berpraktek di sebuah klinik dokter keluarga,
dengan menerapkan semua konsep dan prinsip kedokteran keluarga. Klinik ini dikelola
dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang
cukup pesat dan dikenal luas masyarakat. Minggu lalu, dr. Aril didatangan seorang
pasien, Ny. Dede, 38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G6P2A2. Pasien
mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah dan sesak. Dr. Aril
kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan ditemukan
bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur,
takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
Dr. Aril menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama
dengan klinik dokter keluarga tersebut. Ny. Dede setuju untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di Klinik dokter keluarga tersebut. Ny. Dede setuju untuk
melakukan pemeriksan kehamilan secara rutin di klinik Dr. Aril karena pasien mendapat
informasi bahwa pelayanan di klinik ini baik. Sebelum pulang Ny. Dede menanyakan
dr. Aril tentang pilihan pembiayaan proses persalinan, mengingat kemungkinan
membutuhkan biaya lebih besar.
Ny. Dede sebetulnya sudah mendapat informasi bahwa Klinik dr. Aril ini
pelayanannya sangat bagus, baik cara pendekatannya maupun jenis pelayanan yang
tersedia dan di dokter Aril ini tidak hanya mengobati pasien di klinik, tetapi juga dapat
memberikan pelayanan kunjungan rumah, penyuluhan kesehatan dan memberikan
binaan kepada keluarga di sekitar klinik tersebut.
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Dokter keluarga : Dokter yang mengutamkan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain
4
bila diperlukan. Dokter ini memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat
kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita
sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi
bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya
7. Pelayanan kunjungan rumah: Salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
5
mengunjungi rumah pasien untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk
melengkapi data yang sudah ada.
A. IDENTIFIKASI MASALAH
No Masalah Concern
Dr. Aril, 30 tahun, telah tiga tahun berpraktek
di sebuah klinik dokter keluarga, dengan
menerapkan semua konsep dan prinsip
kedokteran keluarga. Klinik ini dikelola
1 I
dengan baik sehingga dalam waktu yang
relatif singkat mengalami kemajuan yang
cukup pesat dan dikenal luas masyarakat.
6
pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada
pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan
dalam kondisi yang baik namun ibu tampak
pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan
terdapat nyeri tekan epigastrium.
B. ANALISIS MASALAH
7
I. Dr. Aril, 30 tahun, telah tiga tahun berpraktek di sebuah klinik dokter
keluarga, dengan menerapkan semua konsep dan prinsip kedokteran
keluarga. Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif
singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas
masyarakat.
a. Bagaimana konsep dan prinsip dari kedokteran keluarga?
Konsep Dasar
Dokter keluarga adalah dokter yang mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan
pengembangan kedokteran keluarga yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh melalui pendidikan/pelatihan khusus di bidang kedokteran keluarga serta
mempunyai wewenang menyelenggarakan praktik dokter keluarga.
8
g. Menjunjung tinggi etika moral dan hukum
h. Sadar biaya dan sadar mutu
i. Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan
9
diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu
kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling
dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok.
Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik
dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama.
Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara
bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem
manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi
yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh
beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab
utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu
praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya
kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien
di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau.
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola
secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan
non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu,
karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan
lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan
penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil
dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga
yang lebih terjangkau.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family
practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah
praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama
10
dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter
keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, menerapkan prinsip-
prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang
diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua
macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara
berkelompok (group practice).
13
lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin
kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi
kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah
sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak
sama antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu
daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul
kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara kunjungan
dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang
mengunjungi tempat praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran
yang dibutuhkan.
Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter
keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut
hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk
sertakan sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan
rujukan untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga.
Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat
perawatan dan jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.
Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak
sama, perlulah diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan tetap tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan
sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan penyakit.
Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus
mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga harus
mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek
dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit
saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan
KLINIK DOKTER KELUARGA
14
II. Minggu lalu, dr. Aril didatangan seorang pasien, Ny. Dede, 38 tahun dengan
kehamilan trimester 1 pada G6P2A2. Pasien mempunyai keluhan sering
mual, muntah, lemas, cepat lelah dan sesak. Dr. Aril kemudian melakukan
pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa
kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi,
murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.
a. Bagaimana algoritma diagnosis klinik dalam kedokteran keluarga?
15
b. Bagaimana komunikasi interprofesional antara dokter keluarga dan
bidan yang baik sesuai kasus?
Dedy Mulyana (2011: 81) bahwa komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
18
Demikian juga dengan dokter keluarga sebagai tenaga kesehatan, memerlukan
kewenangan tersebut.
4. Permenkes Nomor 2052 tahun 2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Dalam Permenkes Nomor 2052 tahun 2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran Pasal 1 butir 1 dikatakan “Praktik kedokteran
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap
pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”.
Pasal 1 butir 2 berbunyi “dokter dan dokter gigi adalah lulusan pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang‐undangan”.
Pada Pasal 1 butir 4 berbunyi “ Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP
adalah bukti tertulis yang diberikan dinas kesehatan kabupaten /kota kepada dokter
dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi
persyaratan”. Kemudian dalam Pasal 2 butir 1 dikatakan “Setiap Dokter dan Dokter
gigi yang menjalankan praktik kedokteran wajib memiliki SIP”.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dokter keluarga memiliki SIP
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua dokter keluarga memenuhi
ketentuan Pasal 1 butir 4 Permenkes Nomor 2052 tahun 2011 tentang Izin Praktik
19
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
20
keluarga dapat segera melaksanakan praktek pelayanan dokter keluarga segera
setelah ada perjanjian dengan PT Askes.
III. Dr. Aril menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur
dan menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang
sudah bekerja sama dengan klinik dokter keluarga tersebut. Ny. Dede setuju
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di Klinik dokter
keluarga tersebut. Ny. Dede setuju untuk melakukan pemeriksan kehamilan
secara rutin di klinik Dr. Aril karena pasien mendapat informasi bahwa
pelayanan di klinik ini baik. Sebelum pulang Ny. Dede menanyakan dr. Aril
tentang pilihan pembiayaan proses persalinan, mengingat kemungkinan
membutuhkan biaya lebih besar.
a. Bagaimana algoritma rujukan yang benar sesuai kasus?
ALUR RUJUKAN (Peraturan Gubernur Jawa Barat No. Tahun 2011)
(1) Alur pertama pasien adalah pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1) yang
berada pada wilayah cakupan rujukan di kecamatan.
(2) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan secara vertical dan horizontal sesuai dengan
kemampuan dan kewenangan pelayanan.
(3) Alur rujukan dan rujukan balik dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan dalam 1 (satu)
wilayah cakupan rujukan berdasarkan jenjang fasilitas pelayanan kesehatan dimulai dari PPK 1
ke PPK 2 dan seterusnya.
(4) Alur rujukan bisa dilaksanakan tidak sesuai dengan pasal (2) dalam keadaan sebagai berikut :
a. Dalam keadaan kegawat daruratan
b. Fasilitas pelayanan kesehatan dalam wilayah cakupan rujukan tidak mempunyai sarana /
tenaga yang sesuai dengan kebutuhan.
(5) Fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi ketentuan alur rujukan dan wilayah cakupan
rujukan dapat diberikan sanksi sesuai ketentuan.
21
SYARAT RUJUKAN (Peraturan Gubernur Jawa Barat No. Tahun 2011)
(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk merujuk,
mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi serta kebutuhan objek
yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
(3) Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan hendaknya
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau yang
menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan melaksanakan
pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.
Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.
Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang
d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.
e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama perjalanan
menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus, oksigen dan
dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;
(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau lengkap
hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak tersedia di
fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di
22
fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui mempunyai
tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau penunjang medis sesuai
dengan rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan pasien
( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau sesuai dengan
jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya, harus ada
kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara yaitu ke PPK1
atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan tujuan
rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
23
2) Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan
kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita,
pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan
medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan
mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain:
1) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
2) Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat.
manfaat khusus:
2. Tertatanya alur pelayanan Kesehatan perseorangan tingkat pertama, dua dan ketiga
secara berkesinambungan, mengikuti prosedur di setiap tingkatan, sesuai dengan
kompetensi, kewenangan dan proporsi masing-masing tingkatan, sehingga pelayanan
dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
5. Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi Fasyankes dalam
memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu.
25
f. Bagaimana sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia?
PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).
Dari pengertian di atas tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari :
Hubungan pembiayaan dengan derajat kesehatan tidak selalu berbanding lurus, sangat
tergantung dari pembiayaan khususnya yang berkaitan erat dengan pengendalian biaya.
Contohnya: Amerika Serikat yang pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi
(13,7% GNP) pada tahun 1997 (WHO Report 2000), derajat kesehatannya yang dilihat
dari indikator umur harapan hidup didapatkan untuk laki-laki 73,8 tahun dan wanita
79,7 tahun. Keadaan ini lebih rendah daripada Jepang (umur harapan hidup laki-laki
77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun) yang pengeluaran kesehatannya lebih kecil (7%
GNP). Hal ini menunjukkan pembiayaan kesehatan di Amerika kurang efisien, yang
mungkin terjadi karena sistem pembiayaan kesehatannya sangat berorientasi pasar
dengan pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket) relatif tinggi yaitu kurang
lebih 1/3 dari seluruh pengeluaran pelayanan kesehatan (Murti B, 2000).
Keadaan ini terjadi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Yang paling
27
terpengaruh oleh peningkatan biaya pelayanan kesehatan adalah aksesitas terhadap
pelayanan kesehatan. Dengan pembiayaan langsung, bukan hanya masyarakat miskin,
tetapi orang yang mengalami sakit pada saat tidak mempunyai uang pun tidak dapat
akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara pembiayaan yang merupakan
pengendalian biaya, sehingga meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan
adalah dengan asuransi.
Pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan dirasakan berat
baik oleh pemerintah, dunia usaha terlebih-lebih masyarakat pada umumnya. Untuk itu
berbagai Negara memilih model sistem pembiayaan kesehatan bagi rakyatnya, yang
diberlakukan secara nasional. Berbagai model yang dominan yang implementasinya
disesuaikan dengan keadaan di Negara masing-masing. Beberapa model yang dominan
adalah:
1. Model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance). Model ini dirintis sejak
Jerman dibawah Bismarck pada tahun 1882. Model inilah yang berkembang di beberapa
Negara Eropa, Jepang (sejak 1922) dan kemudian ke Negara-negara Asia lainnya yakni
Philipina, Korea, Taiwan dll. Kelebihan sistem ini memungkinkan cakupan 100%
penduduk dan relatif rendahnya peningkatan biaya pelayanan kesehatan.
3. Model NHS (National Health Services) yang dirintis pemerintah Inggris sejak usai
perang dunia kedua. Model ini juga membuka peluang cakupan 100% penduduk.
Namun pembiayaan kesehatan yang dijamin melalui anggaran pemerintah akan menjadi
beban yang berat.
28
Identifikasi dan perumusan faktor utama pembiayaan kesehatan mencakup aspek-aspek:
a. Kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat
dan daerah yang dilakukan dalam langkah-langkah :
- mobilisasi sumber-sumber pembiayaan baik sumber-sumber tradisional maupun non
tradisional,
- kesinambungan fiscal space dalam anggaran kesehatan nasional
- peningkatan kolaborasi intersektoral untuk mendukung pembiayaan kesehatan
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan,
dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi pelayanan
kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan
29
atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula
pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih
bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan
World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia
masih bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti
sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah
terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk
memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK mendapat imbalan berupa
uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya
ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar
pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan
demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume
pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.[3]
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau
pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat.
Sistem health insurance ini dapat berupa sistem kapitasi dan system Diagnose Related
Group (DRG system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa
pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta
untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK
dengan sistem kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada
PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana sebesar
perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di
Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh
dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat
diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan
pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis
penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi
kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.
30
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization
dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Dan sistem ini akan membuat PPK lebih kearah preventif dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem kapitasi
dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan sistem
pembayaran berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Hal ini
belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu saja karena masih ada
hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat
memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang
disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi dimana
peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah tidaklah
menjadi target anggota asuransi. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi
sistem kesehatan Indonesia.
Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan terutama dalam pembiayaan
pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang ada pasti memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Namun sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini
harus bergerak dengan pengawasan dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang
komprehensif, yang dapat mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari
pelayanan kesehatan sehingga dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi
pelayanan kesehatan di Indonesia.
1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
31
4. Taspen
5. Jamsostek
c. Pembiayaan kesehatan
32
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan
belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
IV. Ny. Dede sebetulnya sudah mendapat informasi bahwa Klinik dr. Aril ini
pelayanannya sangat bagus, baik cara pendekatannya maupun jenis
pelayanan yang tersedia dan di dokter Aril ini tidak hanya mengobati pasien
di klinik, tetapi juga dapat memberikan pelayanan kunjungan rumah,
penyuluhan kesehatan dan memberikan binaan kepada keluarga di sekitar
klinik tersebut.
pertama untuk semua orang tidak berdasarkan umur atau jenis kelamin. Pelayanan
yang bersifat paripurna yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan atau
promotif, pencegahan penyakit dan proteksi khusus atau preventif, pemulihan
kesehatan atau kuratif, pencegahan kecacatan atau disability limitation dan
rehabilitasi baik fisik, mental, maupun sosial setelah sakit dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran.
o Standar pelayanan medik, pelayanan medik yang melaksanakan pelayanan
kedokteran secara lege artis. Berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,
penegakkan diagnosis dan diagnosis banding, prognosis, konseling, konsultasi,
rujukan, tindak lanjut, tindakan, pengobatan rasional, dan pembinaan keluarga.
o Standar pelayanan menyeluruh, pelayanan disediakan dalam kedokteran keluarga
yang bersifat menyeluruh yaitu peduli bahwa pasien seorang manusia seutuhnya
yang terdiri dari fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta berkehidupan di tengah
lingkungan fisik dan sosialnya.
o Standar pelayyanan terpadu, pelayanan disediakan dalam kedokteran keluarga
yang bersifat terpadu, selain berupa kemitraan antara dokter dengan pasiensaat
proses pelaksanaan medik, juga merupakan kemitraan lintas program dengan
berbagai institusi formal maupun informal.
o Standar pelayanan berkesinambungan, merupakan pelayanan berkesinambungan
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secra efektif efisien, proaktif, dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
33
2. Standar perilaku dalam praktek:
o Standar perilaku terhadap pasien, pelayanan dokter keluarga menyediakan
34
8. Standar proses – proses penunjang praktik, pengelolaan rekam medic, pengelolaan
pencegahan infeksi, pengelolaan air bersih, pengelolaan obat, dan pengelolaan
limbah.
C. LEARNING ISSUE
1. Kedokteran keluarga
Kedokteran keluarga
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa
membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten
untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan
latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini
35
bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada
kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal
sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan, yaitu:
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
7. Pengobatan dasar
Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam:
36
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
memang lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah
kesehatan, perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja,
tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu
masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu
penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih
memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga
juga lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya
pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan menurun,
yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam
menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan
yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan
dari pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar peranannya dalam
mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu
bersifat terbatas.
38
d. Menjadi sumber daya kesehatan
e. Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer
Konsep Dasar
Dokter keluarga adalah dokter yang mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan
pengembangan kedokteran keluarga yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh melalui pendidikan/pelatihan khusus di bidang kedokteran keluarga serta
mempunyai wewenang menyelenggarakan praktik dokter keluarga.
Standar kompetensi dokter keluarga menurut Deklarasi WONCA 2003 adalah sebagai
berikut:
41
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan “jelang ajal”
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3) Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
i. Penilaian keluarga
ii. Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
iii. Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
i. Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
ii. Pemeriksaan/penilaian masyarakat
iii. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
iv. Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
v. Advokasi/pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4) Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskuler
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5) Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
42
b. Kepempimpinan
c. Keterampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
48
Gambar 3. Sistem rujukan berjenjang
Tatacara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang:
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
49
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat
dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa: 1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang atau tindakan 2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
D. KERANGKA KONSEP
E. KESIMPULAN
Dokter Aril telah menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga secara holistik dan
komprehensif sesuai dengan prinsip konsep dan standar pelayanan dokter keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Puji et al. 2017. Peran dan Kedudukan Hukum Dokter Keluarga dalam
Pelayanan KesehatanBagi Peserta Asuransi Kesehatan(Pt Askes Persero) di
Kabupaten Temanggung. 3 (2),
Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2009.
DPR RI dan Presiden RI, Jakarta, hal. 40-41.
Peraturan Gubernur Jawa Barat No. Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011. H Ahmad Heryawan,
Bandung, hal. 12-14.
50
Trisna, Dhanasari Vidiawati. 2006. Standar Profesi Dokter Keluarga. Perhimpunan
Dokter Keluarga Indonesia, Depok, hal. 1-94.
Astiena, Dr. Adila Kasni, MARS. 2009. Materi Kuliah Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta. 2009.
Family Medicine Education and Development in National Health System.
Yogyakarta : Center of Family Medicine.
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia: Standar Profesi Dokter Keluarga.
http://www.fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUAR
GA_.pdf, diakses 12 November 2018.
51