Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA


Percobaan Ke :4
Judul Percobaan : TITRASI ARGENTOMETRI
Kelompok :4

DISUSUN OLEH :
1. Citra Mongga Siahaan: 201722013
2. Nugraha Bayubagja : 201722053
3. Taftazani Abirafdy : 201722017

JURUSAN TEKNIK KIMIA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
BONTANG
2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah argentometri diturunkan dari Bahasa latin argentum yang berarti perak,
argentometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas pembentukan endapan dengan
ion Ag+ sehingga sering disebut juga dengan titrasi pengendapan.
Pada metode titrasi argentometri, zat yang telah dibubuhi indicator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3) dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan, sehinggga seluruh ion Ag + dapat tepat diendapkan, kadar garan dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan (underwood,1992). Ada tiga tipe cara menentukan titik akhir
titrasi yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3, yaitu:
1. Indicator
2. Amperometry
3. Indicator kimia
Syatat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi,
yaitu:
1. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian / range pada p-function dari
reagent.
2. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit
(ekogg, 1965).
Pada argentometri, terdapat 3 metode percobaan dalam menentukan konsentrasi
pada proses titrasi pengendapan, yaitu:
1. Metode Mohr
2. Metode Vorland dan
3. Metode Fajans
Pada percobaan ini dilakukan pembakuan standar AgNO3 dan penetapan kadar
Cl- secara Mohr dan Fajans.

1.2 Tujuan Masalah


a. Membuat larutan standar AgNO3 0,1N
b. Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl
c. Penetapan Kadar Cl- pada sampel air laut dan garam dapur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Pengertian Argentometri


Argentometri merupakan metode umum yang menetapkan kadar halogenida
dan senyawa – senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AGNO3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Reaksi
yang yang mendasari tetrasi argentometri ini adalah :
AgNo3 + Cl → AgCl + NO3
Sebagai indicator kalium kromat yang menhasilkan warna merah dengan
adanya kelebihan Ion Ag*. Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu
metode Mohr, metode VolHard, metode K Fajanz dan metode Leibig (gandjar – 2007)

1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida
dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah
dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang
alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan
CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah :
a. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
b. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
c. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodide dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang
pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan
muncul.
Reaksi argentometri adalah :
Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3
NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3

Baku standar pada titrasi argentometri dengan metode mohr adalah AgNO3.
Baku primernya adalah NaCl dan indikator yang digunakan adalah K2CrO4.

2. MetodeVolhard
Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa
berwarna yang larut. Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan
7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III)
nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indikator yang akan membentuk warna
merah dari kompleks besi (III) – tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi(III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukkan. pH larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7-
1% sebelum titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan
dicapai titik akhir, titrasi dikocok kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi oleh
endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat.dalam suasana asam. Caranya
dengan menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan
larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.
Reaksinya :
NaCl + AgNO3 -> AgCl + NaNO3
Ag(NO3) + K2CrO4 -> Ag2CrO4 + 2KNO3

3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan
adalah fluoresein dan eosin. Pada titik ekivalen, indicator ter-adsorbsi oleh endapan.
Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan harus dijaga sedapat
mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi
banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak
boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga
mengakibatkan perubahan warna indicator tidak jelas. Ion indicator harus bermuatan
berlawanan dengan ion pengendap. Ion indicator harus tidak teradsorbsi lebih dulu
sebelum titik ekuivalen tercapai.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
a. Kaca arligi
b. Pipet volume
c. Labu ukur
d. Pipet tetes
e. Enlenmeter
f. Buret dan statif
3.1.2 Bahan
a. NaCl
b. K2CrO4
c. AgNO3
d. Aquades
e. Indikator Florecein

3.2. GAMBAR TITRASI

Sample Larutan NaCl (Garam Dapur)


3.3. PROSEDUR PERCOBAAN
3.3.1 Standarisasi dan membuat larutan AgNO3
a. Ditimbang dengan teliti 8,49 gr AgNO3
b. Dilarutkan dan di impitkan kedalam labu ukur 500ml, kemudian
dihomogenkan
c. Dipipet 10ml larutan baku NaCl 0,1N kedalam Erlenmeyer
d. Ditambahkan 1ml K2CrO4 5%
e. Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga larutan berubah warna menjadi
merah coklat
f. Dikocok hingga endapan warna itu tidak hilang
g. Dicatat volume titrasinya

3.3.2 Mempersiapkan sampel air laut dan garam dapur


a. Ditimbang dengan teliti 10gr air laut dan 0,59gr garam dapur
b. Dilarutkan dan diimpitkan kedalam labu ukur masing-masing 100ml

3.3.3 Metode Mohr


a. Dipipet sampel sebanyak 10ml untuk larutan air laut dan 10ml garam
dapur kedalam masing-masing Erlenmeyer
b. Ditambahkan 2ml K2CrO4 5%
c. Dititrasi dengan AgNO3 hingga warna merah coklat yang tidak hilang
setelah dikocok
d. Dicatat volume titrasinya (duplo)

3.3.4 Metode Fajans


a. Dipipet 10ml sampel air laut dan garam dapur kedalam Erlenmeyer
masing masing
b. Ditambahkan 5 tetes indicator fluorescein
c. Dititrasi dengan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah muda
d. Dicatat volume titrasinya (duplo)
BAB 4
HASIL PENGAMATAN
4.1. DATA PERCOBAAN
a. Penetapan Kadar NaCl dalam bayclin dengan metode Mohr :
1. Reaksi :
AgNO3 + NaCl → AgCl ↓ (putih) + NaNO3
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 ↓ (Kuning) + 2KNO4

2. Idikator yang digunakan K2CrO4


Karena K2CrO4 adalah idikator yang tepat pada percobaan ini / metode Mohr

3. Table data :
pengulangan V NaClO V. AgNO3 Kadar NaCl
1 10ml 15,8ml 4005mg
2 10ml 15,2ml 3852mg
Rata-rata 10ml 15,5ml 3929mg

4. Perhitungan
1. Perhitungan larutan standar AgNO3 0,1N
V1 x N1 = V2 x N2
14,2 x N1 = 10 x 0,1
N1 = 1/14,2 = 0,0714N
2. Penentuan kadar Nacl dalam Bayclin dengan metode Mohr
a. M =VAgNO3 x N / VNaClO x Mr
b. M = 50ml x 0,0714N / 10ml x
35,5
c. M = 12,6735
3. Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dengan metode mohr
a. M1 =VAgNO3 x N / VNaClO x
Mr
b. M1 = 15,8 ml x 0,0714N / 10ml x
35,5
c. M1 = 4005 mg
d. M2 =VAgNO3 x N / VNaClO x
Mr
M2 = 15,2 ml x 0,0714N / 10ml x 35,5
M2 = 3853mg

M Rata – rata = (4005 + 3853) / 2 = 3929mg

4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dan NaCl
dalam bayclin cukup berhasil, secara visual AgNO3 + NaCl → AgCl + NaO3, dimana
AgCl terbentuk endapan putih dan AgNO3 + K2CrO4 →Ag2CrO4 + 2KNO3 dimana
AgNO3 berwarna kuning padat. Secara teoritispun begitu sehingga percobaan ini cukup
berhasil.
Pada percobaan pertama didapatkan TAT (Titik Akhir Titrasi) = 15,8 ml dan
percobaan kedua = 15,2 ml, terjadinya perbedaan tersebut dikarenakan kurangnya
ketelitian kami dalam melakukan tetrasi dan kadar NaCl yang dihasilkan berbeda yaitu
4.005 mg dan 3.853 mg.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas maka didapat kesimpulan:
1. Kandungan NaCl dalam bayclin adalah 12,6735 mg
2. Kandungan NaCl dalam garam dapur adalah 3,900 mg

5.2 Saran
1. Bahan dan alat yang dilaboratorium masih kurang memadai sehingga diperlukan
persiapan untuk menunjang praktikum tercebut.
2. Perlu supporting kepada mahasiswa agar dapat mempersiapkan peralatan standar
yang dibutuhkan sehingga pada saat pelaksanaan dapat berjalan tanpa ada
hambatan.

Anda mungkin juga menyukai