Anda di halaman 1dari 19

0

STATUS dan TUGAS UJIAN PSIKIATRIKUS

Nama : Vhandy Ramadhan, S.Ked


NIM : 04054821517066
Semester :X
Tanggal : 19 Desember 2016
Pembimbing : dr. H. M. Zainie Hassan AR, SpKJ (K)
Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2016
1

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 061412


FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2015
PALEMBANG Tanggal Masuk : 05 Mei 2015
Tanggal Meninggal : -

STATUS PASIEN JIWA

Nama : Susilawati . Laki-laki/Perempuan


Tanggal Lahir/Umur : 58 tahun . Tempat Lahir : Palembang

Status Perkawinan : Menikah Warga Negara : Indonesia


Agama : Islam . Suku Bangsa : Palembang .
Tingkat Pendidikan : SMP . Pekerjaan : IRT
Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien:
Jalan Demang RT 19 RW 06 no. 1030, Seberang Ulu I, Palembang
Dikirim Oleh : Anak pasien

Nama Mahasiswa : Vhandy Ramadhan .


NIM : 04054821517066
Dokter Supervisor / yang mengobati : dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K) .
Bangsal : Cempaka Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar

MENGETAHUI
SUPERVISOR

dr. H. M Zainie Hassan AR, SpKJ (K)


2

RESUME

I. IDENTIFIKASI
Ny. S/ 58 tahun/ Menikah/ Islam/ Warga Negara Indonesia/ Suku Palembang/ SMP/
Ibu Rumah Tangga/ Jalan Demang RT 19 RW 06, Seberang Ulu I, Palembang/
Dirawat di bangsal Cempaka RS Dr. Ernaldi Bahar pada tanggal 14 Desember 2016

II. STATUS INTERNUS


Sensorium : Compos Mentis Berat Badan : 71 kg
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Tinggi Badan : 150 cm
Nadi : 81 kali/menit Gizi : Normal
RR : 18 kali/menit Sistem organ : tidak ada kelainan
Temp : 36.5oC

III.STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ada kelainan

IV. STATUS PSIKIATRIKUS


Sebab Utama : iritable dan agresivitas motorik
Keluhan Utama : tidak ada keluhan
Riwayat Perjalanan Penyakit:

±10 tahun yang lalu ±1 tahun yang lalu ±1 hari yang lalu
-Suami pasien meninggal -Iritable (+) - Iritable dan
-Perubahan perilaku -Waham Curiga (+) agresivitas
-Iritable (+) -Insomnia motorik (+)
-Waham Curiga (+) Intermitten (+) - Waham
-Insomnia Intermitten (+) -Halusinasi Visual Curiga (+)
-Masih bisa mengurus diri sendiri (+) - insomnia
-Halusinasi Intermitten
audiotorik (+) (+)
-Masih bisa - Halusinasi
mengurus diri Visual (+)
sendiri - Halusinasi
audiotorik (+)
- ADL baik.
3

Riwayat Premorbid
Bayi : Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun
Anak : Ramah, mudah bergaul, banyak teman
Remaja : Ramah, mudah bergaul, banyak teman
Dewasa : Ramah, mudah bergaul, banyak teman

Riwayat Penyakit Dahulu


R/Trauma capitis (-) R/Rokok (-)
R/Kejang (-) R/Alkohol (-)
R/Asma (-) R/NAPZA (-)
R/Hipertensi (-)
R/Diabetes Melitus (-)

Riwayat Pendidikan
SMP.

Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali atas dasar suka sama suka. Pasien melahirkan dua orang
anak. Sepuluh tahun yang lalu suami pasien meninggal.

Keadaan Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan ibu pasien. Biaya hidup ditanggung oleh kedua
anak pasien. Kesan ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat Keluarga
Laki-laki
Perempuan
Meninggal dunia

Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal


4

Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, ekspresi wajar,
verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada, tingkah laku
normoaktif.

Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: tumpul
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat baik, amnesia tidak ada,
orientasi baik, discriminative judgement terganggu, discriminative
insight terganggu, taraf intelegensi sesuai, tidak ada kemunduran
intelektual.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi visual (+), Halusinasi
audiotorik (+)
- Keadaan proses berpikir: Waham curiga (+), bentuk pikiran autistik
(+)
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: Impulsivitas ada dan
kegaduhan umum ada (menurut alloanamnesis).
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak ada.
- Reality Testing Ability (RTA) terganggu dalam pikiran dan perilaku.
5

FORMULASI DIAGNOSTIK

Seorang perempuan, 58 tahun, ibu rumah tangga, menikah, pendidikan


SMP, beragama Islam dengan gambaran kepribadian premorbid normal yang
memiliki ciri ramah, mudah bergaul, dan banyak teman. Pasien dirawat di RS Dr.
Ernaldi Bahar dengan sebab utama mudah marah (iritable) dan mengamuk
(agresivitas motorik) sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengalami insomnia
intermiten, curiga bahwa terhadap orang sekitar yang akan berbuat jahat pada
pasien (waham curiga) dan melihat bayangan hitam (halusinasi visual) dan
mendengar bisikan menyuruh solat (halusinasi auditorik). Terdapat gejala yang
memenuhi kriteria umum skizofrenia, yaitu terdapat waham curiga, dan halusinasi
visual dan halusinasi audiotorik. Gejala khas tersebut telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (dalam kasus telah terjadi selama 1 tahun).
Selain itu terdapat suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi yakni menjadi mudah marah dan
sering mengamuk, namun pasien masih bisa mengurus dirinya sendiri. Faktor
psikososial yang dicurigai berperan menjadi stressor dalam kasus ini adalah
masalah keluarga yakni kematian suami pasien.
Atas dasar rangkaian gejala di atas maka berdasarkan kriteria PPDGJ III
dapat ditegakkan suatu diagnosa skizofrenia, dan dapat ditentukan subtipenya
yaitu skizofrenia paranoid karena dijumpai waham cemburu, waham curiga, dan
halusinasi visual yang menonjol. Sebagai diagnostik banding yaitu gangguan
waham.
6

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid ..


AKSIS II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada kelainan
AKSIS IV : Stressor masalah keluarga .
AKSIS V : GAF Scale 60-51

DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.0 Skizofrenia paranoid
F22.0 Gangguan waham

TERAPI
Psikofarmaka:
Haloperidol 5mg 2 x ½ tab
Chlorpromazine (CPZ) 100mg 1x1 tab
Trihexyphenidil (THP) 2mg 2x1 tab

Psikoterapi:
Individual: Menjalin komunikasi interpersonal dengan pasien untuk dapat
mengerti alasan pasien mencurigai suaminya dan apa yang
dikhawatirkan pasien untuk membantu membangkitkan kepercayaan
diri pasien
Memotivasi pasien untuk rutin kontrol dan minum obat secara teratur
Memberi edukasi pada pasien untuk rajin beribadah dan mengisi
waktu dengan kegiatan yang bermanfaat untuk menghindari
timbulnya halusinasi
Keluarga: Memberi edukasi pada keluarga agar terus mendukung pasien untuk
rutin kontrol dan minum obat secara teratur
Memotivasi keluarga agar tetap bersabar dalam menghadapi kondisi
pasien dan terus memberi dukungan sosial kepada pasien
Lingkungan: Tidak menjauhi pasien dan membiarkan pasien berinteraksi dengan
lingkungannya

PROGNOSIS
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam: dubia ad bonam
7

1. Apa ciri khas seseorang bisa dikatakan menderita skizofrenia?


Jawab: Pikiran dan perilaku Bizzare
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan
utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku. Pikiran yang terganggu dimana
berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian
yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktifitas
motorik yang bizzare (perilaku aneh). Pasien skizofrenia menarik diri dari orang
lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh
delusi dan halusinasi.
Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan genetik dan lingkungan.
Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA, 5HT,
Glutamat, peptide, norepinefrin. Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas
system dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan
dengan gejala positif, dan hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan
nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala
ekstrapiramidal). Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2
(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak
pasien skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem
mesolimbik yang bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan
peningkatan aktivitas serotonergik akan menurunkan aktivitas dopaminergik pada
sistem mesocortis yang bertanggung-jawab terhadap gejala negatif.

2. Bagaimana perbedaan Skizofrenia paranoid dengan gangguan waham?


Jawab :
Skizofrenia Paranoid Gangguan Kepribadian Paranoid
a) Memenuhi kriteria umum a) Waham – waham merupakan
diagnosis skizofrenia satau – satunya ciri khas klinis
atau gejala yang paling
mencolok. Waham – waham
tersebut (baik tunggal maupun
sebagai suatu system waham)
harus bersifat khas pribadi
(personal) dan bukan budaya
setempat.
b) Sebagai tambahan b) Gejala – gejala depresif atau
bahkan suatu episode depresif
yang lengkap / “full – blown”
(F32.-) mungkin terjadi secara
intermiten, dengan syarat
bahwa waham – waham
tersebut menetap pada saat –
saat tidak terdapat gangguan
8

afektif itu.
c) Halusinasi dan Waham harus c) Tidak boleh ada bukti – buti
menonjol; tentang adanya penyakit otak.
d) Suara-suara halusinasi yang d) Tidak boleh ada halusinasi
mengancam pasien atau auditorik atau hanya kadang –
memberi perintah, atau kadang saja ada dan bersifat
halusinasi auditorik tanpa sementara.
bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa
(laughing)
e) Halusinasi pembauan atau e) Tidak ada riwayat gejala –
pengecapan rasa, atau bersifar gejala skizofrenia (waham
seksual, atau lain-lain perasaan dikendalikan, siar pikiran,
tubuh; halusinasi visual penumpulan afek, dsb.)
mungkin ada akan tetapi jarang
menonjol
f) Waham dapat berupa hampir f) Waham – waham merupakan
setip jenis, tetapi waham satau – satunya ciri khas klinis
dikendalikan (delusion of atau gejala yang paling
control), dipengaruhi (delusion mencolok. Waham – waham
of influence) atau passivity tersebut (baik tunggal maupun
(delusion of passivity), dan sebagai suatu system waham)
keyakinan di kejar-kejar yang harus bersifat khas pribadi
beraneka ragam adalah yang (personal) dan bukan budaya
paling khas; setempat.
g) Gangguan afektif, dorongan g) Gejala – gejala depresif atau
kehendak dan pembicaraan bahkan suatu episode depresif
serta gejala katatonik secara yang lengkap / “full – blown”
relatif tidak nyata/tidak (F32.-) mungkin terjadi secara
menonjol. intermiten, dengan syarat
bahwa waham – waham
tersebut menetap pada saat –
saat tidak terdapat gangguan
afektif itu.

3. Jelaskan Psikodinamika skizofrenia?


Jawab: Mekanisme terjadinya skizofrenia pada diri seseorang dari sudut
psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori, yaitu:
1. Teori homeostatik-deskriptif; diuraikan gambaran gejala-gejala (deskripsi)
dari suatu gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan
keseimbangan (balance) atau homeostatik pada diri seseorang, sebelum dan
sesudah terjadinya gangguan jiwa tersebut.
9

Misalnya apa yang dikemukakan oleh sigmund freud (1923), yang


menyatakan bahwa gangguan jiwa paranoia merupakan jelmaan dari proyeksi
laten dan pembalikan dari dorongan-dorongan homoseksual.
2. Fasilitatif-etiologik; diuraikan faktor-faktor yang memudahkan (fasilitasi
penyebab (etiologi suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan
penyakitnya dan penjelasan mekanisme psikologis dari penyakit yang
bersangkutan. Menurut Melanie klein (1926), bahwa skizofrenia muncul
karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-schizoid pada perkembangan awal
masa bayi. Teori lain menyatakan bahwa pada penderita skizofrenia sudah
terdapat faktor psikogenetik sebelumnya.
Menurut Freud suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik
internal pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar.
Sebagaimana diketahui bahwa pada setiap diri terdapat 3 unsur psikologik
yaitu yang dinamakan Id, Ego dan Super Ego. Id merupakan jiwa seseorang
berupa dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak manusia lahir, Id sifatnya
vital sebagai suatu mekanisme pertahanan diri, cintoh: nafsu makan, minum,
seksual, agresivitas, dan sejenisnya. Unsur Super Ego sifatnya sebagai ”badan
penyensor”, memiliki nilai-nilai moral etika yang membedakan mana yang
boleh mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang halal
mana yang haram dan sejenisnya. Dengan kata lain merupakan “hati nurani”
manusia. Sedangkan Ego merupakan ”badan pelaksana” yang menjalankan
kebutuhan Id setelah “disensor ” dahulu oleh Super-Ego.

4. Apa yang dimaksud ciri kepribadian dan apa saja ciri kepribadian?
Jawab: Ciri kepribadian adalah totalitas sifat-sifat emosional dan perilaku yang
tergambar dari kehidupan seseorang sehari-hari pada kondisi yang relatif stabil.
Jenis-jenis ciri kepribadian yaitu:
- Kelompok A: akan terlihat seperti orang aneh dan eksentrik
- Ciri kepribadian paranoid
- Ciri kepribadian skizoid
- Ciri kepribadian skizotipal
- Kelompok B: akan terlihat seperti orang dramatik, emosional dan tidak
menentu
- Ciri kepribadian antisosial
- Ciri kepribadian ambang
- Ciri kepribadian histrionik
- Ciri kepribadian narsistik
- Kelompok C: akan terlihat seperti orang yang gampang cemas dan takut
- Ciri kepribadian menghindar
10

- Ciri kepribadian bergantung


- Ciri kepribadian obsesif-kompulsif
- Ciri kepribadian YTT
5. Bagaimana cara mengetahui ciri kepribadian?
Jawab:
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-
report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian
seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap
sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki
kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :

1. Observasi Direct
Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk
mempunyai sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh
tingkah laku subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat
diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan
observasi biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau
dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan
sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode
waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons,
atau aspek tertentu.
b. Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah
laku dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-
catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu
mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi
perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut
setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang
tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri.
Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat
penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang
cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada
perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Wawancara (Interview)
11

Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan


tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam
psikologi kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat
bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan
sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.

3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan
tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar
atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi
peluang kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas
hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita
dapat menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir.
Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif.
Jenis yang termasuk tes proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann Rorschach,
pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-masing menampilkan
bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna; sebagian lagi
hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka yang mengalami
percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan untuk menceritakan hal
apa yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu. Meskipun noda-noda itu
secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang mereka berikan berbeda
satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang mengalami percobaan itu
memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis dari sifat jawaban yang
diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadiannya.
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di
Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT
mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-
lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta
diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang diperlihatkan
12

kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari
kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan
perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana
episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli
psikologi melihat tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan,
motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.

4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk
melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip
wawancara terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap
orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai,
seringkali dengan bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan,
investori kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal
kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara
keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk
menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth
Temperament Scale (H-W Temperament Scale).
a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala
fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap
pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”.
Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut kesesuaiannya dengan jawaban
yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai macam masalah
psikologi. MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis
gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya,
tetapi memberikan ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap
kelompok diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok
kriteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan
paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis
menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia,
jenis kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain.
13

b. Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes
yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan
yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah
(Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih
disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan
hidupnya.
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff
(Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang
lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa
dirinya penting.
3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.

6. Jelaskan farmakolgi Haloperidol?


Jawab :
Nama generik
14

Haloperidol
Nama kimia
Haloperidolum,4-[4-(4-Chlorophenyl)-4-hydroxypiperidino]-4-
fluorobutyrophenone
Struktur kimia
C21H23ClFNO2.
Sifat fisikokimia
Mikrokristal tidak berbentuk, berwarna putih-putih kekuningan. Praktis tidak larut
dalam air, kelarutan dalam alkohol 1:60.
Sub kelas terapi
Psikofarmaka
Farmakologi
Memblok reseptor dopaminrgik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisis, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur
tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Stabilitas Penyimpanan
Hindari cahaya, injeksi haloperidol laktat disimpan di temperatur ruang, hindari
cahaya, pembekuan dan temperatur>40 0 C, paparan sinar dapat menghilangkan
warna dan menyebabkan endapan merah abu-abu setelah beberapa minggu.
Stabilitas larutan standar (0,5 -100 mg/50-100 ml dekstrosa 5% adalah 38 hari
pada suhu kamar 24C

Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati
berat, koma.
Efek samping
15

KV: takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan


perpanjangan repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%). SSP : gelisah,
cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia
tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh,
akathisia, distonia tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah, ;sakit
kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang. ;Kulit : kontak dermatitis,
fotosensitifitas, rash, hiperpigmentasi, alopesia ;Metabolik & endokrin : amenore,
gangguan seksual, nyeri payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara,
gangguan keteraturan menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia;
;Saluran cerna : berat : mual muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi,
dispepsia, xerostomia. ;Saluran genito-urinari : retensi urin, priapisme;
;Hematologi : cholestatic jaundice, obstructive jaundice; ;Mata : penglihatan
kabur, ;Pernafasan : spasme laring dan bronkus; ;Lainlain : diaforesis dan
heatstroke.

Bentuk Sediaan
Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet
1,5 mg, 2 mg, 5 mg
.
7. Jelaskan mengenai ekstraprimidal symptom?
Jawab :
Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti
talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang
otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan
area 8. komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh
akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang
melingkar yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan
penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit
tersebut dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama
(principal) dan 3 sirkuit striatal penunjang (aksesori).
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungasegenap
neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan korpus
striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus dengan
korteks area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah diserahkan
kepada korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan hasil
pengolahan itu merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks
motorik tambahan. Oleh karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal
lainnya menyusun sirkuit yang pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata
utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut sirkuit striatal asesorik.
Sirkuit striatal asesorik ke-1 merupakan sirkuit yang menghubungkan
stratumglobus palidus-talamus-striatum. Sirkuit-striatal asesorik ke-2 adalah
lintasan yang melingkari globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus.
Dan akhirnya sirkuit asesorik ke-3, yang dibentuk oleh hubungan yang melingkari
striatum-subtansia nigra-striatum.
Umumnya semua neuroleptik menyebabkan beberapa derajat disfungsi
ekstrapiramidal dikarenakan inhibisi transmisi dopaminrgik di ganglia basalis.
Pada pasien skizofrenia dan pasien dengan gangguan psikotik lainnya terjadi
disfungsi pada sitem dopamin sehingga antipsikotik tipikal berfungsi untuk
menghambat transmisi dopamin di jaras ekstrapiramidal dengan berperan sebagai
inhibisi dopaminrgik yakni antagonis reseptor D2 dopamin. Namun penggunaan
zat-zat tersebut menyebabkan gangguan transmisi di korpus striatum yang
16

mengandung banyak reseptor D1 dan D2 dopamin. Gangguan jalur striatonigral


dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga bermanifestasi sebagai
sindrom ekstrapiramidal. Beberapa neuroleptik tipikal (seperti haloperidol,
fluphenazine) merupakan inhibitor dopamin ganglia basalis yang lebih poten, dab
sebagai akibatnya menyebabka efek samping gejala ekstrapiramidal yang lebih
menonjol. Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu
reaksi distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom
Parkinson). Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya
sebagai berikut:

Reaksi Distonia Akut (Acute Dystonia Reaction)


Keadaan ini merupakan spasme atau kontraksi involunter, akut dari satu atau lebih
kelompok otot skeletal yang lazimnya timbul dalam beberapa menit. Kelompok
otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot
ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disartria bicara, krisis okulogirik
dan sikap badan yang tidak biasa. Suatu ADR lazimnya mengganggu sekali bagi
pasien. Dapat nyeri atau bahkan dapat mengancam kehidupan dengan gejala-
gejala seperti distonia laring atau diafragmatik.
Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah
pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-
kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik
dosis tinggi yang berpotensi lebih tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine.
Reaksi distonia akut dapat merupakan penyebab utama dari ketidakpatuhan
dengan neuroleptik karena pandangan pasien mengenai medikasi secara permanen
dapat memudar oleh suatu reaksi distonik yang menyusahkan.

Tardive Diskinesia
Dari namanya sudah dapat diketahui merupakan sindrom yang terjadi lambat
dalam bentuk gerakan koreoatetoid abnormal, gerakan otot abnormal, involunter,
menghentak, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang tidak dikehendaki
dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang relatif akibat
supersensitif reseptor dopamin di putamen kaudatus. Wanita tua yang diobati
jangka panjang mudah mendapatkan gangguan tersebut walaupun dapat terjadi di
perbagai tingkat umur pria ataupun wanita. Prevalensi bervariasi tetapi tardive
diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pasien yang berobat lama. Tetapi sebagian
kasus sangat ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan berat
nyata. Namun, kasus-kasus berat sangat melemahkan sekali, yaitu mempengaruhi
berjalan, berbicara, bernapas, dan makan.
Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan
pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. Pasien dengan gangguan afektif
atau organik juga lebih berkemungkinan untuk mengalami tardive diskinesia.
Gejala hilang dengan tidur, dapat hilang timbul dengan berjalannya waktu dan
umumnya memburuk dengan penarikan neuroleptik. Diagnosis banding jika
mempertimbangkan tardive diskinesia meliputi penyakit Hutington, Khorea
Sindenham, diskinesia spontan, tik dan diskinesia yang ditimbulkan obat
(contohnya levodopa, stimulant dan lain-lain).
Perlu dicatat bahwa tardive diskinesia yang diduga disebabkan oleh
kesupersensitivitasan reseptor dopamin pasca sinaptik akibat blokade kronik dapat
ditemukan bersama dengan sindrom Parkinson yang diduga disebabkan karena
aktifitas dopaminrgik yang tidak mencukupi. Pengenalan awal perlu karena kasus
17

lanjut sulit di obati. Banyak terapi yang diajukan tetapi evaluasinya sulit karena
perjalanan penyakit sangat beragam dan kadang-kadang terbatas.
Tardive diskinesia dini atau ringan mudah terlewatkan dan beberapa merasa
bahwa evaluasi sistemik, Skala Gerakan Involunter Abnormal (AIMS) harus
dicatat setiap enam bulan untuk pasien yang mendapatkan pengobatan neuroleptik
jangka panjang.

Akatisia
Sejauh ini EPS ini merupakan yang paling sering terjadi. Kemungkinan terjadi
pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik, terutama
pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup
atau suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal
pada otot.
Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah
tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat
menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang
ekstrim. Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisia
hanya dapat ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan
pada parkinsonisme yang ditimbulkan neuroleptik dapat menutupi setiap gejala
objektif akatisia.
Akatisia sering timbul segera setelah memulai medikasi neuroleptik dan pasien
sudah pada tempatnya mengkaitkan perasaan tidak nyaman. Yang dirasakan ini
dengan medikasi sehingga menimbulkan masalah ketidakpatuhan pasien.

Sindrom Parkinson
Merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam setelah
dosis pertama neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah
pengobatan bertahun-tahun. Patofisiologi parkinsonisme akibat neuroleptik
melibatkan penghambatan reseptor D2 dalam kaudatus pada akhir neuron
dopamin nigrostriatal, yaitu neuron yang sama yang berdegenerasi pada penyakit
Parkinson idiopatik. Pasien yang lanjut usia dan wanita berada dalam resiko
tertinggi untuk mengalami parkinsonisme akibat neuroleptik.
Manifestasinya meliputi berikut :
Akinesia : yang meliputi wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan, penurunan
ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan, dan penurunan mengunyah
yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur. Pada bentuk yang yang lebih
ringan, akinesia hanya terbukti sebagai suatu status perilaku dengan jeda bicara,
penurunan spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal,
kesemuanya dapat dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.
Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil. Tremor
dapat mengenai bibir dan otot-otot perioral yang disebut sebagai “sindrom
kelinci”. Keadaan ini dapat dikelirukan dengan tardive diskinesia, tapi dapat
dibedakan melalui karakter lebih ritmik, kecerendungan untuk mengenai rahang
daripada lidah dan responnya terhadap medikasi antikolinergik.
Kekakuan otot/rigiditas : merupakan gangguan pada tonus otot, yaitu derajat
ketegangan yang ada pada otot. Gangguan tonus otot dapat menyebabkan
hipertonia. Hipertonia yang berhubungan dengan parkinsonisme akibat
neuroleptik adalah tipe pipa besi (lead-pipe type) atau tipe roda gigi (cogwheel
type). Istilah tersebut menggambarkan kesan subjektif dari anggota gerak atau
sendi yang terkena.
18

Anda mungkin juga menyukai