DISUSUN OLEH :
1. Citra Mongga Siahaan: 201722013
2. Nugraha Bayubagja : 201722053
3. Taftazani Abirafdy : 201722017
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida
dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah
dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang
alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan
CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :
a. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
b. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
c. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodide dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang
pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan
muncul.
Reaksi argentometri adalah :
Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3
NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3
Baku standar pada titrasi argentometri dengan metode mohr adalah AgNO3.
Baku primernya adalah NaCl dan indikator yang digunakan adalah K2CrO4.
2. MetodeVolhard
Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa
berwarna yang larut. Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan
7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III)
nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indikator yang akan membentuk warna
merah dari kompleks besi (III) – tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukkan. pH larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-
1% sebelum titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan
dicapai titik akhir, titrasi dikocok kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh
endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat.dalam suasana asam. Caranya
dengan menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan
larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.
Reaksinya :
NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3
Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan
adalah fluoresein dan eosin. Pada titik ekivalen, indicator ter-adsorbsi oleh endapan.
Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga sedapat
mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi
banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak
boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga
mengakibatkan perubahan warna indicator tidak jelas. Ion indicator harus bermuatan
berlawanan dengan ion pengendap. Ion indicator harus tidak teradsorbsi lebih dulu
sebelum titik ekuivalen tercapai.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
a. Kaca arligi
b. Pipet volume
c. Labu ukur
d. Pipet tetes
e. Enlenmeter
f. Buret dan statif
3.1.2 Bahan
a. NaCl
b. K2CrO4
c. AgNO3
d. Aquades
e. Indikator Florecein
3. Table data :
pengulangan V NaClO V. AgNO3 Kadar NaCl
1 10ml 15,8ml 4005mg
2 10ml 15,2ml 3852mg
Rata-rata 10ml 15,5ml 3929mg
4. Perhitungan
1. Perhitungan larutan standar AgNO3 0,1N
V1 x N1 = V2 x N2
14,2 x N1 = 10 x 0,1
N1 = 1/14,2 = 0,0714N
2. Penentuan kadar Nacl dalam Bayclin dengan metode Mohr
a. M =VAgNO3 x N / VNaClO x Mr
b. M = 50ml x 0,0714N / 10ml x
35,5
c. M = 12,6735
3. Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dengan metode mohr
a. M1 =VAgNO3 x N / VNaClO x
Mr
b. M1 = 15,8 ml x 0,0714N / 10ml x
35,5
c. M1 = 4005 mg
d. M2 =VAgNO3 x N / VNaClO x
Mr
M2 = 15,2 ml x 0,0714N / 10ml x 35,5
M2 = 3853mg
4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dan NaCl
dalam bayclin cukup berhasil, secara visual AgNO3 + NaCl → AgCl + NaO3, dimana
AgCl terbentuk endapan putih dan AgNO3 + K2CrO4 →Ag2CrO4 + 2KNO3 dimana
AgNO3 berwarna kuning padat. Secara teoritispun begitu sehingga percobaan ini cukup
berhasil.
Pada percobaan pertama didapatkan TAT (Titik Akhir Titrasi) = 15,8 ml dan
percobaan kedua = 15,2 ml, terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan kurangnya
ketelitian kami dalam melakukan tetrasi dan kadar NaCl yang dihasilkan berbeda yaitu
4.005 mg dan 3.853 mg.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas maka didapat kesimpulan:
1. Kandungan NaCl dalam bayclin adalah 12,6735 mg
2. Kandungan NaCl dalam garam dapur adalah 3,900 mg
5.2 Saran
1. Bahan dan alat yang dilaboratorium masih kurang memadai sehingga diperlukan
persiapan untuk menunjang praktikum tercebut.
2. Perlu supporting kepada mahasiswa agar dapat mempersiapkan peralatan standar
yang dibutuhkan sehingga pada saat pelaksanaan dapat berjalan tanpa ada
hambatan.