Anda di halaman 1dari 4

TEMU I

 Lingkungan Geokimia
a. Lingkungan kedalaman (deep seated environment), yaitu lingkungan yang meluas ke arah
bawah, mulai dari level terendah yang dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai ke
level terdalam di mana batuan biasanya terbentuk. dicirikan oleh: proses-proses magmatik
dan metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan yang tinggi, sirkulasi fluida terbatas,
dan kandungan oksigen bebas yang relatif kecil. Istilah-istilah sejenis yang sering digunakan
adalah: supergen, sekunder, dan eksogen.
b. Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana terjadi proses-
proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, di permukaan bumi, yang mencakup proses-proses
yang terjadi setelah tubuh batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur dan
tekanan yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas, serta oksigen bebas,
air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis yang sering digunakan adalah: supergen,
sekunder, dan eksogen.

 Mobilitas Unsur
Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia tertentu.
Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari asalnya, ini disebut mudah
bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai
petunjuk dalam prospeksi endapan uranium.
Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda. Misal F bersifat sangat
mobil dalam proses pembekuan magma (pembentukan batuan beku), jebakan pneumatolitik
dan hidrotermal, namun akan sangat stabil dalam proses metamorfose dan pembentukan tanah,
tetapi bila F masuk ke air, maka akan menjadi sangat mobil kembali.
Mobilitas unsur sebagaimana terlihat pada gambar berikut, emas (Au) mempunyai
mobilitas rendah, sehingga cenderung tetap tertinggal pada lokasi (gosan). Mineral galena
cenderung untuk lambat pelapukannya, sehingga juga masih tertinggal bersama emas di gosan.
Sulfida Cu, Ag, dan Zn tidak tahan terhadap pelapukan, sehingga cepat terurai dengan mobilitas
tinggi, dan bermigrasi ke arah bawah dari gosan, membentuk zone yang kaya akan Cu, Ag, dan Zn,
atau dikenal dengan zone pengkayaan bijih oksida atau supergen.

Gosan adalah iron cap (topi besi), biasanya terbentuk di atas urat-urat (vein) mineralisasi
yang mengalami proses oksidasi intensif, dan pelapukan kuat.
 Unsur Jejak (Pathfinder)
Unsur jejak atau yang sering disebut sebagai pathfinder menurut Warren dan Delavault
di dalam Levinson (1980) sebagai unsur-unsur yang relative bergerak dan berasosiasi atau selalu
bersama dengan unsur target pencarian, akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan Karena unsur-
unsur tersebut biasanya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk daerah
sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan unsur targetnya. Berfungsi mempermudah dalam
pencarian unsur-unsur target Karena kemampuannya untuk mengindikasi keberadaan unsur lain
di sekitar endapan. Sebagai contoh unsur As dapat digunakan sebagai unsur jejak keberadaan Au
dan Ag dalam suatu vein, serta dapat juga sebagai unsur jejak keberadaan Au, Ag, Cu, Co dan Zn
di dalam assosiasi bijih sulfida.

 Asosiasi Unsur
Asosiasi unsur digambarkan oleh Levison (1980) sebagai suatu asosiasi unsur yang di
dalamnya tidak terdapat satupun unsur jejak yang dapat digunakan untuk mengindikasikan
keberadaan suatu endapan mineral target, tapi walaupun demikian asosiasi tersebut masih dapat
digunakan sebagai indikasi kemungkinan adanya unsur-unsur yang dicari. Asosiasi unsur ini
terbentuk sesuai dengan kondisi lingkungan dan tingkat mobilitasnya.
 Anomali Geokimia
Anomali geokimia dapat dicari dengan terlebih dahulu mencari nilai latar (background)
endapan bijih yang dicari. Dalam menentukan anomali geokimia diperlukan adanya nilai
ambang/nilai batas yang digunakan untuk menentukan anomali. Nilai batas tersebut disebut
threshold yaitu nilai rata-rata plus dua standar deviasi dalam suatu populasi normal. Semua nilai
di atas nilai threshold didefinisikan sebagai anomali.

TEMU II

 Eksplorasi geokimia pada dasarnya adalah untuk mempersempit daerah cakupan eksplorasi,
artinya untuk mencari daerah target (prospect area).
Berdasarkan pada luas daerah cakupan eksplorasi, kegiatan eksplorasi dapat dibagi:
1. Region > 5000 km2
2. Distrik > 50 – 5000 km2
3. Area : 5 – 50 km2
4. Target < 5 km2
 Beberapa tahapan eksplorasi mineral:
1. Survey regional, tujuan mencari jalur/mandala mineralisasi;
2. Survey lokal, tujuan mengidentifikasi daerah target untuk keperluan evaluasi;
3. Survey kekayaan, tujuan menentukan batas daerah bermineralisasi;
4. Survey deposit/endapan, tujuan menentukan lokasi badan bijih (ore body) individual.
 Prospeksi geokimia eksplorasi pada dasarnya terdiri dari:
a. Metode yang menggunakan pola dispersi mekanik diterapkan pada mineral/unsur yang
relative stabil pada kondisi di permukaan bumi; misal: emas, platina, kasiterit, kromit, dan
mineral tanah jarang.
b. Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat diperoleh baik
pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang sudah lapuk maupun
yang masih segar. Unsur pada pola ini kurang begitu terlihat bila dibandingkan dengan pola
dispersi mekanik, karena unsur-unsur yang membentuk pola dispersi kimiawi ini dapat
memiliki mineralogi yang berbeda dengan endapan bijih primernya.
 Teknik survey geokimia antara lain:
1. Sampling geokimia yang efektif membutuhkan orang yang terlatih baik, yang mampu
mengenali dan menggambarkan dengan benar material sampel dan karakteristik lokasi
sampel.
2. Orang yang melakukan sampling harus mampu mengenali dan sedapat mungkin menghindari
situasi yang dapat menyebabkan kontaminasi. Utamakan memilih peralatan (seperti sekop,
auger, dll) dari bahan non-kontaminan dan yang tidak terkontaminasi. Usahakan hindari
sejauh mungkin pemakaian bahan-bahan pelumas, perekat, solder dll.
3. Perhatian yang sama juga harus diberikan kepada tempat/wadah sampel, seperti container,
kantong sampel dari kertas kraft, kantong plastik, botol polypropylen, botol gelas khusus
untuk sampling air dan berbagai alat sampling untuk gas dan partikulet.
4. Semua sampel diberi nomor urut yang unik. Sebaiknya diberi kode proyek sebagai awalan dan
tipe sampel sebagai akhiran, untuk meminimalisasi kemungkinasn tertukar dengan sampel
lain dan menghindari kesalahan dalam mmengelola dan interpretasi. Koordinat tiap sampel
harus dicatat dan ditandai dalam peta lokasi sampling.
5. Pola sampling bervariasi tergantung dari medium dan situasi lapangan/medan.
6. Kerapatan atau sampling densitas tergantung pada tahapan eksplorasi.
7. Pemilihan media tergantung pada lingkungan lokal, sebaiknya berdasarkan survey orientasi.
Metode yang biasa digunakan pada tahap reconnaissance:
- Survey drainage: sampling sedimen dan air sungai, sedimen dan air danau, airtanah dan
lain-lain (densitas sampling tergantung pada situasi medan).
- Survey batuan (tergantung dari kondisi geologi, variasi batuan dll).
- Survey tanah dengan densitas rendah (1 sampel per 25 km2).
8. Apabila pada reconnaissance skala peta dasar yang digunakan adalah 1/250.000, survey
selanjutnya dilakukan pada lokadi atau bagian-bagian yang dipandang menjajikan atau
mempunyai prospek, survey lanjutan tersebut adalah tahap regional (skala 1/100.000) yang
antara lain terdiri:
- Spasi sampling yang lebih rapat dari tahap reconnaissance dan dari satu atau dua media;
- Survey stream bank (residual soil atau colluvium);
- Survey biogeokimia;
- Survey mikroorganisme

Anda mungkin juga menyukai